Oleh:
Pembimbing:
Dr. Yoan Levia Magdi, Sp. THT-KL
Referat
Judul
Oleh:
Widyastuti, S. Ked 04061001116
Fitri Handayani, S. Ked 04061001121
Ferazona Wardani, S .Ked 04061001101
Vita, S. Ked 04043100017
Nita Rusilina, S. Ked 03043100014
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 25 Oktober 22 November 2010.
Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen
(berasal dari luar tubuh) dan benda asing endogen (berasal dari dalam tubuh) yang
dalam keadaan normal seharusnya benda tersebut tidak ada. Benda asing eksogen
dapat berupa padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen terdiri dari zat organik
seperti kacang-kacangan, tulang, dan zat anorganik seperti peniti, jarum, batu dan
lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen contohnya sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membrane difteri, bronkolit, cairan amnion, dan mekonium.1
Peristiwa tertelannya benda asing merupakan masalah utama pada anak
usia 6 bulan sampai 6 tahun, tampak dari 70% banyaknya yang mengalami
tertelan benda asing adalah anak-anak, meskipun dapat terjadi pada semua umur
karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya, bahkan sering
bermain atau menangis pada waktu makan5. Secara statistik, persentase aspirasi
benda asing berdasarkan letaknya masing-masing adalah; hipofaring 5%,
laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda
asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi
pada anak usia 13 tahun.2,3,4 Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus
kanan, karena bronkus utama kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih
besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan dengan
bronkus utama kiri.1
Benda asing di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai macam
penyakit paru, baik akut maupun kronis. Benda asing yang lama berada di
bronkus dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit paru kronik, bronkiestasis,
abses paru, dan jaringan granulasi yang menutupi benda asing, Sumbatan total
saluran nafas atas yang berlangsung lebih dari lima menit pada dewasa akan
mengakibatkan kerusakan jaringan otak dan henti jantung.5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Benda asing di bronkus adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada yang tersangkut dan terjepit
di bronkus karena teraspirasi, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.1
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke
dalam saluran napas, antara lain:1
1. Faktor individual antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,
tempat tinggal.
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain keadaan tidur,
kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi.
3. Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologik.
4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5. Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi,
belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
6. Faktor kejiwaan, antara lain: emosi, gangguan psikis.
7. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
8. Faktor kecerobohan, antara lain: meletakkan benda asing di mulut, persiapan
makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil
bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya
belum tumbuh.
Anak-anak lebih sering mengalami aspirasi benda asing daripada orang
dewasa dimana sebagian besar terjadi pada anak-anak dibawah umur 3 tahun dan
(basic
anak laki-laki lebih banyak dibanding perempuan dengan perbandingan 2 : 1.
otolaryngology)
Orang dewasa umumnya mengalami aspirasi akibat trauma atau konsumsi obat-
obatan yang dapat mengubah status mental ataupun adanya penyakit neurologik
yang mempengaruhi kontrol terhadap makanan yang dimakan.(Ballenger)
ANATOMI
Trakea bercabang dua setinggi torakal empat menjadi bronkus utama kanan dan
kiri. Sekat dari percabangan itu disebut karina. Karina letaknya lebih ke kiri dari
garis median, sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas dari bronkus utama
kiri. Lumen bronkus utama kanan pada potongan melintang seperempat lebih kuas
dari bronkus utama kiri. Bronkus utama kanan lebih pendek dari bronkus utama
kiri, panjangnya pada orang dewasa 2,5 cm dan mempunyai 6-8 cincin tulang
rawan. Panjang bronkus utama kiri kira-kira 5 cm dan mempunyai cincin tulang
rawan sebanyak 9-12 buah. Bronkus utama kanan membentuk sudut 25 derajat ke
kanan dari garis tengah, sedangkan bronkus utama kiri membuat sudut 45 derajat
ke kiri dari garis tengah. Dengan demikian bronkus utama kanan hampir
membentuk garis lurus dengan trakea, sehingga benda asing eksogen yang masuk
ke dalam bronkus akan lebih mudah masuk ke dalam lumen bronkus utama kanan
dibandingkan bronkus utama kiri (pada orang yang sedang berdiri).
Faktor lain yang mempermudah masuknya benda asing ke dalam bronkus
utama kanan ialah kerja otot trakea yang mendorong benda asing itu ke kanan.
