Anda di halaman 1dari 18

BORANG PORTOFOLIO INTERNSHIP

MALARIA

DISUSUN OLEH :
dr. Maghfirah Ekasari Nadir

PEMBIMBING :
dr. Hj. Nurhidayati M.Kes

RSUD MASSENREMPULU
KABUPATEN ENREKANG
SULAWESI SELATAN
2016-2017

Portofolio
Nama Peserta :
Nama Wahana :

dr. Maghfirah Ekasari Nadir


Perawatan Interna RSUD Masserempulu Kab.

Enrekang
Topik :
Malaria Falcifarum
Tanggal (kasus) :
11 Agustus 2016
Nama Pasien :
Tn.Mathius Ali
No. RM :
076936
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Hj. Nurhidayati M.kes
Tempat Presentasi :
Ruang Pertemuan RSUD Masserempulu Enrekang
Anggota komite medik dan dokter internship RSUD
Objektif Presentasi :
Masserempulu Enrekang
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Laki-laki, 50 tahun, demam tinggi , menggigil
Menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan terhadap pasien dan
Tujuan :
menentukan prognosis pasien
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi E-mail
Pos
Membahas :
Data

Nama : Tn. MA
Pasien :
Nama Klinik : RSUD Massenrempulu
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

No. Registrasi : 076936


Telp :

Terdaftar sejak : 11/08/2016

Malaria Falcifarum/ Laki-laki 50 tahun masuk dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari
SMRS. Demam dirasakan terus menerus disertai menggigil selama 15-30 menit terasa panas
dan berkeringat banyak. Keluhan disertai sakit kepala, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi,
disertai mual. Muntah disangkal. Biasa konsistensi padat, BAB berdarah disangkal, BAB
kehitaman disangkal. BAK warna kuning jernih, tidak ada keluhan
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mengkonsumsi Obat sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Riwayat keluhan yang sama tidak ada

4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.
5. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Riwayat bepergian ke daerah Endemis Malaria Papua
2 Bulan yang lalu
7. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : Imunisasi lengkap

8. Lain-lain :
Daftar Pustaka :
2

1. Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius.2014


2. Gudeline For The Treatment Of Malaria Second Edition. World Health Organization. 2010.
3. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Derektorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen Kesehatan RI. Tahun 2008.
4. Rancangan Permenkes RI Tentang Pedoman Tatalaksana Malaria. Departemen Kesehatan
RI. Tahun 2012.
Luciana Kuswibawati. 2002. Kemoprofilaksis malaria bagi wisatawan; SIGMA, Vol. 5, No.1:
69-76. Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hasil Pembelajaran :
1. Kasus pasien dengan Malaria Falcifarum
2. Menegakkan diagnosis Malaria
3. Mengetahui penatalaksanaan Malaria
4. Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit mulai dari gejala-gejala
hingga pencegahan

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :

Keluhan utama : demam tinggi sejak 5 hari SMRS.


Demam disertai menggigil dan keringat dingin
nyeri kepala (+) nyeri sendi (+)
Menggigil (+)
Nyeri Kepala (+)
Nyeri Otot (+)
Nyeri ulu hati (+) mual (+) muntah (-)
Nafsu makan menurun semenjak sakit
BAB Biasa, BAK warna kuning dengan frekuensi 3x/hari.

2. Objektif :
3

Kesan Umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang dan lemas, tidak sianosis, tidak anemis dan
ikterik.
Tanda Vital :
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Denyut Jantung : 88x/i
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 39,2 C
Status Generalis

Kepala : Rambut Hitam, lurus, tidak rontok


Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),
Reflek cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
Telinga : Normotia, serumen (-/-)
Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), sianosis (-),
lidahkotor (-),stomatitis (-), tonsil hiperemis (-)

Leher
Bentuk

: Simetris

Trakhea

: Ditengah, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid

KGB

: Tidak teraba adanya pembesaran

JVP

: Tidak meningkat R+2 cm H2O

Paru
Inspeksi
Palpasi

Thorax
: simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak tampak
retraksi pada subcostal dan intercostalis.
: Turgor kulit normal
Vokal fremitus taktil hemitoraks kanan = kiri
Tidak teraba pembesaran KGB axilla dan supraclavicular

Perkusi
Auskultasi

: sonor pada kedua lapang paru kanan dan kiri.


