PENDAHULUAN
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di
negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian
besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang di sebabkan oleh virus,
bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting,
sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya
dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk
mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare menyababkan hilangnya sejumlah
besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan
basa.
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare
dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya
kemampuan sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan akan
berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.
DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per
hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal.
Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi
merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembanga
saluran cerna.
Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut
ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang
air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat
disebut diare.
EPIDEMIOLOGI
1
sedangkan di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan
penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk
golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia
15,5%.
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
melalui lalat. (melaui 4F=finger, flies, fluid, field)
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia
atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen
merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang
berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak
enteropatogen terutama bila mereka tiadk menyadari adanya infeksi, tidak
menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Didaerah sub
tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan
diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin.
Didaerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat
terjadi sepajang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
4. Epidemi dan pandemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemi dan
pandemi yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada
semua golongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan oleh V.cholera
0.1 biotipe Eltor telah menyebar ke negara-negara di Afrika, Amerika Latin, Asia,
Timur Tengah dan beberapa daerah di Amerika Utara & Eropa. Dalam kurun
waktu yang sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar
di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika Tengan dan Asia Selatan. Pada akhir
2
tahun 1992, di kenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemi
di Asia dan lebih dari 11 negara mengalami wabah.
ETIOLOGI
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah sebagai berikut:
Golongan Parasit:
- Balantidium coli
- Blastocystis homonis
- Cryptospotidium parvum
- Entamoeba histolytica
- Giardia lamblia
- Isospora belli
- Strongyloides stercoralis
- Trichuris trichiura
3
digunakan istilah gastroenteritis, walaupun pengosongan lambung tertunda
telah didokumentasikan selama infeksi virus Norwalk.
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang
terdiferensiasi, yang mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis
disakharida dan fungsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui
pengangkut bersama (kontransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit
kripta merupakan sel yang tidak berdiferensiasi, yang tidak mempunyai enzim
hidrofilik tepi bersilia dan merupakan pensekresi (sekretor) air dan elektrolit.
Dengan demikian infeksi virus selektif sel-sel ujung vilus usus menyebabkan
(1) ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi, dan
(2) malabsorpsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa.
Disamping itu penyebab diare non infeksi dapat menimbulkan diare pada
anak antara lain:
- Kesulitan makan
- Defek Anatomis
o Malrotasi
o Penyakit Hirchsprung
o Short Bowel Syndrome
o Atrofi mikrovili
o Stricture
- Malabsorpsi
o Defisiensi disakaridase
o Malabsorpsi glukosa-galaktosa
o Cystic fibrosis
o Cholestosis
4
o Penyakit Celiac
- Endokrinopati
o Thyrotoksikosis
o Penyakit Addison
o Sindroma Adrenogenital
- Keracunan makanan
o Logam berat
o mushrooms
- Neoplasma
o Neuroblastoma
o Phaeochromocytoma
o Sindroma Zollinger Ellison
- Lain-lain
o Infeksi non gastrointestinal
o Alergi susu sapi
o Penyakit Chron
o Defisiensi imun
o Colitis ulserosa
o Gangguan motilitas usus
o Pellagra
MEKANISME DIARE
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorpsi atau
sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare:
5
bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukose, sukrose,
laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan
absorpsi kolon, sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti
karbohidrat dari jus buah, atau bahan yaang mengandung sorbitol
dalam jumlah berlebihan, akan memberikan dampak yang sama.
Hiperplasia kripta
Luminal secretagogues
6
Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek ada aktivasi NaK-
ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar Camp
intraseluler, meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian
menyebabkan kerusakan sel mukosa. Penyakit malabsorbsi seperti reseksi
ileum dan penyakit Crohn dapat menyebkan kelainan sekresi seperti
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
Blood-Borne Secretagogues
7
reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan basofil. Bila terjadi aktivtas
akibat pajanan berulang dengan antigen yang spesifik, sel mast akan
melepaskan mediator seperti histamin, ECF-A, PAF, SRA-A dan
prostaglandin. Pada reaksi tipe III terjadi reaksi komplek antigen-antibodi
dalam jaringan atau pembuluh darah yang mengaktifkan komplemen.
Komplemen yang diaktifkan kemudian melepaskan Macrophage
Chemotactic Factor yang akan merangsang sel mast dan basofil melepas
berbagai mediator. Pada reaksi tipe IV terjadi respon imun seluler, disini
tidak terdapat peran antibodi. Antigen dari luar dipesentasikan sel APC
(Antigen Precenting Cell) ke sel Th1 yang MHC-II dependen. Terjadi
pelepasan berbagai sitokin seperti MIF, MAF dan IFN- oleh Th1. Sitokin
tersebut akan mengaktifasi makrofag dan menimbulkan kerusakan
jaringan. Berbagai mediator diatas akan menyebabkan luas permukaan
mukosa berkurang akibat kerusakan jaringan, merangsang sekresi klorida
diikuti oleh natrium dan air.
