ANEMIA APLASTIK
DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi
yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan
status kesehatan.
Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang melatarbelakangi
tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara berkembang adalah keadaan sosial
ekonomi rendah meliputi pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta
kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk.
Anemia yang disebabkan oleh terjadinya cedera atau obstruksi sel induk
dimatriks sumsum tulang disebut anemia aplastik. Anemia aplastik adalah istilah
lain dari gagal sumsum tulang. Pada gangguan ini jumlah sel-sel darah yang
dihasilkan tidak memadai, klien mengalami pansitopenia, yaitu : kekurangan sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
ETIOLOGI
Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa
dan hati. Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di
sumsum tulang. Pembentukannya diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang
disebut dengan eritropoietin. Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian
pembentukan eritrosit disebut Proeritroblas. Dengan rangsangan yang sesuai
maka dari sel-sel tunas (stem cell) ini dapat dibentuk banyak sekali sel.
Proeritoblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi
pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat di cat dengan zat warna
basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin. Pada tahap berikutnya
akan terbentuk cukup hemoglobin yang disebut Polikromatofil eritroblas.
Sesudah terjadi pembelahan berikutnya maka akan terbentuk lebih banyak lagi
hemoglobin. Sel-sel ini disebut Ortokromatik eritroblas dimana warnanya
menjadi merah. Akhirnya bila sitplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh
hemoglobin hingga mencapai konsentrasi kurang lebih 34%, nukleus akan
memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini di
sebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai dua
hari setelah di lepaskan dari sumsum tulang dan siap diedarkan dalam sirkulasi
darah, yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih kurang 114 -
115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati
akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung zat besi (Fe) yang
berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang
terdapat didalam eritrisit yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbon
dioksida. Eritrosit yang telah tua akan dimakan oleh sel-sel fagosit yang ada di
dalam hati dan limpa. Di dalam hati hemoglobin akan di ubah menjadi pigmen
empedu (Bilirubin) yang berwarna kehijauan.
Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 15 gram dalam 100 cc
darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah
memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan
pula zat besi, sehingga diperlukan diit seimbang zat besi.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga
banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang
maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan
yang hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit
terganggu.
PATOFISIOLOGI
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel precursor dalam sumsum
tulang belakang dan penggantian sumsum tulang dengan lemak hal ini dapat
terjadi secara congenital maupun didapat.
MANIFESTASI KLINIS
Onset anemia aplastik biasanya khas, yaitu bertahap. Ditandai oleh
kelemahan, pucat, sesaknapas pada saat latihan, dan manifestasi anemia lainnya.
Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia. Tanda dan gejala
anemia sudah dibicarakan. Gejala-gejala lain yang berkaitan adalah defisiensi
trombosit dan sel darah putih.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Seperti yang diharapkan pada keadaan mengenai sel hematopoetik, anemia
aplastik mempunyai proknosis yang buruk.
1. Transplantasi
Transplantasi untuk memberikan persediaan jaringan hematopeetik
yang masih dapat berfungsi.
2. Imunosupresif
Terapi imunosupresif globulin anti timosit (ATG) diberikan untuk
menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang kondisi
aplastik, sehingga memungkinkan sumsum tulang mengalami
penyembuhan. Klien yang berespon terhadap terapi biasanya akan
sembuh pada beberapa minggu sampai 3 bulan, tetapi respon dapat
lambat sampai 6 bulan sampai penanganan.
3. Transfusi
Klien disokong dengan transfusi sel darah merah dan trombosit
secukupnya untuk mengatasi gejala. Selanjutnya klien tersebut akan
mengembankan antibody terhadap antigen sel darah merah minor dan
antigen trombosit,sehingga transfuse tidak lagi mampu menaikan
jumlah sel. Kematian biasanya disebabkan oleh perdarahan atau infeksi
meskipun antibiotic, khususnyna yang aktif terhadap basel gram
negative telah mengalami kemajuan besar pada klien ini. Klien dengan
leucopenia yang jelas (penurunan abnormal sel darah putih) harus
dilindungi terhadap kontak dengan orang lain yang mengalami infeksi.
Antibiotic tidak boleh diberikan secara provilatis pada klien dengan
kadar leutrofil rendah dan abnormal (netropenia) karena antibiotic
dapat mengakibatkan kegawatan akibat resistensi bakteri dan jamur.
UJI DIAGNOSTIK