tp
://
w
w
w
.b
ps.
go
.id
Edisi 81
Februari 2017
id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
Laporan Bulanan
Data Sosial Ekonomi
Februari 2017
ISSN: 2087-930X
Katalog BPS: 9199017
No. Publikasi: 03220.1702
id
Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm
Jumlah Halaman: xx + 128 halaman
o.
Naskah:
Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan .g
ps
Direktorat Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan
Direktorat Statistik Distribusi
.b
Penyunting:
tp
Gambar Kulit:
Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik
HEADLINES
1. Inflasi
Pada Januari 2017 terjadi inflasi sebesar 0,97 persen. Tingkat inflasi tahun
kalender 2017 sebesar 0,97 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari
2017 terhadap Januari 2016) sebesar 3,49 persen.
2. Pertumbuhan PDB
Ekonomi Indonesia tahun 2016 tumbuh 5,02 persen, meningkat dibanding
pertumbuhan tahun 2015 sebesar 4,88 persen.
PDB triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 4,94 persen dibanding triwulan
IV-2015 (y-on-y) dan mengalami kontraksi sebesar 1,77 persen dibanding
id
triwulan III-2016 (q-to-q).
o.
3. Ekspor
.g
Nilai ekspor Desember 2016 sebesar US$13,77 miliar, naik 1,99 persen jika
dibanding ekspor November 2016 dan naik 15,57 persen dibanding ekspor
ps
Desember 2015.
Nilai ekspor nonmigas Desember 2016 mencapai US$12,54 miliar yang terdiri
.b
4. Impor
w
Nilai impor Desember 2016 sebesar US$12,78 miliar, naik 0,88 persen
://
dibanding impor November 2016 dan naik 5,82 persen jika dibanding impor
tp
Desember 2015.
Nilai impor menurut golongan penggunaan barang Desember 2016 mencakup
ht
5. Ketenagakerjaan
Pada Agustus 2016, jumlah penganggur sebanyak 7,03 juta orang dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,61 persen.
Dalam setahun terakhir (Agustus 2015Agustus 2016), jumlah penganggur
turun sebanyak 530 ribu orang.
6. Upah Buruh
Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan Desember 2016 naik
masing-masing sebesar 0,23 persen dan 0,13 persen dibanding upah nominal
bulan sebelumnya.
Upah riil harian buruh tani Desember 2016 turun sebesar 0,19 persen
dibanding upah riil bulan sebelumnya, upah riil harian buruh bangunan
Desember 2016 turun 0,29 persen dibanding upah riil bulan sebelumnya.
7. Nilai Tukar Petani (NTP), Inflasi Perdesaan dan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga
Pertanian (NTUP)
NTP Januari 2017 turun 0,56 persen dibanding Desember 2016.
Pada Januari 2017, terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,79 persen.
NTUP Januari 2017 turun 0,43 persen dibanding Desember 2016.
id
o.
8. Harga Pangan
Rata-rata harga beras Januari 2017 sebesar Rp13.222,00 per kg, naik 0,16
persen dari bulan sebelumnya.
.g
ps
Harga cabai rawit naik 37,35 persen; daging ayam ras naik 3,55 persen;
sedangkan cabai merah turun 8,03 persen.
.b
IHPB Umum Nonmigas Januari 2017 naik sebesar 0,79 persen dibanding
ht
bulan sebelumnya.
Pada Desember 2017 IHPB Umum naik sebesar 0,84 persen dibanding
bulan sebelumnya.
triwulan I-2017 sebesar 105,81, sedangkan nilai ITB triwulan IV-2016 sebesar
106,70.
Kondisi ekonomi konsumen triwulan IV-2016 meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme konsumen pada triwulan IV-2016
menurun dibandingkan triwulan III-2016. Nilai ITK triwulan IV-2016 sebesar
102,46, sementara triwulan III-2016 sebesar 108,22.
Kondisi ekonomi konsumen triwulan I-2017 diperkirakan meningkat
dibandingkan triwulan IV-2016. Tingkat optimismenya diperkirakan lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV-2016. Perkiraan nilai ITK triwulan I-2017
sebesar 106,30, sedangkan nilai ITK triwulan IV-2016 sebesar 102,46.
11. Industri
Pertumbuhan produksi industri pengolahan/manufaktur besar dan sedang
id
(IBS) triwulan IV-2016 naik 2,06 persen dibanding triwulan IV-2015 (y-on-y),
o.
dan mengalami penurunan 0,34 persen dari triwulan III-2016 (q-to-q).
Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK) triwulan IV-2016 naik
.g
4,88 persen dibanding triwulan IV-2015 (y-on-y), dan mengalami kenaikan
ps
0,51 persen dari triwulan III-2016 (q-to-q).
.b
12. Pariwisata
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman selama Januari
w
November 2016 mencapai 10,41 juta kunjungan atau naik 10,46 persen
w
tahun 2015.
TPK Hotel Berbintang pada bulan November 2016 mencapai 55,76 persen
://
atau turun 0,32 poin dibanding TPK November 2015, dan mengalami kenaikan
tp
13. Transportasi
Jumlah penumpang angkutan udara domestik Desember 2016 naik 16,98
persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Jumlah penumpang angkutan udara internasional Desember 2016 naik 24,11
persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Jumlah penumpang pelayaran dalam negeri Desember 2016 naik 15,96 persen
dibandingkan bulan sebelumnya.
Jumlah penumpang kereta api Desember 2016 naik 8,29 persen dibandingkan
bulan sebelumnya.
id
Pada September 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia
o.
yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,394. Angka ini menurun jika
dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,397 dan Gini
Ratio September 2015 yang sebesar 0,402.
.g
ps
16. Perdagangan Komoditas Strategis 2016
.b
Konsumen Akhir.
Gula pasir: Produsen Distributor Pedagang Grosir Pedagang
://
Persentase penjualan beras pada pola utama distribusi perdagangan tahun 2016
lebih kecil dibandingkan tahun 2015.
Potensi pola terpanjang distribusi perdagangan beras, minyak goreng, gula pasir
dan telur ayam ras terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan potensi pola
terpendek distribusi perdagangan beras dan telur ayam ras terjadi di Provinsi
Aceh, gula pasir di Provinsi Jambi, minyak goreng di Provinsi Bengkulu.
sebesar 4,50; tahun 2014 sebesar 4,59; dan pada tahun 2015 sebesar 4,83
pada skala 010.
Pada tahun 20122015, subindeks penyusun IP-TIK Indonesia yang memiliki
nilai tertinggi adalah subindeks keahlian TIK, diikuti subindeks akses dan
infrastruktur TIK, dan yang terendah adalah subindeks penggunaan TIK.
id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
KATA PENGANTAR
Buku Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi ini diterbitkan setiap awal bulan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Data dan informasi yang dimuat tetap mengikuti
perkembangan data terbaru yang dihimpun dan dirilis BPS, yang merupakan hasil
pendataan langsung dan hasil kompilasi produk administrasi pemerintah yang
dilakukan secara teratur (bulanan, triwulanan, tahunan) oleh jajaran BPS di seluruh
Indonesia.
Buku ini dimaksudkan untuk melengkapi bahan penyusunan kebijakan dan evaluasi
kemajuan yang dicapai baik di bidang sosial maupun di bidang ekonomi. Buku Laporan
Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi Februari 2017 ini mencakup antara lain:
id
perkembangan bulanan inflasi (s.d. Januari 2017), perkembangan triwulanan
o.
pertumbuhan ekonomi (s.d. triwulan IV-2016), ekspor-impor (s.d. Desember 2016),
.g
ketenagakerjaan (s.d. Agustus 2016), upah buruh (s.d. Desember 2016), nilai tukar
petani dan harga pangan (s.d. Januari 2017), harga produsen (s.d. triwulan IV-2016)
ps
dan harga perdagangan besar (s.d. Januari 2017), perkembangan triwulanan indeks
tendensi bisnis dan konsumen (s.d. triwulan IV-2016), perkembangan triwulanan
.b
indeks produksi industri (s.d. triwulan IV-2016), pariwisata (s.d. November 2016),
w
Lebih lanjut, keseluruhan data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan statistik
tp
resmi (official statistics) yang menjadi rujukan resmi bagi berbagai pihak yang
berkepentingan.
ht
Apabila masih diperlukan data yang lebih luas dan spesifik untuk sektor tertentu,
dipersilahkan melihat publikasi BPS lainnya atau melalui website BPS:
http://www.bps.go.id.
Jakarta, 7 Februari 2017
Kepala Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia
Dr. Suhariyanto
id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
DAFTAR ISI
id
III. EKSPOR DESEMBER 2016 ............................................................................ 26
o.
IV. IMPOR DESEMBER 2016 ............................................................................. 31
V.
.g
KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 ........................................................... 38
ps
VI. UPAH BURUH DESEMBER 2016 .................................................................. 44
VII. NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN DAN NILAI TUKAR USAHA
.b
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indeks Harga Konsumen dan Tingkat Inflasi Gabungan 82 Kota
Januari 2017 Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) ....................... 11
Tabel 1.2 Indeks Harga Konsumen, Tingkat Inflasi, dan Andil Inflasi Januari
2017 Menurut Komponen Perubahan Harga (2012=100) .......................... 11
Tabel 1.3 Tingkat Inflasi Nasional Bulan ke Bulan dan Kalender (persen) .................. 12
Tabel 1.4 Tingkat Inflasi Nasional Tahun ke Tahun (persen) ...................................... 12
Tabel 1.5 Tingkat Inflasi Beberapa Negara, NovemberDesember 2016
(persen) ....................................................................................................... 13
id
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (persen) ...................... 15
Tabel 2.2 Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha .................................... 16
o.
Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran (persen) ............................ 17
Tabel 2.4 .g
Produk Domestik Bruto Menurut Pengeluaran .......................................... 18
ps
Tabel 2.5 Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional (persen) ....... 19
.b
Tabel 2.7 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha
Tahun 20142016 (persen) ......................................................................... 22
w
Tabel 2.8 PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan
://
Tabel 2.9 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Pengeluaran Tahun
ht
Tabel 3.4 Nilai FOB (juta US$) Ekspor Nonmigas Indonesia Menurut Negara
Tujuan dan Perubahannya () .................................................................... 29
Tabel 3.5 Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia 20142016 (FOB: juta US$) ........... 29
Tabel 4.1 Ringkasan Perkembangan Nilai Impor Indonesia (Juta US$) dan
Perubahannya JanuariDesember 2015 dan 2016 ..................................... 33
Tabel 4.2 Perkembangan Impor Indonesia Desember 2015Desember 2016 ........... 33
Tabel 4.3 Impor Nonmigas Indonesia Beberapa Golongan Barang HS 2 Dijit dan
Perubahannya JanuariDesember 2015 dan 2016 ..................................... 34
Tabel 4.4 Impor Negara Tertentu Menurut Golongan Penggunaan Barang
JanuariDesember 2016 ............................................................................. 34
Tabel 4.5 Nilai Impor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang
id
JanuariDesember 2015 dan 2016 ............................................................. 35
o.
Tabel 4.6 Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang,
.g
Januari 2015Desember 2016 (Nilai CIF: Juta US$) .................................... 35
ps
Tabel 4.7 Impor Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang, Desember
2016 (juta US$) ........................................................................................... 36
.b
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan, 20142016
://
Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama 20142016 (juta orang) .................................................. 40
ht
Tabel 5.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan Utama 20142016 (juta orang) .................................................. 41
Tabel 5.4 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan 20142016 (juta orang) ................................... 41
Tabel 5.5 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke
Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 20142016
(persen) ....................................................................................................... 42
Tabel 5.6 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Provinsi 20152016 ................ 43
Tabel 6.1 Rata-rata Upah Harian Buruh Tani dan Upah Harian Buruh Bangunan
(rupiah) Desember 2014Desember 2016.................................................. 45
Tabel 7.1 Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Persentase Perubahannya
(2012=100) .................................................................................................. 48
Tabel 7.2 Inflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Januari 2015
Januari 2017 ................................................................................................ 51
Tabel 7.3 Tingkat Inflasi Perdesaan Januari 2017, Tahun Kalender dan Year on
Year 2017 Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) ........................... 52
Tabel 7.4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan
Persentase Perubahannya (2012=100) ....................................................... 52
Tabel 8.1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas
dan Kadar Air serta Perubahannya, Januari 2016Januari 2017 ................ 54
Tabel 8.2 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok
id
Kualitas dan Kadar Air serta Perubahannya, Januari 2016Januari
o.
2017 ............................................................................................................ 56
.g
Tabel 8.3 Rata-rata Harga Beras di Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas
dan Kadar Beras Patah (Broken), Januari 2016Januari 2017..................... 57
ps
Tabel 8.4 Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok Januari 2016
.b
Tabel 9.1 Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen
Menurut Sektor Triwulan IV-2016 .............................................................. 62
w
Tabel 9.2 Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen
w
Tabel 9.4 Tingkat Inflasi Perdagangan Besar Januari 2017 (2010=100) ..................... 68
Tabel 9.5 Tingkat Inflasi Konstruksi Indonesia Januari 2017 Menurut Jenis
Bangunan (2010=100) ................................................................................. 70
Tabel 10.1 Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan IV-2016 Menurut Variabel
Pembentuk dan Lapangan Usaha ............................................................... 73
Tabel 10.2 Perkiraan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan I-2017 Menurut
Lapangan Usaha dan Variabel Pembentuk ................................................. 74
Tabel 10.3 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2016 dan Triwulan IV-
2016 Menurut Variabel Pembentuk ........................................................... 76
Tabel 10.4 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2017 Menurut
Variabel Pembentuk ................................................................................... 78
id
Triwulanan Triwulan I-2014Triwulan IV-2016 (persen) ............................ 84
o.
Tabel 11.5 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan
IV-2016 Menurut Jenis Industri Manufaktur KBLI 2-digit (persen) ............. 84
.g
Tabel 12.1 Perkembangan Kunjungan Wisman ke Indonesia ...................................... 85
ps
Tabel 12.2 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman, Tingkat Penghunian
.b
Tabel 15.1 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin Menurut
://
Tabel 15.2 Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis
Kemiskinan beserta Kontribusinya (%) Menurut Daerah, September
ht
2016 ............................................................................................................ 99
Tabel 15.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2016
September 2016 ....................................................................................... 101
Tabel 15.4 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin,
September 2016 ....................................................................................... 102
Tabel 15.5 Gini Ratio menurut Provinsi, September 2015September 2016 ............ 106
Tabel 16.1 Rata-Rata Rasio Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)
Nasional Menurut Komoditas dan Fungsi Kelembagaan .......................... 109
Tabel 17.1 IP-TIK Indonesia, 20122015 .................................................................... 111
id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Tingkat Inflasi Bulan ke Bulan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun
Gabungan 82 Kota, 20152017..................................................................... 9
Grafik 1.2 Tingkat Inflasi Beberapa Negara, 20152016 ............................................ 13
Grafik 2.1 Laju Pertumbuhan PDB Triwulan I-2015 s.d Triwulan IV-2016
(persen) ...................................................................................................... 14
Grafik 2.2 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV-2016
(persen) ...................................................................................................... 15
Grafik 2.3 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran Triwulan IV-2016
(persen) ....................................................................................................... 18
id
Grafik 2.4 Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Triwulan
o.
