Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KESIAPAN MENINGKATKAN HARAPAN


PADA TN.S DENGAN POST AMPUTASI ULKUS DIABETES
DI RUANG PAVILLIUN SOEPARDJO ROESTAM LT.1
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto

ARI LARASWATI
NIM. P1337420214024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KESIAPAN MENINGKATKAN HARAPAN


PADA TN.S DENGAN POST AMPUTASI ULKUS DIABETES
DI RUANG PAVILLIUN SOEPARDJO ROESTAM LT.1
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto

ARI LARASWATI
NIM. P1337420214024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017

i
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KESIAPAN MENINGKATKAN HARAPAN


PADA TN.S DENGAN POST AMPUTASI ULKUS DIABETES
DI RUANG PAVILLIUN SOEPARDJO ROESTAM LT.1
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto

ARI LARASWATI
NIM. P1337420214024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017

ii
LEIIIBAR PERNYATAAII KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ari Laraswati

NIM :P1337420214024

Menyatakan dengan sebenamya bahwa lapomn kasus yang saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya s€xdiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil hrlisan atau pikiran
saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya betsedia menerima sanksi atas perbuatao
tersebut sesuai dengan ketsrtuan yang bedaku.

Purwokerto, 8 Mei 2017

Yang membuat pemyataarL

M,
Ari Laraswati

NIM. Pr337420214024

U
LEMBAR PERSETUJUAI\ PEMBIMBING

Laporan kasus oleh Ari laraswati, NIM. p1337420214024,


de,ngan judul
Amhan Kcpemwatrn Keriapon Meningkadon Hrrapu
poda Tn S dengan
Post Amputrsl UIkru lrirbere di rnang pavilliun
Socprdjo Roestam LT.l
RSUD Prof. dr. It{argono Sockarjo purrokerto
ini telah dipen}sa dan disetujui
uotuk diuji.

Purwokefto, 8 Mei 2017

Pembimbing

Ruti Wiyari MKep., Ns

NIP. 19720705 199803 2 003

tv
LEMBARPENGESAHAN

Laporan kasus oleh


Ari Lamswati, NIM. p1337420214024 dengn judul
Asuhan Kepcrrwatan Iftsiapan Meningkatkan
Harapan pada TnS dengan
Post Ampuhsi Ultors Diabetes di Ruang pavilliun
Soepardjo Roestrm LT.l
RSUD Prof. dr. IV[argono soeka4io pu*okerto
ini telah dipertahankan di
depan dewan penguji pada tanggal 16
Met 2OlT.

Doran Penguji

Dyah Wahyuningsih, M. Kep


NIP. 1960331 19803 2 001
KetuaPensuji(.. W'd,
Widyo Subagyo, SST., MMR
NIP. 19750707 200112 1 001
Anggota ,[L,
Ruti Wiyati, M.Kep., Ns
Anggota
NIP. 1920705 199803 2 003

Mengetahui,

Ketua Program Purwokerto

NrP. 1%50423 198803 2 002


ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu komplikasi yang terjadi pada penyakit Diabetes
Mellitus (DM) yaitu kaki diabetik atau ulkus kaki. Tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi komplikasi tersebut salah satunya yaitu amputasi. Amputasi dapat
menyebabkan cacat fisik yang serius bagi penderita dan dapat mengakibatkan
masalah psikologis apabila tidak dilakukan suatu tindakan keperawatan.
Tujuan : Laporan kasus ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan
kesiapan meningkatkan harapan pada Tn.S dengan post amputasi ulkus diabetes di
ruang Pavilliun Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
Metoda : Metoda laporan kasus ini adalah metode deskriptif dengan jumlah
sampel satu responden yaitu Tn.S dengan post amputasi ulkus diabetes. Laporan
kasus ini dilaksanakan di ruang Pavilliun Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof.
dr. Margono Soekarjo Purwoker pada tanggal 21 April 2017 sampai 23 April
2017. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam laporan kasus ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil : Dari pengelolaan asuhan keperawatan, didapatkan hasil yaitu terjadi
peningkatan kesiapan meningkatkan harapan pada Tn.S setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama tiga hari mulai dari tanggal 21 April 2017 samapi 23
April 2017. Hasil evaluasi diperolah data bahwa masalah kesiapan meningkatakan
harapan teratasi sebagian dengan perolah nilai akhir 5 pada indikator
menunjukkan semangat untuk hidup dan nilai akhir 4 pada indikator menunjukkan
alam perasaan yang stabil.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil laporan kasus yang telah diuraikan dapat
disimpulkan bahwa masalah kesiapan meningkatkan harapan pada Tn.S teratasi
sebagian.

Kata kunci : kesiapan meningkatkan harapan, post amputasi, ulkus diabetes

vi
PRAKATA

Alkhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan rahmat, inayah dan hidayah-Nya. Dialah yang sesungguhnya Maha
Pemberi Petunjuk, yang memberi kekuatan, ketabahan dan kemudahan dalam
berfikir untuk menyelesaikan laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan
Kesiapan Meningkatkan Harapan pada Tn.S dengan Post Amputasi Ulkus
Diabetes di Ruang Pavilliun Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof. dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
Laporan kasus ini disusun dengan maksud untuk memenuhi sebagai syarat
ujian akhir pada program studi DIII Keperawatan Purwokerto Poltekkes
Kemenkes Semarang. Tersusunnya laporan kasus ini tidak lepas dari bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Sugiyanto, S.Pd., M.App., Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang,
2. Putrono, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang,
3. Walin, SST., M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Purwokerto,
4. Ruti Wiyati, M.Kes., Ns selaku dosen pembimbing laporan kasus yang
telah sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus
ini,
5. Dyah Wahyuningsih, M.Kep selaku dosen penguji I serta ketua
penguji pada sidang laporan kasus kali ini,
6. Widyo Subagyo, SST., MMR selaku dosen penguji II pada sidang
laporan kasus kali ini,
7. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Keperawatan
Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang telah
memberikan kenyamanan menuntut ilmu bagi penulis,
vii
8. Kepada orang tua tercinta, mba Ina dan mas Trisno tersayang yang
selalu memberikan doa dan semangat dalam menuntut ilmu,
9. Kepada saudara dan sahabat, teman dan adik-adik yang telah
memberikan dukungan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini belum
sempurna dan masih memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan
masukan dalam menyusun laporan kasus pada tahap selanjutnya.

Purwokerto, 8 Mei 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

PRAKATA....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3

C. Manfaat Penulisan .......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Amputasi ................................................................ 5

B. Konsep Dasar Kesiapan Meningkatkan Harapan .......................... 7

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan


Harapan pada Pasien Post Amputasi Ulkus Diabetes
8
...............................................................................................

ix
1. Pengkajian .......................................................................... 8

2. Masalah Keperawatan ...................................................... 8

3. Perencanaan ........................................................................ 9

4. Implementasi ...................................................................... 9

5. Evaluasi .............................................................................. 9

BAB III METODA

A. Metoda Penulisan ........................................................................... 10

B. Sampel Penulisan ........................................................................... 10

C. Lokasi Penulisan ............................................................................ 10

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 10

E. Analisa ........................................................................................... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Laporan Kasus ...................................................................... 12

B. Pembahasan Laporan Kasus .......................................................... 21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................ 29

B. Saran .............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR BAGAN

Lampiran Halaman

1. Bagan Genogram 4.1 .......................................................................... 13

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. SOP Nafas Dalam ..................................................................... 33

2. SOP ROM (Range Of Motion) ................................................. 34

3. SOP Mobilisasi ......................................................................... 36

4. Surat Ijin Pengambilan KTI ...................................................... 38

5. Surat Keterangan Pengambilan Kasus....................................... 40

6. Lembar Bimbingan ................................................................... 41

7. Daftar Riwayat Hidup ............................................................... 44

8. Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Harapan........... 45

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Di era globalisasi, kesehatan penting untuk diperhatikan karena
kesehatan merupakan satu alasan semua orang dapat beraktivitas secara
normal. Sehat bukan sekedar sehat jasmani melainkan juga sehat secara
mental, baik interpersonal maupun sosial. Menurut Videbeck (2008),
kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis,
sosial terlihat dari hubungan interpersonal memuaskan, perilaku efektif,
konsep diri positif dan kestabilan emosional. Penyakit degeneratif juga
dapat menyebabkan gangguan kesehatan jiwa bagi penderitanya, salah
satunya yaitu penyakit Diabetes Mellitus (DM). Menurut Scemons &
Denise (2009), diabetes mellitus sebagai penyakit dimana tubuh tidak
dapat memproduksi atau tidak mampu menggunakan insulin secara tepat.
Menurut International of Diabetes Federation (IDF), 2015 (dalam
Novitasari, 2015) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2014
sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami
peningkatan menjadi 387 juta kasus. Angka kejadian DM menurut data
Riskesdas, 2013 (dalam Novitasari, 2015), terjadi peningkatan dari 1,1%
di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1% di tahun 2013 dari keseluruhan
penduduk sebanyak 250 juta jiwa.
Peningkatan prevalensi data penderita DM di atas salah satunya
yaitu Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 152.075 kasus. Jumlah
penderita DM tertinggi sebanyak 5.919 jiwa di Kota Semarang (Dinas
Kesehatan Jawa Tengah, 2011 dalam Novitasari, 2015). Data Depkes RI,
2012 (dalam Novitasari, 2015) menunjukkan rata-rata kasus penderita DM
di Jawa Tengah sebanyak 4.216 kasus. Sedangkan di Kabupaten
Banyumas menurut studi penelitian yang dilakukan oleh Ferawati, 2008
(dalam Putri, 2016), data rekam medik di RSUD Prof. dr. Margono

1
2

Soekarjo Purwokerto menunjukkan kasus diabetes mellitus dengan ulkus


tahun 2011 terdapat 772 kasus (rawat inap 562 kasus dan rawat jalan 205
kasus).
Salah satu komplikasi diabetes mellitus yang sering dijumpai
adalah terjadinya ulkus kaki atau sering disebut sebagai kaki diabetik
(Dewi, 2007 dalam Widhiarsi, 2007). Kejadian kaki diabetik mencapai
sekitar 15% dari seluruh penderita diabetes mellitus (Aldiavanza, 2008
dalam Kaban, 2014). Penyebab utama amputasi anggota gerak bawah 85%
disumbangkan oleh karena ulkus kaki diabetik (Padila, 2012 dalam Putri
2016). Catatan yang menyebutkan bahwa dalam perjalanan penyakit
sekitar 14-24% diantara penderita kaki diabetik tersebut memerlukan
tindakan amputasi. Amputasi merupakan tindakan untuk menyelamatkan
tubuh dengan mengorbankan tubuh yang lain. Tindakan ini merupakan
tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan paling terakhir
(Aldiavanza, 2008 dalam Kaban, 2014).
Pengalaman amputasi akan melibatkan pikiran, tubuh, dan jiwa
klien sebagai manusia seutuhnya. Klien perlu memulihkan kondisi fisik
serta emosional, karena klien memiliki serangkaian perubahan suasana
hati dari tinggi ke rendah. Klien yang mengalami amputasi dapat
mengalami perasaan seperti mati rasa atau perasaan kosong, depresi, takut,
sedih, cemas, putus asa, kelelahan yang luar biasa, kebingungan,
ketidakberdayaan dan dendam (Society Vascular Nursing [SVN], 2008
dalam Kaban, 2014).
Amputasi tungkai bawah menyebabkan cacat fisik yang serius dan
sangat intuitif serta memerlukan penyesuaian dengan kondisi, oleh karena
itu dapat menyebabkan masalah psikologis seperti depresi. Depresi pada
individu karena amputasi tungkai bawah mencapai 45% dari seluruh
penderita amputasi yang telah diteliti (Mozumdar & Roy, 2010 dalam
Kaban, 2014). Masalah psikologis pasien amputasi dapat diatasi dengan
peningkatan harapan, dukungan pengontrolan cemas dan peningkatan
kualitas hidup (Bulechek, 2016).
3

Berdasarkan uraian yang penulis telah jabarkan, maka penulis


tertarik untuk menyusun laporan kasus berjudul “Asuhan keperawatan
kesiapan meningkatkan harapan pada Tn.S dengan post amputasi ulkus
diabetes di ruang Pavilliun Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto”.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan kesiapan meningkatkan harapan
pada Tn.S dengan post amputasi ulkus diabetes di ruang Pavilliun
Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan
dan tindakan yang dilakukan untuk melakukan pengelolaan
keperawatan kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post
amputasi ulkus diabetes, serta evaluasi masalah setelah dilakukan
tindakan pemecahan masalah.
b. Membahas hasil proses keperawatan yang dilakukan untuk
kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post amputasi ulkus
diabetes.

C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa Prodi DIII
Keperawatan Purwokerto dalam pengelolaan keperawatan kesiapan
meningkatkan harapan pada pasien post amputasi ulkus diabetes.
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai panduan dalam pengelolaan keperawatan
kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post amputasi ulkus
diabetes.
4

3. Bagi Penulis
Sebagai sarana pembelajaran dan menambah pemahaman dalam
pengelolaan keperawatan kesiapan meningkatkan harapan pada pasien
post amputasi ulkus diabetes.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR AMPUTASI


1. Definisi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih
diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan
memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstermitas.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan paling terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada
ekstermitas sudah tidak dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik
lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan
tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti
dapat menimbulkan komplikasi infeksi (Padila, 2012 dalam Putri,
2016).
Amputasi adalah tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem
muskuloskeletal dan sistem kardiovaskuler. Lebih lanjut amputasi
dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau keluarga
berupa penurunan citra diri dan penurunan produktivitas (Wahid, 2013
dalam Kaban, 2014).
2. Jenis-jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, jenis-jenis amputasi
dibedakan menjadi:
a. Amputasi selektif atau terencana
Dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.
Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.

