Anda di halaman 1dari 7

Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme dalam Profesi Dokter

Muhammad Faturrahman Adani


102015021 - F3
muhammad.2015fk021@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dalam ilmu kedokteran, terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi dan dikuasai oleh seorang
dokter. Seorang dokter harus bisa menguasai kaidah-kaidah atau aturan, salah satunya adalah
Kaidah Dasar Bioetik (KDB)

Penguasaan dan penerapan KDB harus dikuasai dan dipatuhi oleh seorang dokter karena
KDB merupakan suatu pedoman dan acuan bagi seorang dokter untuk melakukan tindakan dan
keputusan terhadap pasien dalam suatu kasus. Teori KDB ini harus dipegang teguh oleh dokter
selama menjalani profesinya sebagai tenaga medis.

Pada makalah ini akan membahas tentang seorang dokter yang tidak mentransfusi darah
kepada pasiennya, karena menurut pasien, transfusi darah bertentangan dengan kepercayaan
yang dianutnya, padahal pasien tersebut sedang dalam keadaan gawat darurat dan membutuhkan
banyak darah.

2. Skenario

Dokter B sedang bertugas di unit gawat darurat, pada saat dr. B bertugas, datang seorang
pemuda berumur 25 tahun, berlumuran darah diantar oleh beberapa orang. Dari orang yang
mengantarnya dr. B mengetahui pasiennya ternyata mengalami kecelakaan lalu lintas ketika
sedang mengendarai motornya. Dr. B lalu memeriksa pemuda tersebut dan dari hasil
pemeriksaan, pemuda tersebut membutuhkan transfusi darah untuk menolong jiwanya. Walaupun
pemuda tersebut telah kehilangan banyak darah kondisinya masih dalam keadaan sadar. Dr. B
lalu menjelaskan kepada pemuda tersebut bahwa ia membutuhkan transfusi darah untuk
menolongnya. Namun pemuda tersebut menolak untuk ditransfusi karena kepercayaan yang
dianut melarangnya. Dr. B akhirnya memutuskan untuk tidak memberi transfusi darah kepada
pemuda tersebut.

1
3. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang utama dari scenario tersebut adalah pasien yang sedang dalam
keadaan gawat darurat tidak mau ditransfusi darah karena kepercayaan yang dianutnya. Dr B pun
akhirnya tidak melakukan transfusi darah terhadap pasien tersebut.

4. Tujuan Penulisaan

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa FK UKRIDA terutama saya sendiri,
dapat memahami KDB yang berlaku dan bisa membedakan serta menerapkan KDB.

Pembahasan

1. Definisi Bioetik

Bioetik berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma
atau nilai-nilai moral. Bioetik atau Bioetika medis merupakan studi tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro,
masa kini dan masa mendatang (Bertens, 2001).

Bioetika mencakup isu-isu social, agama, ekonomi dan hukum bahkan politik. Bioetika
selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi
reproduksi buatan, dan rekayasa genetic, membahas pula masalah kesehatam, factor budaya yang
berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional,
lingkungan kerja, demografi dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula
terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan1

2. Kaidah Dasar Bioetik

Kaidah Dasar Bioetik adalah suatu kaidah yang memberi pembenaran moral bagi seorang
dokter. Berikut adalah keempat cabang dari KDB:

a. Beneficience

Beneficience adalah suatu tindakan dokter yang mengutamakan keselamatan, kepentingan


dan kebaikan pasien terlebih dahulu. Tindakan ini berlaku untuk pasien sehari-hari atau dalam
kondisi wajar. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam kaidah ini adalah:

2
Mengutamakan alturisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter
Mengusahakan agar kebaikan dan maanfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya
Paternalisme, bertanggung jawab dan berkasih sayang
Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia
Pembatasan Goal Based
Maksimalisasi pemuasan kebahagian/preferensi pasien
Minimalisasi akibat buruk
Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
Tidak menarik honorarium diluar kepantasan
Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
Memberikan obat yang berkhasiat yang harganya terjangkau
Menerapkan Golden Rule Principle2

b. Non-Maleficence

Non-Maleficence adalah suatu tindakan yang dilakukan dokter untuk mengutamakan


keselamatan dan kebaikan pasien terhadap pasien gawat darurat. Prinsip-prinsip yang terkandung
dalam kaidah ini adalah sebagai berikut:

