Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


AIDS dapat diartikan sebagai sindrom dengan gejala penyakit

infeksi opotunistik/ kanker tertentu akibat penurunan system kekebalan

tubuh oleh infeksi HIV.


Jumlah orang yang terinfeksi HIV AIDS di Indonesia belum dapat

dipastikan. Terdapat dua pendapat yaitu pendapat yang mengemukakan

infeksi HIV di Indonesia sudah mengkhawatirkan dan mereka

memperkirakan sudah lebih dari beribu orang yang terinfeksi HIV.

Pendapat lain yang lebih optimis beranggapan infeksi di Indonesia berjalan

lambat.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah yaitu :
1. Jelaskan Defenisi dan Etiologi HIV / AIDS ?
2. Jelaskan Manifestasi Klinis dan Patofisiologi HIV / AIDS ?
3. Jelaskan Penatalaksanaan dan Komplikasi HIV / AIDS ?
4. Jelaskan Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien HIV / AIDS ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan Defenisi dan Etiologi HIV / AIDS.
2. Menjelaskan Manifestasi Klinis dan Patofisiologi HIV / AIDS.
3. Menjelaskan Penatalaksanaan dan Komplikasi HIV / AIDS.
4. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien HIV / AIDS.
D. Manfaat Penulisan
Adapun harapan kami dengan adanya hasil penulisan makalah ini

mudah-mudahan bisa berguna sebagai berikut :


1. Bahan pelajaran bagi Mahasiswa Poltekes Semarang.
2. Bahan bacaan di perpustakaan Poltekes Semarang.
3. Pengalaman berharga bagi penyusun.
4. Sebagai bahan masukan bagi Mahasiswa yang ingin lebih memahami

materi tentang Asuhan Keperawatan HIV / AIDS.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi HIV/AIDS
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia

yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka

waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS

sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks

dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang

disebabkan oleh infeksi HIV.


AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang

menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya

penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi

tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang

sudah dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171).


AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system

kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV yang di tandai dengan

menurunnya system kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah

diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker. ( Djauzi dan

Djoerban,2003).

2
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus

menerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodetciency virus

HIV. (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).


AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai

dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata

hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang

dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang

terjadi ( Center For Disease Control And Prevention).


Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan

ODHA ( Orang Dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit

bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak

berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah

bahkan meninggal.

B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yakni

sejenis virus RNA yang tergolong retrovirus. Dasar utama penyakit infeksi

HIV ialah berkurangnya jenis sel darah putih (Limfosit T helper) yang

mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 mempunyai pusat dan sel

utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam

menginduksi kebanyakan fungsi-fungsi kekebalan, sehingga kelainan-

kelainan fungsional pada sel T4 akan menimbulkan tanda-tanda gangguan

respon kekebalan tubuh. Setelah HIV memasuki tubuh seseorang, HIV dapat

diperoleh dari limfosit terutama limfosit T4, monosit, sel glia, makrofag dan

cairan otak penderita AIDS.

3
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1. Periode jendela : Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.

Tidak ada gejala.


2. Fase infeksi HIV primer akut : Lamanya 1-2 minggu dengan gejala

flu likes illness.


3. Infeksi asimtomatik : Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala

tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik : Diatas 3 tahun dengan gejala demam,

keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash,

limfadenopati, lesi mulut.


5. AIDS : Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS

pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada

berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.


HIV dapat ditemukan pada semua cairan tubuh penderita, tetapi yang

terbukti penularannya adalah melalui darah, air mani dan cairan

serviks/vagina saja. Cara penularan HIV/AIDS ini dapat melalui :


1. Hubungan seksual
2. Penerimaan darah atau produk darah melalui transfusi darah
3. Penggunaan alat suntik, alat medis dan alat tusuk lain (tato, tindik,

akupuntur, dll.) yang tidak steril


4. Penerimaan organ, jaringan atau air mani
5. Penularan dari ibu hamil kepada janin yang dinkandungnya.
6. Sampai saat ini belum terbukti penularan melalui gigitan serangga,

minuman, makanan atau kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam

renang, WC umum atau tempat kerja dengan penderita AIDS.


