Anda di halaman 1dari 4

Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang diluncurkan pada bulan Februari 2004,

dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc.[6] Pada September 2012, Facebook memiliki lebih
dari satu miliar pengguna aktif,[7] lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam.[8]
Pengguna harus mendaftar sebelum dapat menggunakan situs ini. Setelah itu, pengguna dapat
membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan, termasuk
pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu, pengguna dapat
bergabung dengan grup pengguna dengan ketertarikan yang sama, diurutkan berdasarkan tempat
kerja, sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri khas lainnya, dan mengelompokkan teman-teman
mereka ke dalam daftar seperti "Rekan Kerja" atau "Teman Dekat".
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan sesama mahasiswa
Universitas Harvard, Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes.[9]
Keanggotaan situs web ini awalnya terbatas untuk mahasiswa Harvard saja, kemudian diperluas ke
perguruan lain di Boston, Ivy League, dan Universitas Stanford. Situs ini secara perlahan membuka
diri kepada mahasiswa di universitas lain sebelum dibuka untuk siswa sekolah menengah atas, dan
akhirnya untuk setiap orang yang berusia minimal 13 tahun. Meski begitu, menurut survei
Consumer Reports bulan Mei 2011, ada 7,5 juta anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun
Facebook dan 5 juta lainnya di bawah 10 tahun, sehingga melanggar persyaratan layanan situs ini.
Nama layanan ini berasal dari nama buku yang diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik
pertama oleh beberapa pihak administrasi universitas di Amerika Serikat dengan tujuan membantu
mahasiswa mengenal satu sama lain. Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal 13
tahun menjadi pengguna terdaftar di situs ini.

Masa remaja atau masa adolesens adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 15 tahun = masa remaja
awal, 15 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi
Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-
remaja 10 12 tahun, masa remaja awal 12 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 18 tahun, dan
masa remaja akhir 18 21 tahun (Deswita, 2006: 192)

Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja


Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 1220 thn secara fungsional, perkembangan
kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut
a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat
keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya
psikologi remaja
f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas
(jati diri)

Perkembangan Emosi Psikologi Remaja


Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan
emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan
temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah
mulai mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif,
kematangan emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah
laku salah suai, misalnya : psikologi remaja
1) Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
2) Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat
penenang, minuman keras, atau obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu
kematangan emosi remaja menjadi :
1) Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek
(sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
2) Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-
ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak

Penelitian kualitatif : Responden diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau
moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan
menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk
menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian
kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer
atau moderator group.

ABSTRAK
Latar Belakang: Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan dalam dirinya termasuk dorongan seks
mulai meningkat dan sulit dikendalikan, tidak jarang hal tersebut menyebabkan konflik pada diri
remaja. Situasi tersebut diperburuk dengan adanya kemudahan remaja dalam mengakses informasi
tentang seks yang keliru melalui media cetak dan elektronik misalnya majalah, video dan internet.
Kesempatan untuk diskusi tentang kesehatan reproduksi masih sangat terbatas, bahkan masih banyak
orang tua dan guru yang menganggap tabu untuk dibicarakan. Orang tua seharusnya merupakan pihak
pertama yang bertanggungjawab memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja,
selain pihak sekolah melakukan pendidikan seksual untuk memotivasi pilihan yang sehat bagi siswa
dalam perilaku seksualnya Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran
teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Metode: Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan studi potong lintang/ cross sectional. Lokasi
penelitian di SMA Muhammadiyah 3 Kota Surakarta. Sampel penelitian ini adalah remaja siswa SMA
Muhammadiyah 3 Surakarta yang berusia 14-17 tahun, belum menikah dan tinggal dengan orang tua
kandung sebanyak 50 orang. Hasil Penelitian: Ada hubungan peran teman sebaya dengan perilaku
seksual pranikah pada remaja di SMA Muhammadiyah III Kota Surakarta. Hasil analisis data dengan
Chi Square dalam taraf kepercayaan 95% ( = 5%), didapatkan hasil nilai p value sebesar 0,001 untuk
peran teman sebaya dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja di SMA Muhammadiyah 3
Surakarta. Simpulan: Sebagian besar responden menyatakan memperoleh informasi seksualitas dari
teman sebaya. Ada hubungan bermakna peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada
remaja di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta

PERAN FACEBOOK TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PERTEMANAN


PADA REMAJA DI SMPN3 KALASAN

Abstrak

Latar Belakang: Masa remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, dan emosional. Perkembangan emosi remaja pada usia
12 15 tahun ( masa remaja awal ) cenderung sensitif, reaktif dan temperamental. Pada masa ini, faktor
lingkungan ( orang tua, guru, teman dan teknologi ) sangat berperan dalam membantu pembentukan
kematangan emosional remaja. Salah satu hasil perkembangan teknologi internet yang berfungsi sebagai
media untuk mencari dan menjalin pertemanan antara pengguna dunia maya, tanpa batasan wilayah,
usia dan tingkat pendidikan adalah facebook. Disisi lain tidak menutup kemungkinan masih banyak
orang tua yang gagap teknologi ini ( facebook ). sehingga peran orang tua dalam membimbing dan
mengarahkan anaknya untuk menggunakan teknologi ini ( facebook ) terabaikan.
Tujuan : Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan peran facebook dengan perubahan
perilaku pertemanan pada remaja.
Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana responden diminta untuk menjawab
pertanyaan melalui quisener atau wawancara. Lokasi penelitian di SMPN3 Kalasan Sleman. Sampel
penelitian ini adalah remaja siswa kelas 8 (delapan) SMPN3 kalasan yang berusia 13-14 tahun, dengan
tingkat pendidikan orang tua lulusan SLTA sebanyak ..... % dan lulusan perguruan tinggi sebanyak .....
%.
Hasil penelitian :
Kesimpulan :

Daftar Pustaka
Gunarsa, S. D. (1989). Psikologi perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Santrok, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Haryanto, S.Pd. (2011). Perkembangan Psikologis Remaja. Diakses dari www.belajarpsikologi.com
pada tanggal 29 Maret 2015.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Batasan usia remaja
yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun, dibedakan menjadi tiga, yaitu
12 15 tahun = masa remaja awal, 15 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 21 tahun = masa
remaja akhir. Masa remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, dan emosional. Perkembangan emosi remaja awal
cenderung sensitif, reaktif dan temperamental. Pada masa ini, faktor lingkungan ( orang tua, guru, teman
dan teknologi ) sangat berperan dalam membantu pembentukan kematangan emosional remaja.

Facebook sebagai salah satu hasil perkembangan teknologi internet yang yang diluncurkan pada bulan
Februari 2004, berfungsi sebagai media untuk mencari dan menjalin pertemanan antara pengguna
dunia maya, dengan jumlah pengguna lebih dari 1 milyard orang dan menurut survei Cunsomer reports
bulan Mei 2011, ada 7,5 juta anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun Facebook dan 5 juta
lainnya di bawah usia10 tahun. Kemudahan remaja menggunakan media ini untuk menjalin pertemanan
yang lintas wilayah, usia dan tingkat pendidikan, sedikit banyak akan memberikan pengaruh pada
perilaku pertemanan.

Anda mungkin juga menyukai