Menolong pasien emergensi


Kondisi pasien menggambarkan kriteria ini adalah
Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat) atau beresiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat)
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter (hanya mengalami
resiko minimal)
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Menghindari misinterpretasi dari pasien
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

3
Tidak melakukan White Collar Crime dalam bidang kesehatan/kerumah-sakitan yang
merugikan pihak pasien/keluarganya2

c. Autonomy (Self-Determination)

Autonomy adalah suatu tindakan dokter yang berkaitan dengan hak pasien Seorang dokter
harus bisa menghormati hak dan keputusan yang diambil oleh pasien. Dalam kasus ini, pasien
harus dalam keadaan sadar penuh, dewasa dan kompeten. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam
kaidah ini adalah:

Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien


Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
Berterus terang
Menghargai privasi pasien
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan Informed-Consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non-emergensi
Tidak berbohong kepada pasien
Menjaga hubungan (kontrak)2

d. Justice

Justice adalah tindakan dokter yang berpegang kepada keadilan. Keadilan yang dimaksud
adalah keadilan seorang dokter terhadap pasiennya, hubungan antar pasien atau hubungan pasien
dengan keluarganya. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam kaidah ini adalah:

Memberlakukan segala sesuatu secala universal


Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien

4
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok rentan (ibu hamil, lansia, anak-anak)
Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dll.
Tidak melakukan penyalahgunaan
Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan yang sah/tepat
Bijak dalam makroalokasi2

3. Hipotesis

Hipotesis atau dugaan sementara dari scenario yang telah diberikan, menurut Kaidah Dasar
Bioetik adalah tindakan dr. B telah mengikuti prinsip dasar autonomy, karena dia menghormati
keputusan pasien untuk tidak melakukan transfusi darah, tetapi dr. B juga mungkin melanggar
prinsip dasar Beneficience karena tidak mementingkan kesehatan pasien, karena kalau pasien
tersebut tidak ditransfusi, pasien tersebut bisa kehilangan banyak darah dan bisa meninggal.

4. Norma Bioetika

Etika medis erat hubungannya tetapi tidak identic dengan Bioetika. Dimana fokus utama
etika medis adalah pada masalah yang timbul pada praktik kedokteran. Bioetik adalah subjek
yang sangat luas yang berkaitan dengan isu-isu moral yang ditimbulkan oleh perkembangan
dalam ilbu Biologi yang lebih umum.

Norma Bioetik pada saat ini banyak tumpang tindih dengan/atau setidaknya dipengaruhi oleh
norma hukum dan yang melatar-belakanginya seperti keuangan, budaya dan social.2

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan scenario diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis atau dugaan
sementara tidak bisa diterima. Karena setelah dikaji kembali, dr. B tidak melanggar KDB
Beneficience, karena Beneficience hanya berlaku untuk pasien yang dalam keadaan wajar,
sedangkan pemuda tersebut dalam keadaan tidak wajar atau darurat (emergensi). Setelah
memberikan penjelasan atau Informed-Consent3, dr. B juga harus memberikan surat peryataan

5
yang ditandatangani oleh pemuda tersebut, yang berisikan pernyataan kalau pemuda tersebut
tidak mau ditransfusi darah. Sehingga, jika terjadi sesuatu kepada pemuda tersebut, dr. B tidak
bisa disalahkan atau dituntut untuk diporeses secara hukum.

6
Daftar Pustaka

1. Prof. dr. M Jusuf Hanafiah, Sp.OG(K), Prof. dr. Amri Amir Sp.F(K), SH. Etika
Kedokteran & Hukum Kesehatan Edisi 4. Jakarta, Indonesia: EGC; 2009.
2. dr. Budiman Hartono, M.Pd.Ked. 2015. Blok 1 Modul 1 Who Am I? Bioetika, Humaniora
dan Profesionalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta : UKRIDA
3. Chang, William. Bioetika sebuah Pengantar. Yogyakarta : Kanisius, 2009.

Anda mungkin juga menyukai