: suara nafas bronkovesikuler, tidak terdengar suara nafas tambahan,
tidak terdengar Ronkhi basah, wheezing pada kedua lapang paru kanan
4

dan kiri.
Jantung
Inspeksi

: pulsasi ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea mid clavicularis sinistra

Perkusi

: Batas atas

ICS 3 linea parasternalis sinistra

Batas kanan ICS 5 linea sternalis dextra


Batas kiri
Auskultasi

ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Inspeksi

: bunyi jantung I-II regular, tidak terdengar bunyi murmur dan


gallop.
Abdomen
: Distensi tidak ada

Auskultasi

: Bising usus normal

Palpasi

: Hepar 3 jari di bawah arcus costae dan lien tidak teraba membesar.
Nyeri tekan (+) epigastrium Spleenomegali (+)

Perkusi

schuffner 2 ,

Hepatomegali (-)
: Timpani

Tulang Belakang : Tidak ada kelainan

Genitalia

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Anorektal

:Tidak dilakukan pemeriksaan.

Anggota gerak

: Keempat anggota gerak lengkap sempurna

Ekstremitas

: Akral Hangat, CRT < 2 Detik Rumple Leede

Test (-)
Status Antopometri
Berat Badan : 64 kg
Tinggi badan :165 cm
BMI: BB (kg) / TB2 (m) = 23,7 kg/bb2
Kesan Berat badan normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 11 Agustus 2016
Darah Lengkap
5

Hemoglobin
: 9,8 gr%
Leukosit
: 3600/mm3
Eritrosit
: 5,09 juta/mm3
Trombosit
: 21000/mm3
Hematokrit
: 40 %
Urinalisa
Warna
: kuning
Kejernihan
: jernih
Protein
: negatif
glukosa
: negatif
sedimen
- epitel
: (+) pos
- leukosit : 3-5/lpb
- eritrosit : 0-2/lpb
- amorf urat : (-) pos
Parasitologi
Malaria

: Plasmodium falciparum (+) positif

3. Assesment (penalaran klinis) :


Malaria Falcifarum
Berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah Malaria

Falcifarum
Anamnesis:
Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 50 tahun. Dengan keluhan Demam tinggi
disertai menggigil dan keringat dingin, Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut
atau kronik yang disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium, ditandai dengan Demam,
menggigil, Anemia dan Splenomegali. 1
Pasien mengeluhkan demam sejak 5 hari yang lalu. Demam dirasakan tinggi secara
terus menerus disertai menggigil. Demam tidak turun setelah menggunakan obat penurun
panas. Pasien juga mengeluhkan menggigil dan keringat dingin serta nyeri sendi dan nyeri
ulu hati. Riwayat Bepergian ke daerah Endemis Malaria ( Papua ). Hal ini sesuai dengan Trias
Malaria, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Demam
Menggigil
Berkeringat Dingin
Riwayat bepergian ke Daerah Endemis Malaria
Riwayat minum obat Malaria

Berdasarkan rekomendasi WHO untuk diagnosis malaria tanpa komplikasi klinis


berbeda untuk tiap daerah :

Pada daerah dengan risiko rendah, diagnosis harus berdasarkan adanya pajanan malaria

dan riwayat demam dalam 3 hari terakhir tanpa gambaran penyakit berat lainnya.
Pada daerah dengan risiko tinggi, diagnosis harus berdasarkan adanya riwayat demam
dalam 24 jam terakhir dan/atau adanya anemia (pucat pada telapak tangan dapat dipakai
sebagai patokan anemia pada anak-anak).

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya Demam yang bersifat periodic, Demam
ini berkaitan dengan pecahnya skizon matang (sporulasi) yang mengeluarkan berbagai
antigen. Antigen akan merangsang sel makrofag, monosit, dan limfosit yang memproduksi
sitokin seperti TNF (Tumor Necrosing Factor). TNF akan dibawa ke Hipotalamus yang
mengatur suhu Tubuh. Proses pematangan skizon berbeda untuk tiap jenis. Pada P.falcifarum
diperlukan waktu 36-48 jam. Pada p.vivax/ovale 48 jam dan p.malariae 72 jam. Demam pada
p.falcifarum dapat terjadi setiap hari. Pada vivax/ovale selang 1 hari (setiap 3 hari/tertiana)
dan p.malaria e demam timbul selang waktu 2 hari (setiap 4 hari/kuartana)
Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan spleenomegali schuffner 2 , Hal ini
membuktikan bahwa telah terjadi proses kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan
mengeras karena timbunan penghancuran parasite, pigmen, sel radang, dan jaringan ikat.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin
: 9,8 gr%
Leukosit
: 3600/mm3
Eritrosit
: 5,09 juta/mm3
Trombosit
: 21000/mm3
Hematokrit
: 40 %
Urinalisa
Warna
: kuning
Kejernihan
: jernih
Protein
: negatif
glukosa
: negatif
sedimen
- epitel
: (+) pos
- leukosit : 3-5/lpb
7

eritrosit : 0-2/lpb
amorf urat : (-) pos

Parasitologi
Malaria

: Plasmodium falciparum (+) positif

Pada penderita Malaria juga dapat terjadi Anemia. Anemia terjadi akibat pecahnya
eritrosit yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi. P. falcifarum menginfeksi semua jenis
eritrosit. P.vivax/ovale menginfeksi eritrosit muda (2% dari total eritrosit) dan p.malariae
menginfeksi eritrosit tua (1% dari total eritrosit). Selain karena alas an diatas , p.falcifarum
menyebabkan anemia yang lebih berat karena terjadi penurunan masa hidup eritrosit dan
gangguan pembentukan eritrosit akibat depresi eritropoiesis sumsum tulang.