5
6

b. Amputasi akibat trauma


Amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma atau tidak
terencana. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi
lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
c. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim
kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja
yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan atau kehilangan kulit yang luas (Wahid, 2013 dalam
Kaban, 2014).
3. Etiologi Amputasi
Amputasi dapat dilakukan pada kondisi:
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki,
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak dapat diperbaiki,
c. Gangguan vaskuler atau sirkulasi pada ekstermitas yang berarti,
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh
yang lain,
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara
konservatif,
f. Deformitas organ (Harnawatiaj, 2008 dalam Pambudiarto, 2012)
4. Tanda dan Gejala Pasien Amputasi dengan Masalah Psikologis
Menurut Mozumdar & Roy, 2010 (dalam Kaban, 2014),
beberapa perasaan yang terjadi pada klien yang mengalami amputasi
yaitu perasaan kosong, depresi, takut, sedih, cemas, putus asa,
kelelahan yang luar biasa, kebingungan, ketidakberdayaan, dendam,
penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, kurang tidur,
kehilangan libido dan isolasi sosial.
5. Komplikasi Amputasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan
kerusakan kulit. Karena adanya pembuluh darah besar yang dipotong,
dapat terjadi perdarahan masif. Hemorage masif akibat lepasnya
7

jahitan merupakan masalah yang paling membahayakan. Klien harus


dipantau secara cermat mengenai setiap tanda dan gejala perdarahan.
Perdarahan segera setelah pasca operasi dapat terjadi perlahan atau
dalam bentuk hemorage masif akibat lepasnya jahitan. Infeksi pada
semua pembedahan, dengan peredaran darah buruk atau
terkontaminasi luka setelah amputasi traumatika, dimana resiko infeksi
meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prosthesis
dapat menyebabkan kerusakan kulit (Smeltzer, 2008 dalam Kaban,
2014).

B. KONSEP DASAR KESIAPAN MENINGKATKAN HARAPAN


1. Pengertian
Menurut Herdman (2015), kesiapan meningkatkan harapan
adalah pola harapan dan keinginan yang cukup untuk memindahkan
energi dengan kemampuan diri sepenuhnya yang dapat diperkuat.
Menurut Wilkinson (2011), kesiapan untuk meningkatkan harapan
menggambarkan bahwa individu meyakini adanya penyelesaian untuk
masalahnya dan berharap dapat memperbaiki kemampuan dirinya
untuk menyelesaikan masalah serta meyakini bahwa tujuan dan
harapan hidupnya realistis.
2. Batasan Karakteristik
Menurut Carpenito (2012), batasan karakteristik pada pasien
dengan kesiapan meningkatkan harapan yaitu:
a. Mengungkapkan harapan yang sesuai dengan keinginan,
b. Menentukan tujuan yang dapat tercapai,
c. Melakukan pemecahan masalah untuk memenuhi tujuan,
d. Mengungkapkan keyakinan dalam kemungkinan,
e. Mengungkapkan rasa spiritual dan makna terhadap kehidupan,
f. Saling berhubungan dengan orang lain,
g. Mengungkapkan keinginan atau persetujuan untuk meningkatkan
harapan.
8

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESIAPAN


MENINGKATKAN HARAPAN PADA KLIEN POST AMPUTASI
ULKUS DIABETES
1. Pengkajian
Menurut Padila, 2012 (dalam Kaban, 2014), pengkajian
merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk
itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah
klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.
Pengkajian yang akan dilakukan yaitu pengkajian secara fisik dan
psikologis. Dimana pengkajian fisik yang dilakukan yaitu pengkajian
head to toe, sedangkan pengkajian psikologis menurut Wahid, 2013
(dalam Kaban, 2014) yaitu adanya kemungkinan terjadinya kecemasan
pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang dilakukan,
penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya
hidup klien.
Kemudian hal yang perlu dikaji adalah kemampuan klien dalam
mengambil keputusan, kebutuhan spiritual dan keadekuatan dalam
hubungan dan dukungan sosial lain (Wilkinson, 2011). Pada
pengkajian pasien post amputasi perlu dilakukan pengkajian terhadap
gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkat depresi klien
terhadap dirinya, menilai gambaran diri klien dengan meninjau
persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri,
pandangan klien terhadap rendah antisipatif, gangguan penampilan
peran dan gangguan identitas (Wahid, 2013 dalam Kaban, 2014).
2. Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan kesiapan meningkatkan harapan menurut
Herdman (2015) merupakan pola harapan dan keinginan yang cukup
untuk memindahkan energi dengan kemampuan diri sepenuhnya yang
dapat diperkuat.
9

3. Perencanaan
Menurut Carpenito (2012), diagnosa kesiapan meningkatkan
harapan menggunakan Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu
keputusasaan serta ditandai dengan kriteria hasil diantaranya adalah
mengungkapkan keinginan untuk hidup, mengungkapkan alasan-alasan
untuk hidup, mengungkapkan makna hidup, mengungkapkan
optimisme, mengungkapkan kepercayaan pada diri sendiri,
mengungkapkan kepercayaan pada orang lain, menunjukkan semangat
untuk hidup, menunjukkan alam perasaan yang stabil, melaporkan
tidur yang cukup, menunjukkan nafsu makan yang normal,
menunjukkan peningkatan minat dalam hubungan sosial dan personal
serta menunjukkan kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
Menurut Bulechek (2016), diagnosa kesiapan meningkatkan
harapan menggunakan Nursing Intervention Classification (NIC) yaitu
peningkatan harapan, dukungan pengontrolan cemas dan peningkatan
kualitas hidup.
4. Implementasi
Penulis akan melakukan semua implementasi berdasarkan dari
intervensi yang sudah direncanakan yaitu meningkatkan harapan,
mendukung pengontrolan cemas dan meningkatkan kualitas hidup
(Bulechek, 2016).
5. Evaluasi
Menurut Moorhead (2016), evaluasi tindakan keperawatan
kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post amputasi ulkus yaitu
sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditentukan. Pada evaluasi,
penulis menggunakan pendokumentasian dengan model SOAP
(Subjektif, Objektif, Assesment, Planning).
BAB III
METODA

A. METODA PENULISAN
Metoda yang digunakan penulis dalam penyusunan asuhan
keperawatan kesiapan meningkatkan harapan adalah metoda deskriptif
yang menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada klien post amputasi
ulkus diabetes. Metoda deskriptif adalah bagian dari jenis penelitian
observasional yang dilakukan melalui pengamatan atau observasi, baik
secara langsung atau tidak langsung tanpa ada perlakuan atau intervensi
(Hidayat, 2011 dalam Putri, 2016).

B. SAMPEL PENULISAN
Menurut Sugiyono, 2014 (dalam Putri, 2016), sampel adalah bagian
populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan
teknik convenience sampling method (non-probability sampling
technique), dimana subjek dipilih karena kemudahan atau keinginan
penulis (Nursalam, 2009 dalam Putri, 2016). Dalam laporan kasus ini,
penulis menggunakan satu responden sebagai sampel yaitu Tn.S dengan
amputasi ulkus diabetes.

C. LOKASI PENULISAN
Penulisan laporan kasus ini dilaksanakan di ruang Pavilliun
Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Adapun waktu dalam pengelolaan kasus dilaksanakan pada April 2017.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2010).

10
11

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam laporan kasus ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi adalah suatu
cara untuk mengumpulkan data penelitian dengan mempunyai sifat dasar
naturalistik yang berlangsung dalam konteks natural, pelakunya
berpartisipasi secara wajar dalam interaksi (Supriyati, 2011). Wawancara
adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu (Sugiyono, 2014). Dokumentasi adalah barang-barang tertulis
(Arikunto, 2011).

E. ANALISIS
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
diperoleh dari observasi, wawancara maupun dokumentasi. Selanjutnya
data tersebut dituangkan dalam bentuk asuhan keperawatan yang berisi
data subjektif dan data objektif dari klien. Selanjutnya dari data-data
tersebut didapatkan masalah keperawatan. Dari masalah keperawatan yang
muncul dilakukan rencana keperawatan yang kemudian dilakukan
tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan yang telah disusun.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka selanjutnya tindakan
tersebut dievaluasi sesuai dengan tujuan perencanaan yang telah
ditentukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menguraikan hasil Asuhan Keperawatan


Kesiapan Meningkatkan Harapan pada Tn.S dengan Post Amputasi Ulkus
Diabetes di Ruang Pavilliun Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto yang telah dilaksanakan pada hari Jum’at
sampai Minggu, 21 – 23 April 2017. Asuhan keperawatan yang penulis
buat, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari tahap
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, tahap intervensi
keperawatan, tahap implementasi keperawatan dan terakhir tahap evaluasi
keperawatan.

A. HASIL LAPORAN KASUS


1. Identitas Pasien
Berdasarkan data yang penulis peroleh, Tn.S berumur 66 tahun,
berjenis kelamin laki-laki, status perkawinan sudah menikah, agama
yang dianut Tn.S yaitu agama Islam, pendidikan terakhir Tn.S yaitu
SMA, Pekerjaan Tn.S yaitu petani, Tn.S beralamat di Kalimanah,
Purbalingga, suku/bangsa Tn.S yaitu Jawa/Indonesia, Tn.S masuk ke
Rumah Sakit pada tanggal 19 April 2017 dengan diagnosa vomitus dan
post amputasi below knee.
Penanggungjawab pasien yaitu Tn.B berumur 34 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, beralamat di Kalimanah, Purbalingga, hubungan
dengan pasien yaitu Tn.B menantu Tn.S.
2. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 April 2017 pada pukul
09.30 WIB di Ruang Paviliun Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof.
dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Data diperoleh dari hasil
wawancara dengan pasien sebagai data primer, sedangkan data

12
13

sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan keluarga pasien dan


perawat, rekam medik serta catatan keperawatan.
a. Riwayat Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, pasien
mengatakan pada hari Rabu, 19 April 2017 pasien datang ke IGD
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan keluhan
muntah-muntah sekitar 10 kali. Setelah dilakukan pengkajian oleh
penulis, keluhan yang dirasakan pasien yaitu nyeri pada persendian
lutut kaki sebelah kiri, nyeri jika bergerak, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, di bagian persendian lutut kaki kiri dengan skala nyeri 4 dan
nyeri sering timbul.
Pasien sebelumnya sudah pernah dirawat di RS sebanyak 2
kali, pasien sudah pernah melakukan operasi debridement sekitar 6
bulan yang lalu, sekitar 1 bulan yang lalu pasien dilakukan
amputasi below knee dextra, pasien tidak memiliki alergi terhadap
obat atau makanan dan lainnya.
Pasien mengatakan penyakit Diabetes Melitus di
keluarganya diturunkan dari ayah pasien. Ayah dan dua saudara
pasien meninggal karena penyakit Diabetes Melitus. Keluarga
pasien juga memiliki riwayat penyakit hipertensi.
1) Genogram

Bagan Genogram 4.1


14

Berdasarkan silsilah keluarga, pasien merupakan anak keempat


dari enam bersaudara. Pasien tinggal hanya bersama istri
karena semua anaknya sudah menikah. Di dalam silsilah
keluarga pasien, ada yang menderita Diabetes Melitus yaitu
Ayah pasien. Ayah dan dua kakak pasien meninggal karena
penyakit Diabetes Melitus.
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
= Pasien
---------- = Tinggal serumah
2) Konsep Diri
Pasien merasa tidak sempurna lagi karena salah satu
kakinya sudah tidak utuh akibat amputasi diabetes yang
dilakukan sekitar satu bulan yang lalu. Pasien mensyukuri
semua bagian tubuh yang diberikan Allah, menurut pasien
bagian tubuh yang paling disukai yaitu mata karena dengan
mata pasien dapat melihat indahnya dunia. Sebelum dilakukan
sakit dan diamputasi, pasien bekerja sebagai petani di desanya.
Semenjak sakit dan diamputasi, pasien tidak dapat bekerja lagi.
Pasien merasa puas karena semua anaknya dapat kuliah dengan
kerja keras yang didapat pasien selama menjadi petani.
Pasien dalam keluarga berperan sebagai kepala
keluarga. Pasien tidak mempunyai peran penting dalam
masyarakat tetapi pasien sering mengikuti kegiatan-kegiatan di
masyarakat. Setiap hari pasien sholat berjamaah di masjid.
Dalam kelompoknya, pasien berperan penting dalam
mengadakan reuni teman-teman SMA. Pasien merasa senang
dengan peran yang dilakukan.
15

Pasien berharap dan yakin kalau penyakitnya akan


sembuh. Pasien sudah menerima keadaannya setelah
diamputasi pada kaki kanannya, karena menurut pasien lebih
sakit pada waktu luka DM yang dirasakan dulu dari pada waktu
awal kaki pasien diamputasi. Selain itu, pasien merasa sudah
tua, sudah waktunya beristirahat dan meningkatkan imannya
untuk bekal pasien meninggal. Pasien tetap bersemangat
walaupun sudah diamputasi karena istri dan anak-anaknya
dapat menerima kondisi pasien yang baru.
Pasien dapat bersosialisasi baik dengan keluarga dan
orang lain. Waktu awal pasien diamputasi, pasien merasa takut
jika dikucilkan oleh lingkungan rumahnya. Tetapi pasien yakin
jika tetangganya tidak akan mengucilkan karena hubungan
pasien dengan orang lain baik, pasien juga berpikiran kalau
diamputasi adalah jalan terbaik untuk dirinya.
Pasien tidak mempunyai masalah dalam berhubungan
dengan orang lain di lingkungan masyarakat. Apabila ada
masalah, pasien selalu terbuka kepada istri dan keluarga pasien.
Pasien mengatakan sebelum sakit dan diamputasi setiap hari
sholat berjamaah di masjid. Namun selama sakit dan
diamputasi kewajiban pasien untuk beribadah terganggu.
b. Pola Fungsional Gordon
Pengkajian penulis pada pola fungsional Gordon pasien
didapatkan data yaitu pada pola nutrisi dan metabolik, pasien
sebelum sakit makan tiga kali sehari dan minumnya cukup banyak.
Selama sakit pasien hanya menghabiskan setengah porsi makanan
yang diberikan RS dan minumnya sedikit. Pada pola eliminasi,
pasien sebelum sakit BAK sekitar lima sampai enam kali sehari
dan BAB sekitar dua hari sekali. Selama sakit BAK pasien sekitar
empat sampai lima kali sehari dan selama pasien dirawat pasien
belum BAB.
16