IV-2016 (persen) ........................................................................................ 19
Grafik 2.5
.g
Laju Pertumbuhan PDB Tahun 20142016 (persen) .................................. 21
ps
Grafik 3.1 Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB) Desember 2014
Desember 2016 ........................................................................................... 26
.b
Grafik 4.1 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Nonmigas Indonesia (CIF)
w
Grafik 4.2 Nilai Impor Nonmigas Indonesia dari Lima Negara Utama Asal Barang
w
Grafik 5.1 Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur
20142016 (juta orang) .............................................................................. 39
tp
Grafik 6.1 Rata-rata Upah Nominal Harian Buruh Tani dan Buruh Bangunan
ht
Grafik 8.3 Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok November 2015
Januari 2017 (rupiah) .................................................................................. 60
Grafik 9.1 Indeks Harga Produsen (2010=100) Menurut Sektor Triwulan IV-
2013 s.d. Triwulan IV-2016 ........................................................................ 62
Grafik 9.2 Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia Januari 2014Januari
2017 ........................................................................................................... 69
Grafik 9.3 Indeks Harga Beberapa Bahan Bangunan Januari 2016Januari 2017 ....... 71
Grafik 10.1 Indeks Tendensi Bisnis Triwulan IV-2011Triwulan IV-2016 dan
Perkiraan Triwulan I-2017 .......................................................................... 75
Grafik 10.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2016 Tingkat Nasional
dan Provinsi ................................................................................................ 77
id
Grafik 10.3 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2017 Tingkat
o.
Nasional dan Provinsi .................................................................................. 78
Grafik 11.1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
.g
ps
Triwulanan (y-on-y) Triwulan I-2015Triwulan IV-2016 ............................ 80
Grafik 11.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil
.b
Grafik 14.1 Persentase Perkembangan Kurs Tengah Rupiah terhadap USD, AUD,
JPY, dan EUR (Desember 2016 dibanding November 2016 M.V) ............... 96
Grafik 14.2 Kurs Tengah Rupiah terhadap USD, AUD, JPY, dan EUR (Minggu
Terakhir) ...................................................................................................... 96
Grafik 15.1 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Maret
2016September 2016 ............................................................................... 97
Grafik 15.2 Perkembangan Gini Ratio, 2010September 2016 ................................... 103
Grafik 15.3 Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40
Persen terbawah September 2015September 2016 .............................. 104
Grafik 17.1 Kontribusi 11 indikator terhadap IP-TIK, 2015 .......................................... 111
id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
FOKUS PERHATIAN
Pada Januari 2017 terjadi Inflasi sebesar 0,97 persen. Dari 82 kota, semua kota
mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pontianak sebesar 1,82 persen
dengan IHK 137,25 dan terendah terjadi di Manokwari sebesar 0,09 persen
dengan IHK 122,46. Inflasi Januari 2017 sebesar 0,97 persen lebih tinggi
dibanding kondisi Januari 2016 yang mengalami inflasi sebesar 0,51 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender 2017 sebesar 0,97 persen dan tingkat inflasi
tahun ke tahun (Januari 2017 terhadap Januari 2016) sebesar 3,49 persen.
id
o.
2. Tahun 2016 perekonomian Indonesia tumbuh 5,02 persen
.g
PDB Indonesia tahun 2016 tumbuh sebesar 5,02 persen. Pertumbuhan terjadi
ps
pada semua lapangan usaha, tertinggi dicapai oleh Jasa Keuangan dan Asuransi
yang tumbuh 8,90 persen. Secara triwulanan, PDB triwulan IV-2016 tumbuh
.b
4,94 persen (y-on-y), didukung oleh semua lapangan usaha ekonomi dengan
w
PDB triwulan IV-2016 mengalami kontraksi sebesar 1,77 persen yang utamanya
://
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan PDB tahun 2016 (c-to-c) terjadi pada
hampir semua Komponen, kecuali Komponen Ekspor Barang dan Jasa serta
Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang mengalami kontraksi
sebesar 1,74 persen dan 0,15 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah
Tangga (LNPRT) yang tumbuh sebesar 6,62 persen. Pertumbuhan PDB triwulan
IV-2016 dibandingkan triwulan IV-2015 (y-on-y) didukung oleh Komponen
Pengeluaran Konsumsi LNPRT, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, dan Komponen Ekspor
Barang dan Jasa. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
3. Nilai ekspor Indonesia Desember 2016 mencapai US$13,77 miliar, naik 15,57
persen (year-on-year)
Nilai ekspor Indonesia Desember 2016 mencapai US$13,77 miliar, naik 15,57
persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-
id
year), demikian juga dibanding ekspor November 2016 naik 1,99 persen. Nilai
o.
ekspor nonmigas Desember 2016 mencapai US$12,54 miliar atau naik 1,13
.g
persen dibanding ekspor nonmigas November 2016. Ekspor migas pada
ps
Desember 2016 mencapai US$1,23 miliar atau naik 11,66 persen dibanding
bulan sebelumnya. Secara kumulatif, nilai ekspor JanuariDesember 2016
.b
mencapai US$144,43 milyar, turun 3,45 persen dibanding periode yang sama
w
ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode yang sama tahun 2015,
://
sementara itu ekspor nonmigas hasil pertanian turun 7,80 persen dan ekspor
tp
4. Nilai impor Indonesia Desember 2016 sebesar US$12,78 miliar, naik sebesar
5,82 persen (year-on-year)
Nilai impor Indonesia Desember 2016 sebesar US$12,78 miliar, atau naik 0,88
persen dibanding impor November 2016, dan naik 5,82 persen jika
dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Nilai impor
nonmigas Desember 2016 sebesar US$11,09 miliar atau naik 1,35 persen
dibanding November 2016. Sementara impor migas Desember 2016 tercatat
sebesar US$1,69 miliar, turun 2,13 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar Desember 2016 adalah golongan
perhiasan dan permata sebesar US$101,0 juta, atau naik 48,96 persen
dibanding November 2016 (US$206,3 juta). Negara asal barang impor
nonmigas terbesar JanuariDesember 2016 ditempati oleh Tiongkok (US$30,69
miliar) dengan pangsa 26,24 persen.
5. Pada Agustus 2016, jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 3,59
juta jika dibandingkan Agustus
id
bekerja pada kegiatan informal.
o.
6.
.g
Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan Desember 2016
masing-masing sebesar Rp48.627,00 dan Rp83.190,00
ps
Rata-rata upah nominal buruh tani pada Desember 2016 sebesar Rp48.627,00,
.b
naik 0,23 persen dibanding upah nominal bulan sebelumnya, dan upah riil
w
turun sebesar 0,19 persen. Rata-rata upah nominal harian buruh bangunan
w
(tukang bukan mandor) pada Desember 2016 tercatat Rp83.190,00, naik 0,13
w
persen dibanding upah nominal bulan sebelumnya, sedangkan upah riil turun
://
7. Nilai Tukar Petani (NTP) Januari 2017 tercatat 100,91, turun 0,56 persen
ht
dibanding Desember 2016, inflasi perdesaan sebesar 0,79 persen, dan Nilai
Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) turun sebesar 0,43 persen
dibanding Desember 2016
NTP Januari 2017 tercatat 100,91 atau turun sebesar 0,56 persen dibanding
NTP Desember 2016 sebesar 101,49. Penurunan NTP bulan ini disebabkan
turunnya NTP di semua subsektor penyusun NTP yaitu Tanaman Pangan,
Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan Perikanan masing-
masing sebesar 0,52 persen, 0,72 persen, 0,54 persen, 0,58 persen, dan 0,11
persen.
Pada Januari 2017 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,79 persen dengan indeks
konsumsi rumah tangga 132,20. Pada bulan ini terjadi inflasi perdesaan di
semua provinsi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Barat
sebesar 1,45 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Provinsi
Sumatera Barat sebesar 0,27 persen.
Pada Januari 2017 terjadi penurunan NTUP sebesar 0,43 persen. Hal ini terjadi
karena kenaikan It (0,15 persen) lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks
BPPBM (0,58 persen). Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP di
empat subsektor penyusun NTUP yaitu NTUP Tanaman Pangan (0,49 persen),
Tanaman Hortikultura (0,42 persen), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,54
id
persen), dan Peternakan (0,30 persen), sedangkan Subsektor Perikanan naik
o.
(0,24 persen).
8.
.g
Rata-rata harga beras pada Januari 2017 sebesar Rp13.222,00 per kg, naik
ps
0,16 persen
Rata-rata harga beras pada Januari 2017 sebesar Rp13.222,00 per kg, naik 0,16
.b
persen dari bulan sebelumnya. Dibandingkan Januari 2016, harga beras turun
w
0,73 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun ke tahun periode
w
yang sama sebesar 3,49 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga
w
adalah cabai rawit naik 37,35 persen; daging ayam ras naik 3,55 persen;
://
Dibandingkan terhadap triwulan IV-2015 (y-on-y), IHP naik 3,34 persen. IHP
Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian dan Sektor Industri
IHPB Umum Nonmigas Januari 2017 naik sebesar 0,79 persen dari bulan
sebelumnya. Kenaikan terbesar terjadi pada Sektor Industri yaitu 0,99
persen dan terendah terjadi pada Kelompok Barang Impor Nonmigas yaitu
0,38 persen. Sektor Pertanian dan Kelompok Barang Ekspor Nonmigas naik
masing-masing sebesar 0,84 persen dan 0,62 persen sedangakan Sektor
Pertambangan dan Penggalian turun sebesar 0,12 persen. Dibandingkan
id
bulan sebelumnya, IHPB Umum Desember 2016 naik 0,84 persen. Kenaikan
o.
IHPB tertinggi terjadi pada Kelompok Barang Ekspor sebesar 1,47 persen.
.g
IHPB Kelompok Bahan Bangunan/Konstruksi Januari 2017 naik sebesar 0,36
ps
persen. Kenaikan indeks terbesar terjadi pada jenis Bangunan Pekerjaan
Umum untuk Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan sebesar 0,52 persen.
.b
w
10. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan IV-2016 sebesar 106,70 dan Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2016 sebesar 102,46
w
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada triwulan IV-2016 sebesar 106,70 berarti
w
kondisi bisnis meningkat dari triwulan sebelumnya. Hal ini karena adanya
://
diprediksi meningkat dari triwulan sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 105,81.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada triwulan IV-2016 sebesar 102,46
artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dari triwulan sebelumnya (nilai
ITK triwulan III-2016 adalah 108,22). Perbaikan kondisi ekonomi konsumen di
tingkat regional terjadi di 23 provinsi. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen
triwulan IV-2016 didorong oleh naiknya pendapatan rumah tangga (nilai indeks
sebesar 103,89), diikuti oleh volume konsumsi (nilai indeks sebesar 103,81).
Sedangkan, daya beli dilihat dari indeks pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi mengalami penurunan (nilai indeks sebesar 98,72).
11. Pertumbuhan produksi IBS naik 2,06 persen dan IMK naik 4,88 persen pada
triwulan IV-2016 (year-on-year)
id
industri mikro dan kecil (IMK) triwulan IV-2016 naik 4,88 persen dibanding
o.
triwulan IV-2015 (y-on-y), dan mengalami kenaikan 0,51 persen dari triwulan
III-2016 (q-to-q).
.g
ps
12. Jumlah kunjungan wisman November 2016 mencapai 1,00 juta kunjungan
.b
kunjungan, yang terdiri atas 878,84 ribu kunjungan wisman melalui 19 pintu
w
utama dan 123,49 ribu kunjungan wisman selain dari 19 pintu utama.
w
13. Jumlah penumpang angkutan udara domestik Desember 2016 mencapai 7,8
juta orang, naik 14,58 persen (year-on-year)
id
yang mencapai Rp9.664,58 per dolar Australia.
o.
c. Rupiah terapresiasi 5,06 persen terhadap yen Jepang.
.g
Rupiah terapresiasi 5,06 persen terhadap yen Jepang pada Desember
ps
2016. Level tertinggi rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah
terhadap yen Jepang terjadi pada minggu ketiga Desember 2016 yang
.b
Rupiah terapresiasi 2,38 persen terhadap euro pada Desember 2016. Level
w
per euro.
ht
15. a. Jumlah penduduk miskin pada September 2016 sebanyak 27,76 juta
orang (10,70 persen)
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang sebesar
28,01 juta orang (10,86 persen) menurun 0,25 juta orang (0,16 persen).
Namun, berdasarkan daerah tempat tinggal, jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan naik sebanyak 0,15 juta orang (dari 10,34 juta orang
pada Maret 2016 menjadi 10,49 juta orang pada September 2016).
Sementara itu, di daerah perdesaan turun sebanyak 0,39 juta orang (dari
17,67 juta orang pada Maret 2016 menjadi 17,28 juta orang pada
September 2016).
id
o.
16. Fungsi Kelembagaan yang Terlibat dalam Pola Utama Distribusi Perdagangan
Komoditas Strategis di Indonesia Tahun 2016 adalah Distributor, Agen,
Pedagang Grosir, dan Pedagang Eceran
.g
ps
Distribusi perdagangan beras, minyak goreng, gula pasir, dan telur ayam ras dari
.b
Konsumen Akhir.
tp
id
sebesar 0,97 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2017 terhadap
Januari 2016) sebesar 3,49 persen.
o.
Grafik 1.1
Tingkat Inflasi Bulan ke Bulan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun
Gabungan 82 Kota, 20152017 .g
ps
8,00
.b
7,00
w
6,00
5,00
w
4,00
persen
3,00
2,00
://
1,00
tp
0,00
ht
-1,00
-2,00
Apr
Apr
Mar
Sep
Feb
Sep
Mar
Juli
Feb 2015
Des
Agt
Nov
Des
Mei
Jun
Agt
Nov
Mei
Jul
Okt
Jan 2016
Okt
Juni
Jan 2017
3. Dari Inflasi 0,97 persen, andil biaya perpanjangan STNK 0,23 persen; andil tarif
listrik 0,19 persen; andil tarif pulsa ponsel 0,14 persen; andil cabai rawit 0,10
persen; andil bensin 0,08 persen; andil ikan segar 0,07 persen; daging ayam ras
dan sewa rumah masing-masing sebesar 0,04 persen; andil rokok kretek filter
0,02; andil beras, ikan diawetkan, kentang, wortel, anggur, jeruk, melon,
semangka, minyak goreng, nasi dengan lauk, rokok kretek, rokok putih, kontrak
rumah, tukang bukan mandor, upah pembantu rumah tangga, emas perhiasan,
tarif rumah sakit, dan mobil masing-masing sebesar 0,01 persen.
4. Inflasi Januari 2017 sebesar 0,97 persen, angka tersebut lebih tinggi dibanding
kondisi Januari 2016 yang mengalami inflasi 0,51 persen. Tingkat inflasi tahun
id
kalender 2017 sebesar 0,97 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari
o.
