Arsitektur merupakan sebuah seni yang memiliki aspek logika batin
seperti yang ilmu pengetahuan punya, pada Arsitektur sendiri logika batinnya berupa Bagaimana ilmu pengetahuan mengenai ruang dapat diterapkan. Di dalam buku ini menggunakan gaya pernyataan yang kadang kontradiktif oleh arsitek terkemuka, dimana hal tersebut diharapkan dapat membuat pembaca memahami apa itu logika batin mengenai konsep keruangan yang telah dikenalkan oleh para arsitek melalui kesimpulannya, rangkuman kesimpulan tersebut dapat disusun sebagai berikut; 1. Ide ruang dan ide arsitektur modern, bahwa ide-ide pertama mengenai ruang muncul bersama-sama dengan gerakan arsitektur modern, Art Nouveau, menunjukkan bahwa ide ruang itu inheren dengan arsitektur modern. 2. Efek dari ide baru terhadap kedudukan arsitektural kaitannya dengan seni visual lain, bahwa ide ruang telah memberikan sumbangan bagi keyakinan pada awal abad ke-dua puluh-an bahwa arsitektur memerankan peran utama dalam pembentukan karya seni lokal. 3. Estetika ruang menurut teoritis generasi tiga, yang antitesis terhadap keinginan Gesamtkunstwerk, menyatakan bahwa sistem- sistem hierarki dan seni terbukti tidak memadai, khususnya setelaah konsep-konsep baru mengenai ruaang dan waktu ikut melibatkan lingkungan dan mengaburkan perbedaan formal diantara seni-seni itu. 4. Hubungan masalah space dengan style, bahwa doktrin tegas yang menyamakan style dengan space menyebabkan suatu terobosan dalam pembentukan gerakan-gerakan modern dalam arsitektur, menjadikan prospek baru pada ide ruang yang akhirnya menghapus eklektisme, karena ide tersebutmemberikan makna imaterial terhadap konsep gaya. 5. Dikenalkannya ide ruang kepada dunia di tahun 1890 mengalami konfrontasi dengan intrepetasi fungsional, dimana ide ruang yang awalnya adalah konsep estetika dan konsep fungsional, pada abad tersebut berubah menjadi prinsip fungsional saja. 6. Kandungan fisik yang terdapat di ide ruang menyebabkan pergerakan menuju ide ruang filsafat dan ilmu pengetahuan, dimana segala karya arsitektur selalu mengikat tiga premis ruang fisika, yaitu ruang sebagai tempat, ruang sebagai ruang tiga dimensional, dan konsep dari relativitas ruang waktu. 7. Sikap positif terhadap ruang, yang secara umum disimpulkan bahwa ide- ide positivis telah menghasilkan penyadaran mengenai ruang mengenai suatu negasi, bahwa ruang adalah sama pentingnya dengan ide esensial lainnya, dikarenakan ide tersebut mempengaruhi empati persepsional dan behavioral. 8. Sikap negatif dari ruang, bahwa dari titik pandang material, ide mengantarkan kepada tesis kesatuan spatio-plastis, yang menemukan ekspresinya pada ruang eksterior (massa), ruang interior, dan mencapai puncaknya pada interpenetrasi ruaang eksterior dan interior. Semua kebangkitan ide spasial akan bertolak dari premis-premis universal. 9. Semua aspek pada presepsi ruang direduksi menjadi 4 bab; a. Ruang planimetrik (ruang 2d) b. Ruang prespektif (ruang 3d) c. Ruang waktu yang irrasional (ruang 4d) d. Ruang imajiner Persepsi kita pada ruang arsitektur modern ini merupakan sintesis dari keempat fenomena ini, satu dengan lainnya.