Pada pola aktivitas dan latihan, pasien sebelum sakit dapat


melakukan aktivitas secara mandiri dengan dibantu tongkat.
Selama sakit pasien memerlukan bantuan alat dan orang lain
walaupun ada yang bisa dilakukan pasien secara mandiri. Pada
pola istirahat dan tidur, pasien sebelum dan selama sakit tidak
terdapat gangguan dan perubahan frekuensi tidur.
c. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis,
pasien mengalami, nyeri pada persendian lutut kaki kiri, kadang
masih merasa sakit pada kaki kanan yang pernah diamputasi, mual,
lemas dan pusing. Keadaan umum pasien yaitu sedang dengan
kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital pasien pada waktu
dilakukan pengkajian yaitu TD = 140/80 mmHg, N = 92 x/menit,
RR = 20 x/menit dan S = 36,1oC. Pemeriksaan head to toe yang
dilakukan penulis didapatkan data bahwa untuk pemeriksaan
pasien dari kepala sampai genetilia semua normal dan tidak ada
masalah. Pada pemeriksaan ekstermitas didapatkan data yaitu pada
ekstermitas atas terdapat luka ulkus pada daerah lengan kanan,
tidak ada edema, postus normal dan simetris serta terpasang infus
Ringer Laktat 30 tpm di tangan sebelah kiri. Pada ekstermitas
bawah terdapat luka ulkus pada daerah paha bagian atas, kaki
kanan terdapat luka post amputasi yang sudah kering, postur
normal dan simetris serta tidak edema.
d. Pemeriksaan Penunjang dan Terapi
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari rekam medik
pasien, pada tanggal 19 April 2017 pasien melakukan pemeriksaan
hematologi yang terdiri dari darah lengkap dan hitung jenis. Hasil
pemeriksaan tersebut yaitu hemoglobin 11.7 g/dL, hematokrit 36
%, leukosit 6190 u/L, eritrosit 4.2x106/uL, trombosit 240.000/uL,
MCV 85.5 fL, MCH 27.7 pg/cell, MCHC 32.4 %, RDW 13.5 %,
MPV 9.9 fL, basofil 0.0 %, eosinofil 1.9 %, batang 0.3 %, segmen
17

74.2 %, limfosit 16.5 % dan monosit 7.1 %. Pada tanggal 20 April


2017 pasien melakukan pemeriksaan kimia klinik. Hasil
pemeriksaan tersebut yaitu total protein 7.00 g/dL, albumin 2.64
g/dL, globulin 4.36 g/dL, SGOT 25 u/L, SGPT 22 u/L, ureum
darah 14.2 mg/dL, kreatinin darah 0.89 mg/dL, natrium 141
mmol/L dan kalium 3.4 mmol/L.
Terapi yang didapatkan pasien selama dirawat di RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto yaitu infus Ringer Laktat
30 tpm, ceftriaxon 2x1 IV, ondansetron 2x1 IV, omeprazol 1x1 IV,
mecobalamin 1x1 IV dan meloxicam 2x7.5 gram PO. Perawatan
luka untuk pasien yaitu perawatan ulkus yang berada di lengan dan
paha atas sebelah kanan yang dilakukan setiap pagi. Untuk luka
post amputasi pasien sudah kering dan tidak dilakukan perawatan
luka.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan, didapatkan
data-data yaitu data subjektif dan data objektif dari pasien. Data
subjektif yang diperoleh dari pasien yaitu pasien mensyukuri semua
bagian tubuh yang diberikan Allah, pasien merasa puas semua anaknya
dapat kuliah karena kerja keras yang didapatkan pasien selama menjadi
petani, pasien merasa senang dengan peran yang dilakukannya, pasien
berharap dan yakin kalau penyakitnya akan sembuh, pasien sudah
menerima keadaannya setelah diamputasi karena menurut pasien lebih
sakit pada waktu luka DM yang dirasakan dulu, pasien juga merasa
sudah tua, sudah waktunya beristirahat dan meningkatkan iman, pasien
tetap bersemangat walaupun sudah diamputasi karena istri dan anak-
anaknya dapat menerima kondisi pasien yang baru, pasien berfikir
kalau diamputasi adalah jalan yang terbaik untuk dirinya.
Data objektif yang ditunjukkan pasien yaitu pasien kooperatif
dalam perawatan dan pengobatan diantaranya yaitu pasien selalu
tersenyum jika perawat akan melakukan tindakan, pasien nampak
18

tenang dan tidak terlihat murung, pasien memberikan umpan balik


kepada perawat, pasien dapat diajak wawancara dengan baik, pasien
bersemangat dalam perawatan dan pengobatan.
Berdasarkan data di atas, dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan yaitu kesiapan meningkatkan harapan.
4. Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
pada diagnosa keperawatan kesiapan meningkatkan harapan pada Tn.S
dengan post amputasi ulkus diabetes, diharapkan adanya kesiapan
meningkatkan harapan dengan kriteria hasil yaitu menunjukkan
semangat untuk hidup dan menunjukkan alam perasaan yang stabil.
Adapun strategi yang dilakukan penulis untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pasien yaitu monitor tanda-tanda vital pasien,
motivasi pasien untuk bersemangat dalam menjalani hidup, anjurkan
pasien untuk meningkatkan spiritual, latih pasien nafas dalam, ajarkan
pasien teknik EFT (Emotional Freedom Technique), ajarkan ROM
(Range Of Motion) sesuai kemampuan pasien, ajarkan ambulasi sesuai
kemampuan pasien, kaji aspek positif yang dimiliki pasien dan arahkan
pasien dengan kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan
kemampuan pasien.
5. Implementasi
Pada hari pertama yaitu Jum’at, 21 April 2017, pukul 10.30
WIB, penulis memotivasi pasien untuk bersemangat dalam menjalani
hidup dan pasien nampak bersemangat dalam menjalani hidup karena
pasien sudah dapat menerima keadaannya. Selanjutnya pasien
menganjurkan pasien untuk meningkatkan spiritual seperti berdoa dan
berdzikir, penulis menemani pasien saat berdzikir. Kemudian penulis
mengajarkan teknik nafas dalam agar pasien dapat lebih tenang dan
rileks.
Pada pukul 13.15 WIB, penulis mengkaji kemampuan pasien
dalam ambulasi. Pasien dapat duduk di tempat tidur, tetapi belum
19

dilakukan secara mandiri. Kemudian penulis mengajarkan teknik


ambulasi di tempat tidur agar pasien mudah dalam melakukannya.
Pasien nampak bersemangat dalam berlatih ambulasi yang diajarkan
penulis. Penulis juga menganjurkan kepada keluarga untuk
mendampingi dan membantu pasien dalam ambulasi.
Pada hari kedua yaitu Sabtu, 22 April 2017, pada pukul 08.15
WIB penulis memberikan motivasi kepada pasien untuk bersemangat
dalam menjalani hidup. Pada pukul 08.45 WIB, penulis mengajarkan
ROM (Range Of Motion) sesuai kemampuan pasien. Penulis
mengajarkan ROM (Range Of Motion) pada bagian kepala, tangan dan
kaki tetapi tidak semua gerakan dapat dilakukan secara mandiri oleh
pasien masih ada yang memerlukan bantuan penulis.
Pada pukul 10.45 WIB, penulis menganjurkan pasien untuk
meningkatkan spiritual seperti berdoa dan berdzikir, penulis menemani
pasien saat berdzikir. Kemudian penulis mengajarkan teknik ambulasi
yang lain yaitu duduk di tepi tempat tidur. Pasien nampak bersemangat
dalam berlatih ambulasi yang diajarkan penulis. Penulis juga
menganjurkan kepada keluarga untuk mendampingi dan membantu
pasien dalam ambulasi.
Pada pukul 13.20 WIB penulis mengkaji aspek positif yang
dimiliki pasien. Pasien menyebutkan kalau dirinya rajin ke masjid
untuk sholat berjamaah, kemudian penulis mengarahkan kepada pasien
untuk mengisi kegiatan sehari-hari dengan rajin beribadah dan berdoa.
Walaupun sekarang sudah tidak dapat ke masjid seperti dulu, pasien
dapat melakukan ibadah di rumah dengan istri. Pasien nampak
menerima keadaan pasien yang sekarang dan memahami harus berbuat
apa untuk kelanjutan hidupnya.
Pada hari ketiga yaitu Minggu, 23 April 2017, pada pukul 10.30
WIB, penulis memberikan motivasi kepada pasien untuk bersemangat
dalam menjalani hidup. Pada pukul 10.40 WIB, penulis menganjurkan
20

pasien untuk meningkatkan spiritual seperti berdoa dan berdzikir,


penulis menemani pasien saat berdzikir.
Pada pukul 11.05 WIB, penulis mengkaji aspek positif yang
dimiliki pasien. Pasien menyebutkan kalau dirinya aktif dalam reuni
kelompoknya saat SMA. Pasien selalu mengkoordinir reuni dan
merasa senang jika diadakan reuni teman SMA untuk membangkitkan
semangat hidup. Kemudian penulis mengarahkan agar pasien tetap ikut
dalam reuni tersebut walaupun kondisi pasien diamputasi. Pasien
masih bisa menggunakan tongkat atau kursi roda untuk hadir di reuni
tersebut. Penulis juga mengarahkan pasien untuk mengisi kegiatan
sehari-hari dengan hal positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien seperti berlatih makan, minum, berpakaian, mandi, toileting,
ROM (Range Of Motion) dan ambulasi secara mandiri. Pasien nampak
menerima masukan penulis.
Pada pukul 12.40 WIB, penulis mengajarkan teknik ambulasi
yang lain yaitu berjalan di tepi tempat tidur. Pasien nampak
bersemangat dalam berlatih ambulasi yang diajarkan penulis. Penulis
juga menganjurkan kepada keluarga untuk mendampingi dan
membantu pasien dalam ambulasi serta mengajarkan penggunaan
tongkat kepada pasien dan keluarga.
6. Evaluasi
Hasil evaluasi pada tanggal 21 April 2017 yaitu pasien sudah
menerima keadaannya setelah diamputasi, pasien nampak bersemangat
dalam menjalani hidup, pasien akan selalu berdoa dan berdzikir.
Masalah kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post amputasi
ulkus diabetes belum teratasi.
Hasil evaluasi pada tanggal 22 April 2017 yaitu pasien sudah
menerima keadaannya setelah diamputasi, pasien nampak bersemangat
dalam menjalani hidup, pasien akan selalu berdoa dan berdzikir, pasien
dapat melakukan ROM (Range Of Motion) sesuai kemampuan pasien,
pasien dapat menyebutkan aspek positif yang dimiliki pasien. Masalah
21

kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post amputasi ulkus


diabetes teratasi sebagian.
Hasil evaluasi pada tanggal 23 April 2017 yaitu pasien sudah
menerima keadaannya setelah diamputasi, pasien nampak bersemangat
dalam menjalani hidup, pasien akan selalu berdoa dan berdzikir, pasien
dapat melakukan ROM (Range Of Motion) sesuai kemampuan pasien,
pasien dapat menyebutkan aspek positif yang dimiliki pasien. Masalah
kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post amputasi ulkus
diabetes teratasi sebagian.
Berdasarkan evaluasi yang telah penulis lakukan selama tiga
hari, dapat disimpulkan bahwa hasil akhir evaluasi pada masalah
kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post amputasi ulkus
diabetes teratasi sebagian. Perolehan nilai akhir 5 pada indikator
menunjukkan semangat untuk hidup dan nilai akhir 4 pada indikator
menunjukkan alam perasaan yang stabil.

B. PEMBAHASAN LAPORAN KASUS


Setelah menguraikan mengenai Asuhan Keperawatan Kesiapan
Meningkatkan Harapan pada Tn.S dengan Post Amputasi Ulkus Diabetes
di Ruang Pavilliun Soepardjo Roestam LT.1 RSUD Prof. dr. Margono
Soekarjo Purwokerto, pada bagian ini penulis akan membahas hubungan
hasil asuhan keperawatan dengan teori keperawatan menurut para ahli atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan. Beberapa hal yang akan
diidentifikasi oleh penulis difokuskan pada beberapa aspek yaitu
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi yang berkaitan dengan masalah utama pasien.
1. Pengkajian
Pengkajian psikologis pada pasien post amputasi yaitu adanya
kemungkinan terjadinya kecemasan pada klien melalui penilaian klien
terhadap amputasi yang dilakukan, penerimaan klien pada amputasi
dan dampak amputasi terhadap gaya hidup klien (Wahid, 2013 dalam
22

Kaban, 2014). Pada pengkajian yang dilakukan penulis tanggal 21


April 2017 yang diperoleh dari wawancara dengan pasien, dimana
pasien sudah tidak mengalami kecemasan yang berarti, pasien sudah
menerima keadaannya setelah diamputasi pada kaki kanannya, pasien
tetap bersemangat walaupun sudah diamputasi karena istri dan anak-
anaknya dapat menerima kondisi pasien yang baru, pasien mengatakan
sebelum sakit dan diamputasi setiap hari sholat berjamaah di masjid.
Namun selama sakit dan diamputasi kewajiban pasien untuk beribadah
terganggu.
Kecemasan pasien berkurang dengan pernyataan pasien bahwa
pasien menerima semua cobaan yang Allah berikan, menurut pasien
lebih sakit pada waktu luka DM yang dirasakan dulu dari pada waktu
awal kaki pasien diamputasi. Selain itu, pasien merasa sudah tua,
sudah waktunya beristirahat dan meningkatkan imannya untuk bekal
pasien meninggal. Data tersebut didukung oleh penelitian Lubis, 2009
(dalam Pambudiarto, 2012) yang menyatakan bahwa pertambahan usia
bisa dikatakan sebagai bertambahnya kedewasaan, ditemukan bukti
bahwa pada usia dewasa terdapat penurunan kecenderungan
kecemasan seiring dengan bertambahnya usia.
Penerimaan pasien terhadap kondisinya disebabkan karena
dukungan dari istri dan ank-anaknya. Hal ini didukung oleh penelitian
Mufattichah, 2011 (dalam Pambudiarto, 2012) yang menyebutkan
bahwa responden yang belum menikah mempunyai peluang lebih
besar untuk mengalami depresi dibandingkan dengan responden yang
sudah menikah. Penelitian Pambudiarto (2012) juga mendukung
penelitian tersebut, bahwa kecemasan dapat terjadi pada klien yang
belum menikah, beban yang ditanggung dengan adanya amputasi ini
semakin berat. Berbeda dengan klien yang sudah menikah, karena
sudah mempunyai seorang pendamping yang bisa memberinya
semangat.
23