2017 terhadap Januari 2016) sebesar 3,49 persen.
5. .g
Menurut karakteristik perubahan harga, Inflasi Januari 2017 sebesar 0,97 persen
ps
dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada komponen inti (core) 0,56 persen;
kenaikan indeks pada komponen yang harganya diatur pemerintah (administered
.b
prices) 2,57 persen; dan kenaikan indeks pada komponen bergejolak (volatile)
w
0,67 persen.
w
6. Inflasi Januari 2017 sebesar 0,97 persen berasal dari sumbangan inflasi komponen
w
inti 0,34 persen, sumbangan inflasi komponen barang/jasa yang harganya diatur
://
persen.
ht
7. Inflasi komponen inti Januari 2017 dan inflasi tahun kalender 2017 sebesar 0,56
persen, serta inflasi tahun ke tahun (Januari 2017 terhadap Januari 2016) sebesar
3,35 persen.
8. Pada Desember 2016, Inggris menjadi negara yang mengalami Inflasi tertinggi
dibandingkan beberapa negara lain, yaitu 0,50 persen.
Tabel 1.1
Indeks Harga Konsumen dan Tingkat Inflasi Gabungan 82 Kota Januari 2017
Menurut Kelompok Pengeluaran
(2012=100)
Tingkat Tingkat
Inflasi Inflasi Inflasi
IHK IHK IHK Andil
Kelompok Januari Tahun Tahun
Januari Desember Januari Inflasi
Pengeluaran 2017 1) Kalender ke
2016 2016 2017 (%)
(%) 2017 2) Tahun3)
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Umum (Headline) 123,62 126,71 127,94 0,97 0,97 3,49 0,97
1. Bahan Makanan 135,93 140,58 141,51 0,66 0,66 4,11 0,14
2. Makanan Jadi, 127,11 133,27 133,89 0,47 0,47 5,33 0,09
Minuman, Rokok,
dan Tembakau
id
3. Perumahan, Air, 120,04 121,68 123,01 1,09 1,09 2,47 0,26
Listrik, Gas, dan
o.
Bahan Bakar
4. Sandang 110,43 113,50 113,87 0,33 0,33 3,12 0,02
5. Kesehatan 117,32 121,48 122,09
.g 0,50 0,50 4,07 0,02
ps
6. Pendidikan, 114,92 117,88 118,02 0,12 0,12 2,70 0,01
Rekreasi, dan
Olahraga
.b
Jasa Keuangan
w
1)
Persentase perubahan IHK Januari 2017 terhadap IHK bulan sebelumnya.
2)
Persentase perubahan IHK Januari 2017 terhadap IHK Desember 2016.
w
3)
Persentase perubahan IHK Januari 2017 terhadap IHK Januari 2016.
://
tp
Tabel 1.2
Indeks Harga Konsumen, Tingkat Inflasi, dan Andil Inflasi Januari 2017
Menurut Komponen Perubahan Harga
ht
(2012=100)
Tingkat Tingkat
Inflasi Inflasi Inflasi
IHK IHK IHK Andil
Januari Tahun Tahun
Komponen Januari Desember Januari Inflasi
2017 Kalender ke
2016 2016 2017 (%)
(%) 2017 Tahun
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Umum 123,62 126,71 127,94 0,97 0,97 3,49 0,97
Inti 116,01 119,23 119,90 0,56 0,56 3,35 0,34
Tabel 1.3
Tingkat Inflasi Nasional Bulan ke Bulan dan Kalender (persen)
Januari 0,76 1,03 1,07 -0,24 0,51 0,97 0,76 1,03 1,07 -0,24 0,51 0,97
Februari 0,05 0,75 0,26 -0,36 -0,09 0,81 1,79 1,33 -0,61 0,42
Maret 0,07 0,63 0,08 0,17 0,19 0,88 2,43 1,41 -0,44 0,62
April 0,21 -0,10 -0,02 0,36 -0,45 1,09 2,32 1,39 -0,08 0,16
Mei 0,07 -0,03 0,16 0,50 0,24 1,15 2,30 1,56 0,42 0,40
Juni 0,62 1,03 0,43 0,54 0,66 1,79 3,35 1,99 0,96 1,06
id
Juli 0,70 3,29 0,93 0,93 0,69 2,50 6,75 2,94 1,90 1,76
o.
Agustus 0,95 1,12 0,47 0,39 -0,02 3,48 7,94 3,42 2,29 1,74
.g
September 0,01 -0,35 0,27 -0.05 0,22 3,49 7,57 3,71 2,24 1,97
Oktober 0,16 0,09 0,47 -0,08 0,14 3,66 7,66 4,19 2,16 2,11
ps
November 0,07 0,12 1,50 0,21 0,47 3,73 7,79 5,75 2,37 2,59
.b
Desember 0,54 0,55 2,46 0,96 0,42 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02
w
w
Tabel 1.4
Tingkat Inflasi Nasional Tahun ke Tahun (persen)
w
://
Tabel 1.5
Tingkat Inflasi Beberapa Negara, NovemberDesember 2016 (persen)
id
7. Pakistan 0,20 -0,70 3,80 3,70
o.
8. Afrika Selatan 0,30 0,40 6,60 6,80
.g
9. Inggris 0,20 0,50 1,20 1,60
10. Amerika Serikat 0,20 0,00 1,70 2,10
ps
11. Brazil 0,18 0,30 6,99 6,29
.b
Grafik 1.2
Tingkat Inflasi Beberapa Negara, 20152016
://
tp
2,5 Indonesia
ht
2 Malaysia
Pilipina
1,5
Singapura
persen
1
Vietnam
0,5 Cina
0 Pakistan
Afrika Selatan
-0,5
Inggris
-1
Amerika
Des 2015
Jan 2016
Mar
Juli
Feb
Sep
Mei
Agt
Nov
April
Des
Juni
Okt
Serikat
Brazil
Grafik 2.1
Laju Pertumbuhan PDB Triwulan I-2015 s.d Triwulan IV-2016 (persen)
id
6,00
4,82 5,17 4,92 5,18 5,01 4,94
4,74
o.
5,00 4,77
4,00
3,00 3,75 3,30 .g 4,01
ps
3,13
2,00
persen
1,00
.b
0,00
w
-2,00 -1,70
-1,77
w
-3,00
q-to-q y-on-y
://
tp
Grafik 2.2
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Triwulan IV-2016 (persen)
14,00
10,74
9,57
9,00 7,85 7,69
6,67 6,91 6,83
5,31
4,17 4,56 4,47 4,10
3,36 4,213,90 4,183,65
4,00 2,18
1,22
1,831,74 1,62 1,97 1,60
3,142,66 3,12
1,10
0,41 0,27
-1,00
-0,69 -0,40 -0,81
persen
-6,00
-11,00
-16,00
id
-21,00
o.
-21,24
-26,00
q-to-q
.g y-on-y
ps
Pertanian Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan Listrik & Gas
Pengadaan Air Konstruksi
Perdagangan & Reparasi Transportasi & Pergudangan
.b
Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)
w
://
D Pengadaan Listrik dan Gas -2,12 4,17 4,88 3,14 5,39 0,06
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan Sosial 1,66 6,67 3,80 0,27 3,19 0,11
Wajib
P Jasa Pendidikan -1,28 10,74 1,95 3,12 3,84 0,12
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 0,63 6,91 4,49 4,10 5,00 0,05
Q
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 1,95 1,97 7,71 7,69 7,80 0,13
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 2,13 -1,73 4,37 4,18 4,55 4,41
id
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 33,51 -2,79 22,44 26,74 19,31 0,61
o.
PRODUK DOMESTIK BRUTO 3,13 -1,77 5,01 4,94 5,02 5,02
3. Besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan IV-2016 Rp
.g
3.194,8 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2010 pada triwulan yang
ps
sama adalah Rp 2.385,6 triliun.
.b
Tabel 2.2
w
Lapangan Usaha
Triw Triw Triw Triw Triw Triw
III-2016 IV-2016 III-2016 IV-2016 III-2016 IV-2016
://
A
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 221,9 256,0 192,2 196,4 6,92 8,01
ht
D Pengadaan Listrik dan Gas 36,7 38,8 24,7 25,7 1,15 1,21
Penyediaan Akomodasi dan Makan 91,1 93,0 70,9 72,2 2,84 2,91
I
Minum
J Informasi dan Komunikasi 114,8 117,3 117,0 119,0 3,58 3,67
K Jasa Keuangan dan Asuransi 133,4 133,9 96,5 95,7 4,16 4,19
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 33,0 35,2 25,3 27,1 1,03 1,10
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 3.073,6 3.065,2 2.328,6 2.288,4 95,89 95,94
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 131,9 129,6 100,0 97,2 4,11 4,06
PRODUK DOMESTIK BRUTO 3.205,5 3.194,8 2.428,6 2.385,6 100 100
1)
Atas dasar harga berlaku
id
o.
4. Dari sisi pengeluaran, PDB Indonesia triwulan IV-2016 dibandingkan triwulan
sebelumnya (q-to-q) mengalami kontraksi yang terutama disebabkan oleh
Komponen Impor Barang dan Jasa yang tumbuh 12,67 persen. Sementara itu,.g
ps
Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebagai Komponen dengan
.b
kontribusi terbesar, tumbuh minus 0,02 persen yang disebabkan oleh penurunan
pada pengeluaran untuk makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi
w
Tabel 2.3
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran (persen)
://
Triw III- Triw IV- Triw III- Triw IV- Tahun Sumber
tp
Grafik 2.3
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran Triwulan IV-2016 (persen)
39,49
41,0
31,0
21,0
12,67
11,0 8,93
6,72
4,56 4,99 4,80 4,24
2,83 2,82
1,0
(0,02)
-4,05
-9,0
id
q-to-q y-on-y
o.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto
.g
Ekspor Barang & Jasa Dikurangi Impor Barang & Jasa
ps
5. Pertumbuhan PDB menurut Pengeluaran triwulan IV-2016 dibandingkan dengan
.b
triwulan yang sama tahun 2015 (y-on-y) tumbuh 4,94 persen. Pertumbuhan
terjadi pada hampir semua komponen kecuali Komponen Pengeluaran Konsumsi
w
Pemerintah yang tumbuh minus 4,05 persen dibandingkan triwulan yang sama
w
Tabel 2.4
Produk Domestik Bruto Menurut Pengeluaran
ht
Grafik 2.4
Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Triwulan IV-2016 (persen)
6,07 2,65
8,27 22,02
3,11
57,88
id
o.
6. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV-2016 masih
.g
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi
ps
terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,88 persen, kemudian diikuti oleh
Pulau Sumatera sebesar 22,02 persen, Pulau Kalimantan 8,27 persen, dan Pulau
.b
Tabel 2.5
w
2016
Wilayah/Pulau 2014 2015
Trw III Trw IV
://
Tabel 2.6
Pertumbuhan dan Struktur Perekonomian Indonesia Secara Spasial Triwulan IV-2016 (persen)
Pertumbuhan Konstribusi
Terhadap
Provinsi Terhadap
q-to-q y-on-y c-to-c Total 33
Pulau
Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sumatera -0,23 4,49 4,29 100,00 22,02
id
06. Sumatra Selatan -3,26 5,15 5,03 12,48 2,75
o.
08. Lampung -8,59 5,01 5,15 9,60 2,11
Pertumbuhan Konstribusi
Terhadap
Provinsi Terhadap
q-to-q y-on-y c-to-c Total 33
Pulau
Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
26. Sulawesi Tengah 1,83 3,80 9,98 15,53 0,94
id
33. Papua Barat 3,26 4,86 4,52 20,57 0,55
o.
.g
8. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2016 meningkat sebesar 5,02
ps
persen terjadi pada semua lapangan usaha ekonomi. Pertumbuhan tertinggi
.b
dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Keungan dan Asuransi yang tumbuh sebesar
8,90 persen, diikuti oleh Informasi-Komunikasi, dan Jasa Lainnya yang tumbuh
w
Grafik 2.5
Laju Pertumbuhan PDB Tahun 20142016 (persen)
://
6,00
tp
ht
5,50
5,01 5,02
persen
5,00 4,88
4,50
4,00
2014 2015 2016
Tabel 2.7
Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 20142016 (persen)
id
D Pengadaan Listrik dan Gas 5,90 0,90 5,39 1,09 1,14 1,15
o.
E Sampah, Limbah, dan Daur 5,24 7,07 3,60 0,07 0,07 0,07
Ulang
.g
F Konstruksi 6,97 6,36 5,22 9,86 10,21 10,38
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 2,38 4,63 3,19 3,83 3,91 3,86
ht
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 5,47 7,33 3,84 3,23 3,37 3,37
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 7,96 6,68 5,00 1,03 1,07 1,07
Q
Sosial
R,S,T, 8,93 8,08 7,80 1,55 1,65 1,71
Jasa Lainnya
U
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 5,00 4,18 4,55 97,51 96,86 96,43
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 5,08 32,24 19,31 2,49 3,14 3,57
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,01 4,88 5,02 100 100 100
1)
Atas dasar harga konstan 2010
2)
Atas dasar harga berlaku
10. Besaran PDB Indonesia pada tahun 2016 atas dasar harga berlaku mencapai Rp
12.406,8 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2010) mencapai Rp
9.433,0 triliun.
Tabel 2.8
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 20142016 (triliun rupiah)
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2010
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pertanian, Kehutanan dan 1 409,7 1 555,7 1 669,0 1 129,1 1 171,6 1 209,7
A
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 1 039,4 881,7 893,9 794,5 767,3 775,5
D Pengadaan Listrik dan Gas 114,9 131,3 142,8 94,0 94,9 100,0
id
Eceran; Reparasi dan 1 419,2 1 535,3 1 636,0 1 177,3 1 207,7 1 255,2
G
Perawatan Mobil dan Sepeda
o.
Motor
H Transportasi dan Pergudangan 467,0 579,1 647,2 326,9 348,8 375,8
I
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
321,1 341,6
.g362,2 257,8 268,9 282,2
ps
J Informasi dan Komunikasi 369,5 406,0 449,1 384,5 421,7 459,2
K Jasa Keuangan dan Asuransi 408,4 465,0 520,9 319,8 347,3 378,2
.b
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 404,6 450,2 478,6 296,3 310,1 319,9
Sosial Wajib
w
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 109,1 122,9 132,4 91,4 97,5 102,3
Q
Sosial
tp
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 10 306,2 11 169,3 11 963,8 8 351,4 8 700,2 9 096,2
ht
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 263,5 362,4 443,0 213,5 282,3 336,8
PRODUK DOMESTIK BRUTO 10 569,7 11 531,7 12 406,8 8 564,9 8 982,5 9 433,0
11. Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5,02 persen ditopang oleh hampir
semua Komponen, kecuali Komponen Ekspor Barang dan Jasa serta Komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang mengalami kontraksi sebesar 1,74 persen
dan 0,15 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi LNPRT yang tumbuh 6,62 persen, diikuti oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga, dan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto,
masing-masing tumbuh sebesar 5,01 persen, dan 4,48 persen.
