MALARIA
DISUSUN OLEH :
dr. Maghfirah Ekasari Nadir
PEMBIMBING :
dr. Hj. Nurhidayati M.Kes
RSUD MASSENREMPULU
KABUPATEN ENREKANG
SULAWESI SELATAN
2016-2017
Portofolio
Nama Peserta :
Nama Wahana :
Enrekang
Topik :
Malaria Falcifarum
Tanggal (kasus) :
11 Agustus 2016
Nama Pasien :
Tn.Mathius Ali
No. RM :
076936
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Hj. Nurhidayati M.kes
Tempat Presentasi :
Ruang Pertemuan RSUD Masserempulu Enrekang
Anggota komite medik dan dokter internship RSUD
Objektif Presentasi :
Masserempulu Enrekang
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Laki-laki, 50 tahun, demam tinggi , menggigil
Menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan terhadap pasien dan
Tujuan :
menentukan prognosis pasien
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi E-mail
Pos
Membahas :
Data
Nama : Tn. MA
Pasien :
Nama Klinik : RSUD Massenrempulu
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Malaria Falcifarum/ Laki-laki 50 tahun masuk dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari
SMRS. Demam dirasakan terus menerus disertai menggigil selama 15-30 menit terasa panas
dan berkeringat banyak. Keluhan disertai sakit kepala, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi,
disertai mual. Muntah disangkal. Biasa konsistensi padat, BAB berdarah disangkal, BAB
kehitaman disangkal. BAK warna kuning jernih, tidak ada keluhan
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mengkonsumsi Obat sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Riwayat keluhan yang sama tidak ada
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.
5. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Riwayat bepergian ke daerah Endemis Malaria Papua
2 Bulan yang lalu
7. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : Imunisasi lengkap
8. Lain-lain :
Daftar Pustaka :
2
2. Objektif :
3
Kesan Umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang dan lemas, tidak sianosis, tidak anemis dan
ikterik.
Tanda Vital :
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Denyut Jantung : 88x/i
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 39,2 C
Status Generalis
Leher
Bentuk
: Simetris
Trakhea
KGB
JVP
Paru
Inspeksi
Palpasi
Thorax
: simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak tampak
retraksi pada subcostal dan intercostalis.
: Turgor kulit normal
Vokal fremitus taktil hemitoraks kanan = kiri
Tidak teraba pembesaran KGB axilla dan supraclavicular
Perkusi
Auskultasi
dan kiri.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Hepar 3 jari di bawah arcus costae dan lien tidak teraba membesar.
Nyeri tekan (+) epigastrium Spleenomegali (+)
Perkusi
schuffner 2 ,
Hepatomegali (-)
: Timpani
Genitalia
Anorektal
Anggota gerak
Ekstremitas
Test (-)
Status Antopometri
Berat Badan : 64 kg
Tinggi badan :165 cm
BMI: BB (kg) / TB2 (m) = 23,7 kg/bb2
Kesan Berat badan normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 11 Agustus 2016
Darah Lengkap
5
Hemoglobin
: 9,8 gr%
Leukosit
: 3600/mm3
Eritrosit
: 5,09 juta/mm3
Trombosit
: 21000/mm3
Hematokrit
: 40 %
Urinalisa
Warna
: kuning
Kejernihan
: jernih
Protein
: negatif
glukosa
: negatif
sedimen
- epitel
: (+) pos
- leukosit : 3-5/lpb
- eritrosit : 0-2/lpb
- amorf urat : (-) pos
Parasitologi
Malaria
Falcifarum
Anamnesis:
Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 50 tahun. Dengan keluhan Demam tinggi
disertai menggigil dan keringat dingin, Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut
atau kronik yang disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium, ditandai dengan Demam,
menggigil, Anemia dan Splenomegali. 1
Pasien mengeluhkan demam sejak 5 hari yang lalu. Demam dirasakan tinggi secara
terus menerus disertai menggigil. Demam tidak turun setelah menggunakan obat penurun
panas. Pasien juga mengeluhkan menggigil dan keringat dingin serta nyeri sendi dan nyeri
ulu hati. Riwayat Bepergian ke daerah Endemis Malaria ( Papua ). Hal ini sesuai dengan Trias
Malaria, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Demam
Menggigil
Berkeringat Dingin
Riwayat bepergian ke Daerah Endemis Malaria
Riwayat minum obat Malaria
Pada daerah dengan risiko rendah, diagnosis harus berdasarkan adanya pajanan malaria
dan riwayat demam dalam 3 hari terakhir tanpa gambaran penyakit berat lainnya.