Berdasarkan data tersebut, pasien berada pada respon berduka


dalam tahap penerimaan (asseptance) dengan data pendukung yaitu
pasien menerima keadaannya setelah diamputasi pada kaki kanannya
dan pasien tetap bersemangat walaupun sekarang sudah diamputasi.
Dari data tersebut sesuai dengan teori Hidayat (2009), pada fase
penerimaan berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran
yang selalu berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang
dialaminya dan mulai memandang kedepan. Gambaran tentang objek
yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap.
Dalam proses pengkajian berjalan dengan baik dan lancar, tidak
ditemukan kendala yang berarti. Hal tersebut terjadi karena pasien
kooperatif dalam pengkajian.
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Beberapa tanda dan gejala pasien amputasi yang mengalami
masalah psikologis yaitu mengalami perubahan perasaan seperti
perasaan kosong, depresi, takut, sedih, cemas, putus asa, kelelahan
yang luar biasa, kebingungan, ketidakberdayaan, dendam, penurunan
berat badan, kehilangan nafsu makan, kurang tidur, kehilangan libido
dan isolasi sosial (Mozumdar & Roy, 2010 dalam Kaban, 2014).
Tetapi pada pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 21 April
2017 didapatkan data bahwa pasien sudah tidak mengalami kecemasan
yang berarti, pasien sudah menerima keadaannya setelah diamputasi
pada kaki kanannya, pasien tetap bersemangat walaupun sudah
diamputasi karena istri dan anak-anaknya dapat menerima kondisi
pasien yang baru. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan pasien
sudah tidak mengalami masalah psikologis yang berarti.
Berdasarkan data-data tersebut dapat dikatakan bahwa pasien
sedang berusaha meningkatkan harapan setelah pasien diamputasi atau
kehilangan salah satu bagian dari tubuh pasien. Menurut Herdman
(2015), kesiapan meningkatkan harapan adalah pola harapan dan
24

keinginan yang cukup untuk memindahkan energi dengan kemampuan


diri sepenuhnya yang dapat diperkuat. Menurut Wilkinson (2011),
kesiapan untuk meningkatkan harapan menggambarkan bahwa
individu meyakini adanya penyelesaian untuk masalahnya dan
berharap dapat memperbaiki kemampuan dirinya untuk menyelesaikan
masalah serta meyakini bahwa tujuan dan harapan hidupnya realistis.
Oleh karena itu, penulis mengangkat diagnosa kesiapan meningkatkan
harapan sebagai diagnosa utama sesuai dengan data yang diperoleh
dari pasien.
3. Intervensi
Strategi yang penulis susun agar pasien mengalami kesiapan
meningkatkan harapan berpedoman pada teori menurut Carpenito
(2012), diagnosa kesiapan meningkatkan harapan menggunakan
Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu keputusasaan serta
ditandai dengan kriteria hasil diantaranya adalah mengungkapkan
keinginan untuk hidup, mengungkapkan alasan-alasan untuk hidup,
mengungkapkan makna hidup, mengungkapkan optimisme,
mengungkapkan kepercayaan pada diri sendiri, mengungkapkan
kepercayaan pada orang lain, menunjukkan semangat untuk hidup,
menunjukkan alam perasaan yang stabil, melaporkan tidur yang cukup,
menunjukkan nafsu makan yang normal, menunjukkan peningkatan
minat dalam hubungan sosial dan personal serta menunjukkan
kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Menurut Bulechek (2016), diagnosa kesiapan meningkatkan
harapan menggunakan Nursing Intervention Classification (NIC) yaitu
peningkatan harapan, dukungan pengontrolan cemas dan peningkatan
kualitas hidup dengan tindakan yaitu monitor tanda-tanda vital pasien,
motivasi pasien untuk bersemangat dalam menjalani hidup, anjurkan
pasien untuk meningkatkan spiritual, latih pasien nafas dalam, ajarkan
pasien teknik EFT (Emotional Freedom Technique), ajarkan ROM
(Range Of Motion) sesuai kemampuan pasien, ajarkan ambulasi sesuai
25

kemampuan pasien, kaji aspek positif yang dimiliki pasien dan arahkan
pasien pada kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan
kemampuan pasien.
Dalam perumusan intervensi, penulis sebelumnya berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dosen pembimbing akademik agar rencana
yang disusun dapat menyelesaikan masalah yang pasien keluhkan.
4. Implementasi
Pelaksanaan yang penulis lakukan berpedoman pada teori
Menurut Bulechek (2016), diagnosa kesiapan meningkatkan harapan
menggunakan Nursing Intervention Classification (NIC) yaitu
peningkatan harapan, dukungan pengontrolan cemas dan peningkatkan
kualitas hidup. Intervensi yang diutamakan pada pasien yaitu
peningkatan harapan dan peningkatan kualitas hidup karena pasien
berada pada respon berduka dalam tahap penerimaan (asseptance)
dimana kecemasan pasien sudah berkurang.
Tindakan dari peningkatan harapan yaitu memotivasi pasien
untuk bersemangat dalam menjalani hidup, menganjurkan pasien untuk
meningkatkan spiritual, mengkaji aspek positif yang dimiliki pasien
dan mengarahkan pasien pada kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan
sesuai dengan kemampuan pasien. Tindakan dukungan pengontrolan
cemas yaitu melatih pasien nafas dalam dan menganjurkan pasien
untuk meningkatkan spiritual. Tindakan peningkatan kualitas hidup
yaitu mengajarkan ROM (Range Of Motion) sesuai kemampuan
pasien, mengajarkan ambulasi sesuai kemampuan pasien, mengkaji
aspek positif yang dimiliki pasien dan mengarahkan pasien pada
kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan
pasien.
Penulis melakukan tindakan peningkatan kualitas hidup sesuai
dengan teori Moorhead (2016) yang menyatakan bahwa indikator
kualitas hidup antara lain kemandirian dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dan pencapaian tujuan hidup sehingga penulis mengajarkan
26

ROM (Range Of Motion) dan ambulasi sesuai kemampuan pasien serta


mengkaji aspek positif yang dimiliki pasien dan mengarahkan pasien
pada kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan
pasien.
Penulis memonitor tanda-tanda vital pasien karena kecemasan
seseorang berpengaruh terhadap tanda-tanda vital. Hal tersebut
didukung teori Aulawi, 2007 (dalam Sukartinah, 2016) yang
menyatakan bahwa rasa cemas yang dialami seseorang dapat
meningkatkan respirasi rate (hiperventilasi) akibat rasa takut yang
ditimbulkan oleh rasa cemas yang dialaminya. Kecemasan juga dapat
menstimulasi sistem saraf pusat sehingga membuat jantung berdebar
disertai takikardi dan peningkatan tekanan darah.
Pelatihan nafas dalam pada pasien bertujuan agar pasien tidak
cemas dan lebih tenang serta rileks setelah dilakukan tindakan
amputasi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sari dan Subandi
(2015) yang menyatakan bahwa pelaksanaan pelatihan teknik relaksasi
pada keluarga yang merawat penderita kanker payudara diperoleh hasil
bahwa pelatihan teknik relaksasi terbukti dapat menurunkan
kecemasan pada keluarga yang merawat penderita kanker payudara.
Tindakan untuk meningkatkan spiritual sesuai dengan
penelitian Salehi, Ghoudousi, dan Khadijeh, 2012 (dalam Agustin, Elly
dan I Made, 2013) menyatakan bahwa agama dapat menciptakan
perilaku yang positif dalam menghadapi dunia dan menguatkan
seseorang ketika menghadapi peristiwa atau musibah dalam kehidupan
melalui motivasi dan energi. Perilaku ini dapat meningkatkan toleransi
dan penerimaan akan situasi yang tidak dapat diubah.
Tindakan untuk mengajarkan ROM (Range Of Motion) sesuai
dengan teori Smeltzer & Bare (2009) yang menyatakan bahwa latihan
gerak sendi merupakan latihan yang penting bagi pasien setelah
operasi sehingga pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan
yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
27

Tindakan untuk mengajarkan ambulasi sesuai dengan teori


Brunner & Suddarth (2009) yang menyatakan bahwa setiap sendi
pasien dengan kondisi tirah baring harus dilatih dan digerakkan sesuai
kemampuan geraknya untuk mempertahankan fungsinya. Program
ambulasi dirancang sesuai kebutuhan masing-masing pasien untuk
mengembalikan pasien ke jenjang fungsi tertinggi dengan waktu
sesingkat mungkin.
Tindakan memotivasi pasien untuk bersemangat dalam
menjalani hidup, mengkaji aspek positif yang dimiliki pasien dan
mengarahkan pasien pada kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan
sesuai dengan kemampuan pasien merupakan faktor kognitif yang
dapat meningkatkan penerimaan pasien terhadap kondisi pasien yang
baru. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Unwin, Kacperek dan
Clark, 2009 (dalam Agustin, Elly dan I Made, 2013) menyatakan
bahwa faktor kognitif berperan penting dimana seseorang yang
memiliki harapan dan motivasi yang tinggi akan menghasilkan
perilaku adaptif seperti mencari dukungan sosial dan berusaha untuk
menyesuaikan atau beradaptasi yang akan menyebabkan perasaan dan
penyesuaian yang positif.
Dalam pelaksanaan penulis melakukan semua intervensi yang
telah disusun tetapi ada satu yang tidak dilakukan yaitu mengajarkan
pasien teknik EFT (Emotional Freedom Technique), karena pasien
sudah menerima keadaannya sehingga pasien sudah lebih tenang dan
rileks sehingga penulis hanya mengajarkan teknik nafas dalam dan
teknik spiritual untuk membuat pasien tenang dan rileks. Pelaksanaan
tindakan keperawatan sudah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
28

5. Evaluasi
Menurut Dermawan, 2012 (dalam Putri, 2016), evaluasi
merupakan keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon yang
ditunjukkan dari perilaku pasien.
Dalam evaluasi, penulis berpedoman pada teori Menurut
Bulechek (2016) yaitu evalusi dari kesiapan meningkatkan harapan
diantaranya yaitu mengungkapkan keinginan untuk hidup,
mengungkapkan alasan-alasan untuk hidup, mengungkapkan makna
hidup, mengungkapkan optimisme, mengungkapkan kepercayaan pada
diri sendiri, mengungkapkan kepercayaan pada orang lain,
menunjukkan semangat untuk hidup, menunjukkan alam perasaan
yang stabil, melaporkan tidur yang cukup, menunjukkan nafsu makan
yang normal, menunjukkan peningkatan minat dalam hubungan sosial
dan personal serta menunjukkan kemandirian dalam melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
Berdasarkan evaluasi yang telah penulis lakukan selama tiga
hari, dapat disimpulkan bahwa hasil akhir evaluasi pada masalah
kesiapan meningkatkan harapan pada pasien post amputasi ulkus
diabetes teratasi sebagian. Perolehan nilai akhir 5 pada indikator
menunjukkan semangat untuk hidup dan nilai akhir 4 pada indikator
menunjukkan alam perasaan yang stabil.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan simpulan dan saran dari
Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Harapan pada Tn.S dengan
Post Amputasi Ulkus Diabetes di Ruang Pavulliun Soepardjo Roestam
LT.I RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

A. SIMPULAN
Dari uraian yang telah penulis jabarkan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pada pengkajian didapatkan data : harapan dan keyakinan bahwa
penyakit akan sembuh, menerima keadaan post amputasi, semangat
karena ada dukungan dari istri dan anak-anaknya serta kecemasan
pasien berkurang.
2. Dari data tersebut didapatkan satu diagnosa utama yaitu kesiapan
meningkatkan harapan.
3. Intervensi yang penulis susun yaitu monitor tanda-tanda vital pasien,
motivasi pasien untuk bersemangat dalam menjalani hidup, anjurkan
pasien untuk meningkatkan spiritual, latih pasien nafas dalam, ajarkan
pasien teknik EFT (Emotional Freedom Technique), ajarkan ROM
(Range Of Motion) sesuai kemampuan pasien, ajarkan ambulasi sesuai
kemampuan pasien, kaji aspek positif yang dimiliki pasien dan arahkan
pasien pada kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan
kemampuan pasien.
4. Implementasi yang penulis lakukan yaitu memonitor tanda-tanda vital
pasien, memotivasi pasien untuk bersemangat dalam menjalani hidup,
menganjurkan pasien untuk meningkatkan spiritual, melatih pasien
nafas dalam, mengajarkan ROM (Range Of Motion) sesuai
kemampuan pasien, mengajarkan ambulasi sesuai kemampuan pasien,

29
30

mengkaji aspek positif yang dimiliki pasien dan mengarahkan pasien


pada kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan
pasien.
5. Hasil akhir evaluasi pada masalah kesiapan meningkatkan harapan
pada pasien post amputasi ulkus diabetes teratasi sebagian. Perolehan
nilai akhir 5 pada indikator menunjukkan semangat untuk hidup dan
nilai akhir 4 pada indikator menunjukkan alam perasaan yang stabil.

B. SARAN
1. Bagi Pasien
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari, diharapkan
kesiapan meningkatkan harapan pasien dapat bertambah dengan
ditunjukkan semangat dalam menjalani hidup dan kestabilan alam
perasaan pasien.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga memberi dukungan dan memotivasi pasien agar
pasien semangat dalam menjalani hidup.
3. Bagi Penulis
Pemberian asuhan keperawatan kesiapan meningkatkan harapan pada
Tn.S dengan post amputasi ulkus diabetes dilakukan secara
komprehensif meliputi aspek biopsikososialkultural agar asuhan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang pasien keluhkan.
4. Bagi Rumah Sakit
Perawat dapat melakukan tindakan melatih pasien post amputasi ulkus
diabetes ROM (Range of Motion) dan teknik ambulasi agar pasien
dapat mandiri melakukan aktivitasnya serta meningkatkan kualitas
hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Yeni., Elly Nurachmah dan I Made Kariasa. (2013). Pengalaman Klien
Diabetes Melitus Tipe 2 Pasca Amputasi Mayor Ekstermitas Bawah. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 16, No.2, hal 107-113.

Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi


VII. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bulechek, Gloria, M., Butcher, Howard, K., Dochterman, Joanne, M., & Wagner,
Cheryl, M. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Keenam. Singapore: Elsevier.

Brunner & Suddarth. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.

Carpenito, Lynda Juall & Monyet. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 13. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz. A. A. (2011). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma


Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing.

Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Kaban, Karmila B. R. (2014). Mekanisme Koping Klien Pasca Amputasi Tungkai


Bawah di Kota Medan. Tesis. Medan: Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Moorhead, Sue., Johnson, Mario., Maas, Meridean, L., & Swanson, Elizabeth.
(2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Singapore:
Elsevier.