Tabel 2.9
Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Pengeluaran Tahun 20142016 (persen)
id
12. Tahun 2016, Komponen Konsumsi Rumah Tangga masih memberikan kontribusi
o.
terbesar terhadap total perekonomian sebesar 56,50 persen, diikuti Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 32,57 persen, Ekspor Barang dan Jasa
.g
ps
sebesar 19,08 persen, Impor Barang dan Jasa sebesar 18,31 persen, Konsumsi
Pemerintah sebesar 9,45 persen, dan Komponen Konsumsi LNPRT sebesar 1,16
.b
persen.
w
Tabel 2.10
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Pengeluaran
w
13. Dalam kurun waktu 2011-2016, PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus
mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp32,4 juta (tahun 2011), sebesar Rp35,1
juta (tahun 2012), sebesar Rp38,4 juta (tahun 2013), sebesar Rp41,9 juta (tahun
2014), sebesar Rp45,1 juta (tahun 2015), dan sebesar Rp48,0 juta (tahun 2016).
Tabel 2.11
PDB Per Kapita Indonesia Tahun 20112016
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
PDB Per Kapita
Atas Dasar Harga Berlaku
a. Nilai (juta rupiah) 32,4 35,1 38,4 41,9 45,1 48,0
b. Indeks Peningkatan (persen) 12,46 8.47 9,29 9,25 7,69 6,24
c. Nilai (US$) 3 691,9 3 740,9 3 666,8 3 532,3 3 374,5 3 605,1
id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
Grafik 3.1
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB)
Desember 2014Desember 2016
id
o.
16 000
.g
14 000
ps
12 000
10 000
.b
juta US$
8 000
w
6 000
w
4 000
w
2 000
://
tp
0
Jun
Jun
Nov
Nov
Jul
Jul
Mar
Mar
Jan'15
Des'14
Des'15
Des'16
Apr
Apr
Feb
Mei
Sep
Jan
Feb
Okt
Mei
Sep
Okt
Agt
Agt
ht
7. Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada periode Januari
id
Desember 2016 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$25,73 miliar (17,81
o.
persen), diikuti Jawa Timur sebesar US$18,36 miliar (12,71 persen) dan
Kalimantan Timur sebesar U$13,95 miliar (9,66 persen).
.g
ps
Tabel 3.1
Nilai FOB (juta US$) Ekspor Indonesia dan Persentase Perubahannya (%)
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
w
Total Ekspor 11 917,1 150 366,3 13 503,6 13 772,4 144 433,5 15,57 1,99 -3,95 100,00
://
Migas 1 299,5 18 574,4 1 103,0 1 231,6 13 087,0 -5,22 11,66 -29,54 9,06
Industri pengolahan
tp
- Minyak mentah 434,9 6 479,4 401,1 443,9 5 196,7 2,06 10,67 -19,80 3,60
- Gas 785,0 10 328,6 617,2 687,2 6 992,4 -12,45 11,35 -32,30 4,84
Nonmigas 10 617,6 131 791,9 12 400,6 12 540,8 131 346,5 18,11 1,13 -0,34 90,94
Pertanian 288,8 3 726,5 366,7 357,8 3 435,8 23,87 -2,42 -7,80 2,38
Industri pengolahan 8 668,0 108 603,5 10 146,9 10 102,5 109 763,0 16,55 -0,44 1,07 76,00
Pertambangan dan
lainnya 1 660,8 19 461,9 1 887,0 2 080,5 18 147,7 25,27 10,25 -6,75 12,56
Tabel 3.2
Perkembangan Nilai FOB Ekspor Indonesia (juta US$)
Triwulanan 20152016
Perubahan Triwulan (%)
2015 2016
I-2016 II-2016 III-2016 IV-2016 IV-2016
Uraian
thd thd thd thd thd
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
IV-2015 I-2016 II-2016 III-2016 IV-2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Total Ekspor 35 161,0 33 602,7 35 964,6 34 847,6 40 018,6 -4,43 7,03 -3,11 14,84 13,82
Migas 4 176,0 3 460,6 3 037,0 3 198,7 3 390,5 -17,13 -12,24 5,32 6,00 -18,81
Industri pengolahan
hasil minyak
260,5 203,5 201,0 211,2 237,8 -21,88 -1,25 5,08 12,59 -8,73
Pengadaan gas 2,0 2,6 4,0 3,4 34,3 26,93 56,77 -14,46 887,06 1 580,04
Pertambangan 3 913,5 3 254,5 2 832,0 2 984,1 3 118,4 -16,84 -12,98 5,37 4,50 -20,31
-Minyak mentah 1 403,5 1 402,9 1 315,5 1 323,9 1 154,4 -0,04 -6,24 0,64 -12,80 -17,75
id
-Gas 2 510,0 1 851,6 1 516,5 1 660,2 1 964,0 -26,23 -18,09 9,47 18,30 -21,75
o.
Nonmigas 30 985,0 30 142,1 32 927,6 31 648,9 36 628,1 -2,72 9,24 -3,88 15,73 18,21
.g
Pertanian 925,4 696,1 705,2 928,6 1 106,0 -24,78 1,32 31,67 19,11 19,52
Industri pengolahan 25 871,2 25 491,6 28 283,3 26 074,4 29 913,8 -1,47 10,95 -7,81 14,72 15,63
ps
Pertambangan dan
lainnya
4 188,4 3 954,4 3 939,1 4 645,9 5 608,3 -5,59 -0,39 17,94 20,71 33,90
.b
Tabel 3.3
w
Nilai FOB (juta US$) Ekspor Nonmigas Beberapa Golongan Barang HS 2 Digit
w
dan Perubahannya ()
w
Januari-Desember
November Desember
Golongan Barang (HS) % Peran (%)
2016 2016 2015 2016 %
://
2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
tp
1. Bahan bakar mineral (27) 1 552,2 1 692,8 140,6 9,06 16 077,8 14 752,5 -8,24 11,23
2. Mesin /peralatan listrik (85) 716,8 641,9 -74,9 -10,44 8 562,2 8 134,6 -4,99 6,19
ht
3. Perhiasan/permata (71) 412,5 280,5 -132,0 -32,00 5 494,8 6 368,7 15,90 4,85
4. Kendaraan dan bagiannya (87) 567,8 469,8 -98,0 -17,26 5 419,4 5 867,8 8,27 4,47
5. Karet dan barang dari karet (40) 495,2 568,6 73,4 14,81 5 913,5 5 663,3 -4,23 4,31
6. Mesin-mesin/pesawat mekanik (84) 458,3 420,3 -38,0 -8,30 5 215,1 5 450,3 4,51 4,15
7. Pakaian jadi bukan rajutan (62) 307,8 375,6 67,8 22,03 3 978,3 3 879,8 -2,48 2,95
8. Bijih, kerak, dan abu logam (26) 340,7 440,1 99,4 29,19 3 378,4 3 567,6 5,60 2,72
9. Besi dan baja (72) 154,1 223,2 69,1 44,82 1 203,3 1 825,9 51,74 1,39
10. Benda-benda dari besi dan baja (73) 122,8 87,8 -35,0 -28,52 2 006,8 1 667,4 -16,91 1,27
Total 10 Golongan Barang 5 128,2 5 200,6 72,4 1,41 57 249,6 57 177,9 -0,13 43,53
Lainnya 7 272,4 7 340,2 67,8 0,93 74 542,3 74 168,6 -0,50 56,47
Total Ekspor Nonmigas 12 400,6 12 540,8 140,2 1,13 131 791,9 131 346,5 -0,34 100,00
Tabel 3.4
Nilai FOB (juta US$) Ekspor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Tujuan
dan Perubahannya ()
JanuariDesember
November Desember Peran
Negara Tujuan %
2016 2016 2015 2016 % (%)
2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Uni Eropa 1 337,1 1 429,9 92,8 6,94 14 801,9 14 414,8 -2,62 10,97
4 Jerman 222,7 244,4 21,7 9,74 2 661,9 2 635,1 -1,01 2,00
339,2 380,2 41,0 12,09 3 409,7 3 219,9 -5,57 2,45
id
5 Belanda
6 Italia 142,6 131,7 -10,9 -7,63 1 872,9 1 572,0 -16,06 1,20
Uni Eropa Lainnya 632,6 673,6 41,0 6,48 6 857,4 6 987,8 1,90 5,32
o.
Negara Utama Lainnya 6 387,0 6 411,6 24,6 0,39 65 353,2 64 401,4 -1,46 49,03
7
8
Tiongkok
Jepang
1 812,2
1 295,4
1 863,3
1 243,8
51,1
-51,6 .g
2,82
-3,98
13 260,7
13 096,1
15 096,8
13 212,9
13,85
0,89
11,49
10,06
ps
9 Amerika Serikat 1 338,2 1 457,0 118,8 8,88 15 308,2 15 684,3 2,46 11,94
10 India 1 068,2 923,1 -145,1 -13,58 11 602,0 9 924,3 -14,46 7,56
11 Australia 223,0 150,2 -72,8 -32,66 2 994,6 2 660,4 -11,16 2,03
.b
12 Korea Selatan 427,9 539,4 111,5 26,06 5 439,7 5 261,1 -3,28 4,00
13 Taiwan 222,1 234,8 12,7 5,72 3 651,9 2 561,6 -29,86 1,95
w
Total 13 Negara Tujuan 8 745,3 8 906,1 160,8 1,84 92 787,0 91 157,8 -1,76 69,40
Lainnya 3 655,3 3 634,7 -20,6 -0,56 39 004,9 40 188,7 3,03 30,60
w
Total Ekspor Nonmigas 12 400,6 12 540,8 140,2 1,13 131 791,9 131 346,5 -0,34 100,00
w
Tabel 3.5
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia 20142016
://
Jan 2 501,7 11 970,6 14 472,3 1 959,0 11 285,9 13 244,9 1 108,0 9 372,6 10 480,6
Feb 2 729,2 11 904,9 14 634,1 1 753,4 10 419,4 12 172,8 1 113,3 10 198,7 11 312,0
Mar 2 641,3 12 551,3 15 192,6 1 988,9 11 645,1 13 634,0 1 239,3 10 570,7 11 810,0
Apr 2 651,4 11 641,1 14 292,5 1 458,2 11 646,4 13 104,6 891,8 10 584,1 11 475,9
Mei 2 375,7 12 447,9 14 823,6 1 392,8 11 361,9 12 754,7 957,9 10 556,4 11 514,3
Jun 2 786,0 12 623,5 15 409,5 1 439,9 12 074,2 13 514,1 1 187,3 11 787,1 12 974,4
Jul 2 496,3 11 627,8 14 124,1 1 421,8 10 044,0 11 465,8 998,7 8 532,1 9 530,8
Agt 2 598,1 11 883,5 14 481,6 1 530,9 11 195,2 12 726,0 1 138,6 11 609,7 12 748,3
Sep 2 622,6 12 653,2 15 275,8 1 453,6 11 134,8 12 588,4 1 061,5 11 507,0 12 568,5
Okt 2 413,2 12 879,5 15 292,8 1 379,5 10 742,2 12 121,7 1 055,9 11 686,7 12 742,6
Nov 2 035,4 11 509,3 13 544,7 1 497,0 9 625,1 11 122,2 1 103,0 12 400,6 13 503,6
Des 2 168,0 12 268,3 14 436,3 1 299,5 10 617,6 11 917,1 1 231,6 12 540,8 13 772,4
Total 30 018,8 145 961,2 175 980,0 18 574,4 131 791,9 150 366,3 13 087,0 131 346,5 144 433,5
Tabel 3.6
Nilai FOB (juta US$) Ekspor Indonesia Menurut Provinsi Asal Barang
dan Pelabuhan Muat, JanuariDesember 2016
Pelabuhan Muat
Total Ekspor
No
Provinsi Asal Barang Prov Asal Barang Prov Lain
Urut % % % %
Nilai % Baris Nilai Nilai % Baris
Kolom Kolom Baris Kolom
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 22,9 0,02 40,79 33,2 0,09 59,21 56,1 0,04 100,00
2 Sumatera Utara 7 595,2 7,20 99,21 60,6 0,16 0,79 7 655,8 5,30 100,00
3 Sumatera Barat 1 439,1 1,36 96,32 55,0 0,14 3,68 1 494,0 1,03 100,00
4 Riau 13 539,6 12,83 98,78 167,5 0,43 1,22 13 707,1 9,49 100,00
5 Kepulauan Riau 9 573,5 9,07 99,99 0,9 0,00 0,01 9 574,4 6,63 100,00
6 Jambi 916,9 0,87 48,40 977,3 2,51 51,60 1 894,2 1,31 100,00
7 Sumatera Selatan 1 921,1 1,82 94,76 106,1 0,27 5,24 2 027,3 1,40 100,00
id
8 Kep. Bangka Belitung 1 290,7 1,22 95,91 55,1 0,14 4,09 1 345,7 0,93 100,00
9 Bengkulu 57,7 0,05 36,29 101,2 0,26 63,71 158,9 0,11 100,00
o.
10 Lampung 3 124,4 2,96 97,89 67,3 0,17 2,11 3 191,7 2,21 100,00
11 DKI Jakarta 10 989,3 10,41 99,60 43,7 0,11 0,40 11 033,0 7,64 100,00
12 Jawa Barat 510,8 0,48 1,99 25 215,6
.g64,82 98,01 25 726,4 17,81 100,00
ps
13 Banten 1 404,6 1,33 15,06 7 923,9 20,37 84,94 9 328,5 6,46 100,00
14 Jawa Tengah 5 158,2 4,89 80,13 1 278,9 3,29 19,87 6 437,1 4,46 100,00
15 DI Yogyakarta 9,0 0,01 2,70 324,7 0,83 97,30 333,6 0,23 100,00
.b
16 JawaTimur 18 017,2 17,07 98,12 345,4 0,89 1,88 18 362,7 12,71 100,00
17 Bali 228,4 0,22 45,21 276,7 0,71 54,79 505,1 0,35 100,00
w
18 Nusa Tenggara Barat 1 574,5 1,49 99,30 11,1 0,03 0,70 1 585,6 1,10 100,00
w
19 Nusa Tenggara Timur 23,4 0,02 52,53 21,2 0,05 47,47 44,6 0,03 100,00
20 Kalimantan Barat 610,2 0,58 97,54 15,4 0,04 2,46 625,6 0,43 100,00
w
21 Kalimantan Tengah 286,4 0,27 29,64 680,0 1,75 70,36 966,4 0,67 100,00
22 Kalimantan Selatan 5 158,0 4,89 96,25 200,8 0,52 3,75 5 358,8 3,71 100,00
://
23 Kalimantan Timur 13 838,3 13,11 99,23 106,9 0,27 0,77 13 945,1 9,66 100,00
tp
24 Kalimantan Utara 757,6 0,72 97,01 23,3 0,06 2,99 781,0 0,54 100,00
25 Sulawesi Utara 848,9 0,80 83,11 172,6 0,44 16,89 1 021,5 0,71 100,00
ht
26 Gorontalo 4,3 0,00 80,95 1,0 0,00 19,05 5,3 0,00 100,00
27 Sulawesi Tengah 1 556,1 1,47 99,42 9,0 0,02 0,58 1 565,1 1,08 100,00
28 Sulawesi Selatan 1 141,1 1,08 97,33 31,3 0,08 2,67 1 172,3 0,81 100,00
29 Sulawesi Barat 350,5 0,90 100,00 350,5 0,24 100,00
30 Sulawesi Tenggara 111,9 0,11 51,05 107,3 0,28 48,95 219,2 0,15 100,00
31 Maluku 48,9 0,05 61,52 30,6 0,08 38,48 79,5 0,06 100,00
32 Maluku Utara 34,9 0,03 99,20 0,3 0,00 0,80 35,1 0,02 100,00
33 Papua 1 999,8 1,89 95,62 91,5 0,24 4,38 2 091,3 1,45 100,00
34 Papua Barat 1 738,6 1,65 99,09 16,0 0,04 0,91 1 754,6 1,21 100,00
Total Ekspor 105 531,6 100,00 38 901,9 100,00 144 433,5 100,00
Grafik 4.1
Perkembangan Nilai Impor Migas dan Nonmigas Indonesia (CIF)
Desember 2015Desember 2016
id
12
o.