C. Manifestasi Klinik

Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari

penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala

apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (7-10 tahun) setelah

4
tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat

dan bisa bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung

HIV. Masa inilah yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat,

karena orang terinfeksi secara tidak disadari dapat menularkan kepada

yang lainnya. Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan

gejala sebagai berikut:

Gejala Mayor:

1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

5. Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor:

1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

2. Dermatitis generalisata

3. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang

4. Kandidias orofaringeal

5. Herpes simpleks kronis progresif

5
6. Limfadenopati generalisata

7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

8. Retinitis virus sitomegalo

Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai

timbul gejala AIDS:

1. Tahap 1: Periode Jendela

a) HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody

terhadap HIV dalam darah

b) Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan

merasa sehat

c) Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini

d) Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu

6 bulan

2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun

a) HIV berkembang biak dalam tubuh

b) Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan

merasa sehat

c) Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena

telah terbentuk antibody terhadap HIV

6
d) Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung

daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih

pendek)

3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)

a) Sistem kekebalan tubuh semakin turun

b) Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya:

pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu,

dll

c) Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung

daya tahan tubuhnya

4. Tahap 4: AIDS

a) Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

b) Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah.

D. Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah

human immunodeficiencyvirus (HIV), yang melekat dan memasuki

limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan

sel-sel imunologis lainnya, dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+

secara bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang respons

imunologis diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan

7
bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan

terganggu.
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus

untuk melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B

juga terpengaruh dengan peningkatan produksi immunoglobulin total yang

berhubungan dengan penurunan produksi antibody spesifik. Dengan

memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan

terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam

memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai

penyakit multisystem yang dapat bersifat dolman bertahun-tahun karena

menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan

dan manifestasi klinis penyakit ini bervariasi orang ke orang (Bezt, Cecily

Lynn. 2009).

PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS


Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi

menjadi 4 stadium, antara lain (Nursalam, 2007) :


1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan

serologik ketika hadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu

masuknya HIV kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau

bisa sampai 6 bulan (window period).


2. Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan

gejala dan adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.


3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe

8
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata

(persistent generalized lymphadenophaty) dan berlangsung kurang lebih 1

bulan.
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam -

macam penyakit infeksi sekunder.

E. Pathway

F. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan

pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah

terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan

dengan rumusan ABCDE yaitu:

9
1. A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak

melakukan hubungan seksual sebelum menikah


2. B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari

berganti-ganti pasangan seksual


3. C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan

kondom secara benar selama berhubungan seksual


4. D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik

dengan jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian


5. E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan HIV/AIDS


Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka

pengendaliannya yaitu:
a) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi

opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang

aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab

sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.


b) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang

efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik

traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya

<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human

Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500

mm3.
c) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun

dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus

pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

10
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Recombinant CD 4 dapat larut
d) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti

interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan

keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang

pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.


Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-

makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan

yang mengganggu fungsi imun.


Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel

T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).


G. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,

gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia

oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.


2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan

kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan

isolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit

kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.


Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan

maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human

Immunodeficienci Virus (HIV)

11
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,

limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,

anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.


Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat

illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,

ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi

perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit,

nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus

influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,

dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus

dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.


6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan

pendengaran dengan efek nyeri.


H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
ELISA
Western blot
P24 antigen test
Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun :
Hematokrit.
LED
CD4 limfosit
Rasio CD4/CD limfosit

12
Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin

BAB III

13
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIV / AIDS
A. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan

imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens.

Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum

berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat

meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang

berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia

aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan

penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji

status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan

penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :


a) Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi, defisiensinutrisi, penuaan, aplasiatimik, limpoma,

kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.


b) Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital,

protein liosing enteropati (peradangan usus)


2. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola

tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas

(Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).


Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada

cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /

sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.

14
Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan

penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.


Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram

abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.


Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan

sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan

jumlah,warna,dan karakteristik urine.


Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia.
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi

yang buruk, edema


Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS.
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status

indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.


Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak

normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada

pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan

gerak,pincang.
Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak

pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya

sputum.
Keamanan

15
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit

defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.


Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,

pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.


Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido,

penggunaan pil pencegah kehamilan.


Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya

trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,

penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.


