Anda di halaman 1dari 4

Tentang RA.

Wondoamiseno :

(Alm.) Ra. Wondoamiseno,IAI merupakan seorang arsitek lulusan UGM pada tahun 1970
yang telah menghasilkan beberapa bangunan terkenal seperti Mall Malioboro, Hotel
Mutiara, Masjid UIN Sunan Kalijaga, dan sebuah bangunan yang telah meraih beberapa
penghargaan, Sportorium UMY, dimana bangunan tersebut merupakan gabungan dua buah
fungsi dari Auditorium dan Sport hall. Selain itu, beliau juga telah berjasa dalam
membangun kampus almamater beliau sendiri. Bangunan seperti Kampus D3 Ekonomi dan
Wisma Kagama sendiri merupakan hasil karya milik beliau, dimana kedua bangunan
tersebut menjadi salah satu local landmark di kampus kerakyatan, Universitas Gadjah Mada
tersebut. Dan pada topik kali ini, secara rinci akan disajikan beberapa penjelasan, komentar
serta pendapat mengenai local landmark beliau ini, yaitu pada bangunan Wisma Kagama.

Kritik Deskriptif :

Pintu masuk selatan (utama) Wisma Kagama, yang sekarang sudah diperbaharui dan diberi atap Dak.
Wisma Kagama merupakan bangunan fasilitas di kampus UGM yang menyediakan jasa
penginapan, seminar, dan konferensi yang pembangunannya sepenuhnya didanai oleh
Keluarga Alumni Gadjah Mada atau yang disingkat menjadi KAGAMA, dimana nama tersebut
menjadi nama utama dari bangunan ini. Walaupun bangunan ini berdiri sejak 1978,
bangunan yang memiliki pendopo masif ini masih berdiri kokoh dan tegak. Bangunan ini
sampai sekarang juga masih dijadikan sebagai rujukan tamu UGM untuk menginap,
walaupun di masa modern ini, Universitas Gadjah Mada memiliki sebuah Hotel MMUGM.

Melihat dari segi bentuknya, langsung terlihat sebuah konsep sederhana yang regionalistik
milik Ra. Wondoamiseno, dimana di dalam tapak wisma tersebut, terdapat sentuhan
arsitektur masa lampau dan arsitektur masa kini. Konsep tersebut dapat dibilang mampu
membangkitkan warna dan kehangatan karakter tradisional di dalam sebuah kota, yang
pada tahun pembangunan berlangsung, arsitektur modernitas mulai bertumbuh di Daerah
istimewa Yogyakarta.

Pendopo Joglo pada area memasuki Wisma Kagama yang memiliki ruang yang besar.

Di depan pintu masuk langsung terdapat sebuah pendopo masif yang langsung memberikan
sebuah cap, menjadikan bangunan ini terasa “ngayogyakartan”, tempelan-tempelan dan
dekorasi yang presedennya diambil langsung dari dekorasi Keraton ini memberikan
penampilan yang sedemikian rupa mirip dengan aksen Keratonan Yogyakarta.

Koridor pada Wisma Kagama yang terlihat masih memiliki aksen Tradisionalnya.

Memasuki koridor wisma, aksen Keratonan masih terlihat, tetapi mulai dibagian inilah
konsep regionalistik mulai bersinar. Penggunaan material modern seperti beton dan bentuk
parametrik memberikan tambahan kesan ke-modern-an dari wisma ini. Selain itu
penambahan keramik pada koridor memudarkan aksen tradisional sepanjang jalan koridor
tersebut.
Langit-langit dengan konsep “parametric triangular” yang terbuat dari frame kayu tripleks.

TULUNG TAMBAHI KRITIK TENTANG BANGUNAN MASSA WISMA NYA JUGA NGGIH GAES

Anda mungkin juga menyukai