Anda di halaman 1dari 5

Mengendalikan Efek Radiasi Matahari

Bangunan atau rumah merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar. Dan dalam
hal perancangannya bangunan pun diperlukan pengetahuan untuk mencapai kenyamanan
termal dari standar yang ditentukan. Tingkat intensitas radiasi matahari merupakan faktor
alam yang tidak dapat dihindari untuk masuk ke dalam sebuah bangunan. Di Indonesia
sendiri saja merupakan negara beriklim tropis, dimana panas matahari terjadi sepanjang
tahun, dengan curah hujan yang tinggi. Daerah tropis terkenal juga dengan kelembapan
yang tinggi serta paparan sinar ultraviolet sepanjang hari. Manusia membutuhkan ruang
privasi dimana hanya dirinya bisa melakukan apa pun tanpa takut akan merasa tidak
nyaman dari faktor eksternal. Salah satu faktornya adalah bagaimana bangunan tersebut
dapat beradaptasi dengan lingkungan dan iklim tempatnya berdiri. Ruang privasi tersebut
umumnya dilengkapi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar manusia untuk menjalani
kehidupannya sehari-hari.
Panas yang disalurkan secara radiasi menuju suatu bangunan akan menghasilkan
kalor. Kalor adalah bentuk energi yang dirasakan manusia. Karena terjadinya sebuah proses
bernama therrmonuklir pada matahari, maka mengakibatkan gejala radiasi matahari. Perlu
kita ketahui pula bahwa energi yang terdapat pada sinar matahari adalah energi dengan
gelombang elektromagnetik yang tinggi. Dan perlu kita ketahui pula, bahwa komponen sinar
matahari yang masuk ke bumi secara radiasi tidak hanya cahayanya saja, namun juga kalor
dan panas yang terbawa.
Cahaya matahari yang jatuh pada bangunan dan menaikkan suhu dalam ruangan
berlaku dalam dua keadaan. Pertama, apabila radiasi matahari mengenai bagian kulit luar
bangunan, energi yang diserap menaikkan suhu permukaan kemudian menyebabkan panas
berpindah ke dalam melalui dinding dan atap. Kedua, apabila radiasi matahari mengenai
jendela, hampir semua energi masuk secara terus menerus melalui cermin ke dalam
bangunan dan terperangkap di sana seperti kesan rumah cermin (Milne, 1981). Radiasi
yang diterima diserap oleh permukaan dinding yang seterusnya melepaskan radiasi
gelombang panjang.
Persamaan umum radiasi adalah Hukum Stefan-Botzmann.

qr= yEAT4

Keterangan : qr = Total energi yang dipancarkan


y = Konstanta Stefan-Botzmann
E = Emisifitas permukaan
A = luas permukaan
T = suhu mutlak derajat kelvin (K)
Seperti yang telah disebutkan di atas, radiasi sinar matahari merupakan sumber
pemicu peningkatan suhu dalam bangunan. Namun, dengan perkembangan teknologi
sekarang sudah sangat membantu arsitektur modern untuk mengurangi efek radiasi
matahari pada bangunan.
Salah satu cara untuk mengurangi silau matahari pada bangunan adalah dengan
memperhatikan orientasi serta bukaan pada jendela. Orientasi dan bukaan jendela
merupakan aspek yang selalu berkaitan erat dalam mengendalikan radiasi matahari yang
masuk bangunan. Bangunan dengan kebutuhan sinar matahari untuk menghangatkan
ruangan membutuhkan bukaan dan arah orientasi menuju sinar matahari. Sebaliknya
bangunan dengan tingkat kebutuhan radiasi panas yang rendah membutuhkan bukaan dan
arah orientasi yang menghindari bertatapan langsung dengan sinar matahari. Dengan
mengatur bentuk dan arah orientasi radiasi langsung matahari dapat diatur sesuai dengan
posisi lokasi dari equator.