Pengobatan
Non Farmakologi :

Istirahat, Tirah Baring


Diet tinggi kalori tinggi protein
Banyak minum, jenis minuman : air bening, teh manis, sirup, jus buah, susu.

Farmakologi :

IVFD RL 20 tpm
D-Artepp 1 x 3 tab selama 3 hari
Ranitidin 1 amp/ 8j / IV
Paracetamol drips 500 cc/ 8j / IV
Sohobion 1 amp / 24 jam/ drips
Omeprazole 0-0-1
HB Vit 1 x 1

Pada dasarnya pengobatan Malaria bersifat simptomatis yaitu mengurangi gejala yang
diderita. Pada terapi awal diberikan terapi untuk mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat dari reaksi penghancuran eritrosit.
Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari
1%.
Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat

simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat


antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada
saluran cerna bagian atas (lambung/duodenum)7.
Obat Anti Malaria terdiri dari 5 jenis, yakni :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasite pra eritrosit : proguanil,
pirimetamin
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasite eksoeritrosit : primakuin
3. Skizontisid darah yang membasmi parasite fase eritrosit , : kina, kloroquin,
amodiakuin
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual : primakuin (untuk semua jenis
plasmodium) dan kina, klorokuin, amodiakuin (tidak efektif untuk p.falcifarum)
5. Sporontosid yang mencegah gametosit dalam darah membentuk ookista dan sporozoit
dalam nyamuk : primakuin, proguanil.

1. Regimen Terapi Malaria


Sejak tahun 2004 obat pilihan utama untuk malaria falsifarum digunakan obat
kombinasi derivat Artemisinin yang dikenal dengan Artemisinin Combination Theraphy
(ACT) Regimen yang dipakai saat ini adalah Artesunat dan Amodiakuin serta injeksi
Artemeter untuk malaria berat disamping injeksi Kina. Terapi anti malaria menggunakan
kombinasi 2 atau lebih obat skizontosida darah yang memiliki cara kerja berbeda.
Penggunaan obat kombinasi terbukti lebih efektif dan menurunkan risiko resistensi.
Terapi dengan ACTs terdiri dari artemisinin dan derivatnya (artesunat, artemeter,
dihidroartemisinin). Artemisinin dapat membunuh parasite dan memperbaiki gejala dengan
cepat dengan menurunkan jumlah parasit 100 1000 kali lipat per siklus aseksual.
Artemisinin dan derivatnya dieliminasi secara cepat, bila diberikan dalam kombinasi dengan
obat lain yang juga memiliki eliminasi secara cepat (seperti tetrasiklin, klindamisin),
diperlukan 7 hari pengobatan. Namun bila diberikan dalam kombinasi dengan antimalaria
yang dieliminasi lambat, maka dapat diberikan dalam waktu yang lebih singkat, selama 3
hari. Artemisinin juga membunuh gametosit sehingga menurunkan risiko transmisi penyakit.
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan golongan
aminokuinolin, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas Dihydroartemisinin

dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan


320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per oral selama tiga hari dengan range dosis
tunggal harian sebagai berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis
16-32mg/kgBB
2. Artesunat Amodiakuin (ACT)
Kemasan artesunat amodiakuin yang ada pada program pengendalian malaria dengan 3
blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg dan 4 tablet amodiakuin 150
mg.

A. Pengobatan malaria tanpa komplikasi


1. Pengobatan malaria falsifarum dan vivax
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT
ditambah primakuin.
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks
sedangkan obat primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari
pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama 14
hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB. Lini pertama pengobatan malaria falsiparum
dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:
a. Lini pertama
DHP + Primakuin
Tabel 1. Pengobatan Lini Pertama Malaria falsiparum menurut berat
badan dengan DHP dan Primakuin

10

Tabel 2. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan


dengan DHP dan Primakuin

Dosis obat :

Dihydroartemisinin = 2 4 mg/kgBB
Piperakuin = 16 32 mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB (P. falciparum untuk1 hari )
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari)

Keterangan :
Sebaiknya dosis pemberian DHA + PPQ (Dihydroartemisinin dan Piperakuin)
berdasarkan berat badan. Apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka
pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.
1. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel pengobatan), maka
dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
2. Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3
3. Apabila pasien P. falciparum dengan BB >80 kg datang kembali dalam waktu 2 bulan
setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan Darah masih positif P. falciparum, maka
diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
Atau
ACT + Primakuin

11

Tabel 3. Pengobatan Lini Pertama Malaria falsiparum menurut berat badan


dengan Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin

Tabel 4. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin

b. Lini kedua untuk malaria falsifarum


Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin

Pengobatan lini kedua Malaria falsiparum diberikan jika pengobatan lini


pertama tidak efektif, dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi
parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).

