DISUSUN OLEH:
Reza Dwi Mulya 14/367189/TK/42387
Puteri Kintan P. 14/367207/TK/42396
Rahmawati Utami 14/367218/TK/42404
Fandi Pradana 14/367220/TK/42405
Sukma Aditya Nugraha 14/367227/TK/42407
Usa Fakhri 14/367231/TK/42410
Muhammad Irfan 14/367262/TK/42426
Tikasari Afnani Z. 14/367282/TK/42440
Nadia Fauziah Rahmah 14/367312/TK/42456
Kevin Daniel Mangasi 14/369257/TK/42616
Ni Luh Putu Hendiliana D. 14/369371/TK/42626
Rifqi Arrahmansyah 14/369531/TK/42632
Pandu Setiabudi 14/369704/TK/42659
Beatrix Thesha S. 14/359719/TK/42662
Muhammad Abyan Rizqo 15/385340/TK/44002
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
5.1 KESIMPULAN
Indonesia merupakan Negara yang unik karena memiiki dasar Negara
yang merupakan satu-satunya di dunia. Dasar Negara Indonesia yaitu
Pancasila merupakan acuan kita dalam berkehidupan.Sila-sila dalam Pancasila
memiliki maknanya masing masing. Sila kelima yaitu Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan
tak terkecuali dalam penataan ruang. Dalam penataan ruang harus
memperhatikan aspek keadilan bagi seluruh golongan masyarakat baik secara
ekonomi, soaial, gender maupun bagi masyarakat berkebutuhan khusus.
Fenomena pada saat ini yang berupa segregasi/diskriminasi bagi
kelompok masyarakat tertentu semakin terlihat. Segregasi dari segi ekonomi
dan sosial merupakan fenomena yang paling jelas terlihat. Pembangunan kini
lebih banyak berpihak kepada kaum menengah keatas seperti pembangunan
mall,hotel villa dan sebagainya. Keberadaan ruang public terkadang tidak
terlalu diperhatikan.Ruang-ruang public seperti RTHP (Ruang Terbuka Hijau
Publik) merupakan salah satu wujud dari ruang yang berkeadilan bagi segala
golongan karena ruang ini dapat dimanfaatkan oleh segala golongan ekonomi
tanpa terkecuali.
Berkeadilan berdasakan gender juga merupakan isu yang saat hangat saat
ini. Perwujudan ruang bagi kaum perempuan khususnya sudah sebaiknya
diterapakan mengingat bahwa kebutuhan perempuan dan laki-laki memiliki
sedikit perbedan. Wujud ruang yang berkeadilan seperti gerbong khusus
wanita,ruang menyusui , transportasi umum dan sebagainya diharapkan
mampu mewujudkan rasa aman dan nyaman bagi kaum perempuan.
Keberagaman dalam kehidupan tidak bisa begitu saja disamakan.
Beberapa saudara-saudara kita merupakan golongan masyarakat berkebutuhan
khusus,sehingga memerluakan ruang yang khusus pula. Masyarakat
berkebutuhan khusus memerlukan bentukan ruang yang agak sedikit berbeda
seperti misalnya jalur pedestrian yang didesain untuk kaum tunanetra dan
halte yang sesuai untuk kaum tuna daksa.
Nilai-nilai Pancasila sangat tepat untuk dijadikan salah satu
pertimbangan dalam perencanaan tata ruang di Indonesia agar tercipta
kehidupan yang harmonis dan berkeadilan bagi seluruh golongan masyarakat.
5.2 SARAN
Pemerintah seharusnya berperan aktif dalam perwujudan keadilan di
Indonesia, salah satunya adalah dengan menyediakan ruang-ruang yang
ditujukan tidak hanya untuk kaum mayoritas tetapi juga untuk kaum
minoritas.
DAFTAR PUSTAKA
Pertanyaan
1. Fajar : Apakah keadilan sosial bisa tercipta hanya dengan desain ruang
atau penyediaan fasilitas semata? Padahal kan keadilan juga berkaitan
dengan mindset seseorang.
2. Santi : Gimana kalo toilet di mall, kan ada toilet umum dan toilet khusus
difabel, nah yang toilet umum penuh, jadi bolehkah orang yang non
difabel menggunakan toilet difabel daripada harus mengantri lama?
3. Aldo : Penggunaan gerbong khusus wanita di KRL itu kadang kurang
optimal karena seringkali gerbong wanita yang masih ada tempat kosong,
namun wanita lain malah lebih memilih gerbong umum, jadi kan ini malah
tidak adil bagi kaum laki-laki yang berada di gerbong umum? Dan
misalnya ada tempat parkir di satu kota, parkir khusus orang difabel. Tapi
misal di kota tersebut tidak ada orang difabel, atau parkir tersebut tidak
digunakan oleh orang difabel? Bukankah itu malah menjadi
ketidakefisienan dalam penggunaan ruang?
Jawaban
1. Sukma : Penyediaan fasilitas itu merupakan usaha-usaha dalam
mewujudkan keadilan sosial dalam wujud nyata. Dimana ruang atau
fasilitas yang disediakan dengan intervensi desain yang baik akan
mendorong mindset orang yang tidak paham dengan konsep keadilan
sedikit demi sedikit kearah pemahaman yang lebih baik.
2. Arrahmansyah : Ya kalo menurut saya, regulasi penggunaan toilet umum
dan toilet difabel itu jangan sampe memunculkan pemaknaan ganda.
Karena ketika aturan penggunaan toilet ini bisa bermakna ganda, akan
banyak oknum yang menyalahgunakan toilet difabel. Sebenernya ngantri
di toilet mall, juga selama apasih? Dan juga suatu mall pasti menyediakan
toilet umum jauh lebih banyak dibanding toilet difabel.
3. Fandi : Sebenenya penggunaan gerbong khusus wanita itu balik lagi ke
alasan mengapa ada gerbong khusus wanita, yaitu untuk menghindari
pelecahan seksual. Jadi gerbong itu memang dikhususkan bagi wanita dan
tidak boleh bagi kaum laki-laki untuk berada di gerbong tersebut,
meskipun belum terisi penuh.
Arrahmansyah : Kemudian buat wanita yang lebih memilih berada di
gerbong umum, ya ngga masalah, yang penting sudah disediakan gerbong
khusus tapi kalau tidak dipakai secara optimal juga ngga apa-apa. Tapi
kemudian akan tidak adil kalau sampai kaum laki-laki tidak mendapat
tempat di dalam gerbong umum karena terlalu banyak kaum wanita di
dalam gerbong umum tersebut, sedangkan gerbong wanita masih banyak
tempat kosong. Tapi secara logika, KRL kan menyediakan gerbong khusus
wanita hanya 2 gerbong, sedangkan gerbong umum jauh lebih banyak, jadi
pasti ada tempat buat kaum laki-laki di gerbong umum tersebut.
Arrahmansyah : Untuk sarana parkir bagi kaum difabel, kan balik lagi ke
tujuan penyediaan, tujuannya untuk memfasilitasi kaum difabel, entah
nanti dipakai atau tidak oleh kaum difabel ya ngga masalah, daripada kita
harus dulu melihat orang-orang difabel kesusahan dalam parkir, lebih baik
disediakan sejak awal. Kemudian kota mana sih yang ngga ada kaum
difabelnya?