B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan

sistem imunologis HIV / AIDS adalah:


1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan

yang berlebihan, diare berat


3. Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d

ketidakseimbangan muscular
4. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan

absorpsi VitaminK
5. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan

untuk mencerna b/d penurunan berat badan


6. Nyeri kronik b/d inflamasi, keluhan nyeri
7. Kerusakan integritas kulit b/d efisit imunologi, lesi kulit
8. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi, candidiasis
9. Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme, kekurangan

energi
10. Perubahan proses pikir b/d hipoksemia, perubahan lapang perhatian
11. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi, peningkatan tegangan
12. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan, perasaan ditolak

16
13. Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh, bergantung

pada orang lain untuk perawatan


14. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber

informasi, permintaan informasi

C. Perencanaan Keperawatan

dx Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi


1. - Mengurangi resiko
Mengidentifikasi / ikut a) Cuci tangan
terkontaminasi silang
serta dalam perilaku sebelum dan sesudah - Mengurangi

yang megurangi resiko seluruh kontak patogen pada sistem

infeksi mencapai masa perawatan dilakukan imun dan mengurangi

penyembuhan luka / lesi instruksikan pasien / kemungkinan pasien

tidak demam dan bebas orang terdekat untuk mengalami infeksi

17
dari pengeluaran / mencuci tangan sesuai nosokomial
- Meningkatkan kerja
sekresi purulen dan indikasi
b) Berikan sama dengan cara
tanda-tanda lain dari
lingkungan yang hidup dan berusaha
kondisi infeksi
bersih dan berventilasi mengurangi rasa

baik periksa terisolasi


- Memberikan
pengunjung / staf
informasi dasar awitan
terhadap tanda infeksi
/ peningkatan suhu
dan mempertahankan
secara berulang-ulang
kewaspadaan sesuai
dari demam yang
indikasi
terjadi untuk
c) Diskusikan
menunjukkan bahwa
tingkat dan rasional
tubuh bereaksi pada
isolasi pencegahan dan
proses infeksi yang
mempertahankan
baru dimana obat tidak
kesehatan pribadi
lagi dapat secara
d) Pantau tanda-
efektif mengontrol
tanda vital termasuk
infeksi yang tidak
suhu
e) Bersihkan kulit / dapat disembuhkan
- Kandidiasis oral,
membran mukosa oral
herpes, CMV dan
terdapat bercak putih /
crytocolus adalah
lesi
f) Periksa adanya penyakit yang umum

luka / lokasi alat terjadi dan

18
infasif,perhatikan memberikan efek pada

tanda-tanda inflamasi / membran kulit


- Identifikasi /
infeksi lokal
g) Bersihkan percikan cairan perawatan awal dari

tubuh / darah dengan larutan infeksi sekunder dapat

pemutih 1 : 10 mencegah terjadinya

sepsis
- Mengontrol mikro

organisme pada permukaan

keras
2. a) Pantau tanda- - Indikator dari
Mempertahankan hidrasi
tanda vital termasuk volume cairan
dibuktikan oleh
CVP, bila terpasang, sirkulasi
membran mukosa
catata hipertensi - Indikator tidak
lembab, turgor kulit
termasuk perubahan langsung dari status
baik, haluaran urine
postural cairan
adekuat secara pribadi b) Kaji turgor kulit,
- Mempertahankan
membran mukosa dan
keseimbangan cairan,
rasa haus
mengurangi rasa haus, dan
c) Pantau pemasukan oral
melembabakan membran
dan masukan cairan
mukosa
sedikitnya 2500 ml / hari
3. Mempertahankan pola a) Tinggikan kepala - Meningkatkan

pernapasan efektif tempat tidur usahakan fungsi pernafasan yang

membran mukosa tidak pasien untuk berbalik, optimal dan

mengalami sesak nafas / batuk, menarik nafas mengurangi aspirasi /

19
sianosis dengan bunyi sesuai kebutuhan infeksi yang
b) Selidiki tentang
nafas dan sinar x bagian ditimbulkan karena
keluhan nyeri dada
dada yang bersih / c) Berikan periode istirahat atelektasis
- Nyeri dada
meningkat dan AGD yang cukup diantara waktu
pleuritis dapat
dalam batas normal aktivitas pertahankan
menggambarkan
pasien lingkungan yang tenang
adanya pnemonia non

spesifik / efusi pleura

berkenaan dengan

keganasan
- Menurunkan konsumsi

O2
4. a) Lakukan - Lesi mulut,
Menunjukkan homosatis
pemeriksaan darah tenggorokan, dan -
yang ditunjukkan dengan
pada cairan tubuh Mempercepat deteksi
tidak adanya perdarahan
untuk mengetahui adanya perdarahan /
mukosa dan bebas dari
adanya darah pada penentuan awal dari
ekimosis
urine, feses dan cairan therapi mungkin dapat

muntah mencegah perdarahan


b) Pantau perubahan
kritis
tanda-tanda vital dan - Timbulnya

warna kulit perdarahan / hemoragi


c) Pantau perubahan tingkat
dapat menunjukkan
kesadaran dan gangguan
kegagalan sirkulasi /
penglihat
syok
- Perubahan dapat