Novitasari, Retnaningtyas. (2015). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap


dengan Kepatuhan Diit Diabetes Mellitus (DM) pada Lanjut Usia (Lansia)
di Kelurahan Gayam Kecamatan Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pambudiarto, Ari Agus. (2012). Gambaran Konsep Diri : Harga Diri pada Klien
dengan Amputasi di Wilayah Karisidenan Surakarta. Skripsi. Surakarta:
Keperawatan S1, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Putri, Aldila Meita. (2016). Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan
Harapan pada Tn.X dengan Post Amputasi Ulkus Diabetes di Ruang Seruni
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. KTI. Purwokerto: Program
Studi DIII Keperawatan Purwokerto, Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sari, Aprilya Dewi Kartika dan Subandi. (2015). Pelatihan Teknik Relaksasi
untuk Menurunkan Kecemasan pada Primary Caregiver Penderita Kanker
Payudara. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology, Volume 1, No.
3, hal 173-192.

Scemons, D., & Denise E. (2009). Nurse to Nurse Wound Care. Newyork:
McGraw-Hill Companies.

Smeltzer & Bare. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sukartinah. (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status Hemodinamik


pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang IBS RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri. Skripsi. Surakarta: Program Studi S-1
Keperawatan, Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Supriyati. (2011). Belajar Dasar Akuntansi. Bandung: Labkat Press.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Widhiarsi, Estu. (2012). Hubungan antara Pengetahuan Pasien tentang Penyakit


Diabetes Mellitus dengan Depresi pada Pasien Kaki Diabetik di Unit Rawat
Jalan RSUD DR. Moewardi. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wilkinson, Judith M., & Ahern, Nancy R. (2011). Buku Saku Keperawatan Edisi
9 Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
33

Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


LATIHAN NAFAS DALAM
Pengertian Bernafas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen
terangkat perlahan dan dada mengembang penuh
Tujuan 1. Mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan
efisien serta untuk mengurangi kerja nafas
2. Melambatkan frekuensi pernafasan
3. Meningkatkan relaksasi otot
4. Menghilangkan ansietas
5. Menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan
yang tidak berguna
Indikasi 1. Pasien dengan gangguan paru obstruktif maupun
restriktif
2. Pasien pada tahap penyembuhan dari pembedahan
thoraks
3. Untuk metode relaksasi
Prosedur Pelaksanaan Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Validasi perasaan klien
4. Melakukan kontrak (topik, waktu dan tempat)
5. Menanyakan kesiapan klien
Fase Kerja
1. Mengatur kenyamanan klien
2. Menyampaikan kemampuan perawat untuk
menangani masalah klien
3. Menganjurkan pasien tarik nafas lewat hidung
kemudian tahan sampai hitungan 3
4. Hembuskan nafas lewat mulut secara perlahan
5. Lakukan sampai kondisi klien merasa lebih baik
Fase Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Menanyakan kembali materi yang telah
disampaikan
3. Memberikan reinforcement positif
4. Melakukan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
5. Berpamitan dan mengucapkan terimakasih
34

Lampiran 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


ROM (RANGE OF MOTION)
Pengertian Latihan yang dilakukan untuk mempertahankan dan
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus
otot
Tujuan 1. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas
dan kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan
kontraktur
5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
Indikasi 1. Stoke atau penurunan tingkat kesadaran
2. Kelemahan otot
3. Fase rehabilitasi fisik
4. Klien dengan tirah baring lama
Prosedur Palaksanaan Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Validasi perasaan klien
4. Melakukan kontrak (topik, waktu dan tempat)
5. Menanyakan kesiapan klien
Fase Kerja
1. Mengatur kenyamanan klien
2. Menyampaikan kemampuan perawat untuk
menangani masalah klien
3. Latihan I
a. Angkat tangan di atas kepala klien
b. Kembalikan ke posisi semula
c. Lakukan pada tangan yang lain
4. Latihan II
a. Angkat tangan melewati dada
b. Kembalikan ke posisi semula
c. Lakukan pada tangan yang lain
5. Latihan III
a. Tekuk siku kemudian angkat ke atas
b. Letakkan kembali tangan di tempat tidur
c. Lakukan pada tangan yang lain
6. Latihan IV
a. Tegakkan pergelangan tangan
b. Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan
35

ke arah luar
c. Lakukan pada tangan yang lain
7. Latihan V
a. Tekuk jari-jari kemudian luruskan
b. Putar ibu jari ke arah dalam dan ke arah luar
c. Lakukan pada tangan yang lain
8. Latihan VI
a. Tekuk kaki kemudian luruskan secara
perlahan
b. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali
9. Latihan VII
a. Angkat kaki kemudian gerakkan ke arah
dalam dan luar
b. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali
10. Latihan VIII
a. Miringkan kepala ke kanan
b. Tahan dalam hitungan 5 kali
c. Lakukan pada sisi yang kiri
11. Latihan IX
a. Anjurkan klien menekuk kepala ke bawah
b. Tahan dalam hitungan 5 kali
12. Latihan X
a. Anjurkan klien menengadah kepala ke
bawah
b. Tahan dalam hitungan 5 kali
Fase Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Menanyakan kembali materi yang telah
disampaikan
3. Memberikan reinforcement positif
4. Melakukan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
5. Berpamitan dan mengucapkan terimakasih
36

Lampiran 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MOBILISASI
Pengertian Kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,
mudah, teratur
Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran
sehari – hari
5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
Indikasi 1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
2. Kelemahan otot
3. Fase rehabilitasi fisik
4. Klien dengan tirah baring lama
Prosedur Pelaksanaan Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Kontrak waktu
5. Menjelaskan langkah prosedur
6. Menanyakan kesiapan klien
Fase Kerja
1. Mengatur kenyamanan klien
2. Menyampaikan kepercayaan diri terhadap
kemampuan klien untuk menangani situasi
3. Duduk di atas tempat tidur
a. Anjurkan klien untuk berbaring di tempat
tidur
b. Atur tempat tidur klien dengan posisi semi
fowler atau fowler
4. Duduk di tepi tempat tidur
a. Tinggikan kepala tempat tidur pada
ketinggian yang dapat ditoleransi klien
b. Tempatkan klien pada posisi miring
menghadap perawat di sisi tempat klien akan
duduk
c. Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2 yang
berlawanan
d. Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke
tepi tempat tidur
e. Angkat klien dan dudukkan
f. Perawat tetap di depan klien sampai klien
mencapai keseimbangan
37

g. Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki


klien menyentuh lantai
5. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
a. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat
tidur
b. Siapkan kursi atau kursi roda yang telah
dikunci di dekat klien
c. Regangkan kedua kaki perawat
d. Fleksikan panggul dan lutut perawat,
sejajarkan lutut dengan pasien
e. Angkat klien sampai hitungan 3 sambil
meluruskan panggul dan kaki, pertahankan
lutut agar fleksi
f. Pindahkan pasien secara langsung ke depan
kursi
g. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat
6. Membantu berjalan
a. Anjurkan klien untuk meletakkan tangan di
samping badan atau memegang telapak
tangan perawat
b. Berdiri di samping klien yang mengalami
amputasi dan pegang telapak dan lengan bahu
klien
c. Bantu pasien berjalan
Fase Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Menanyakan kembali materi yang telah
disampaikan
3. Memberikan reinforcement positif
4. Melakukan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Berpamitan dan mengucapkan terimakasih
KESEHATAN R,I
...2 POLITEKNIKKESEHATANSEMARANG
pRocRAM sruDr D rrr KEpERAwATAN punwbrcrnro
Mersi Purwokerto Timur Telpon/Fax. OZg l -627 96 1 pur.wokeno 53 1 0 1

Ccrtifl crte No. lD09/t JoS

Nomor i DL.or.a?.2.| .o
27 Jansari 2017
Lampiran :lset 'li
Perihal

Kepada Yth. Direktur RSUD prof DR Margono Soekardjo purwokerro


Jl. Dr. Gumbreg No 1

Di -. purw.okeno

Dengan hormat,

Diberitahukan bahqa mahasislva Prograrn Studi DIII l(eperarvatan purrvokefl6.


.turusan
Keperawatan Poli.eknik Kesehatan Kemenkes semarang Tahun
Ajaran 2016-2017 an..
Rinaldhi Adha dkk @lMah,siswa) bermaksud penganrbii Kasus
daram rangka penyusunan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) seperti terdaftar dalam lampiran.

Demikian pemberitahuan im, atas perhatian dan kebijaksanaannya


diucapkan terima kasih.

Program Srudi Keperarvatan punvokerto

Kes
Tembusan Yth;
r 98n03 2 002
1. Pertinggal;-
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH

-PBgF:RUMAT{ SAXIT U{UM DAERAH (RSUD)


Dr, MARGONO SOEKARTO puiwokenro
Jalan Dr. cumbreg nomor I Tetepon ;fZzOa ri..-Osl6iiir,iox"rto
. Email : rsmaroono@iatengorov.go.id

Puruokerto, /7 Aptit 2Ot7


Nomor | 4201/J8QJ /N l21t7 Kepadd :
Sifat ,:
'i,: Biasa Yth. Ka, Prodl Keperawatan
Lampiran _
Poltekkes Kemenkes Semarang
Perihal : IJln Pengambllan KII Di-
an. Rlnaldhl Adha .9 Purairokerto

_. ^_ ^_{enanggapi surat- saudara tanggal 27 Januart 2017 nomor :


D1.02.02._2.1.054 perthat : tlin eengambiti;-r,rr Or iGUo prof.
Dr. Margono
*F," Punruokerto, paaa frinsipnia kami tida[ k;b"r.t",
permohonan tersebut dengan keteniuan
seUagai Ueriluti
dan mengijinkan

1, yang berlaku di RSUD prof. Dr. Margono Soekarjo


MemahJhi peraturan
R rwokerb;
2. Menanggung semua biaya pengambilan KTI sebesar Rp.1OO,0OO,_
mahasiswa/ bulan (sesuai peratuian Gubernui ju*a /
2013 yang berlaku)
rengin r.ro. m1 ii
3. P.engambilan KTI Dt RSUD prof, Dr. Margono Soekarjo purwokerto
dilaksanakan tanggal
4, Melapq ke Bidang pendidikan dan penelitian RSUD prof. Dr. Margono
Soekarjo Punarokerto sebelum pelakanaan iung.*bifun
KTI pada jam
dinas.
5. Menyerahkan hasil penelitian yang telah disahkan,

Demikian atas oerhatian dan kedasamanya kami


sampaikan terima
kasih.

Tembusan Kepada yth. :


1. Kabid. Perawatan;
2. Ka. IRNA I;
3. Ka. IRNA II;
4. Ka. IMP I;
5. Arst'p
T

KEMENTRIAI{ KESEEATAN R"I


POLTTEKI\IIK KESEEATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAI\i PURWOKERTO
Mersi Purwokerto Timur Telpon 0281-637356 Fax 0281427961
Purwokerto 53101

SURAT KETERANGAIT PENGAMBILAN KASUS

Bahwa mahasiswa dibawah ini :

Nama : Ari Laraswati


Nim :P1337420214024
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Harapan pada Tn.S

dengan Post Amputasi Ulkus DiaMes di Ruang Pavilliun Soepardjo


Roestam LT. I RSLID Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Telah menyelesaikan pengambilan kasus untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTD
dengan sebenar-benarnya.

,:c1?
RSUD Prof. dr. Margono Soekado Purwokerto
Diklit

.44 ,,sH
il/, [L ttpc .Nr
MP. 1 99403 I 010
L(d 111?.05 i ooC .
LEMBARBIMBINGAI\
PEI\TJLISAI\I KARYA TIJLIS ILMIAII
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATA}I PI.IRWOKERTO
JURUS$I KEPERAWATAI\I . POLTEKI(ES KEMEI\IKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Ari Laraswati

NIM :P1337420214024

Nama Pembimbing : Ruti Wiyati, M.Kes

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Harapan

Pada Tn.S dengan Post Amputasi Ulkus Diabetes di Ruang

Pavilliun Soepardjo Roestam LT.l RSUD prof. dr.

Margono Soekarjo Purwokerto

NO HARUTGL MATERI SARAN TTI) MNTR


BIMBINGA]\I PEMBIMBING KAPRODI
l. 28/tu20t6 Judul Judul disesuaikan dengan
fenomena

k
2. 29fiU2016 Judul Judul acc
LanjutkanBABI-III
L
3. 13112t2016 BABI-III BAB I tambabkan literatrr
yang sesuai

BAB III intervensi


dioperasionalkan
4. t5/1.2/2016 BAB I- III BAB I-II acc

Tambahkan lampiran SP

p
5. t9lt2/2016 BAB III BAB III acc
SP SP sesuaikan dengan

kondisi pasien t,
6. 20n2t2016 SP SP acc

Lanjutkan PPT
t;
7. 21/1212016 PPT PPT acc

l^
8. 22n2t2016 Siap uji proposal ,

l^
9. 111412017 Kosul pasien
Perhatikan kondisi pasien
L
10. 2014/2017 Konsul pasien
Pilih pasien sesuai kriteria
KTI h
11. 28/412017 BAB tV. V Sesuaikan dengan proposal
penelitian
k
72. 215DO17 BAB IV.V B,AB IV kaidah penulisan
kaitkan dengan teori
BAB V sesmikan dengan I

13. 3t5DO17 BABIV-V


teori

BAB IV tambahkm teori


,a,
hasil penelitian
BAB V saran unttrk penulis t.
lebih dioperasionalkan Vh

14. st5n017 BABIV.V BAB W -V acc

Lanjutkaa PPT

t^
t5. 815D0l7 Acc uji hasil

Purwokerto, Mei 2017


Ketua Program Purwokerto

CI

NIP 19650423 198803 2 002


44

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Ari Laraswati


2. NIM : P1337420214024
3. Tanggal Lahir : 04 Januari 1996
4. Tempat Lahir : Banyumas
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah
a. Jalan : Jalan Raya Jatilawang No.5
b. Kelurahan : Tunjung
c. Kecamatan : Jatilawang
d. Kab/Kota : Banyumas
e. Propinsi : Jawa Tengah
7. Telepon
a. HP : 085747044343
b. Email : arilaras04@gmail.com
8. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan SD di SDN 04 Jatilawang, lulus tahun 2008
b. Pendidikan SMP di SMP Negeri 1 Jatilawang, lulus tahun 2011
c. Pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Jatilawang, lulus tahun 2014
9. Riwayat Organisasi
a. Koperasi Widya Utama SMA Negeri 1 Jatilawang menjabat sebagai
Sekretaris I
b. Kors Sukarela Poltekkes Semarang Region Purwokerto tahun 2014-
2016 sebagai Sekretaris II
Purwokerto, 8 Mei 2017