.g
10
ps
8
Miliar US$
.b
6
w
4
w
2
w
://
0
Apr
Des'15
Jan'16
Feb
Mar
Agt
Jul
Des
Nov
Okt
Sep
Mei
Jun
tp
Migas Nonmigas
ht
2. Impor nonmigas Desember 2016 sebesar US$11,09 miliar, naik 1,35 persen dibanding
November 2016 (US$10,95 miliar). Selama JanuariDesember 2016 impor nonmigas
mencapai US$116,93 miliar atau turun 0,98 persen dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya (US$118,08 miliar).
3. Impor migas Desember 2016 sebesar US$1,69 miliar, turun 2,13 persen dibanding
November 2016 (US$1,72 miliar). Selama JanuariDesember 2016 impor migas
mencapai US$18,72 miliar atau turun 23,92 persen dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya (US$24,61 miliar).
4. Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar Desember 2016 adalah golongan perhiasan
dan permata sebesar US$101,0 juta, atau naik 48,96 persen dibanding November 2016
Grafik 4.2
Nilai Impor Nonmigas Indonesia dari Lima Negara Utama Asal Barang (CIF)
JanuariDesember 2015 dan 2016
35
id
30,69
29,22
o.
30
.g
25
ps
Miliar US$
20
15 13,23
.b
12,97
8,98
10 7,62 8,02 8,60
w
7,55 7,20
w
5
w
0
Singapura Thailand Jepang Tiongkok Amerika Serikat
://
JanDes 15 JanDes 16
tp
ht
6. Nilai impor golongan bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari
Desember 2016 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya masing-masing sebesar 5,73 persen dan 9,64 persen. Sebaliknya impor
golongan barang konsumsi meningkat 13,54 persen.
Tabel 4.1
Ringkasan Perkembangan Nilai Impor Indonesia (Juta US$) dan Perubahannya
JanuariDesember 2015 dan 2016
Total 12 669,4 12 780,3 142 694,8 135 650,7 0,88 -4,94 100,00
Migas 1 724,1 1 687,4 24 613,2 18 724,8 -2,13 -23,92 13,80
- Minyak Mentah 523,5 583,0 8 063,3 6 730,6 11,37 -16,53 4,96
- Hasil Minyak 985,2 964,2 14 537,0 10 325,3 -2,13 -28,97 7,61
- Gas 215,4 140,2 2 012,9 1 668,9 -34,91 -17,09 1,23
Nonmigas 10 945,3 11 092,9 118 081,6 116 925,9 1,35 -0,98 86,20
id
Tabel 4.2
o.
Perkembangan Impor Indonesia
.g
Desember 2015Desember 2016
Perubahan
ps
Nilai CIF (Juta US$)
Periode Terhadap Periode Sebelumnya (%)
Migas Nonmigas Total Impor Migas Nonmigas Total Impor
.b
2016
Januari 1 221,5 9 245,5 10 467,0 -32,06 -10,06 -13,33
ht
Tabel 4.3
Impor Nonmigas Indonesia Beberapa Golongan Barang HS 2 Dijit dan Perubahannya
JanuariDesember 2015 dan 2016
1. Mesin dan peralatan listrik (85) 1 585,1 1 473,1 15 518,3 15 416,5 -7,07 -0,66 13,18
2. Plasti dan barang dari plastik (39) 626,2 595,8 6 831,6 7 000,1 -4,85 2,47 5,99
3. Bahan kimia organik (29) 420,3 376,0 5 715,5 4 790,9 -10,54 -16,18 4,10
4. Serealia (10) 188,0 255,3 3 156,1 3 191,8 35,80 1,13 2,73
5. Ampas/sisa industri makanan (23) 222,4 191,7 2 734,6 2 479,9 -13,80 -9,31 2,12
id
6. Perangkat optik (90) 308,2 230,7 1 922,5 2 353,0 -25,15 22,39 2,01
7. Kapal laut dan bangunan terapung (89) 80,4 163,5 1 107,5 990,2 103,36 -10,59 0,85
o.
8. Perhiasan dan permata (71) 206,3 307,3 765,1 894,6 48,96 16,93 0,77
.g
9. Daging hewan (02) 74,4 125,3 261,3 579,6 68,41 121,81 0,50
10. Senjata dan amunisi (93) 61,2 145,4 291,8 558,3 137,58 91,33 0,48
ps
Total 10 Golongan Barang 3 772,5 3 864,1 38 304,3 38 254,9 2,43 -0,13 32,72
Barang Lainnya 7 172,8 7 228,8 79 777,3 78 671,0 0,78 -1,39 67,28
.b
Total Impor Nonmigas 10 945,3 11 092,9 118 081,6 116 925,9 1,35 -0,98 100,00
w
w
Tabel 4.4
Impor Negara Tertentu Menurut Golongan Penggunaan Barang
w
JanuariDesember 2016
://
Penolong Penolong
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Tabel 4.5
Nilai Impor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang
JanuariDesember 2015 dan 2016
id
5 Belanda 56,2 75,9 782,9 722,9 35,05 -7,66 0,62
6 Italia 150,5 104,0 1 367,8 1 386,6 -30,90 1,37 1,18
o.
Uni Eropa Lainnya 509,7 466,7 5 627,7 5 406,1 -8,44 -3,94 4,62
Negara Utama Lainnya 6 341,2 6 527,6 66 755,7 66 994,3 2,94 0,36 57,30
.g
7 Tiongkok 3 081,5 3 124,6 29 224,8 30 686,4 1,40 5,00 26,24
8 Jepang 1 193,2 1 131,2 13 232,7 12 965,4 -5,20 -2,02 11,09
ps
9 Amerika Serikat 578,5 661,3 7 550,8 7 202,8 14,31 -4,61 6,16
10 Korea Selatan 533,2 550,2 6 278,6 5 912,2 3,19 -5,84 5,06
11 Australia 434,9 471,9 4 672,4 4 525,3 8,51 -3,15 3,87
.b
Total 13 Negara Utama 8 615,8 8 875,5 94 337,9 93 193,8 3,01 -1,21 79,70
Negara Lainnya 2 329,5 2 217,4 23 743,7 23 732,1 -4,81 -0,05 20,30
w
Total Impor Nonmigas 10 945,3 11 092,9 118 081,6 116 925,9 1,35 -0,98 100,00
w
Tabel 4.6
Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang, Januari 2015Desember 2016
://
2015 2016
Tabel 4.7
Impor Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang, Desember 2016
(juta US$)
Negara Asal Oktober November Desember JanDes
Barang 2016 2016 2016 2016
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tiongkok 2 525,8 3 098,5 3 126,8 30 797,4
2 Singapura 1 254,3 1 394,8 1 494,7 14 493,7
3 Jepang 1 158,7 1 197,4 1 132,9 13 023,4
4 Thailand 663,6 680,7 639,2 8 662,9
5 Amerika Serikat 656,1 605,8 664,4 7 294,7
6 Malaysia 649,2 638,7 638,8 7 199,5
7 Korea Selatan 556,5 557,3 603,6 6 677,6
8 Australia 450,7 512,0 574,2 5 257,1
9 Vietnam 262,0 324,6 295,9 3 228,4
10 Jerman 309,6 284,0 291,4 3 150,6
11 Taiwan 223,8 256,9 241,4 2 891,4
id
12 India 226,4 273,4 350,0 2 873,7
13 Saudi Arabia 256,2 193,1 258,7 2 725,1
14 Brunei Darussalam 262,9 230,5 210,4 2 396,2
o.
15 Hongkong 155,5 176,0 191,3 1 771,4
Total 15 Negara 9 611,2 10 423,7 10 713,6 112 443,1
Negara Lainnya
Total Impor
1 896,0
11 507,2
2 245,7
12 669,4 .g 2 066,7
12 780,3
23 207,6
135 650,7
ps
Total 15 Negara (%) 83,52 82,27 83,83 82,89
.b
Tabel 4.8
Neraca Perdagangan Indonesia, Desember 2015Desember 2016
w
(miliar US$)
://
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2015
ht
2015
Desember 1,30 10,62 11,92 1,80 10,28 12,08 -0,50 0,34 -0,16
JanDes 18,57 131,79 150,37 24,61 118,08 142,69 -6,04 13,71 7,67
2016
Januari 1,11 9,37 10,48 1,22 9,25 10,47 -0,11 0,12 0,01
Februari 1,11 10,20 11,31 1,12 9,05 10,17 -0,01 1,15 1,14
Maret 1,24 10,57 11,81 1,55 9,75 11,30 -0,31 0,82 0,51
April 0,89 10,58 11,47 1,36 9,45 10,81 -0,47 1,13 0,66
Mei 0,96 10,55 11,51 1,67 9,47 11,14 -0,71 1,08 0,37
Juni 1,19 11,79 12,98 1,77 10,32 12,09 -0,58 1,47 0,88
Juli 1,00 8,53 9,53 1,51 7,51 9,02 -0,51 1,02 0,51
Agustus 1,14 11,61 12,75 1,80 10,59 12,39 -0,66 1,02 0,36
September 1,06 11,51 12,57 1,77 9,53 11,30 -0,71 1,98 1,27
Oktober 1,05 11,67 12,74 1,55 9,96 11,51 -0,49 1,72 1,23
November 1,10 12,40 13,50 1,72 10,95 12,67 -0,62 1,45 0,83
Desember 1,23 12,54 13,77 1,69 11,09 12,78 -0,46 1,45 0,99
JanDes 13,09 131,35 144,43 18,72 116,93 135,65 -5,64 14,42 8,78
Tabel 4.9
Ekspor-Impor Beras Indonesia, Triwulan I-2013Desember 2016
Ekspor Impor
Periode Berat Bersih Nilai FOB Berat Bersih Nilai CIF
(kg) (US$) (kg) (US$)
(1) (2) (3) (4) (5)
2013 2 585 718 1 191 376 472 664 654 246 002 090
Triwulan I 174 680 244 309 114 269 033 62 697 096
Triwulan II 561 014 425 064 129 548 175 64 587 922
Triwulan III 131 620 203 161 109 668 226 56 043 208
Triwulan IV 1 718 404 318 842 119 179 220 62 673 864
2014 516 069 759 928 844 163 741 388 178 457
Triwulan I 85 560 169 269 60 796 853 26 870 252
Triwulan II 161 455 264 660 115 480 643 49 336 490
Triwulan III 82 694 123 665 164 561 686 72 532 308
id
Triwulan IV 186 360 202 334 503 324 559 239 439 407
o.
2015 519 497 630 391 861 601 001 351 602 090
Triwulan I 39 985 51 936 66 562 915 29 213 209
Triwulan II
Triwulan III
160 770
152 844
206 334
195 941 .g 127 866 410
35 181 781
55 705 088
14 964 060
ps
Triwulan IV 165 898 176 180 631 989 895 251 719 733
.b
2016 998 692 863 975 1 283 178 547 531 842 167
Januari 94 653 59 179 382 546 178 155 676 867
w
Februari 525 000 190 511 296 371 000 121 221 578
Maret 8 000 11 982 303 075 556 124 448 261
w
Triwulan I 627 653 261 673 981 992 734 401 346 706
w
Tabel 5.1
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan, 20142016
id
(juta orang)
o.
2014 2015 2016
Jenis kegiatan
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2)
.g (3) (4) (5) (6)
ps
1. Angkatan Kerja 121,87 128,30 122,38 127,67 125,44
Bekerja 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41
Penganggur 7,24 7,45 7,56 7,02 7,03
.b
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 66,60 69,50 65,76 68,06 66,34
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,94 5,81 6,18 5,50 5,61
w
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Agustus 2016 sebesar
tp
66,34 persen mengalami penurunan sebesar 1,72 persen poin jika dibandingkan
dengan TPAK Februari 2016 sebesar 68,06 persen.
ht
3. Pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) pada Agustus
2016 sebanyak 32,23 juta orang (27,22 persen) mengalami penurunan dibanding
Februari 2016 sebanyak 36,33 juta orang (30,11 persen).
4. Penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Agustus 2016 mencapai
6,74 juta orang (5,69 persen), mengalami penurunan jika dibandingkan Februari 2016
sebanyak 8,54 juta orang (7,08 persen).
5. Pada Agustus 2016 terdapat 8,97 juta orang (7,58 persen) penduduk bekerja berstatus
setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih mencari
pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
Grafik 5.1
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur
20142016 (juta orang)
100,00
80,00
id
60,00
o.
40,00
.g
20,00
7,15 7,24 7,45 7,56 7,02 7,03
0,00
ps
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
2014 2015 2016
.b
2. Jumlah Penduduk bekerja pada Agustus 2016 sebanyak 118,41 juta orang, berkurang
w
2,24 juta orang dibanding Februari 2016 dan bertambah 3,59 juta orang jika dibanding
://
Agustus 2015.
tp
3. Pada Agustus 2016, jumlah penganggur mencapai 7,03 juta orang, mengalami
ht
kenaikan sebanyak 10 ribu orang dibanding Februari 2016 tetapi turun 530 ribu orang
jika dibanding Agustus 2015.
sebanyak 220 ribu orang (13,66 persen), dan Sektor Pertanian sebanyak 20 ribu orang
(0,05 persen). Sedangkan sektor yang mengalami penurunan hanya Sektor Konstruksi
sebanyak 230 ribu orang (2,80 persen).
Tabel 5.2
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
20142016 (juta orang)
id
5. Transportasi, Pergudangan, dan 5,11 5,19 5,11 5,19 5,61
Komunikasi
o.