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang
paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan
kematian bila tidak di obati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas
plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik atau dehidrasi hipotonik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang
atau dehidrasi berat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik patogen antara lain:
vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis, meningitis, pneumonia,
hepatitis, peritonitis dan septik trombophlebitis. Gejala neurologik dari infeksi usus bisa
berupa parasthesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamat) hipotoni dan
kelemahan otot (C.botulinum).
8
Hemolytic Uremic Syndrome S.dysentrie, E.Coli
Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti:
enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia dan Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak
panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare,
menunjukan bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien
immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya
imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting.
DIAGNOSA
9
1. Anamnesa
Pada anamnesa perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/ tidak lendir dan darah. Bila disertai
muntah: volume dan frekuensinya.
Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit
lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa
berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta
riwayat imunisasinya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-
tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata:
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif
dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lain-
lain dapat dilihat pada tabel berikut:
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung &
Air mata Ada Tidak ada kering
Mulut & lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa tidak *Haus, ingin minum Sangat kering
haus banyak *Malas minum atau
tidak bisa minum
Periksa: turgor Kembali cepat *Kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
pemeriksaan: sedang
Bila ada 1 tanda *
Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain
lebih tanda lain
Terapi: Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
10
cengeng,apatis,ngant atau syok
uk
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/menit Kuat <120 Sedang (12140) Lemah >140
Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1 atau 2 sesuai dengan tabel
kemudian dijumlahkan.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur
urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:
Darah: darah lengkap, serum elektrolit,analisa gas darah, glukosa darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja:
Pemeriksaan Makroskopis:
Pemeriksaan makroskopis tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan
diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan
tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa
atau di sebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan
11
mukosa atau parasit usus seperti: E.histolytica, B.coli, dan T.trichiura. Apabila
darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.Histolytica
darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat
garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi
dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan Mikroskopik:
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit dapat memberikan
informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses
peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap
bakteri yang menyerang mukosa kolon. Lekosit yang positif dalam pemeriksaan
tinja menunjukan adanya kuman infasiv atau kuman yang memproduksi
sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C.jejuni, EIEC, C.difficile, Y.enterocolitica,
V.parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P.shigelloides. Lekosit
yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit PMN, kecuali pada S.typhii lekosit
mononuklear. Tidak semua penderita kolitis terdapat lekosit pada tinjanya, pasien
yang terinfeksi dengan E.histolytica umumnya lekosit pada tinja minimal. Parasit
yang menyebabkan diare pada umumnya tidak memproduksi lekosit dalam
jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk mencari telur atau
parasit kecuali terdapat riwayat baru saja bepergian ke daerah resiko tinggi,
kultur tinja negatif untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu atau pada
pasien immunocompromised. Pasien yang dicurigai menderita diare yang
disebabkan giardiasis, cryptosporidiosis, isosporiasis dan strongyloidiasis dimana
pemeriksaan tinja negatif, aspirasi atau biopsi duodenum atau yeyunum bagian
atas mungkin diperlukan. Karena organisme ini hidup disaluran cerna bagian atas,
prosedur ini lebih tepat daripada pemeriksaan spesimen tinja. Biopsi duodenum
adalah metoda yang spesifik dan sensitif untuk diagnosa giardiasis,
strongylodiasis dan protozoa yang membentuk spora. E.histolytica dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopik tinja segar. Trophozoit biasanya
ditemukan pada tinja cair sedangkan kista ditemukan pada tinja yang berbentuk.
Tehnik konsentrasi dapat membantu untuk menemukan kista amuba.
Pemeriksaan serial mungkin diperlukan oleh karena ekskresi kista sering terjadi
intermiten. Sejumlah tes serologi amubiasis untuk mendeteksi tipe dan
konsentrasi antibodi juga tersedia. Serologi test untuk amuba hampir selalu positif
pada disentri amuba akut dan amubiasis hati.
Oleh karena bakteri tertentu seperti: Y.enterocolitica, V.cholerae,
V.parahaemolyticus, Aeromonas, C.difficile, E.coli 0157:H7 dan Camphylobacter
membutuhkan prosedur laboratorium khusus untuk identifikasinya, perlu
diberikan catatan pada label apabila ada salah satu dicurigai sebagai penyebab
diare yang terjadi. Deteksi toksin C.difficile sangat berguna untuk diagnosis
antmikrobal kolitis. Proctosigmoidoscopy mungkin membantu dalam menegakkan
diagnosis pada penderita dengan simptom kolitis berat atau penyebab
inflammatory enteritis syndrome tidak jelas setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium pendahuluan.
TERAPI
12
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan
yang terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan bekurangnya lebih
banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan
oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan
elektrolit seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan
formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas
larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan
risiko terjadinya hipernatremia.
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini
sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik
daripada oralit formula lama. Oralit batu dengan low osmolaritas ini juga
meurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk
diare akut non-kolera pada anak.