Selain itu udara inspirasi ke dalam bronkus utama kanan lebih besar dibandingkan
dengan udara inspirasi ke bronkus utama kiri. Dinding bronkus terdiri dari cincin
tulang rawan. Sebetulnya tidak semua cincin itu merupakan cincin penuh. Di
bagian posterior pada umumnya terdiri dari membran. Oleh karena itu pada waktu
inspirasi lumen bronkus berbentuk bulat sedangkan pada waktu ekspirasi lumen
berbentuk ginjal. Makin ke distal cincing tulang rawan bronkus makin hilang,
sehingga di bronkus terminal dan alveolus sudah tidak ada cincin tulang rawan
lagi dan otot dinding bronkus relatif makin lebih penting.
Ukuran traktus trakeobronkial pada orang dewasa, pria dan wanita, serta
pada anak-anak dan bayi berlainan. Ukuran ini berlainan pada cadaver dan orang
yang masih hidup. Pada tindakan bronkoskopi untuk mengetahui jarak dari suatu
lokasi diukur dari baris gigi depan atas. (BUKU IJO FK UI)
PATOFISIOLOGI
Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat ter-
sangkut pada tiga tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus. Dari semua
aspirasi benda asing, 8090% diantaranya terperangkap di bronkus dan cabang-
cabangnya.
Pada orang dewasa, benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus
utama kanan, karena bronkus kanan hampir merupakan garis lurus dengan trakea
sedangkan bronkus kiri membuat sudut dengan trakea. Benda asing yang lebih
besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea.(FK UI)
Jika benda asing berada dalam bronkus, terdapat tiga kemungkinan
fisiologis dalam hal obstruksi aliran udara. Jika benda tersebut menyumbat
bronkus secara total, terjadi atelektasis perifer akibat resorpsi udara paru-paru
distal ke dalam darah. Bila benda tersebut tidak menyumbat, dimana udara dapat
lewat disekitarnya baik pada inspirasi maupun ekspirasi, maka yang terjadi
mungkin hanya mengi setempat yang menyerupai asma. Kemungkinan ketiga dan
yang paling sering terjadi adalah obstruksi parsial dimana benda asing berfungsi
sebagai katup. Bronkus mengembang pada inspirasi dan memungkinkan lewatnya
udara ke paru-paru distal. Pada ekspirasi terjadi konstraksi bronkus di sekeliling
benda asing, sehingga udara terperangkap dalam paru-paru distal. Keadaan ini
menimbulkan emfisema di perifer dari benda asing tersebut. Jika benda asing
dibiarkan dapat timbul pneumonia, abses atau perdarahan. Kecurigaan akan
adanya benda asing merupakan salah satu indikasi bronkoskopi bilamana terdapat
pneumonia menetap atau kambuh, mengi setempat atau hemoptisis.(boies)
GEJALA KLINIK
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pasien yang teraspirasi benda asing mungkin datang dengan keluhan
batuk, wheezing, stridor ataupun sianosis. Namun, sebagian besar datang ke
rumah sakit pada fase asimptomatik. Riwayat yang perlu ditanyakan adalah
perkiraan waktu aspirasi, durasi timbulnya gejala respiratory sejak terjadinya
aspirasi serta benda apa yang teraspirasi. (current diagnosis and treatment in otolaryngology)
Pemeriksaan fisik
Pada fase asimptomatik keadaan umum pasien masih baik dan foto
rontgen thoraks belum memperlihatkan kelainan. Pada fase pulmonum, benda
asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke perifer. Pada fase ini udara yang
masuk ke segmen paru terganggu secara progresif, dan pada auskultasi terdengar
ekspirasi memanjang disertai dengan mengi. (buku ijo FK UI)
Pemeriksaan penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda
asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum
24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya
setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema. Pemeriksaan
thoraks lateral dilakukan dengan lengan di belakang punggung, leher dalam
keadaan fleksi dan kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan nafas.
Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas
secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan
adanya obstruksi parsial.
Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer
serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda asing yang lama berada di
bronkus.
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.
PENATALAKSANAAN
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.
Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan
segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan
aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga
pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari
segi alat maupun personal yang telah terlatih.
Benda asing di traktus trakeobronkial dikeluarkan secara bronkoskopi,
menggunakan bronkoskop kaku atau serat optik. Tindakan bronkoskopi harus
segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik karena benda asing
organik seperti kacang-kacangan mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi
lunak dan mengembang oleh air serta menyebabkan iritasi pada mukosa(Cahyono A.,
Yunizaf M. Aspirasi benda asing jarum di bronkus. Dalam: Kumpulan naskah ilmiah pertemuan ilmiah tahunan perhati. 1996. Malang:
Immanuel Press.).