Tabel 5. Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum (obat kombinasi Kina dan
Doksisiklin)

12

Tabel dosis doksisiklin

Catatan: Dosis Kina diberikan sesuai BB (3x10mg/kgBB/hari)


Dosis Doksisiklin 3.5 mg/kgBB/hari diberikan 2 x sehari (> 15 tahun)
Dosis Doksisiklin 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2 x sehari (8-14 tahun)
Tabel 6. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum (obat kombinasi Kina dengan
Tetrasiklin)

Tabel 7.Tabel dosis tetrasiklin

Catatan : Dosis Tetrasiklin 4 mg/kgBB/kali diberikan 4 x sehari Tidak diberikan pada anak
umur<8 tahun
13

c. Lini kedua untuk malaria vivax


Kina + Primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak
respon terhadap pengobatan ACT.
Tabel 8. Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks

d. Pengobatan malaria vivax yang relaps


Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian
primakuin dosis 0,25 mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan
penderita sakit kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu
sampai 3 bulan setelah pengobatan.
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan lagi
regimen ACT yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari.
Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah
minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), maka
pengobatan diberikan secara mingguan selama 8-12 minggu dengan dosis
mingguan 0,75mg/kgBB. Pengobatan malaria pada penderita dengan
Defisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah sakit dan dikonsultasikan kepada
dokter ahli
2. Pengobatan Malaria ovale
a. Lini Pertama untuk Malaria ovale
Pengobatan Malaria ovale saat ini menggunakan Artemisinin
14

Combination Therapy (ACT), yaitu Dihydroartemisinin Piperakuin(DHP) atau


Artesunat + Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya samadengan untuk malaria
vivaks
b. Lini Kedua untuk Malaria ovale
Pengobatan lini kedua untuk malaria ovale sama dengan untuk malaria
vivaks.
3. Pengobatan Malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali per hari selama 3
hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak
diberikan primakuin
4. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale
Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale dengan
ACT. Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta
primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Tabel 9. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. Ovale dengan DHP

Atau

Tabel 10. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. Ovale dengan Artesunat +
Amodiakuin

15

Artesunat = 4 mg/kgBB dan Amodiakuin basa = 10 mg/kgBB


5. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. malariae
Infeksi campur antara P. falcifarum dengan P. malariae diberikan regimen ACT
selama 3 hari dan Primakuin pada hari I
1. Plan :
Diagnosis : Malaria Falcifarum
Pengobatan :

Rawat inap

Evaluasi keadaan umum dan tanda vital

Perbanyak asupan cairan oral

IVFD RL 20 tpm

D-Artevv 1 x 3 tab selama 3 hari

Ranitidin 1 amp/ 12j / IV

Paracetamol drips 500 cc/ 8j / IV

Sohobion 1 amp / 24 jam/ drips

Omeprazole 0-0-1

HB Vit 1 x 1

Rencana Pemeriksaan Selanjutnya : Pemeriksaan Hb, SGOT/SGPT , Ur/Cr , Darah


Rutin kontrol ,
Pendidikan :
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko
malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, kawat kasa nyamuk, dll.

16

Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah Doksisiklin dengan Dosis 100 mg
/ hari. Obat ini diberikan 1 2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah
tersebut sampai 4 minggu, dan setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
Konsultasi : Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis penyakit dalam apabila
dan anak dibawah 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
terdapat tanda-tanda icterus, penurunan kesadaran, kejang, sesak napas, urin berwarna
gelap.

Rujukan : Kontrol :
Kegiatan
Follow up klinis

Periode
Setiap hari

Hasil yang diharapkan


Terjadi proses

pasien meliputi

perbaikan dengan

demam, manifestasi

berkurangnya

perdarahan dan vital

keluhan

sign
Follow Up

Setiap hari

Laboratorium

Parameter
laboratorium
semuanya baik

17

Peserta,

Pendamping,

dr.Maghfirah Ekasari Nadir

dr. Hj. Nurhidayati, M.Kes

18

Anda mungkin juga menyukai