6. Keuangan 3,03 3,65 3,27 3,48 3,53
7. Jasa Kemasyarakatan/perorangan 18,42 19,41 17,94 19,79 19,46
8. Lainnya 1) 1,73
.g
1,73 1,61 1,72 1,83
ps
Jumlah 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41
1) Lapangan pekerjaan utama pada Sektor Lainnya terdiri dari: Sektor Pertambangan dan Sektor Listrik, Gas, dan Air
.b
w
1. Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat
diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama,
w
kegiatan formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
://
maka pada Agustus 2016 sebanyak 50,21 juta orang (42,40 persen) penduduk bekerja
pada kegiatan formal dan 68,20 juta orang (57,60 persen) bekerja pada kegiatan
ht
informal.
2. Dalam setahun terakhir (Agustus 2015Agustus 2016), penduduk bekerja dengan status
berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar bertambah 310 ribu orang dan penduduk
bekerja berstatus buruh/karyawan/pegawai bertambah sebanyak 1,40 juta orang.
Keadaan ini menyebabkan jumlah pekerja formal bertambah sekitar 1,71 juta orang dan
persentase pekerja formal naik dari 42,24 persen pada Agustus 2015 menjadi 42,40
persen pada Agustus 2016.
3. Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status berusaha
sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas di
pertanian, pekerja bebas di nonpertanian, dan pekerja keluarga/tak dibayar. Dalam
setahun terakhir (Agustus 2015Agustus 2016), jumlah pekerja informal bertambah
sebanyak 1,88 juta orang tetapi persentase pekerja informal berkurang dari 57,76
persen pada Agustus 2015 menjadi 57,60 persen pada Agustus 2016. Pekerja informal
yang tidak mengalami kenaikan adalah mereka yang bekerja dengan status pekerja
bebas di nonpertanian.
Tabel 5.3
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
20142016 (juta orang)
id
5. Pekerja bebas di pertanian 5,09 5,08 5,09 5,24 5,50
6. Pekerja bebas di nonpertanian 6,41 6,80 7,45 7,00 6,97
o.
7. Pekerja keluarga/tak dibayar 16,81 17,69 16,06 16,69 16,27
.g
Jumlah 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41
ps
E. Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan
.b
1. Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2016 masih didominasi oleh penduduk
w
bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebanyak 49,97 juta orang (42,20
persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 21,36 juta orang (18,04 persen).
w
Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 14,50 juta orang mencakup
w
3,41 juta orang (2,88 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 11,09 juta orang
://
Tabel 5.4
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
ht
1. Jumlah penganggur pada Agustus 2016 mencapai 7,03 juta orang, dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 6,18 persen pada Agustus
2015 menjadi 5,61 persen pada Agustus 2016.
2. Pada Agustus 2016, TPT Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu
sebesar 11,11 persen, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 8,73 persen,
id
sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar
o.
2,88 persen.
3.
.g
Jika dibandingkan keadaan Agustus 2015, TPT yang mengalami kenaikan hanya terjadi
pada tingkat pendidikan SD ke bawah.
ps
Tabel 5.5
.b
(persen)
w
1. Pada Agustus 2016, TPT tertinggi terjadi di Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat
masing-masing sebesar 8,92 persen dan 8,89 persen, sedangkan TPT terendah terjadi
di Provinsi Bali dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masing-masing sebesar 1,89
persen dan 2,60 persen.
2. Dibanding Februari 2016, TPT menurut provinsi yang penurunannya terbesar terjadi di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan tingkat penurunan sebesar 3,57 persen
poin, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan
Selatan dengan peningkatan sebesar 1,82 persen poin.
Tabel 5.6
Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Provinsi 20152016
2015 2016
Provinsi Agustus Februari Agustus
Jumlah TPT Jumlah TPT Jumlah TPT
(000 orang) (persen) (000 orang) (persen) (000 orang) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 216,8 9,93 181,8 8,13 170,9 7,57
Sumatera Utara 428,8 6,71 428,0 6,49 371,7 5,84
Sumatera Barat 161,6 6,89 149,7 5,81 125,9 5,09
Riau 217,1 7,83 176,9 5,94 222,0 7,43
Jambi 70,3 4,34 79,1 4,66 67,7 4,00
Sumatera Selatan 238,9 6,07 159,5 3,94 180,2 4,31
Bengkulu 46,7 4,91 38,3 3,84 32,9 3,30
Lampung 196,9 5,14 183,5 4,54 190,3 4,62
id
Kep. Bangka Belitung 41,9 6,29 42,4 6,17 18,3 2,60
o.
Kepulauan Riau 55,3 6,20 82,5 9,03 71,6 7,69
DKI Jakarta 368,2 7,23 306,2 5,77 317,0 6,12
Jawa Barat
Jawa Tengah
1 794,9
863,8
8,72
4,99 .g
1 899,7
752,5
8,57
4,20
1 873,9
801,3
8,89
4,63
ps
DI Yogyakarta 80,2 4,07 59,0 2,81 57,0 2,72
Jawa Timur 906,9 4,47 849,3 4,14 839,3 4,21
.b
id
Grafik 6.1
o.
Rata-rata Upah Nominal Harian Buruh Tani dan Buruh Bangunan
Desember 2014Desember 2016
90 000
.g
ps
85 000
80 000
.b
75 000
w
70 000
65 000
w
Rupiah
60 000
w
55 000
50 000
://
45 000
tp
40 000
35 000
ht
Juni
Okt
Okt
Apr
Juni
Jan`15
Juli
Jan`16
Juli
Feb
Sept
Feb
Sept
Des' 14
Mar
Mar
Agus
Mei
Agt
Nov
Mei
Nov
April
Des
Des
Pada Desember 2016, rata-rata upah nominal Rata-rata upah nominal harian
harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) buruh bangunan pada periode
naik sebesar 0,13 persen dibanding upah Desember 2016 sebesar
nominal November 2016, yaitu dari Rp83.190,00, naik 0,13 persen
Rp83.082,00 menjadi Rp83.190,00, sedangkan
upah riil turun sebesar 0,29 persen, yaitu dari
Rp65.844,00 menjadi Rp65.654,00.
Tabel 6.1
Rata-rata Upah Harian Buruh Tani dan Upah Harian Buruh Bangunan (rupiah)
id
Desember 2014Desember 2016
o.
Bulan (harian) (harian)
.g
1) 2)
Nominal Riil Nominal Riil
(1) (2) (3) (4) (5)
ps
Desember 2014 45 491 37 839 77 682 65 279
Januari 2015 45 846 38 144 78 484 66 114
.b
1. NTP Januari 2017 tercatat 100,91 atau turun NTP Januari 2017 turun
sebesar 0,56 persen dibanding NTP Desember sebesar 0,56 persen
2016 sebesar 101,49. Penurunan NTP bulan ini
disebabkan turunnya NTP di semua subsektor
id
penyusun NTP yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat,
Peternakan dan Perikanan masing-masing sebesar 0,52 persen, 0,72 persen, 0,54
o.
persen, 0,58 persen, dan 0,11 persen.
.g
ps
Grafik 7.1
Nilai Tukar Petani (NTP), Januari 2016Januari 2017 (2012=100)
.b
105,00
w
104,50
104,00
w
103,50
w
103,00 102,55
102,50 102,23
102,02
://
101,71
102,00 101,32 101,55 101,56 101,49
101,22 101,47 101,39 101,31
101,50
tp
100,91
101,00
100,50
ht
100,00
99,50
99,00
Apr
Jan'16
Feb
Sep
Jan'17
Mar
Agt
Mei
Jun
Nov
Des
Jul
Okt
2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Januari 2017 naik 0,15 persen bila
dibanding It pada Desember 2016, yaitu dari 127,81 menjadi 128,00. Kenaikan indeks
tersebut disebabkan naiknya It di tiga subsektor, yaitu Tanaman Pangan (0,30 persen),
Tanaman Perkebunan Rakyat (0,22 persen), dan Perikanan (0,45 persen). Sebaliknya,
Tanaman Hortikultura dan Peternakan turun masing-masing sebesar 0,06 persen dan
0,01 persen.
3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) pada Januari 2017 naik sebesar 0,71 persen
dibanding Ib Desember 2016. Kenaikan indeks ini disebabkan naiknya indeks
kelompok Konsumsi Rumah Tangga dan indeks kelompok Biaya Produksi dan
Penambahan Barang Modal masing-masing sebesar 0,79 persen dan 0,58 persen.
Grafik 7.2
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Januari 2016Januari 2017 (2012=100)
140,00
135,00
id
125,00 126,84
124,22 124,56 124,66 125,49 125,94
123,18 123,37 124,06
o.
120,00 122,20 122,68 122,80
122,35
115,00
110,00 .g
ps
105,00
.b
100,00
Apr
Jan'16
Mar
Jan'17
Feb
Sep
Agt
Mei
Jun
Jul
Nov
Des
Okt
w
It Ib
w
w
4. NTP Tanaman Pangan (NTPP) pada Januari 2017 turun sebesar 0,52 persen dibanding
://
(0,30 persen) lebih kecil dibandingkan kenaikan Ib Tanaman Pangan (0,82 persen).
NTP Tanaman Hortikultura (NTPH) turun sebesar 0,72 persen. Hal ini disebabkan It
ht
Tabel 7.1
Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Persentase Perubahannya (2012=100)
Persentase
Subsektor Desember 2016 Januari 2017
Perubahan
(1) (2) (3) (4)
Gabungan/Nasional
a. Nilai Tukar Petani (NTP) 101,49 100,91 -0,56
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 127,81 128,00 0,15
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 125,94 126,84 0,71
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,17 132,20 0,79
- Indeks BPPBM 115,44 116,10 0,58
Gabungan/Nasional tanpa Perikanan
a. Nilai Tukar Petani (NTP) 101,40 100,81 -0.58
id
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 127,75 127,92 0,13
125,99 126,89 0,72
o.
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,14 132,17 0,79
- Indeks BPPBM 115,52
.g 116,20 0,59
ps
1. Tanaman Pangan
a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 98,18 97,68 -0,52
126,58 126,96 0,30
.b
2. Tanaman Hortikultura
a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 102,78 102,04 -0,72
tp
Persentase
Subsektor Desember 2016 Januari 2017
Perubahan
4. Peternakan
a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 107,18 106,56 -0,58
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 129,40 129,38 -0,01
- Ternak Besar 132,01 131,70 -0,24
- Ternak Kecil 125,07 124,74 -0,26
- Unggas 127,67 128,65 0,77
- Hasil Ternak 122,67 123,32 0,53
c, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,73 121,42 0,57
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,24 132,33 0,82
id
- Indeks BPPBM 111,36 111,68 0,29
5. Perikanan
o.
a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan
103,25 103,13 -0,11
(NTNP)
b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan
pembudidaya ikan (It)
128,35
.g 128,93 0,45
ps
c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan
124,31 125,01 0,57
Pembudidaya Ikan (Ib)
.b
B. Inflasi Perdesaan
1. Pada Januari 2017 terjadi inflasi perdesaan
Pada Januari 2017
sebesar 0,79 persen dengan indeks konsumsi
rumah tangga 132,20. Pada bulan ini terjadi terjadi inflasi perdesaan
inflasi perdesaan di semua provinsi. Inflasi sebesar 0,79 persen
perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi
Kalimantan Barat sebesar 1,45 persen,
sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,27
persen.
Grafik 7.3
Inflasi Perdesaan, Januari 2015Januari 2017
id
o.
4,50
3,60
.g
ps
2,70
persen
.b
1,80
w
1,14
0,95
w
-0,03 0,13
0,42
0,00 0,09 0,06
://
-0,90
Apr
Apr
Jan '15
Feb
Mar
Sep
Jan '16
Feb
Mar
Sep
Jan '17
Mei
Jun
Jul
Agt
Nov
Des
Mei
Jun
Jul
Agt
Nov
Des
Okt
Okt
ht
2. Menurut jenis pengeluaran rumah tangga pada Januari 2017, terjadi kenaikan indeks
harga di semua kelompok pengeluaran, yaitu: Bahan Makanan 0,75; Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau 0,90 persen; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar 0,95 persen; Sandang 0,51 persen; Kesehatan 0,88 persen; Pendidikan, Rekreasi,
dan Olahraga 0,41 persen serta Transportasi dan Komunikasi 0,70 persen.
3. Inflasi perdesaan Januari 2017 sebesar 0,79 persen dipicu oleh naiknya harga
komoditas cabai rawit, rokok kretek filter, tarif listrik, rokok kretek, dan bensin.
Tabel 7.2
Inflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran
Januari 2015Januari 2017
Makanan Perumahan,
Pendidikan, Transportasi
Jadi, Air, Listrik,
Bahan Rekreasi, dan
Bulan Minuman, Gas dan Sandang Kesehatan Umum
Makanan dan Komuni-
Rokok dan Bahan
Olahraga kasi
Tembakau Bakar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Januari 2015 0,52 0,88 1,18 0,70 0,83 0,42 -5,22 -0,03
Februari -1,41 0,44 0,40 0,35 0,48 0,21 -2,68 -0,73
Maret 0,33 0,48 0,46 0,25 0,42 0,13 1,31 0,48
April -0,68 0,60 0,52 0,38 0,43 0,18 2,24 0,21
Mei 0,97 0,46 0,31 0,38 0,26 0,08 0,30 0,60
id
Juni 1,35 0,70 0,36 0,53 0,23 0,30 0,15 0,82
o.
Juli 1,52 0,38 0,28 1,65 0,31 0,56 0,24 0,89
Agustus
September
0,83
-0,40
0,29
0,26
0,15
0,26
0,12
0,25 .g 0,21
0,26
0,42
0,25
0,11
0,17
0,47
-0,02
ps
Oktober -0,43 0,44 0,14 0,15 0,23 0,20 0,09 -0,04
.b
Januari 2016 1,60 0,93 0,40 0,39 0,53 0,33 -1,28 0,83
w
4. Tingkat inflasi perdesaan tahun kalender 2016 (Januari 2017 terhadap Desember 2016)
adalah sebesar 0,79 persen dan tingkat inflasi perdesaan year-on-year (Januari 2017 terhadap
Januari 2016) adalah sebesar 4,58 persen.
Tabel 7.3
Tingkat Inflasi Perdesaan Januari 2017, Tahun Kalender dan Year on Year 2017
Menurut Kelompok Pengeluaran
(2012=100)
id
5. Kesehatan 115,82 119,36 120,41 0,88 0,88 3,96
6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 113,24 115,51 115,99 0,41 0,41 2,43
o.
7. Transportasi dan Komunikasi 122,71 120,58 121,43 0,70 0,70 -1,04
It (0,15 persen) lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks BPPBM (0,58 persen). Penurunan
NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP di empat subsektor penyusun NTUP yaitu NTUP
w
Tanaman Pangan (0,49 persen), Tanaman Hortikultura (0,42 persen), Tanaman Perkebunan
w
Rakyat (0,54 persen), dan Peternakan (0,30 persen), sedangkan Subsektor Perikanan naik (0,24
persen).
w
2. Dari 33 provinsi yang dihitung NTUP-nya, 14 provinsi mengalami kenaikan dan 19 provinsi
://
mengalami penurunan. Kenaikan NTUP tertinggi pada Januari 2017 terjadi di Provinsi
tp
Kalimantan Barat sebesar 1,03 persen, penurunan NTUP terbesar terjadi di Provinsi Banten,
yaitu sebesar 1,53 persen.
ht
Tabel 7.4
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya
(2012=100)
id
Grafik 8.1
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas
o.