Ari Laraswati
P1337420214024
ASTJHAN 14E?ERA.dATAN ECSTIPETS MENiNGKATKAN HARAPAFI
PADA TN.s Dg\6'AN Posr*mpur*93 uu4u., DtABsTg.s
t, RLfANG PAvrLrrui.r soe?haoto Ro.cTAM LT.1
R(uo PRoF. PR. M4R6.DNO Co€K*e.So
F;etr.ro ?eeTo

Dt$xux or.eH;
ABI L*FA.'IU+Tl
?L*+qeau4034
I[c

Kg4eN ateil AN I{6EI..fATAN REPUSL1K tNpoIvEsIA


?er-reKk* K€MeNKB R*N6
rEMA
P,RoPf P0 K€TERANATAN Pu8{I)o K€?@
LDL+
A9JHAN KEPE%USATAN KP'IAPAN L{ENIFI6KA TKAN H^ PAPA N
PEPA -rX-S DEN6AN 6'Sr AMPUTAJI ULKUs DAAETES
2f RL,AN6 PAVILLIUN .(OEPARDfo ROE TAH LT.l
R(UD PROF. DR. f!4AR6ONO @EKKRSO
PUR(^)oKER To

l. ?eosrtgtan

Nhma pa,gtgi 3 Ari Larqs6qg,


Hcrt / fuggat i Jum'ao, l-t tol-7
-femFe , R*g PJR^V:L LT. I RrUD *T. ch. tvlorgeno
leW ?urx,d<erb

A. Ldqrljltnr
(. ldgrftos bsie.,
No.no g Tn.-f
U.rpc i 66 trlhna
Jar,! kaq-in 3 Lcai - faki
ftot rs F-kor,qo^ : Menitoe,
Aga*o r lclarn
Qndiafuo., ' 3MA
P",r"gq*., ," Petori
Ah.rot 3 kizt,'mono+,, ?rr:lrlteggo
9*u /Ih,ga t Jq,oo / Ihdone,rio
D;qro16 |4aik ! Vorrrifrr.c + P&1 omfrbqd belo@ 1zlr1..
No, RM I oog2tB4s
Tanggrr MRs i !9 AytL aol+
e- lde^gfu Bnonggu"gplal
No.rro : Tn.B
Umrr g ?4 trihun
Je.rk lcetqrrin '. lqtl- laai
Atq"eL i lCaUmoooh, PurboLtnqp
lln s. aengq ptt^ ! Menarrb,
B ' Rt qgot l<.esehoan
t. K4gqhdn Wono
?csfu q1zaEa{r,Qan rqe.r lrrhtu Laki
@o Frcendn,
tebloh Via
? = ngex Jieo Wge,av
& ' ngp.r- seprtr dr-tusrk- h{trk
R ' ?erriri-:dic,t1 krt'//. knki kid
C . rkab ,tgi 4
_r . renns
2. Kg,$ah Taryrbahoo

nergcr&on k*t kanan gatg pmah Aian t?rtcasi


?as@n

koaag rncatt' kta.<o \ei, llt.lat , lerrcl, , pusing ) patr-eo


LamTat< ngEl6qn 6ay1a dcln memegangr yerseadtaa gatA
EakJ'b.
3 Riarcuce ?engc,w fut<acwg
Pe/f,et
ctafuvlce Rs Mc,go.,o Soet.t):o Purcnol?t& kc,reno
mu^hh - tqrdeh t lo hau. I posw., aaary ke !6D p&
b,15g"t 1S Apat ao4.
1 Ri,trya+ ?erraok* |n;ihutt,
P<'rsD setelcmrgo Strloh pemar' 4irowaL di Kz lcart,
psrea arclah Pmah nuJora]rr'a^ Otsres. &brdement
J 6 &"lon aay lafu, setah L fur*, gcrrg fa(u patgn
aflr,;krlksn ahP*0asr beloot knry- dert-a, 6dok
Fo,r,E^
rrranrliki ol*g *hAq M. sfur rekanao dan la,tr -
lqrn@.
J. &r,rage+ Pengah* rctrc.1.o
Pqrrg, engdobn pngoktt' Otabeas l'let:{;,as cti uelwgt-
n

q4o clFhrrur'kan do; egah farrVn. Ayoh da\ aq &udam


fct(i€a menrogg al tr@era feogokrt Dtaloe*s Yretrb,g .
Ketua.go
JLW rnemflrki rrNq5qs pOrgok& hrpr-
tr$q\
brri.
G*qr.o.'.

t-
t
t
I
I
t_

Kelgraurg,n
'
[ ' Larr -lotf
C .. pew,n,
tr Wt-hki rnenrlggot
q ' Peernfra" rreniJggor
@ ' Paeil7"

Trrggal re.u.roh

C. ?ao fulgstonot 6o.don


t- Po6, ?7rsp*i Heset,oa., don lvla,rge"ne n Woa,
D.f e Pq*" rner5stat<h kesehatu,;ar, ge"tiog. fi<a
tokl6,
lafien qkar., @od. ke y-skestnas aA.t
&rnoh &kte
OO : Pam", gkaatg frraaxrL d; Rs' Morgs,o
So*oryo ?rrr^:ol,Arb nng W LT.( wltlrk
ryJlg].ryko^ pmuJ,ato]n,
r. Paa Nut*r cra(\ trle+obtik
DS t 7*^ rr€ngotol<an tM\nn i,ctt4L tnokuo 3t sehoii
doo miqurangq cukt p bolyat. $eforno nakL
fo'en
hange morrgFahsian re@rgcrh
Persi
rnaron Uo19
dibe;ton (S 4an rn anuft ngo redi kit .

DO : Pqrr?n bamyaL cnehghq6rvkan ce/g1gah fe<i ina&ao


&n mnumngo €dikt.
J. Po(a E{,,lrnanqcr-
DS : Pa,crtsn rr!et$cl*.d.\ ieSetum sdkiL BAK r s.-G
qt ofi clq., 9AB t e han Wali ) teto.n:o
l<au

[av& gAK pacten t ,t-s kau ceh@; da^ setc.iha


d,,aont Pas'en letur" BAB
96 z K&ra dilak*qt plfrlli t kraap' n€Lca
@a
bcgian baunh dodocng,.
4. ?ola Akbvttas dd\ lr.lfu1
DS 3 ?d$q1 fie,{rdbctkcr\ S4bet\tu1 SaW melakakzrr
aqtl\ibas eelvr; -lan rycara n:('n/.tn de\at
dtbdnh)
DO I Panpn na]npok dtbontu olefr ixtrr 6*', qn4kngo

4atarn be.c'u{;wbrc.

ADL o 1 2 3 4
Mdon,loinurn
14onaf

ToneOtrg
i.{obit.6as cfr ted
Be?rndzt'
A-arr*; /nOYt
Berwlqtqr

lQt-g-
O- Maodin'
1 ' D'tu.*"aw
2 ' Daana grarg fcah
3 ' Dibqot,.t atqL dan omlg ,qin
4. Ditr,nr, {rlwrt
,, ?ob l*iorra dan Tdttr
Df, t krrien paeqgutdkon Cebel\rm sqkie b\Cu. *
6-83an, telqo;o sorll;f- losten bd& ado
Le[lhAt:t r61so61h brrCuC c{an trtlqr lftrrien
ngagotz
@ e lrdok &rtihaL lrngl/ar hitom cliret?tor rrrrto
l€n
F
6 ?ota ?erqsr dd\ Kqaiaf
DS : Pacren mengobakarn +idak ctda ganggua'.' ye
Fnca r.d.anga
OO t ?asq" AqdL 1ae$qurorb fefutywr, c-btgn
baiu &\ Lqe.c,ay cetarr,a prykojon.
7' ?aa brse?st &n Kooll? Din
0S t ?atie^ 'ne^gotalul tngrn depat cembuh clon-
dokelyo
DO r Paoa"' taryor< U;aTeraaj datarn $e1rc,tr,i
P9l"rr,^utqn
8' ?* ba do^ Hu6.r19ur
Os t ?asra-t r6gatakan hubungcr' deged"' ketqaga-
tYc btk
q t WA, sd,akr di$l:rlgui rlti cfa^ aral rrr.v1-
9. ?eu te?.ax daa Ref"a"p;
9t 2 Wer., hqvobt@r, &,rrta{., ma..,if<ah ddr rrern(.-
hk; ( oarq olrrk
OO . Pose", be.Je1k Wtac1in laA-- tai
to. ?oZ KoyS ctao Jetg.
Dr : Po.ien m6gatqka^ lebtu &rsuka dugar, ketu-
ugdyr - Jtta aao rrrararld.' 461s fi;6fivlasfu
dejan wgoa tct<agaryo .

DO
' l6rlxdril huargor p,sw aaBrl
lzr. &n
kdrngd Wlw k:lL.
hto Nilai dan l(egakinat
DS , ?ortter\ mehgci*.dl fuWanta lslar',
Do : Pa;ren beas;,Shpr celans sa4ib .

D- Konsep,h.;
t, Gqnboan Din
?or,en t'dak tQmyrc.a lqi l<ocenq $tai sa*r (<h -
^eraro
ngo sul/gih L'dok urtrh okr6a€ anTutosi ulkus dAbe*es
galg cli&eku&on t 1 fulan yong la{u. Po6rgn rnentuv -
l&a s$l1ao kgian fuhrh garg cliberikon Albh, menunrf
poar loagruo yq"g t8titg ctrfu|@i gaifu ftlc/tg l@eeea
dengAn m& ?asten
*dyt mefihqt tndahngo cluntE.
a- laenhAs Dirr
Sebko, alauttkan tukiL <Jaa dianyt&.si pset beAaSa
S€t*rgcu ptr,ai dr desanga. Se"negok kki+ chh darr'pu -
A:$i,
F 1976 *dak 6eka3o bgt. Ferie.' rre.asa por
\at
kcrena sernua an31knga lluuah delgen
*dt 3e.,-pqgah
Yag *fi* f;r:rgr.
tetar\o NptJ;,.A. petooi. Pacren
adg;t61h laki - tokr yu19 be.trmur 66 A*rt , beralar.r;,e
di ,leir, Rofo"t p--I 3/t , l<atimatA,, h;tbau.{ga.
Qrren .rudoh *€#fikr In€niko{r clon n'emitils ! cxang
ctnok,
3. ?e*n
Pasen dalo.n keVarg"Leyron ehgo; li<1rala keluatga.
b'at
lat e" cnempungoi
wn ?Q^+lng dat66 rraqara-
kaL eqr
f(rar 6erinj mengiklrti 0qr"t-.t-Vqidto^
di masgamkat. Eeaap hao ycren &oleb begaro'o h
a. m€rd, h{am Lzto.ngoLngo t lasen h.gem" per\tr.g
ysqdcr.^ reuni krrren - tennao 6144. Pcrr'en
Aqk;,r'.

meraco (erarg dryan $arg drtakakaorga.


Temn
4. lAu, ba
Paria' [e.ha.? d.an yak;n katau prgat*po al.a^ t6llr.-

buh. Pariert st &h rneoe.,'r.u lrq/aAaanrg,


Uurg ,ekarog
SeLek:rh dilakukan arn pueasi pcrda kaki kaaa.vya, ka,erp
merurut
fs.en I€kit yob t*kfu tuka DM y@V
febih
dtrasalan elulu da.i pada ua]&,tt ol,bl k4R pa'|'en di-
anpu€as;. J'efoto itu, Pasaeo rneroso $dah \n , at/rclh
OJAY"funga br&tirolttaL dan neni\gkatkan rrnoorgo unfuk
bcdt pcr.tva., rnarie@ol . Posten Efup ernanat u,>alorqn
6*oaog s-dah dton?*asi, kqs'a ictt /a' crnor-o(lcrk-
agc dryt rneralma kandm pa*a gatp bc^,.
9. Ha,go
?oaet dTot 6?rse$duso( i bib dq4gan kettnrga ch.n
Omog lcrin. Natt'1 qual dermputas', l&ciln me,qr,
posr'e^
b*u+ 7i*a dikqcllkan olet lto*r gdn ruraorqa. Tetag
ptar gorin tp6s +ckrrggarya ;,!,ak al<a^ m6gwrtl-,r
korV.r6 duU-*gan
Pafieo
dat oraty toh hdt. ?aster. J.go
baTrkcon katat dtatrpvaa adabh Jcrto..: fu6c,rk ulfitf
chrtrgu .