20
menunjukkan adanya

perdarahan otak
5. Mempertahankan BB a) Kaji kemampuan - Lesi mulut,

atau memperlihatkan untuk mengunyah, tenggorokan, dan

peningkatan BB yang merasakan dan esofagus dapat

mengacu pada tujuan menelan menyebabkan


b) Timbang BB
yang diinginkan dispagia, penurunan
sesuai kebutuhan,
kemampuan pasien
evaluasi BB dalam hal
untuk mengolah
adanya BB yang tidak
makanan dan
sesuai. Gunakan
mengurangi keinginan
serangkaian
untuk makan
pengukuran BB dan - Indikator

antropometrik kebutuhan nutrisi /


c) Jadwalkan obat-
pemasukan yang
obatan diantara makan
adekuat
dan batasi pemasukan - Lambung yang

cairan dengan penuh akan

makanan, kecuali jika mengurangi nafsu

cairan memiliki nilai makan dan pemasukan

gizi makanan
d) Dorong pasien - Mempermudah

untuk duduk pada proses menelan dan

waktu makan mengurangi resiko


e) Catat pemasukan kalori
aspirasi
- Mengidentifikasi

21
kebutuhan terhadap suplemen

atau alternatif metode

pemberian makanan
6. a) Kaji keluhan yeri, - Mengindikasikan
Keluhan hilangnya /
perhatikan lokasi, kebutuhan untuk
terkontrolnya rasa sakit
intensitas (skala 1 intervensi dan juga

10), frekuensi dan tanda-tanda

waktu menandai gejala perkembangan /

non verbal resolusi komplikasi


b) Dorong - Dapat

pengungkapan mengurangi ansietas

perasaan dan rasa takut,


c) Lakukan tindakan
sehingga mengurangi
pariatif mis:
persepsi akan
pengubahan posisi,
intensitas rasa sakit
masase, rentang gerak - Meningkatkan

pada sendi yang sakit relaksasi / menurunka


d) Berikan kompres hangat /
tegangan otot
lembab pada sisi infeksi - Infeksi diketahui

pentamidin / IV selama 20 sebagai penyebab rasa sakit

menit setelah pemberian dan abses steril


7. Menunjukkan tingkah a) Kaji kulit setiap - Menentukan

laku / teknik untuk hari, catat warna, garis dasar dimana

mencegah kerusakan turgor, sirkulasi dan perubahan pada status

kulit / meningkatkan sensasi. Gambarkan dapat dibandingkan

kesembuhan lesi dan amati dan melakukan

22
perubahan intervensi yang tepat
b) Pertahankan sprei - Friksi kulit

bersih, kering dan disebabkan oleh kain

tidak berkerut yang berkerut dan


c) Tutupi luka tekan yang
basah yang
terbuka dengan pembalut
menyebabkan iritasi
yang steril atau barrier
dan potensial terhadap
produktif
infeksi
- Dapat mengurangi

kontaminasi bakteri,

meningkatkan proses

penyembuhan
8. Menunjukkan membran a) Kaji membran - Edema, lesi,

mukosa utuh, berwarna mukosa / catat seluruh membran mukosa oral

merah jambu, basah dan lesi oral. Perhatikan dan tenggorok kering

bebas dari inflamasi / keluhan nyeri, menyebabkan rasa

ulserasi bengkak, sulit sakit dan sulit

mengunyah / menelan mengunyah / menelan


b) Berikan perawatan - Mengurangi rasa

oral setiap hari dan tidak nyaman,

setelah makan, meningkatkan rasa

gunakan sikat gigi sehat dan mencegah

halus, pasta sisi non pembentukan asam

abrasif, obat pencuci yang dikaitkan dengan

mulut non alkohol dan partikel makanan yang

23
pelembab bibir tertinggal
c) Cuci lesi mukosa - Mengurangi

oral dengan penyebaran lesi dan

menggunakan krustasi dari

hidrogen peroksida / kandidiasis dan

salin atau larutan soda meningkatkan

kue kenyamanan
d) Anjurkan permen - Merangsang

karet / permen tidak saliva untuk

mengandung gula menetralkan asam dan


e) Dorong pasien untuk
melindungi membran
tidak merokok
mukosa
- Rokok akan

mengeringkan dan mengiritasi

membran mukosa
9. Melaporkan peningkatan a) Kaji pola tidur - Berbagai faktor

energi dan catat perubahan dapat meningkatkan

dalam proses berpikir / kelelahan, termasuk

perilaku kurang tidur, penyakit


b) Rencanakan
ssp, tekanan emosi dan
perawatan untuk
efek samping obat-
menyediakan fase
obatan / kemoterapi
istirahat. Atur aktivitas - Periode istirahat

pada waktu pasien yang sering sangat

sagat berenergi. Ikut dibutuhkan dalam

sertakan pasien / orang memperbaiki /

24
terdekat pada menghemat energi.