Januari 2016Januari 2017
.g
6 000
5 800
ps
5 600
5 400
5 200
.b
5 000
4 800
Rp/kg
4 600
4 400
4 200
w
4 000
3 800
w
3 600
3 400
://
3 200
3 000
tp
Jan'16 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan'17
ht
2. Pada bulan yang sama, harga tertinggi di tingkat petani Rp8.878,00 per kg dan di
tingkat penggilingan Rp8.980,00 per kg. Sedangkan harga terendah di tingkat
petani dan tingkat penggilingan masing-masing Rp3.300,00 per kg dan Rp3.475,00
per kg. Harga tertinggi di tingkat petani dan tingkat penggilingan berasal dari
kualitas GKG varietas Unus Mutiara yang terjadi di Kecamatan Gambut, Kabupaten
Banjar (Kalimantan Selatan). Sementara itu, harga terendah di tingkat petani dan
tingkat penggilingan berasal dari gabah kualitas rendah varietas Mikongga yang
terjadi di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor (Jawa Barat).
Tabel 8.1
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
serta Perubahannya, Januari 2016Januari 2017
2016
Jan 17,81 5 206 1,72 12,23 5 689 1,02 26,09 4 520 0,35
Feb 18,01 5 211 0,10 12,64 5 753 1,13 25,78 4 223 -6,57
Mar 19,33 4 703 -9,76 12,72 5 501 -4,39 26,24 3 794 -10,15
Apr 18,98 4 262 -9,36 12,37 5 474 -0,49 25,36 3 709 -2,25
id
Mei 17,80 4 440 4,17 12,70 5 510 0,65 25,00 3 838 3,48
Jun 18,17 4 501 1,37 12,31 5 430 -1,45 24,54 4 008 4,42
o.
Jul 18,96 4 376 -2,79 12,80 5 380 -0,92 26,02 3 831 -4,41
Agt 18,88 4 480 2,38 12,79 5 405 0,46 26,90 3 997 4,34
Sep 18,43 4 537 1,29 12,45 5 285
.g
-2,23 24,73 4 076 1,98
ps
Okt 19,37 4 555 0,40 12,60 5 312 0,51 26,48 4 111 0,85
Nov 19,33 4 574 0,41 12,95 5 325 0,26 25,86 4 122 0,28
.b
Des 18,75 4 623 1,07 12,88 5 438 2,12 26,52 4 168 1,11
2017
w
Jan 18,29 4 754 2,83 12,82 5 542 1,91 26,64 4 225 1,36
w
Perubahan (%)
-8,68 -2,58 -6,53
Jan17 thd Jan16
w
3. Rata-rata harga GKG di tingkat petani selama Januari 2017 naik 1,91 persen
://
menjadi Rp5.542,00 per kg, sedangkan di tingkat penggilingan naik 1,53 persen
tp
menjadi Rp5.636,00 per kg dibandingkan harga gabah kualitas yang sama bulan
ht
lalu. Untuk harga gabah kualitas rendah di tingkat petani dan tingkat penggilingan
mengalami kenaikan masing-masing 1,36 persen menjadi Rp4.225,00 per kg dan
1,56 persen menjadi Rp4.326,00 per kg.
Grafik 8.2
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas
Januari 2016Januari 2017
6 000
5 800
5 600
5 400
5 200
5 000
4 800
4 600
Rp/kg
4 400
4 200
4 000
3 800
3 600
3 400
3 200
id
3 000
Jan'16 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan'17
o.
G KG GKP
Kua lita s Re nda h
HP P G KP = R p3750/kg
.g H P P G KG = R p4600/kg
ps
.b
per kg terjadi pada Februari 2016, sedangkan gabah kualitas Rendah Rp4.614,00
w
per kg terjadi pada Januari 2016. Untuk rata-rata harga terendah pada GKG
w
Rp5.397,00 terjadi pada September 2016, sedangkan GKP dan gabah kualitas
Rendah masing-masing Rp4.340,00 per kg dan Rp3.790,00 per kg terjadi pada April
://
2016
tp
6. Dibandingkan Januari 2016, rata-rata harga di tingkat petani pada Januari 2017
ht
untuk kualitas GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah, semua mengalami penurunan
masing-masing sebesar 8,68 persen, 2,58, dan 6,53 persen. Begitu pula di tingkat
penggilingan pada Januari 2017 untuk kualitas GKP, GKG, dan gabah kualitas
rendah, semua juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 8,45 persen,
2,91 persen, dan 6,24 persen.
Tabel 8.2
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
serta Perubahannya, Januari 2016Januari 2017
2016
Jan 17,81 5 291 1,71 12,23 5 805 1,00 26,09 4 614 0,29
Feb 18,01 5 298 0,14 12,64 5 869 1,09 25,78 4 325 -6,26
Mar 19,33 4 783 -9,72 12,72 5 622 -4,20 26,24 3 881 -10,28
Apr 18,98 4 340 -9,27 12,37 5 593 -0,53 25,36 3 790 -2,34
Mei 17,80 4 527 4,32 12,70 5 600 0,14 25,00 3 934 3,80
id
Jun 18,17 4 598 1,56 12,31 5 526 -1,32 24,54 4 110 4,48
o.
Jul 18,96 4 458 -3,03 12,80 5 473 -0,97 26,02 3 912 -4,82
Agt 18,88 4 564 2,37 12,79 5 514 0,75 26,90 4 088 4,50
Sep
Okt
18,43
19,37
4 621
4 643
1,26
0,47
12,45
12,60
5 397
5 413 .g
-2,13
0,31
24,73
26,48
4 184
4 211
2,35
0,65
ps
Nov 19,33 4 660 0,37 12,95 5 426 0,23 25,86 4 225 0,31
Des 18,75 4 717 1,23 12,88 5 551 2,31 26,52 4 260 0,83
.b
2017
w
Jan 18,29 4 844 2,69 12,82 5 636 1,53 26,64 4 326 1,56
Perubahan (%)
w
di penggilingan sebesar
dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan
Rp9.100,00 per kg, naik
rata-rata harga beras kualitas medium di
0,34 persen
penggilingan sebesar Rp9.100,00 per kg naik
sebesar 0,34 persen. Rata-rata harga beras
kualitas rendah di penggilingan sebesar
Rp8.669,00 per kg naik sebesar 0,13 persen.
Tabel 8.3
Rata-rata Harga Beras di Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Beras Patah
(Broken), Januari 2016Januari 2017
id
Mei 9 182 0,59 7,24 8 836 -1,38 15,74 8 488 -0,26 22,90
o.
Jun 9 354 1,88 7,35 8 973 1,55 15,55 8 582 1,10 23,04
Jul 9 374 0,21 7,26 8 932 -0,45 15,58 8 558 -0,28 23,55
Agt 9 367 -0,08 7,47 8 901
.g
-0,35 15,87 8 502 -0,65 22,75
ps
Sep 9 111 -2,74 7,15 8 965 0,72 15,53 8 578 0,89 22,89
Okt 9 132 0,24 7,26 8 981 0,17 15,76 8 597 0,23 23,08
.b
Nov 9 257 1,37 7,20 9 050 0,77 15,66 8 632 0,40 22,87
Des 9 342 0,91 7,21 9 069 0,21 15,55 8 658 0,30 22,83
w
2017
w
Jan 9 431 0,96 7,32 9 100 0,34 15,72 8 669 0,13 22,90
Perubahan (%)
w
id
2. Harga cabai rawit naik 37,35 persen dibanding Desember 2016 atau naik 120,02
o.
persen dibanding Januari 2016. Kenaikan tertinggi terjadi di Bima (141 persen) dan
Watampone (124 persen). Harga daging ayam ras naik 3,55 persen dibanding
.g
Desember 2016 atau turun 3,54 persen dibanding Januari 2016. Kenaikan tertinggi
ps
terjadi di Jambi dan Tembilahan (masing-masing 18 persen) serta Sibolga (17
persen). Harga cabai merah turun 8,03 persen dibanding Desember 2016 atau naik
.b
3. Komoditas lain seperti minyak goreng, ikan kembung, tepung terigu, susu kental
w
manis, telur ayam ras, daging sapi, dan gula pasir perubahannya relatif rendah.
://
tp
ht
Tabel 8.4
Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok
Januari 2016Januari 2017 (rupiah)
Susu
Daging Telur
Daging Kental Minyak Gula Tepung Cabai Cabai Ikan
Beras Ayam Ayam
Bulan Sapi Manis Goreng Pasir Terigu Rawit Merah Kembung
(kg) Ras Ras
(kg) (385 (liter) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
(kg) (kg)
gram)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Januari16 13 319 41 372 104 120 9 889 13 277 13 208 7 986 35 881 35 412 22 760 30 927
Februari 13 376 39 862 105 224 9 895 13 313 13 310 7 980 31 557 37 845 22 007 31 348
Maret 13 301 36 203 105 676 9 888 13 466 13 415 7 985 41 504 45 554 20 009 30 931
April 13 105 35 102 105 444 9 871 13 649 13 463 8 007 34 498 33 979 19 361 30 390
Mei 13 039 37 619 105 623 9 889 13 885 14 459 7 990 30 158 30 445 19 965 29 989
Juni 13 115 39 635 106 986 9 898 13 941 15 327 8 019 30 339 30 031 21 135 30 727
Juli 13 181 41 034 108 256 9 925 13 919 15 745 8 042 34 004 31 160 20 786 31 105
Agustus 13 157 39 606 107 393 9 946 14 041 15 490 8 064 38 805 32 955 20 815 31 136
id
September 13 140 38 830 107 576 9 962 14 222 15 211 8 054 35 790 39 151 19 897 31 133
Oktober 13 153 38 015 107 425 9 969 14 198 15 039 8 048 35 704 47 095 19 374 30 918
o.
November 13 185 37 547 107 361 9 956 14 164 14 822 8 006 46 083 57 079 18 909 30 952
Desember 13 201 38 538 107 694 9 966 14 232 14 709 8 014 57 479 51 291 20 654 31 534
Januari17
Januari17 thd
13 222 39 906 107 199 9 971 14 349
.g
14 628 8 030 78 947 47 172 20 590 31 730
ps
Desember16 0,16 3,55 -0,46 0,05 0,82 -0,55 0,20 37,35 -8,03 -0,31 0,62
Januari17 thd
Januari16 -0,73 -3,54 2,96 0,83 8,07 10,75 0,55 120,02 33,21 -9,53 2,60
.b
(dalam persen)
w
w
w
://
tp
ht
100000
102000
104000
106000
108000
110000
7900
7930
7960
7990
8020
8050
8080
17000
27000
37000
47000
57000
67000
13000
13200
13400
13600
13800
14000
14200
14400
29500
30000
30500
31000
31500
32000
60
EDISI 81
Maret Maret
April April April April April April
Mei Mei Mei Mei Mei Mei
Juni Juni Juni Juni
ht
Juni Juni
Beras
Cabai Merah
Daging Sapi
Agt Agt Agt Agt Agt Agt
Minyak Goreng
tp
Ikan Kembung
Tepung Terigu
Sep Sep Sep Sep Sep Sep
Okt Okt Okt Okt Okt Okt
Nov Nov Nov Nov Nov Nov
://
DATA
Des Des Des Des Des Des
Jan'17 Jan'17 Jan'17
w Jan'17 Jan'17 Jan'17
w
HARGA PANGAN JANUARI 2017
SOSIAL
Grafik 8.3
12500
13000
13500
14000
14500
15000
15500
16000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
18500
19000
19500
20000
20500
21000
21500
22000
22500
23000
9850
9870
9890
9910
9930
9950
9970
9990
33000
35000
37000
39000
41000
43000
.b
Nov'15 Nov'15 Nov'15 Nov'15 Nov'15
Des Des Des Des Des
Jan'16 Jan'16 Jan'16 Jan'16 Jan'16
ps
Feb Feb Feb Feb Feb
November 2015Januari 2017 (rupiah)
EKONOMI
April April April April April
.g
Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok
o.
Cabai Rawit
Agt Agt Agt Agt Agt
FEBRUARI 2017
INDEKS HARGA PRODUSEN TRIWULAN IV 2016 DAN 61
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JANUARI 2017
id
1,77 persen dibandingkan IHP triwulan III-2016 sebesar 130,05 (q-to-q). Hal ini
o.
dipengaruhi oleh IHP Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, dan
.g
Industri Pengolahan yang mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 1,20
persen, 10,28 persen dan 0,84 persen. IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
ps
triwulan-IV 2016 sebesar 132,15 naik 0,17 persen dibandingkan dengan IHP
triwulan III-2016 sebesar 131,93 (q-to-q). Demikian pula dengan IHP Sektor
.b
Pengelolaan Air triwulan IV-2016 sebesar 118,92 naik sebesar 0,01 persen
w
dibandingkan dengan IHP triwulan III-2016 sebesar 118,91 (q-to-q). Adapun IHP
w
Sektor Akomodasi, Makanan dan Minuman triwulan IV-2016 sebesar 125,34 naik
0,06 persen dibandingkan IHP triwulan III-2016 sebesar 125,26 (q-to-q).
w
turun 1,65 persen dibandingkan dengan IHP triwulan III-2016 sebesar 221,75 (q-
tp
to-q). Perubahan IHP gabungan triwulan IV-2016 terhadap triwulan IV-2015 (y-on-
y) sebesar 3,34 persen, yaitu dari 128,07 pada triwulan IV-2015 menjadi 132,36
ht
pada triwulan IV-2016. Kenaikan indeks tersebut disebabkan oleh naiknya indeks
atau inflasi harga produsen pada semua sektor, yaitu Sektor Pertanian,
Pertambangan dan Penggalian, dan Industri Pengolahan, masing-masing sebesar
1,08 persen, 18,32 persen dan 2,18 persen. IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
triwulan IV-2016 terhadap triwulan IV-2015 (y-on-y) mengalami penurunan
sebesar 0,36 persen, yaitu dari 132,63 pada triwulan IV-2015 menjadi 132,15 pada
triwulan IV-2016. Sedangkan IHP Sektor Pengelolaan Air naik sebesar 0,10 persen,
yaitu dari 118,80 pada triwulan IV-2015 (y-on-y) menjadi 118,92 pada triwulan IV-
2016. Sektor Angkutan Penumpang mengalami kenaikan 3,05 persen, yaitu dari
211,65 pada triwulan IV-2015 (y-on-y) menjadi 218,09 pada triwulan IV-2016.
Demikian juga dengan IHP Sektor Akomodasi, Makanan dan Minuman triwulan IV-
2016 terhadap triwulan IV-2015 (y-on-y) mengalami kenaikan sebesar 0,93 persen,
yaitu dari 124,18 pada triwulan IV-2015 menjadi 125,34 pada triwulan IV-2016.