Image source :
https://cazaterrablog.files.wordpress.com/2014/04/sun-shading-8.png

Langkah lanjutan yang dapat ditempuh setelah mengendalikan orientasi dan bukaan
adalah dengan membangun atau menggunakan efek shading atau efek bayangan. Jika
orientasi dan bukaan tak dapat ditoleransi atau dibangun dikarenakan kebutuhan
perancangan, maka elemen pembayangan menjadi sangat penting. Elemen pembayangan
dapat dirancang sesuai dengan posisi dan arah kedatangan radiasi matahari sehingga
bukaan dapat terlindung dari radiasi sinar langsung. Menurut Santamouris (1996), terdapat 2
klasifikasi elemen pembayangan yaitu :

Elemen bayangan permanen (fixed shading elements), disini termasuk dalam posisi
eksternal antara lain dalam bentuk overhang, vertical fins, kombinasi horizontal dan
vertikal (egg-crate type), balkon. Jika dalam posisi internal antara lain dalam bentuk light-
shelves dan louvre di atas jendela.
Image source:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../sti-jul2005-%20(26).pdf

Elemen bayangan yang dapat diatur (adjustable /retracable shading elements), yang
termasuk elemen eksternal adalah tenda, awning, blinds, pergola, dan yang internal
seperticurtains, rollers, venetian blinds.

Image source :
http://mcgrawimages.buildingmedia.com/CE/CE_images/2014/Jun-Draper-Inc-5.jpg

Faktor luar dari bangunan yang juga dapat berfungsi sebagai elemen pembayangan
adalah vegetasi disekitar bangunan. Vegetasi yang berada dekat dengan jendela dapat
memberikan efek pembayangan dan mengakibatkan berkurangnya radiasi langsung sinar
matahari dan menyebabkan sinar langsung matahari berubah menjadi sinar pantul dan
bayangan.

Image source :
http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/4.png
Cara lain untuk mengurangi perpindahan kalor pada atap akibat radiasi adalah
dengan memasang insulasi. Insulasi di iklim panas diperlukan bagi atap ringan untuk
memastikan kalor yang berlebihan bisa dikurangi pada musim kemarau, dan pada tahap
tertentu juga mengurangi kehilangan panas pada musim hujan. Apabila atap diberi insulasi
yang baik, maka akan terbentuk perpindahan panas yang baik.

Image source :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com

Dan cara selanjutnya adalah dengan pemasangan secondary skin atau kulit kedua
pada bangunan. Secondary skin merupakan lapisan yang di tambahkan pada dinding luar
bangunan, namun tidak menempel pada dinding tersebut. Ren Katili, arsitek dari biro Arsitek
Tropis, mengungkapkan bahwasanya secondary skin adalah kulit kedua bangunan yang
tidak hanya berfungsi sebagai peredam panas dan penghalau cahaya saja tetapi juga
memiliki elemen estetika. Material untuk secondary skin pun bermacam-macam. Material
yang paling banyak digunakan sebagai pembentuk kulit kedua bangunan ini adalah roster,
kayu solid, kayu imitasi, besi hollow, laser cutting, kaca, dan bambu serta tanaman
merambat misalnya tanaman Lee Kwan Yew.

Image source :
http://www.peluangproperti.com/images/artimg/2014-01-23/Ph9ml1qJ620bS2k.jpg

Dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi, pastinya ada lebih banyak
sekali cara dan pengetahuan yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek paparan radiasi
matahari dan mengusahakan kenyamanan termal pada bangunan. Pada bangunan di
daerah tropis, perpindahan panas akibat radiasi ini sangat besar kemungkinan terjadi, mulai
dari luar menuju kedalam bangunan. Dengan dipasangnya alat pengontrol radiasi matahari
tersebut, pencegahan perpindahan kalor secara besar-besaran akibat efek radiasi matahari
dapat dikurangi dan diselesikan

Radik Bayu Febrian


15/378751/TK/42693

Anda mungkin juga menyukai