penyusunan rencana Perencanaan akan


c) Tetapkan keberhasilan
membuat pasien
aktivitas yang realitas dengan
menjadi aktif pada
pasien
waktu dimana tingkat

energi lebih tinggi,

sehingga dapat

memperbaiki perasaan

sehat dan kontrol diri


- Mengusahakan kontrol

diri dan perasaan berhasil,

mencegah timbulnya perasaan

frustasi akibat kelelahan

karena aktivitas berlebihan


10 Mempertahankan a) Kaji status mental - Menetapkan

orientasi realita umum dan neurologis dengan tingkat fungsional

dan fungsi kognitif menggunakan alat pada waktu

optimal yang sesuai. Catat penerimaan dan

perubahan orientasi, mewaspadakan

respon terhadap perawat pada

rangsang, kemampuan perubahan status yang

untuk mencegah dapat dihubungkan

masalah, ansietas, dengan infeksi /

perubahan pola tidur, kemungkinan penyakit

25
halusinasi dan ide ssp yang makin buruk,

paranoid stressor lingkungan,


b) Pantau adanya
tekanan fisiologis, efek
tanda-tanda infeksi
samping terapi obat-
ssp, mis: sakit kepala,
obatan
kekakuan nukal, - Gejala ssp

muntah, demam dihubungkan dengan


c) Susun batasan
meningitis / ensefalitis
pada perilaku mal
diseminata mungkin
adaptif / menyiksa,
memiliki jangkauan
hindari pilihan
dari perubahan
pertanyaan terbuka
d) Diskusikan penyebab / kepribadian yang tidak

harapan di masa depan dan kelihatan sampai

perawatan jika demensia telah kekacauan mental,

terdiagnosa. Gunakan istilah peka rangsangan,

yang kongkret mengantuk, pingsan,

kejang dan demensia


- Memberikan

waktu tidur,

emngurangi gejala

kognitif dan kurang

tidur
- Mendapatkan informasi

bahwa A2T telah muncul

untuk memperbaiki kognisi

26
dapat memberikan harapan

dan kontrol terhadap

kehilangan
11 a) Jamin pasien - Memberikan
Menyatakan kesadaran
tentang kerahasiaan penentraman hati lebih
tentang perasaan dan
dalam batasan situasi lanjut dan kesempatan
cara sehat untuk
tertentu bagi pasien untuk
menghadapinya b) Berikan informasi
memecahkan masalah
akurat dan konsiste
pada situasi yang
mengenai prognosis,
diantisipasi
hindari argumentasi - Dapat

mengenai persepsi mengurangi ansietas

pasien terhadap situasi dan ketidakmampuan

tersebut pasien untuk membuat


c) Berikan
keputusan / pilihan
lingkungan terbuka
berdasarkan realita
dimana pasien akan - Membantu

merasa aman untuk pasien untuk merasa

mendiskusikan diterima pada kondisi

perasaan atau menahan sekarang tanpa

diri untuk berbicara perasaan dihakimi dan


d) Berikan informasi yang
meningkatkan
dapat dipercaya dan konsisten,
perasaan harga diri dan
juga dukungan untuk orang
kontrol
terdekat - Menciptakan interaksi

27
personal yang lebih baik dan

menurunkan ansietas dan rasa

takut
12 a) Tentukan persepsi - Isolasi sebagian
Menunjukkan
pasien tentang situasi dapat mempengaruhi
peningkatan perasaan b) Batasi / hindari
diri saat pasien takut
harga diri penggunaan masker,
penolakan / reaksi
baju dan sarung tangan
orang lain
jika memungkinkan - Mengurangi

mis: jika berbicara perasaan pasien akan

dengan pasien isolasi fisik dan


c) Dorong
menciptakan hubungan
kunjungan terbuka,
sosial yang positif
hubungan telepon dan
yang dapat
aktivitas sosial dalam
meningkatkan rasa
tingkat yang
percaya diri
memungkinkan - Partisipasi orang
d) Dorong adanya hubungan
lain dapat
yang aktif dengan orang
meningkatkan rasa
terdekat
kebersamaan
- Membantu menetapkan