6. Ht66g6., &mr
Pqrtg, triok .nemputai rosrrtah dak;Lm berhuangon
dagan ora,g k,to 6 trogwtyart or(s,WkeL. Ayclsilr,

Velilag pe.stvr.
?' S'gi.ia-rot
?asen rne,y*rrror', s4lettm't takiL dan dramput-acr- retrrap

h6l be,.76naaa dt $:prltd, Nqmuo ,etarno hW dff1


4rary;+osi kania"" F%rat ua6rL beabadah
Log*SW,

P. fleme.rk:oon Fr&
1' [fu.ho., u.*-, I Sedag
l. Kesada,an 3 Cornpocrngnti
3 , Tondo - tqndo f,'tal t 'O
- Ao/Be mmHg
N- $a-xlmarrr
RR. . eox/meat
6 3 U,L,C
4. ?en eakro^', lleoa b Toe
a. lQToa 1 Ber*& rne56,chepat, b'dc4r- ada
luttn daq LeUrte, @n\bl:tt
?e^-
4* dc,.. beruU,',
b. t1ata1 ' -frmgtal aqaae.nE
\uog6va
|kga cmik+erik, pef.stihota^

Jeta, tnrr?o ale bcr,*.,


c. Tewya ' Si'nretas, \-aak ado tondo - ta.rdo
rnTf]ki, 6'dak ada rye; &.lafl,
tlanpo alczt [r,eh" dglga"
,' U,dA9 r frmeb.rt odo pdarohan
L:rdok
clarl fuada- Ea.do atpksi, bdqk
ah ngeri tr-l<a^

e. Erh. ; Srtnetns, mukoro Sibir l&nbab

5. Mur,ut , Jim*tts, b&k ada leri dan rb-


t\tclht,} , trdclk Ctdo prda/rlt''a<'' /
radatp gLui

9-Lehe : trrrethi, fuk oda rxz",,be,e.c.n


@egar
$au, b&k da nys-,
Wa^
h Doda $n*rs, tlidak o& fure.- L<.r\da

a,$.ect t b'doLk ado


E2-""fosart
do tyeri kkan,
ede^,a) ta-&k
reo",a" C4Ua19 clg), k fu3o"
buag. EPJ <blr,r vesi?tler
I . ihrdio,rorLvlee t Dengutan aortu bdat, L*S iJ*-
&y Wde,ga, l,g 6.9
(tmgt.lr, Inttgn'tas k tlit baih,
J' A{/,om,'.
Penrt sll?el , \daL kex'bqng,
Le-rdeaga. b*mg ,rrus t I? [?aG

Pt mentL '
k. kuliL ls<,.,aku[ :raon n:g1bcng, [11go.
kuI+ bik, al<a1 hacgat+.
l-' wr+u*ru,, '. I*rg6,,n = fimertns, gx5,rr norrnaf.,
&crgon krti kq*W
lnfus:, tiilak edema ,
- VrdatrL laco ul(tus
gA legan kataa
V"n . Simetrrq gorfur rornoL,
tt& edg"rta, s.rdagab
l^*a utlkttc
ffu pho
&gnn a&s, koki lan
kaap+ tLtuo ped+ an?u-
bet.
B. Pemeakr"on ?en,.yag
a. ?ematkswn Hetnatr/lqi fuygot ts ATal bt]

Pa,*n*e, ftrerit <fqtuan Nr"lo Nonnoc

lkrah Lerykag
Hanogtobtn ll ,T 9/dt LLtt-t+B
Itenaur<.* 36L 7 4o-s,..
la*ocre 6rgo Yt 38Oo - I-o 5oo
enffib 4,2 L Lo" /ut6 4,rl - c,g
Tom6osrg 21o.w /ut L3p.oo- 44o.w
t4cv Bx,s fL 8o - roo
MCHC 32,,1 3t-36
MCH 2}.tT W /cetr L6-34
RD^l ,3, r il/r-tq,F
VIPV 3.e JL 9 /4 -7ztq
Hitung Jen &
Banf,t o& o-1
Egr.roflr- 1,9 I
/" z-4
Eaang o,3 L 7 3 -.9
%r,a', 11, z H
/ ,o-10
t n foo't. Lg ,S L rf-{o
Monosrt 1,1 e-8
b. ?aneal<wr1 ldtnr'o (On;k +o"ggor 20 April totl

Paranpte. Fbs-t- (=fuo^ N;kri' Nonrrcr-

6oq hotei" +,Oo s/at _ 6t1o - Et,,o


A(burnrn 7,64 L e/a. 3 ,216 _ c,a

6to6uuo 1,3e H 3/at 2- t?o - 3,2.D

c@r ac u/, ,s_3?


gbP'r t2 Y, L6 -63
t*€em dorql.' L4,2 L w/at ,{,98 - 38,s2
l4reaann furl o,E9 rng
/4L o t1o - l,3g
Not tu. ,,4L r'trrcc /L l(34-Ue
Kou.r. 3A mv:rl./L 34 - 4,e

a. \.qi
"' W* Rr"ger Lottot .Ao tjo
b. Cep.r'a,roa aj. L w

.. On t nse6ro., 2x L lV
4. O"rp1r26t L tV
lx
e. l4eobcrtarr.irt Lx r w

t, Meto*r6,r, 2x 7,s gta, l,o

1' ?ero,rnkz., lot o


Pe,cr6,yton luta orks gr,g boA ar lenga, 6 Ffio
cry detpld\ l<onan dilaltnl,orr (eebp Fgf fel.ita-Jar"
tO.oo Ot8. L',ko diberriihtcr: mer5$roa to, NoC{ chn
di{,;rtr? d.algd'' k*a - b";r?.Uftuk luLo po6t
bo'o;h
amfrean Sudoh lreeirg dcrr ttdaL dlabtkao Frar^etan
ttba.
B' AnaUro Dato

D.t : PosB., rne.Sotakdn ruPn Age- ,0""1. l'{gea a<.e

Frrehd(u^
luhl/- b4 sdlddl bibLogis

Ptli
P = ryerr3rto be4erak
O " q/Pri c?erq t€{.6.rs1.ttL -
fussk

' pe.sgraa^ tut,;e k& tqn


R
t . kata rge; 4
, = sar'lg
DO ; &r,lpo Uaryorc rnerahan ,ofa,F,,

tregt hlTok mer'egs.tgi


Perce.dra.t Vstg
dgl6,10 e

l4o ,/bo mrnttg, t4 = ga,</qt


?4.aox/m, S=%,r"C

DJ : hsren mg.god11kun kokr l;glrv,l aarquan Hambotcn


y*g Etvh dramputu{ ta' .tursk$lcx;Ee(&- rrra6,tit,it
fik
darg r;nsth kram Sa*
DO z ?q1sea harnpct tarrcr, png-
l<aln, ADL ps.rer teUh
Aarg.t gag Jibattt' at*
&: uaog loin, TD "
t4o18o mmHg, N= gar/r1,
kR - &r/m, s. 36 ,toc
PariBrr marcUuhri r€mqa 6o- lG*apon ."-
Staq A-drrh geg <Irbe.r-aan ,l/nEkatpcjlr,

rvetw Fos l'r<lrclp


F&aen
^thh,
kaeprur !€rr/t<n ar*.c!Ja da-
bga, je^gth
F2t klrLiqh
gag 4&laL rrrlia' c/ano
I\rerSc.A
@d,ltlsr€n me'
P@ senag &gd., pe.c.n
gw ditakekqwq .g(ster,

61aR? &n gaktn btau

fenga
kttngo okon €n trlr,
ereren'mo fc€'
fz'ren ouaot
datp g?gc*'o..a$
[Mak Ailabtr<an orlpttori,
k^rena qr/tutruL pariEl.r tsgih
Sdt:(t, Yfu.gl4't l.*a.N
garg 4rccuaro,h &lu, pOer
rreraao fuddr be / tudaFt
t.)@kfuagp bqis6rz,/ro+ h^
i'lg1'tagko+tan irncrl,lga)

Fsfien te0,? ANg?* o;p-


lat4t ro celar*g Eudcfi 6-
arhfutf,ci hqrq\a t6 da^
arblL- ulclkryitg, &e lr.eff,-
rf.na t(6ndr.r pocr€n Ua€
Wiv\ Wk kota,., cL-ampu

hati qdatoh Jdtan galg ber-


haif< Lr,Ut ar.qga.
DO : Po5,B. Ampt folZroSf
(an para.arahn c[on
qq
,-W tlo/eo mmth,
-
N.81 r1m, W > ?oyln,
d . 36, L oC
l] . DiUgnoso Ksgprauafua
t' Vestry6 oo, rlgkctkq., ha.qpsn
2. Nyea aku€ berru6,-ngan durgaa c4eo
Utug hdqg,r
Z, Ham6oton rnobifibas
Jtrt b.fiuer.go^ dbgoa gangg\)a!1 nnr -
kulct&etebt

lD. . lrnterveost

kfut64., 6,lot rrr*-, Hndakon 1. Moniter -rTV Fstar


lebnn SxUi
frM
Wr*ffi Ai
hfua{rrn &,go h.zsar.ao 1. Moh'vusi gznerr unt rft
rrlenrr.glz.a+kan tomgo" @go, beecana.We dalk;Lm
@
h\
latc.tq hos,-l , rr;d"j
3oloni
NOc : Kgputrrcucra. - A3u.ko.r grren
.: urrrb.rt<
hbt
Ar,
l.,cttatoc A T men log kavko'' 8fdfr,{7l
t . lVgnw-yklcrrt^t 3 I 4. Laah paeo aro nalas /6d,
telnrgot urfuk :./o,ltlnt An

hd? t' 8"^ pa'at @unttt IW


2.. lYeau{,ut<@n 3 t €FT N
ahn prascon 6. \arkan
gag ttahnl
f{rr@, ROlvl
gs19i Lemaerynn
M,
-r'-:
ft1
risien
lGte,*g*, ?.
I = -lr+ik Frnah
menurJuk-
A3a.tor, yd;e^
sar.Et; k€rnornp.ror'
M
A;
ta^
r*'n
I = Jairy rpr&rEu t<tqn a. l<ay asya< p"S g.j
e ' kuor-g-t<oaag merun- dimrliki parrar tu
N
j'oton g. Aahkst' povn etengon
4 = Je.i"g menq(Jukka^ hgr*a - kegiata"
t ' Searo kori.r|.sbar me-
Uang
mosiF brso ol(a-
M
A;
hqgukkqn kaka,n eeruai da,gao
lcanompen goOe.,
I htead aat"lr*, Eoaot<;ln try- 1. Monitar TTV grs.vh
M,
raoabn pkcra 3x a<3an , dr- A;
lray<a" bedordg ettuv
^geri
LahtkCI^
WkeJ.cr' oseh' M,
{h
hflag dargwr kti@;ta haat; eaa karyerhauty
NOc ; Korlt'o( Ngeri 3. Obsp.vraq- r€aki cirrt r.1er-
lndik@. A T bal clcri keLi ddt^JPman-
M,
t. Metarrr,brr... 3 F A4
r5€,l WirW AnJu*@, porer' umt k
M,
t. Frckr;renEt be.- ? E-
Niruhag An
fQtbcrgab
k""ag kJad<fri\ be&n& aqakuri
(oo4os dawn)
M,
An
kew*g*, 6. l6tatorarr prt@ta,.'
/*bl'
L ' ndcru pecnoh menu5uktan analge6L N
& = So,arlg men1xgu kkon Larrrrr"
?' Rrrtuy -kdorg tncnugtrk- l,u.ka
Fertrclr.too r@
k1

t'
kan
serng Menury.rkkan
P kur,,ctUorlasi

k-ni ewi
fgrrbeai:n
l.eb"arf,an
M
N
f' Serate konsrrten

ka1
Setebf aibtq'knn 6Y)doka^ kap. Morribr TTV prtg,l
n-t
I M,
troJatan &elaDao 3Kl/Se.[., di- N
harqken horabo|on r&ifitns 1_ 8antu psr'a, irntuk t#t,
$sk berkurag bgal rrrfuc trgnggunsko bongLot ftn

I
hqsi !
:
$"aro KOM rqgr,rai
/w,
NO c Pe,gerokcn temampror gesien N
T
I.ROM
lrrclikator A
-3 5
4.
B, ke.",rt"""
clqlcrrn antbtrlari
Fq"* M
&;
e. Am6rrlori a I Ajarta @mbutor; r?ttet-
ICefu66g6.6,
fu4
l.?tramguon gost€n An
!. &"gor tg8"ng8,,l L. Oamgtngi clon bortb.r
1' Eaqyot tegarggu
?. etrl 4*W
Fsren ed Jeo[ ombu-
losi
M
tt - teaut kts""gT, 7. l6taS"-"i
Femben-i2n /&,i1.
g= 'Gaac k ganggv tesuai keht rl'o., Ai
Wi
F hptenentari

ItAp.r a"t1 I I I .

og.@ art} lr,n I uer*,- Trv gacierr Im - r{o/ao --Hr,


DI lN,e,,7-,ns=
wr1o, S =k,L'c
w
og.toc^tlg
ln lWa*W.,ySt dJton, l?
- n1a1r<oVuge
t$@l secara lssnyelaet-
| a,
'y A*-u$rk""
lr.-,y*'tT lfo
l'-E;
k'Toxadra, lua*
ka,hi Pr'i

t = skata ngsr- 4
, - re"E
og.LSrlrB I t6 ,e\o-
I lM"U*rg.r*r .r',,l.i l?ar,nn
no,,',por.
/w
nar va6ar dqd kead&.- lh"n satat /In
iUA('Urra!1
o9.30(^tB n-f gr*l Tegi rvrcsuk seruoi
lD,nlUerUr,...,
- @ftt-t-as6n
I frgr^
ondartse*rn ,fu
- omepr4ot A,;

'riecofulo{nin
doh merrberi karr k apr
? .O "lretoxtc<rrn
oe sDc'rrB

l'lY::-^Pauntu'l IY,X:X,-
kSadi
l.i:dark er,\ -
l4
besan

Lo.gocclg
I
I lMe.roa.,arr gos.en
crn&kllos;s, nqmoak be.-
be.ser.nange^L cl61larn
ltenaogot
da.lam h+q.
menSqlaoi h;iCu7 hD,ug Ai
lnn-ELot;
l!. oo Ntg il er,gagu.La., pxren ?66ten tarya\
{ntllh oentngkaLkan Wti *Su-" ,${,+

Eratual seqorl; 6erdo


fn,yt. fr
Ja^ be-dtltr t-
Lt. 1.o lntB xrI \art an W"ltl- o"gas ?asza daML me(
tffieb
I
dahm keyda ysen a^ bt nkry ddes ,\n
L3. I-to.rtg iil Uuno$, ker"^Fr*., ?asOt hacrgo dafe

