Anda di halaman 1dari 8

LID LASERASI

1. Definisi
Laserasi kelopak adalah terpotongnya jaringan pada kelopak mata.
Penyebab laserasi kelopak dapat berupa sayatan benda tajam, trauma
tumpul (kecelakaan lalu lintas atau olahraga), maupun gigitan hewan.
Laserasi pada kelopak perlu ditangani segera agar fungsi dan kosmetik
kelopak dapat dipertahankan.
2. Etiologi
- Trauma tumpul
- Trauma benda tajam
3. Patofisiologi
a. Trauma tumpul
Echimosis dan edema termasuk dalam manifestasi klinis trauma tumpul. Pasien
membutuhkan evaluasi biomikroskopik dan pemeriksaan fundus dengan pupil yang
dilebarkan untuk menyingkirkan permasalahan yang terkain kelainan intraokular. CT scan
di perlukan untuk mengetahui adanya fraktur.

Gambar 1.3 Echimosis dan edema akibat trauma tumpul

b. Trauma benda tajam


Pengetahuan yang mendetail tentang anatomi palpebra membantu dokter ahli bedah
untuk memperbaiki trauma tajam palpebra.Secara umum, penanganan trauma tajam
palpebra tergantung kedalaman dan lokasi cedera.
c. Laserasi yang tidak melibatkan margo palpebra
Laserasi pada palpebra superficial hanya terdapat pada kulit dan otot orbicularis
biasanya hanya memerlukan jahitan pada kulitnya saja. Untuk menghindari sikatrik yang
tidak di kehendaki,harus mengikuti prinsip dasar tindakan bedah plastik. Hal ini termasuk
debridemant luka yang sifatnya konservatif, menggunakan benang dengan ukuran yang
kecil. Menyatukan tepi luka sesegera mungkin dan melakukan pengangkatan jahitan.
Adanya lemak orbita di dalam luka menyatakan bahwa septum orbita telah terkena. Bila
terdapat benda asing di daerah superfisial harus dicari sebelum laserasi pada palbebra di
jahit. Melakukan irigasi untuk menghilangkan kontaminasi material di dalam luka. Prolaps
lemak orbita pada palpebra superior merupakan indikasi untuk melakukan eksplorasi,
laserasi pada otot levator atau aponeurosis harus dengan hati-hati melakukan perbaikan
untuk menghindari ptosis post operasi.

Gambar 1.4 Laserasi palpebra tanpa melibatkan margo palpebra

d. Laserasi pada margo palpebra


Laserasi pada margo palpebra memerlukan jahitan untuk menghindari tepi luka
yang tidak baik. Banyak teknik teknik sudah diperkenalkan tapi pada prinsip pentingnya
adalah aproksimasi tarsal harus dibuat dalam garis lurus.
Gambar 1.5 Laserasi pada margo palpebra

e. Trauma pada jaringan lunak kantus


Trauma pada medial atau lateral kantus pada umumnya disebabkan oleh adanya
tarikan horizontal pada palpebra menyebabkan avulsi dari palpebra pada titik lemah
medius atau lateral dari tendon kantus. Avulsi dari tendon kantus medial harus dicurigai
bila terjadi di sekitar medial tendon kantus dan telekantus.Harus diperhatikan juga
posterior dari tendon sampai dengan posterior kelenjar lakrimalis. Penanganan avulsi dari
tendon medial kantus tergantung pada jenis avulsinya. Jika pada bagian atas atau bagian
bawah terjadi avulsi tetapi pada bagian posterior masih intake avulsi dapat di jahit. Jika
terdapat avulsi pada posterior tetapi tidak ada fracture pada nasoorbital tendon yang
mengalami avulsi harus di lakukan wirering melalui lubang kecil di dalam kelenjar
lakrimal ipisi lateral posterior. Jika avulsi tendon disertai dengan fraktur
nasoorbital,wirering transnasal atau platting diperlukan setelah reduksi dari fraktur.
f. Gigitan anjing dan manusia
Robekan dan trauma remuk terjadi sekunder dari gigitan anjing atau manusia.
Laserasi palpebra pada sebagian kulit luar dan kulit secara menyeluruh, avulsi kantus,
laserasi kanalikulus paling sering terjadi. Trauma pada wajah dan intracranial mungkin
dapat terjadi terutama pada bayi.
Irigasi dan penutupan luka secara dini harus segera dilakukan dan kemungkinan
terjadinya tetanus dan rabies harus dipikirkan serta memerlukan observasi,
direkomendasikan untuk pemberian antibiotik.
Gambar 1.6 Laserasi akibat gigitan anjing
g. Luka bakar pada palpebra
Pada umumnya luka bakar pada palpebra terjadi pada pasien-pasien yang
mengalami luka bakar yang luas. Sering terjadi pada pasien dengan keadaan setengah sadar
atau di bawah pengaruh sedatif yang berat dan memerlukan perlindungan pada mata untuk
mencegah ekspose kornea,ulserasi dan infeksi. Pemberian antibiotiktetes dan salep serta
pelembab.Evaluasi secara rutin pada palpebra merupakan penanganan dini pada pasien-
pasien tersebut.
4. Manifestasi Klinis
1. Terdapat rasa nyeri periorbita
2. Perdarahan dan bengkak pada kelopak
3. Mata berair
4. Tidak terdapat penurunan tajam penglihatan bila cedera tidak
melibatkan bola mata
5. Penatalaksanaan
1. Bersihkan luka apabila diyakini bola mata intak
2. Pertimbangkan pemberian profilaksis tetanus
3. Berikan antibiotik sistemik
4. Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan
penanganan secepatnya
5.

PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
1. Definisi
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rupturnya
pembuluh darah dibawah lapisan konjungtiva yaitu pembuluh darah
konjungtivalis atau episklera. Dapat terjadi secara spontan atau akibat
trauma.
2. Etiologi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada semua ras, umur, dan jenis
kelamin dengan proporsi yang sama. Beberapa penyebab yang dapat
menyebabkan perdarahan subkonjungtiva antaralain,
1. Spontan/idiopatik biasanya yang ruptur adalah pembuluh darah
konjungtiva.
2. Batuk, berusaha, bersin, muntah.
3. Hipertensi. Pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah
yang rapuh,sehingga jika ada kenaikan tekanan mudah ruptur
sehingga menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.
4. Gangguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes,
SLE, dan kekurangan vitamin C, gangguan faktor pembekuan.
5. Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi.
6. Infeksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal
septicemia, scarlet fever, typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria,
dan virus (misal influenza, smallpox, measles, yellow fever, sandfly
fever).
7. Gejala sisa dari operasi mata.
8. Trauma.
9. Menggosok mata.
3. Patofisiologi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, akibat trauma,
ataupun infeksi. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah
konjungtiva atau episklera yang bermuara ke ruang subkonjungtiva.
4. Manifestasi Klinis
Pasien datang dengan keluhan adanya darah pada sklera atau mata
berwarna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal). Sebagian besar
tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan perdarahan
subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera. Perdarahan akan
terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu kemudian akan
berkurang perlahan ukurannya karena diabsorpsi.
5. Penatalaksanaan
Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan pengobatan
karena darah akan terabsorbsi dengan baik selama 3-4 minggu. Tetapi
untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter
memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin. Airmata buatan
untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko
perdarahan berulang.

FOREIGN BODY ON CORNEA


1. Definisi
Korpus alienum kornea adalah benda asing yang terdapat pada kornea
seperti serpihan
logam, serpihan kaca, ataupun serpihan bendabenda organik.
2. Etiologi
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah:
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya
3. Patofisiologi
Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa
disengaja. Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma
superfisial atau dalam (intraokular). Beberapa benda yang dapat
mengenai seperti serpihan kayu, logam, plastik, serpihan daun, atau
pasir. Trauma biasanya terjadi pada cuaca berangin atau bekerja dengan
benda yang dapat menimbulkan angin.
Untuk benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuhtumbuhan,
memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan resiko infeksi
serta bersifat antigenik yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea.
Oleh sebab itu pada pasien seperti ini harus dilakukan follow up ketat
untuk komplikasi infeksi.
Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada lapisan epitel atau
stroma. Keadaan
ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi dilatasi
pembuluh darah di
sekitarnya, serta udem palpebra, konjungtiva, dan kornea. Jika tidak
segera dikeluarkan
hal ini akan menyebabkan infeksi dan atau nekrosis jaringan.
Defek pada epitel kornea merupakan tempat masuknya
mikroorganisme ke dalam lapisan stroma kornea yang akan menyebabkan
ulserasi. Selama fase inisial, sel epitel dan stroma pada area defek akan
terjadi udem dan nekrosis. Selsel neutrofil mengelilingi ulkus dan
menyebabkan nekrosis lamela stroma. Difusi sitokin ke posterior (kamera
okuli anterior) menyebabkan terbentuknya hipopion. Toksin dan enzim
yang dihasilkan bakteri dapat merusak substansi kornea. Bakteri yang
pada umumnya dijumpai adalah Streptococcus, Pseudomonas,
Enterobacteriaceae, dan Staphylococcus sp.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia,
mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi,
ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau
injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+).
5. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengurangi nyeri, mencegah
infeksi, dan mencegah kerusakan fungsi yang permanen.
Benda asing yang terletak di permukaan kornea dapat dihilangkan
dengan berbagai cara seperti menggunakan usapan cottonbud secara
halus, menggunakan jarum spuit 1 cc, atau menggunakan magnet.
Setiap pasien dengan benda asing di kornea dilakukan langkahlangkah
penatalaksanaan awal sebagai berikut:
1. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan.
2. Berikan anastesi topikal pada mata yang terkena.
3. Cobalah mengeluarkan benda asing dengan irigasi NaCl 0,9% steril.
4. Cobalah menggunakan cotton bud secara halus.
5. Cobalah menggunakan jarum halus.
6. Pengangkatan benda asing harus dilakukan dengan bantuan slit
lamp.
7. Jika tidak berhasil segera rujuk ke dokter mata.
8. Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai
regenerasi epitel.
9. Berikan analgetik topikal seperti cycloplegic jika terdapat abrasi > 3
mm, jangan berikan steroid atau anastesi topikal karena
menghambat regenerasi epitel dan menigkatkan resiko infeksi
jamur.
10. Reevaluasi dalam 24 jam untuk melihat tandatanda infeksi dan
ulkus kornea.
11.

Anda mungkin juga menyukai