partisipasi pada hubungan

sosial dapat mengurangi

kemungkinan upaya bunuh

diri
13. a) Kaji tingkat - Menentukan

28
Menyatakan perasaan perasaan tidak status individual

dan cara yang sehat berdaya, mis: ekspresi pasien dan

untuk berhubungan verbal / non verbal mengusahakan

dengan mereka yang mengindikasikan intervensi yang sesuai

kurang kontrol, efek pada waktu pasien

daftar kurangnya imobilisasi karena

komunikasi perasaan depresi


b) Dorong peran aktif pada - Memungkinkan

perencanaan aktivitas, peningkatan perasaan kontrol

menetapkan keberhasilan dan menghargai diri sendiri

harian, yang realitas / dapat dan tanggung jawab

dicapai dorong kontrol pasien

dan tanggung jawab sebanyak

mungkin, identifikasi hal-hal

yang dapat dan tidak dapat

dikontrol pasien
14. Mengungkapkan a) Tinjau ulang - Memberikan

pemahamannya proses penyakit dan pengetahuan dasar

tentang kondisi / apa yang menjadi dimana pasien dapat

proses dan harapan di masa depan membuat pilihan


b) Tinjau ulang cara
perawatan dari berdasarkan informasi
penularan penyakit - Mengoreksi
penyakit tertentu c) Berikan informasi
mitos dan kesalahan
mengenai
konsepsi,
penatalaksanaan gejala
meningkatkan

29
yang melengkapi keamanan bagi

aturan medis, mis: pasien / orang lain


- Memberikan
pada diare intermiten,
pasien kontrol
gunakan lomotil
mengurangi resiko
sebelum pergi kegitan
rasa malu dan
sosial
d) Tekankan perlunya meningkatkan

melajutkan perawatan kenyamanan


- Memberi
kesehatan dan evaluasi
e) Identifikasi kesempatan untuk

sumber-sumber mengubah aturan

komunitas, mis: rumah untuk memenuhi

sakit / pusat perawatan kebutuhan perubahan /

tempat tinggal (bila individual


- Memudahkan
ada)
pemindahan dari

lingkungan perawatan

akut, mendukung

pemulihan dengan

kemandirian

30
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia, dan dan dapat

menyebabkan timbulnya AIDS, yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia,

sehingga tubuh mudah terserang penyakit dan lam kelamaan akan meninggal,

sudah menjadi sifat manusia yang selalu ingin merasakan kenikmanatan tanpa

mempedulikan akibatnya, misalnya : melakukan perzinahan, penggunaan

narkotika suntikan, dan sebagainya. Kits umat manusia sudah mengetahui bahwa

perbuatan-perbuatan tersebut sangat dilarang,baik menurut ajaran agama masing-

masing maupun aturan hukum yang berlaku. Tetapi dari sebagian kita tetap saja

melakukan hal-hal tersebut, misalnya : WTS, Homoseks,Biseks, Mucikari, dan

orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan

31
seksual diluar nikah. Dan berbahaya, dan sampai saat ini belum ditemukan

obatnya.

Adapun gejala-gejala yang dapat kita lihatpada penderita AIDS yaitu

demam yang berkepanjangan di sertai keringat malam, batuk dan sariwan yang

terus menerus,berat badan turun dengan drastis, dsb, yang akan di akhiri dengan

kematian.

AIDS merupakan cobaan atau bahkan hukuman daru Tuhan,yang tidak

pernah di duga oleh umat manusia.

B. Saran
1. Hendaknya kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha

Esa, dan berusaha menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa

menyebabkan AIDS.
2. Bagi para generasi muda, jauhilah obat-obatan terlarang terutama

narkotika melalui alat suntik, alat-alat tato, anting tindik, dan

semacamnya yang bisa saja menularkan AIDS, karena alat-alat

aeperti itu tidak ada gunanya.dan hindarkan diri dari pergaulan bebas

yang bersifat negatif.


3. Apabila ada seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun

brosur-brosur, yang mengimpormasikan tentang AIDS, sebaiknya

kita memperhatikan dengan baik, agar segala sesuatu tentang AIDS

dapat diketahui, sehingga kita bisa menghindarkan diri sejak dini

dari AIDS.

32
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000.

Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.

Djausi, Samsu Rizal. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ketiga. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Duarsa, N. Wirya. 2003. Penyakit Menular seksual Edisi kedua. Jakarta :FKUI

33

Anda mungkin juga menyukai