Pada daerah dengan risiko tinggi, diagnosis harus berdasarkan adanya riwayat demam
dalam 24 jam terakhir dan/atau adanya anemia (pucat pada telapak tangan dapat dipakai
sebagai patokan anemia pada anak-anak).
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya Demam yang bersifat periodic, Demam
ini berkaitan dengan pecahnya skizon matang (sporulasi) yang mengeluarkan berbagai
antigen. Antigen akan merangsang sel makrofag, monosit, dan limfosit yang memproduksi
sitokin seperti TNF (Tumor Necrosing Factor). TNF akan dibawa ke Hipotalamus yang
mengatur suhu Tubuh. Proses pematangan skizon berbeda untuk tiap jenis. Pada P.falcifarum
diperlukan waktu 36-48 jam. Pada p.vivax/ovale 48 jam dan p.malariae 72 jam. Demam pada
p.falcifarum dapat terjadi setiap hari. Pada vivax/ovale selang 1 hari (setiap 3 hari/tertiana)
dan p.malaria e demam timbul selang waktu 2 hari (setiap 4 hari/kuartana)
Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan spleenomegali schuffner 2 , Hal ini
membuktikan bahwa telah terjadi proses kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan
mengeras karena timbunan penghancuran parasite, pigmen, sel radang, dan jaringan ikat.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin
: 9,8 gr%
Leukosit
: 3600/mm3
Eritrosit
: 5,09 juta/mm3
Trombosit
: 21000/mm3
Hematokrit
: 40 %
Urinalisa
Warna
: kuning
Kejernihan
: jernih
Protein
: negatif
glukosa
: negatif
sedimen
- epitel
: (+) pos
- leukosit : 3-5/lpb
7
eritrosit : 0-2/lpb
amorf urat : (-) pos
Parasitologi
Malaria
Pada penderita Malaria juga dapat terjadi Anemia. Anemia terjadi akibat pecahnya
eritrosit yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi. P. falcifarum menginfeksi semua jenis
eritrosit. P.vivax/ovale menginfeksi eritrosit muda (2% dari total eritrosit) dan p.malariae
menginfeksi eritrosit tua (1% dari total eritrosit). Selain karena alas an diatas , p.falcifarum
menyebabkan anemia yang lebih berat karena terjadi penurunan masa hidup eritrosit dan
gangguan pembentukan eritrosit akibat depresi eritropoiesis sumsum tulang.
Pengobatan
Non Farmakologi :
Farmakologi :
IVFD RL 20 tpm
D-Artepp 1 x 3 tab selama 3 hari
Ranitidin 1 amp/ 8j / IV
Paracetamol drips 500 cc/ 8j / IV
Sohobion 1 amp / 24 jam/ drips
Omeprazole 0-0-1
HB Vit 1 x 1
Pada dasarnya pengobatan Malaria bersifat simptomatis yaitu mengurangi gejala yang
diderita. Pada terapi awal diberikan terapi untuk mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat dari reaksi penghancuran eritrosit.
Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari
1%.
Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat
10
Dosis obat :
Dihydroartemisinin = 2 4 mg/kgBB
Piperakuin = 16 32 mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB (P. falciparum untuk1 hari )
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari)
Keterangan :
Sebaiknya dosis pemberian DHA + PPQ (Dihydroartemisinin dan Piperakuin)
berdasarkan berat badan. Apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka
pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.
1. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel pengobatan), maka
dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
2. Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3
3. Apabila pasien P. falciparum dengan BB >80 kg datang kembali dalam waktu 2 bulan
setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan Darah masih positif P. falciparum, maka
diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
Atau
ACT + Primakuin
11
Tabel 4. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin
Tabel 5. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum (obat kombinasi Kina dan
Doksisiklin)
12
Catatan : Dosis Tetrasiklin 4 mg/kgBB/kali diberikan 4 x sehari Tidak diberikan pada anak
umur<8 tahun
13
Atau
Tabel 10. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. Ovale dengan Artesunat +
Amodiakuin
15
Rawat inap
IVFD RL 20 tpm
Omeprazole 0-0-1
HB Vit 1 x 1
16
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah Doksisiklin dengan Dosis 100 mg
/ hari. Obat ini diberikan 1 2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah
tersebut sampai 4 minggu, dan setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
Konsultasi : Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis penyakit dalam apabila
dan anak dibawah 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
terdapat tanda-tanda icterus, penurunan kesadaran, kejang, sesak napas, urin berwarna
gelap.
Rujukan : Kontrol :
Kegiatan
Follow up klinis
Periode
Setiap hari
pasien meliputi
perbaikan dengan
demam, manifestasi
berkurangnya
keluhan
sign
Follow Up
Setiap hari
Laboratorium
Parameter
laboratorium
semuanya baik
17
Peserta,
Pendamping,
18