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya
dengan tenaga medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk
benda asing harus diketahui dan mengusahakan duplikat benda asing serta
cunam yang sesuai benda asing yang akan dikeluarkan. Benda asing yang tajam
harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen
bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing
kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian
oksigen, monitor jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan.
Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti
edema saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik
spektrum luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus
aureus dapat dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
Bronkoskopi
Pada kasus yang tidak terdapat gejala sumbatan jalan napas total, maka
tindakan bronkoskopi dilakukan dengan persiapan operator, alat dan keadaan
umum penderita sebaik mungkin. Holinger menyatakan bahwa lebih baik dengan
persiapan 2 jam, maka benda asing dapat dikeluarkan dalam waktu 2 menit
daripada persiapan hanya 2 menit tetapi akan ditemui kesulitan selama 2 jam. Bila
benda asing menyebabkan sumbatan jalan napas total, misalnya benda asing di
laring atau trakea, maka tindakan harus segera dilakukan untuk menyelamatkan
penderita, bila perlu dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi lebih dahulu. Jika
timbul kesulitan dalam mengeluarkan benda asing, maka dapat didorong ke salah
satu sisi bronkus. Snow menyatakan bahwa tindakan bronkoskopi tidak boleh
lebih dari 30 menit. (primz)
KOMPLIKASI
Komplikasi aspirasi benda asing di bronkus dapat diklasifikasikan menjadi
komplikasi awal atau komplikasi akhir. Komplikasi awal dapat berupa sianosis,
respiratory distress ataupun respiratory arrest. Efek katup dapat menyebabkan
hiperekspansi pada area paru yang terkena. Jika terjadi obstruksi lengkap maka
kolaps paru partial ataupun total dapat terjadi. Sedangkan komplikasi akhir dapat
berupa pneumona, empiema, fistula bronchial dan pneumothoraks. (current diagnosis and
treatment in otolaryngology)
PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan sembuh tanpa adanya komplikasi yang
menetap. Penundaan dalam diagnosis akan menyebabkan morbiditas lebih berat.
Pasien yang memiliki kesulitan dalam saat ekstraksi harus diobservasi
postoperative sampai mereka tidak membutuhkan lagi airways support. (current diagnosis
and treatment in otolaryngology)
BAB III
KESIMPULAN
Benda asing di bronkus adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada yang tersangkut dan terjepit
di bronkus karena teraspirasi, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Anak-
anak lebih sering mengalami aspirasi benda asing daripada orang dewasa. Orang
dewasa umumnya mengalami aspirasi akibat trauma atau konsumsi obat-obatan
yang dapat mengubah status mental ataupun adanya penyakit neurologik yang
mempengaruhi kontrol terhadap makanan yang dimakan.
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada
lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di
hidung, nasofaring, laring, trakea maupun bronkus. Pasien yang teraspirasi benda
asing mungkin datang dengan keluhan batuk, wheezing, stridor ataupun sianosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil yang diperoleh dari anamnesis,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang meliputi radiologi serta
bronkoskopi yang sekaligus dapat berguna untuk membantu mengeluarkan benda
asing dalam bronkus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams GL. Boies LR, Jr. Highler PA. Boies Buku Ajar THT. Edisi 7.
Effendi H. Santoso RAK. Editor. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1997.pp.467-468.
2. Yunizaf, M. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokan.
Edisi 6. Soepardi, EA., Iskandar, N. Editor. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2007. pp. 259-265.
3. Snow, James B. Ballenger Manual of Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery. Volume 2. Hamilton. 2002. pp. 546-549.
4. Bailey BJ, JT Johnson. Head and Neck Surgery-Otolaryngology.Volume 2.
Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia.2006:2113-14
5. Lalwani, Anil K. Current Diagnosis and Treatment : Otolaryngology Head
and Neck Surgery. Volume 2. Kristina W. Rosbe, MD. New York. 2008.
pp. 523-526.
6. Asroel, Harry A. Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus.
Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 4; 2. 2007.
7. Murray AD. Foreign bodies of airway. 2006. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/872498-overview.
8. Callender T. Laryngo-tracheo-bronchial foreign bodies, 1992. Available at
http://www.bcm.edu/oto/grand/2192.html
9. Giannoni CM. Foreign bodies aspiration. 1994. Available at
http://www.bcm.edu/oto/grand/31094.html).
10. Cahyono A., Yunizaf M. Aspirasi benda asing jarum di bronkus. Kumpulan
naskah ilmiah pertemuan ilmiah tahunan perhati. Malang: Immanuel
Press.1996.