13
juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
Infeksi usus pada umumnya self limited, tetapi terapi non spesifik dapat
membantu penyembuhan pada sebagian pasien dan terapi spesifik, dapat
memperpendek lamanya sakit dan memberantas organisme penyebab. Dalam
merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terdapat beberapa pertimbangan
terapi:
1. Terapi cairan dan elektrolit
2. Terapi diit
3. Terapi non spesifik dengan antidiare
4. Terapi spesifik dengan antimikroba
Sesuai dengan panduan WHO, pengobatan diare akut dapat dilaksanakan secara
sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral serta melanjutkan
pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan antidiare tidak
direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi.
Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi
berat.
14
Anak yang lebih besar dapat langsung minum dari cangkir atau gelas
dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10
menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa di makan tetap
harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang
6 kali sehari) serta rendah serat. Buah-buahan diberikan terutama pisang.
Makanan yang merangsang (pedas, asam, terlalu banyak lemak) jangan
diberikan dulu karena dapat menyebabkan diare bertambah berat. Bila
dengan cara pengobatan ini diare tetap berlangsung atau bertambah
hebat dan keadaan anak bertambah berat serta jatuh dalam keadaan
dehidrasi ringan-sedang, obati dengan cara pengobatan dehidrasi ringan-
sedang.
15
bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan
selanjutnya yang sesuai yaitu: pengobatan diare dengan dehidrasi ringan
sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.
16
Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa
kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi terutama bila terjadi
anoreksia hebat. Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan yang
kaya akan zat gizi beberapa minggu setelah sembuh untuk memperbaiki
kurang gizi dan untuk mencapai serta mempertahankan pertumbuhan
yang normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak merasa lapar, pada
keadaan semacam ini biasanya anak dapat menghabiskan tambahan 50%
atau lebih
kalori dari biasanya.
Antibiotik
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak
dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik
E.coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya.
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole
5 mg/kg
3x sehari selama 5 hari
Obat Antidiare
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholestyramine).
Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar
kemampuan untuk mengikat dan menginaktifasi toksin bakteri atau bahan
lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan
melindungi kemapuan usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti
17
keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare
akut pada anak.
Antimotilitas
Contoh: loperamide hydrochloride, duphenoxylate dengan atropine,
tinctura opii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi volume
tinja pada anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang
berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan
memperlambat eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek
sedatif pada dosis normal. Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh
diberikan pada bayi dan anak dengan diare.
Bismuth Salisilat
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja
pada anak dengan diare akut sebanyak 30% akan tetapi, cara ini jarang
digunakan.
Obat-Obat Lain
Antimuntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi
rehidrasi oral. Oleh karena itu, obat anti muntah tidak digunakan pada
anak dengan diare, muntah karena biasanya berhenti bila penderita telah
terehidrasi.
Steroid
Tidak memberikan keuntungan dan tidak diindikasikan.
DIAGNOSIS BANDING
18
Irritable Penurunan Tinja dengan Peningkatan Infeksi dapat
bowel waktu transit bentuk normal motilitas mengakibatkan
syndrome, sampai peningkatan
tirotoksikosis, lembek,terstimula motilitas
sindroma si dengan refleks
postvagotom gastrokolik
y dumping
Pseudo- Gangguan Bentuk tinja yang Penurunan Kemungkinan
obstruksi, sistem normal sampai Motilitas terjadinya bakteri
blind loop neuromuskular tidak berbentuk tumbuh lampau
, terjadinya (lembek)
stasis dan
bakteri
tumbuh
lampau
Penyakit Inflamasi, Terdapat darah & Invasi mukosa Disentri (darah,
Celiac, penurunan peningkatan lendir, leukosit)
infeksi luas leukosit di dalam
Salmonella, permukaan tinja
Shigellosis, mukosa dan /
amebiasis, atau
yersiniosis, reabsorpsi
infeksi oleh kolon,
Campylobact peningkatan
er, rotavirus motilitas usus
enteritis
KOMPLIKASI
Gangguan Elektrolit
Hipernatremia
Hiponatremia
19
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi
berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua
anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau Normal Saline.
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 kadar Na serum yang diperiksa X 0,6 X BB.
Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan
serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.
Hiperkalemia
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia jika K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K; jika
kalium 2,5 3,5 mEq/L diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <
2,5 mEq/L maka diberikan secara IV drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4
jam. Dosisnya: (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan
dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 kadar K terukur x BB x
0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB). Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot,
paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat di
cegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan
memberikan makanan yang kaya kalium selama diaredan sesudah diare berhenti.
Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya
pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang
menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik serta malabsorbsi
glukosa. Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin penderita harus di berikan
caira intravena.
Kejang
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang
sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat di sebabkan
oleh karena: hipoglikemia, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya
buruk, hiperpireksia, kejang terjadi bila panas tinggi, misalnya melebihi 40C,
hipernatremi atau hiponatremi.
PENCEGAHAN
20
c. Penggunaan air bersih yang cukup.
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan.
e. Pengunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga.
f. Mambuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host).
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.
b. Menigkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
anak.
c. Imunisasi campak.
Daftar Pustaka
21