?anen
dqla.n qnbtlasi &)dqk Ai L<r.q?aL
e
/M
b'dun betapi bet'i"
^n'
4.il1h, nasit, yn,
Lcntro"'
rrI M"X5"e" ptt"
13.2srdr0
qmbularl di Eoyatt.
?asi<rr berarsagab
fur-lafih ambulasi
MAi
6lu,
8. qo>Ig l,largaSu.t a' ?agltn tc{o?al. .e-
1asre"
neh?ersqwv r\tual; acyran
&t,
uurr.fu'k *^
Rtlnaha€
?eraoDtc
13. l,rcotB ts Vglr.agu*a, hctua,g lGttmga tar.g"t
Q$tU vgftda.,I,?hlt lher€rtcu6 agu.an Mk
Aan rwlanb gasten pao:aL
4alam qrrbutost
brt *^te nin l,lenAewor, teaTt njeud 'TAo.pt
-ort Set.-,
' t9d'ffiarcn
?'n*-
- ondaqs*on
lan Vrapi P,O
rne lor icq.h
2a A?rrL lo!?
oB.10(^)r8 irD l{emd,ib. Tlv -fD- t3o/go,unHS,
P,r€"
N = 81xlna ,
E &d
RR = a r/fit Fn
oL
E = 36,6
08. rsc$18 Memottras; l"o1r, trengat< bor-
farren un&[<
bgrdqryv gob dalcn Cenargae &lam furd
*;
me6 cta+' hrduy rhelfatani hM?
oE.i6 c\),8 Vletar<rrt<." yprgtujra P -- np;jUver-
nge.; seLao ltcr,rgerhen - w
tr Q - U*, sepru dr-
h${c - 6r&k tu,
R. luhrg
16ssn4r'qn
koki bn
g " rkao rgea J
1. Uaaag-kaa,y
oB. 3ocorB t'lag6serr.ri r€airi noo Pasrtrr h.ryaL le6it'
v(Jbt ddn hz.LrddL- ti1ek6 da; (d,o lMAn
lBlarnonan ke.',o.t ,
oB - 4,9(^rtg D,& U"yg"r^RoM asn' ?asw Aryt neta-
l,a".y*" paur, k**, nOv ap*" M
N
6aiu
og.bortB tm ManUe"r.a", k a?r Tsqr nr.suV esuai
' (4a+a76*.,
F3*^ ,R
tr^'f,
- &tdanSe&p"
- Orqe?rzrf;l
- Veaba[amtn
dat hagi praat
meJofiam
og. ss- (,^ItB t4ark kan Urkq bsq1.,, luha kr-
Lqla karro sten1,
"*.1;
6'&k Sadi rerrb*-
At\
Lo.99aflg gu.korr gasien Parre., h*g,ot -e-
wrttk ment,p,ka+kart rB&i.tti c.gucart
flna.ur sepwLi beeda ?e@,v!oL
cta b941A6,
11.or ox B D,D tlclrgaja-ta, hnpl,
anh)tad ?asia-, be.ce-
t

fr
pfao Pserl
b?; Vr-P{
' cluduk
6:cl'r-
maryat
qrnfutasi deq@
berlaf;t',
&
4i
8.ao@79 laerylaji asprz ?aaeo &pt me,yz-
gaty dt,''.i{rta
ycx-fiS
butkan aspu yoirvS
Mf
A^
Tasat
gap d*nugt
t3.3o cntB V e,gardlVq, Ww" ?w,e",koo7e-ag
derya"kqvan- il["t,
nn
ar\ grlg wp* bKa A-
laUakan Q$4ai Lsmarl
(uc{t F$ter1
17'+o attB Me{abkanpngbfltd^ P . ngo,rt3ika bngnfu
Qtlei swa homYrh6;$ ' W.i sefAi diS4-
*ub-bw*
Q- p.rcemu" Uau
ki
9, *erlarysi z
T' kdsg-bd*g
21.Oo dtg 0,0 |-lwbai6" k:qi tXeZa Taa2i rrusrtr seruai
- ceft'?Mo.r
- ondance&oo
aatu4gr y-o,ar
qelortram
4 lqi6L a-o+
08' rrarfB T, l'lerno.rit - TTti gasre-, p - tSof\o rr.mSlg,
d*-*
m N .86x/q,8R, z A{t
N/w, ! . 3g,l"c
oB.2o@rg Veawkr.n yagkEror-, f =rryaju
WQ^ ce@@t a' w* tY'" *'
gtf il-tuk- Lrsuk /ttu,
lL" kclki
' ltli
Frendtan
k*ri

t, sW nVe; t
T ' hit*g U'...U.,f
oB . 40 arr8 llenso&ervaei rsak- nocr havn hmpor. teeit''

vYtbat &i WaaA- k 'ahg e^ ruc,'"'a^ -tr


fuolY].at]@1
09.39,Jtb 0,O V1e"$entan kragi Ternt ma,-/lL s€fr.lai
$eksi
- c€ftninron

- gdois&1yx1

- o^e?rrl,l
- mecofulqrnin

dan ts;r5.V' ge-orat


me)o Y [cotu
w.l.ooqg VetaWrs,
luka
F(.t'td,!{n
bku tnqlqi kecing )
krir64? kax6 gpil,
M
'Ar
hdah $$ctdl
to.30 corB l4en(*,vaa pr-terr unbll< ?*ie^ nanyak bdse-
brsenatgctL Aeton hqgcrb dalam y,en-
H,P 3alaoi
huup
to'40 @rg Mengag".teh frri@t lasra lu',yat ,re,gi-
UnLI/( t4Jatnka*'.ao kqti A.3urar) pr@urit ,&u
rytni]rll teperU btdn
&t brdqakit
tl . Ogalg WW,,a"tp,, g;q ?anea clyt rneye-
\dang Atrnflfu \t*aa fru
fsrql g'f'}ly
c,spac
h
ga,g drnllita6y,
11 . ir c(,I8 Vqg"*rkan Wer., %siat hryaay
4wgw, lnlaa-tEc"*
qn galg monl- fie di-
M4n

laurtka,.t tas'.rai kpNar--

?tun fan'ol
t2..+o@ta i,I Ma:gEarltr.a anrbulao ?asw, trenyat.. We-
Repao ysreat h{an rhangat bdaba
di' legi bmpctc adur ambulasf Aetrgat

WunL
13 .oo @18 l{e6Unt rr.6ten *eng- ?wiz kapaag
IW
gw,aLan b%kaL 4"
9. ar"r,ro;

2r AfiL lo1? J' r Pccaten cne(ycffim s{dgh mene.rmq


Leaduv,go ga,y ca*atuq detelqFt

d;amprtart, PJae.\ ma€otdkar\


alran &7 b4swn4gx datar,
mergalari hMuT
g; P<ra' oan96p berera;*, selalu

berda Un berdsVsr ,fO .l4o/Oo


rnmHg, N = $tx /m, RR= eox /rn,,
5.36,!oC
ff r lelagalah testaro mg,l€ tqtLan
harapa^ Detr.rnn hratasi

lrtlrY667 A T ,l-l

1. |len"r}urrllol, tenv,- ? 9 3

ngat tmtrrL hldup


a. Mfzl;lrg"bla" roLtor, 2 5 3

Ua.g (tdrt

P , LQgtr*t on fh{en€nsi
- qoaner;
pren unuL fusev\Jov
ddtan ?og1lrrtoni htdu?
- \*+"n Fsien wuL mearng-
fuaa,,
ryr.:,c"ot
' AJc..L$ (oM &uai lt*nompron
F'cw
' fi",'4^ glr^h)la(t rq3u6; ke.aturt-

W Weol
- \r asyeUpcE garg o/trnilrG

F6ro,
' r'',i',k* fiasen &ngen
kqnretao
uana rnarih bBo dilakl@^
Sr Pqen n1,ga*;a;.,ty,ipb
tre-
€nd('ih lub-rf t@h rrt|etoth Lrn
P = ryai3rr<o h,54g,cr{,
4 s qr€d aeger6 6a-ix.rL- t-cuk
k. ep.r{endra$, l,a6* kak; ha
J, (Lolo n$err 4

I = sasn3

O, ?qten ftrnga& meaal*ra ta!.iL,

f{ie,\ t rnfak rq.rnsgagi. p:-


rendian gf6.g tokiro, b ' l4o/go

rnml-lg, N " 9lx1m, RQ-. tor/mt

A ;
J 'J6,1 'c
tlo,rarah nggi ak{t bet..,- butaO
@
fii

l"aiAw A T H

t ueaga^ ryo;
I
J .s 3

bark$t,log
e. Fea.erui b**\ 3 F 3

?' L*lnt *, inkrverui


' l-at at ol pe1gry"n ftge\ Er,rrrra

6f*+',^ot
O&ervaa rEal{rr non verbol deri.
Letlc*eL ngamaoan

Eerho" k ofr reruor


fqgmm
!'. ?asiga t11alg1661k;11 kqki k$a^
yarg Fmah diooprfr*i. lzdqg
tnqlah te.q(g saLtL

O: Porren tang* le-r, rrs, AOL poar


hrgot 5@g
elkutat atae &q
orcr1rs loh , f0' 4o /Bo
.r,n{g,
-glx /m,
r.t Re = Jsy/6 , f =
3s,t'c
r 4H
A i'larqlch &i}, k-u"t""
'Yrobilitul fi5 k be fu.., leracqi

lrdila.br A T H

T, QDM 3 5 3
I. Arlrhrla&- e E L

A
f r $ t-$utlarr inbervgn5,-
' Aj",*^ RDM tg5...clt leerpa-pran

fzte"
- &k^ on l^ttqg- 6pi k*om-
Y^ p*.^
J't-47,f aoq S: PaSen vrutyqtrik<l\ $dd\
lceoaoo,Ue ga,j seka61rp ,rlelah
d,ianp.rtarr, tssrg':. ilptgzakan
aks^ eb? kr*n1gae
$ aaB..'
he"Joto-- F,rdy
O r Pqnar nampk for5g.rorgo& , Je161,
be,a* aon' 6aut'rcr1 pa"u.,
nelahukc.q ROt4 @\ai
4at
k€.a-p,ron, yta', cly+ cnerye-
6,wa wV gxeg ya^g d;mhki,
, 1D = tAo /b m,nHg , N = 8?x/m ,

RR = rr.r,/r') ,. ,= 36,5 "<


At l'laq6lh lrea7" .enryU-*ar.,
ho"ap^ eratun defurcrr

hditta{,,. A T H

t. |lqrurljrt&oo serrn- I
ngcrt u+h:t 6t uf
l. Mequgut fu.t ok2tn 3 s I
Ws@\ Uqng Ct tr-t

L.lnW" tnte^€fti
' Mo0v"ri Lertemoogzb
rrcl,s]g, ';rrfuk
{atar. tra.lgaaa lduT
- Pvy"*a" L!^hrk nrerrrrgkat-
ffiS^
lr*, sfFrtu6[
- $.*a^ RoM a*ai kemamf<r'
- $*t a.hbul.ui jej1ri l.er',onyuo.t
^'t
' \r asptt F<itif go^g cthni(ik

Paolo
- A^hkon paen ctergao kegtaAn
yung rrnsih W tlatcuk,.n

st Pqsr'a., rnal\g@tcrk-ar. rlu€fi pada


fs--
g\dfg\ k4lal Wi
P- nga,Trr- fugeau
A , rgP.i s?erti cf,-txua - fu,Juf.

K= ysardran lthrt UaVi knr


t, *.ab ngar- I
T. katuS-Uaag lrtu
O t &rrien Amgak te66 d1el6 darl h
karlarln, aO . 13o/go r|,rltqg ,
N . Blr.zm, RR = ety/m,
E, ?5t6.C
A I lrlarald. nsen ak*t, t raEtrLsi

se@ior,

lnfrlr,trlr A T It
t. Mekrprtcoo nJied 3 5 q

bokvrwg
c
e. Eekre.,rr bq-hn'e3 3 4

? , l^!*o, mbervatr;
' Leukon g?rgkgacrr ngeri. recaro
kcrnpe.herci
- Otsg.".rf lrrk{f no.r verbot dari
kwaarr..golur*rlt

lz ?asa4 lng"\golbl@t\ eadg tu;(lh


b&z oteduk re6,n 7',a,,diri

O : fa*en &pt daduu t""f6


"f
+idur cec,,v ffrq.rdln
latrat barn -
---------------"

b,erfabih Rori', 10- t3o/9o


Fk
, H .8?r hn , eQ = ae-Y /t't,
mmlfu
f= 56,6.c
A , Mqs61o1; holrbeLao riottlrtqt
+tik
leratosr oeOogA"

Wrt"* A T H

1. RoH 3 I I
r. Ambuhrt 2 I 3

P t Lgi.*or rat tveosi


- PIJc,&a^ RoM 6erud lcernalotrr

Fd6t
' ambutoa.- s}Budi ker,r;rllr
$"*r
Pua",flctr€n
23 AfiL aoft f,: Pq$a merg91fu\ sL.datr mengnro
llfuNva gag d<amg te)ah
4kmpqbs-, Fm&' c'engatskon
aka., fu1 berserra,got &lam
e$q(ani hMrp
O i PorsreD rwmft becsecwgai,
etalv
bed* a*.,be,#Ur,
f",9r "h"g
rneb/U:ukoo ROl,( (AnIq; lz/.lrr:Enyrdi,,

Wr^ 4d melakilkw\ aq1lttqi


aaa Lctrc,etg,lrlrr, (*rV" +f
o1e^VehuLno,n ace yr* Cdg
10- 1?o/Ao $mtb,
arrnitil.t,
N"86rl,h,k?,=N*/mt
E . lbtV"c
A : M.notclh k4rl.zrlcro meatlgka*ao

ha'ogr' iaa6o- te@w.,l

\naibbr A T H

Mg.uri ulaf.or, seoa- i s s


Qau uotuk hdup
o/eaugcd<hat
obm ,
3 6 c
leracoalgangstrlbL

? | Wu*aq ln&ccveltti
' \*t^ gorien urfr]k menmgka!-
h tPt'or,.*
' \j"*^ EOt t eats; te,,,amgrart
- S1^*wt amburtqo- wtrii kgnam-
Frqn
- Aratti6l,.r p,.ren dOrgar 1."6,.,"Ua"

Uorg ma$h
bto aildlakorl
rr hrten hengatrLLar', r,grzrr atdd-,6u--
1,uari€
? " agvi3iuo be4le-crk
Q, nsno spfi dthr51r!. - \.ott
R- pnararr" lurbrL bsa Lr'i
{ = &iLa We,i L

1. W,i hi(org h.nfuL


O , Parren bqrhpd< tebih rgama^ dan
Ai
6a,og, TD , Lzotfu c^Hg,
N.E6Xlm, RR=a3x /n, S.
36,7"c
A : Mqr6kd' ngar atcuL kratari

L.e;t rtAr * T H
,. Me.foprkan ogeri l 5 t
be*ura,g
r- Fetuensi h&lu;rrq 3 c I

f' Lag"tto., ote*,- 69"**;


' Bed@^ knT; la,-,a ina&eri
t '. Aivl rnorgstttllr^ &nah dll1t
dd& d gi hrnft tia*
O t ?aaP]^ dapt dLduk
(rtotj- rYxltat
.li h?i
WorL bttr, p<ien tampk
b?i{atrl; RoM, -TD . l}o /b rtxnth,
N = Br,/rn, Rp. A?t<,/ti, g .
A, Macqlal\ hombctan rnobrli&r .flvk
?;St

M
4i
b"too- ceUq fo.'

Ir:.dlkrtto^ A T H

!. RoM ? t .t
1. Amh.rtasi )- E 4
? , taoyUru,, iritf.veoJi
' kl^&s\ RaM
- AJa.tq,r amfutasr'

Anda mungkin juga menyukai