Tabel 9.1
Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen Menurut Sektor
Triwulan IV-2016
Inflasi Harga Inflasi Harga
Produsen Produsen
IHP IHP IHP
(q-to-q)1) (y-on-y)2)
Sektor Triw IV- Triw III- Triw IV-
(%) (%)
2015 2016 2016
Triw III- Triw IV- Triw IV- Triw IV-
2016 2016 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Gabungan (1+2+3) 128,07 130,05 132,36 0,91 1,77 1,82 3,34
1. Pertanian 132,69 132,54 134,13 1,06 1,20 4,45 1,08
id
2. Pertambangan dan
82,20 88,20 97,26 3,97 10,28 -17,75 18,32
Penggalian
3. Industri Pengolahan 135,95 137,76 138,92 0,49 0,84 4,07 2,18
o.
4. Pengadaan Listrik
132,63 131,93 132,15 1,01 0,17 0,06 -0,36
dan Gas
.g
5. Pengelolaan Air 118,80 118,91 118,92 0,00 0,01 0,03 0,10
6. Angkutan
211,65 221,75 218,09 4,38 -1,65 7,10 3,05
Penumpang
ps
7. Akomodasi,
Makanan dan 124,18 125,26 125,34 0,35 0,06 1,01 0,93
Minuman
.b
Keterangan: 1). Inflasi Produsen (q-to-q) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t terhadap Triwulan t-1
2). Inflasi Produsen (y-on-y) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t-2016 terhadap Triwulan t-2015
w
Grafik 9.1
w
230
220
tp
210
200
ht
190
180
170
160
Indeks
150
140
130
120
110
100
90
80
70
II-15
II-16
II -14
IV-13
I-14
IV-14
I-15
IV-15
I-16
IV-16
III-14
III-15
III-16
Triwulan
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas
Pengelolaan Air Angkutan Penumpang
Akomodasi, Makanan dan Minuman
1. Sektor Pertanian
IHP Sektor Pertanian pada triwulan IV-2016 naik 1,20 persen (q-to-q), yaitu dari
132,54 pada triwulan III-2016 menjadi 134,13 pada triwulan IV-2016. Inflasi harga
produsen pada sektor ini dipengaruhi oleh naiknya IHP pada subsektor yaitu
Subsektor Perkebunan (3,22 persen), Subsektor Tanaman Bahan Makanan (1,24
persen) dan Subsektor Perikanan (0,60 persen). Sedangkan untuk Subsektor
Kehutanan dan Subsektor Peternakan mengalami deflasi masing-masing sebesar
0,15 persen dan 0,05 persen. Apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2015,
Sektor Pertanian pada triwulan IV-2016 mengalami inflasi harga produsen (y-on-y)
sebesar 1,08 persen, yaitu dari 132,69 pada triwulan IV-2015 menjadi 134,13 pada
triwulan IV-2016. Subsektor Perkebunan merupakan penyebab utama kenaikan
id
IHP pada periode tersebut yaitu sebesar 7,84 persen, diikuti oleh Subsektor
Peternakan sebesar 4,30 persen dan Subsektor kehutanan 3,04 persen. Sedangkan
o.
untuk Subsektor Tanaman Bahan Makanan mengalami deflasi sebesar 3,05
persen.
.g
ps
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
.b
IHP Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV-2016 sebesar 97,26
w
mengalami kenaikan sebesar 10,28 persen dibandingkan IHP pada triwulan III-
2016 sebesar 88,20 (q-to-q). Inflasi harga produsen pada sektor ini dipengaruhi
w
triwulan IV-2016. Inflasi harga produsen (y-on-y) pada Sektor Pertambangan dan
Penggalian dipengaruhi oleh naiknya IHP Subsektor Pertambangan sebesar 24,93
persen.
Industri Pakaian Jadi dan Alas Kaki (0,70 persen) dan Subsektor Industri Kimia
Dasar, Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia (0,09 persen). Dibandingkan
triwulan IV-2015, IHP Sektor Industri Pengolahan pada triwulan IV-2016 (y-on-y)
mengalami kenaikan (2,18 persen) dari 135,95 menjadi 138,92. Penyebab
kenaikan IHP terutama terjadi pada Subsektor Industri Pengolahan dan
Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan, Sayuran, Minyak dan Lemak (9,06
persen); Subsektor Industri Minuman dan Rokok (5,41 persen); dan Subsektor
Industri Makanan Lainnya (4,01 persen). Sedangkan untuk subsektor yang
mengalami deflasi adalah Subsektor Industri Pupuk (6,08 persen); Subsektor
Pengilangan Minyak Bumi dan Gas (1,67 persen); dan Subsektor Industri Kimia
Dasar, Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia (0,70 persen).
id
4. Sektor Pengadaan listrik dan Gas
o.
IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas pada triwulan IV-2016 (q-to-q) sebesar
.g
132,15 mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen terhadap triwulan III-2016 yang
ps
sebesar 131,93. Inflasi Harga Produsen pada sektor ini disebabkan oleh naiknya
Subsektor Ketenagalistrikan sebesar 0,19 persen. Sedangkan terhadap triwulan IV-
.b
2015, IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas mengalami deflasi sebesar 0,36
w
persen, yaitu dari 132,63 pada triwulan IV-2015 menjadi 132,15 pada triwulan IV-
2016 (y-on-y). Deflasi Harga Produsen terjadi di Subsektor Ketenagalistrikan dan
w
Subsektor Pengadaan Gas masing-masing sebesar 0,35 persen dan 0,46 persen.
w
://
IHP Sektor Pengelolaan Air pada Triwulan IV-2016 sebesar 118,92 mengalami
kenaikan sebesar 0,01 persen terhadap triwulan III-2016 yaitu sebesar 118,91 (q-
ht
to-q). Demikian juga terhadap triwulan IV-2015 naik 0,10 persen yaitu dari 118,80
di triwulan IV-2015 menjadi 118,92 di triwulan IV-2016 (y-on-y).
2016 terhadap triwulan IV-2015 (y-on-y) naik sebesar 3,05 persen, yaitu dari
211,65 menjadi 218,09. Hal ini diakibatkan terutama oleh Inflasi Harga Produsen
Subsektor Angkutan Udara Penumpang (5,04 persen), Subsektor Angkutan Kereta
Api Penumpang (3,35 persen), dan Subsektor Angkutan Laut Penumpang (0,71
persen).
id
dan Minuman triwulan IV-2016 terhadap triwulan IV-2015 (y-on-y) naik sebesar
0,93 persen, yaitu dari 124,18 menjadi 125,34. Hal ini diakibatkan oleh Inflasi
o.
Harga Produsen Subsektor Akomodasi dan Subsektor Makanan dan Minuman
.g
masing-masing sebesar 1,36 persen dan 0,87 persen.
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
Tabel 9.2
Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen Menurut Subsektor
Triwulan IV-2016
id
Pertambangan dan Penggalian 82,20 88,20 97,26 3,97 10,28 -17,75 18,32
1. Pertambangan 72,41 79,17 90,46 5,24 14,27 -23,38 24,93
o.
2. Penggalian 134,49 136,44 133,60 0,23 -2,08 4,29 -0,67
.g
Industri Pengolahan 135,95 137,76 138,92 0,49 0,84 4,07 2,18
1. Industri Pengolahan dan Pengawetan
ps
Daging, Ikan, Buah-Buahan, Sayuran, 141,29 151,37 154,10 1,10 1,80 6,65 9,06
Minyak dan Lemak
2. Industri Susu dan Makanan Dari Susu 116,33 116,58 117,14 0,08 0,47 4,34 0,69
.b
4. Industri Makanan Lainnya 130,34 134,72 135,56 1,15 0,62 4,43 4,01
5. Industri Minuman dan Rokok 137,21 143,41 144,62 0,93 0,84 5,56 5,41
w
7. Industri Pakaian Jadi dan Alas Kaki 152,88 156,27 155,18 1,08 -0,70 4,51 1,50
8. Industri Kayu Gergajian dan Olahan 159,06 157,83 158,87 0,08 0,66 3,15 -0,12
://
10. Industri Pupuk 130,58 119,93 122,64 1,27 2,26 1,51 -6,08
11. Industri Kimia Dasar, Bahan Kimia dan
144,65 143,77 143,64 -0,16 -0,09 3,81 -0,70
Barang dari Bahan Kimia
ht
12. Pengilangan Minyak Bumi dan Gas 127,09 123,62 124,96 -0,74 1,09 -2,39 -1,67
13. Industri Karet, Plastik, dan Hasil-
114,16 114,78 117,47 -0,33 2,35 0,87 2,90
Hasilnya
14. Industri Barang Mineral Bukan Logam 141,15 141,99 143,31 -0,17 0,93 0,22 1,53
15. Industri Logam Dasar 111,10 110,41 111,14 0,40 0,66 -1,22 0,04
16. Industri Barang-Barang dari Logam 119,00 119,07 120,56 -0,78 1,25 2,19 1,30
17. Industri Mesin, Listrik, Elektronik, dan
137,63 138,80 140,39 0,31 1,15 4,85 2,01
Perlengkapannya
18. Industri Alat Angkutan 130,86 133,02 133,12 0,75 0,08 3,40 1,73
19. Industri Perabot Rumah Tangga dan 147,71 148,81 148,95 0,20 0,10 4,96 0,84
Barang Lainnya
Pengadaan Listrik dan Gas 132,63 131,93 132,15 1,01 0,17 0,06 -0,36
1. Ketenagalistrikan 127,44 126,75 126,99 1,15 0,19 -0,41 -0,35
2. Pengadaan Gas 192,84 191,96 191,96 0,00 0,00 3,79 -0,46
id
124,18 125,26 125,34 0,35 0,06 1,01 0,93
dan Minuman
1. Akomodasi 139,21 140,41 141,11 0,48 0,49 0,67 1,36
o.
2. Makanan dan Minuman 121,98 123,04 123,04 0,32 0,00 1,07 0,87
Keterangan: 1) Inflasi Produsen (q-to-q) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t terhadap Triwulan t-1
.g
2) Inflasi Produsen (y-on-y) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t-2016 terhadap Triwulan t-2015
ps
B. INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR (IHPB)
.b
w
Perdagangan Besar (IHPB) Umum tanpa Pada Januari 2017 IHPB tanpa
impor migas dan ekspor migas naik impor migas dan ekspor migas
w
Pada Desember 2016 IHPB Umum naik sebesar 0,84 persen dibandingkan IHPB
Umum bulan sebelumnya. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi Kelompok Barang
Ekspor sebesar 1,47 persen dan kenaikan terendah pada Kelompok Barang Impor
sebesar 0,43 persen. Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian,
serta Sektor Industri naik masing-masing sebesar 0,86 persen; 0,97 persen; dan
0,70 persen.
Tabel 9.3
Perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar, Indonesia
November 2016Januari 2017, (2010=100)
Perubahan
Desember 2016 Januari 2017
November Desember Januari terhadap terhadap
Sektor/Kelompok
2016 2016 2017 November 2016 Desember 2016
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 380,68 383,96 387,21 0,86 0,84
Pertambangan dan
2. 119,16 120,32 120,17 0,97 -0,12
Penggalian
3. Industri 135,98 136,93 138,29 0,70 0,99
Domestik 165,06 166,31 167,81 0,76 0,90
id
4. Impor Nonmigas 136,61 136,82 137,34 0,16 0,38
Impor 130,11 130,66 0,43
o.
5. Ekspor Nonmigas 148,87 148,94 149,85 0,04 0,62
Ekspor
Umum Nonmigas
139,29
157,90
141,33
158,78 160,03 .g 1,47
0,56 0,79
ps
Umum 153,51 154,81 0,84
.b
w
Tabel 9.4
w
2017
Sektor/Kelompok Tahun
Januari Desember Januari terhadap Year-on-
tp
Desember Kalender
2016 2016 2017 Year
2016 2017
ht
Pertambangan
2 119,30 120,32 120,17 -0,12 -0,12 0,73
dan Penggalian
Impor
4 133,23 136,82 137,34 0,38 0,38 3,08
Nonmigas
Ekspor
5 140,44 148,94 149,85 0,62 0,62 6,70
Nonmigas
Grafik 9.2
Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia
Januari 2014Januari 2017
180
170
160
150
140
130
120
id
110
o.
100
Jan-14
Mar
Jan-15
Mar
Jan-16
Mar
Jan-17
Mei
Mei
Feb
Jul
Des
Mei
Agt
Sep
Okt
Des
Feb
Jul
Agt
Sep
Okt
Feb
Jul
Agt
Sep
Okt
Des
Apr
Jun
Nov
Apr
Jun
Nov
Apr
Jun
Nov
Domestik Ekspor .g Impor Umum
ps
.b
Tabel 9.5
Tingkat Inflasi Konstruksi Indonesia Januari 2017
Menurut Jenis Bangunan (2010=100)
Bangunan Tempat
Tinggal dan Bukan 131,74 132,97 133,46 0,37 0,37 1,31
Tempat Tinggal
Bangunan Pekerjaan
Umum untuk Pertanian 128,62 130,11 130,66 0,43 0,43 1,59
id
Pekerjaan Umum untuk
Jalan, Jembatan, dan 125,08 125,95 126,60 0,52 0,52 1,22
o.
Pelabuhan
Bangunan dan Instalasi
.g
Listrik, Gas, Air Minum, 129,82 131,11 131,39 0,21 0,21 1,21
dan Komunikasi
ps
Bangunan Lainnya 127,89 128,78 128,97 0,15 0,15 0,85
.b
3. IHPB beberapa bahan bangunan/konstruksi (seng lembaran, kayu lapis, pipa pvc,
w
cat tembok, kaca lembaran, besi profil, dan besi beton) pada Januari 2017 naik
dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan terbesar terjadi pada besi beton
://
sebesar 1,16 persen dan terkecil terjadi pada kaca lembaran sebesar 0,29 persen.
tp
Seng lembaran naik 0,87 persen, kayu lapis naik 0,34 persen, pipa pvc naik 0,35
ht
persen, cat tembok naik 0,34 persen, dan besi profil naik 0,38 persen. Aspal dan
semen turun masing-masing sebesar 0,09 persen dan 0,38 persen.
Grafik 9.3
Indeks Harga Beberapa Bahan Bangunan Januari 2016Januari 2017
Juli
Sep
Mar
Mei
Nov
Jan-16
Jan-17
116,5 121,0
Mar
Juli
Sep
Mar
Juli
Sep
Mei
Nov
Mei
Nov
Jan-16
Jan-16
Jan-17
Jan-17
id
o.
Semen Portland Kaca lembaran Aspal
120,0
139,0
.g 120,0
ps
138,0 116,0
118,0
116,0 137,0 112,0
.b
112,0
110,0 134,0 100,0
w
Mar
Juli
Sep
Mei
Nov
Jan-16
Jan-17
Juli
Sep
Mar
Mei
Nov
Jan-16
Jan-17
Juli
Sep
Mar
Mei
Nov
Jan-16
Jan-17
w
://
112,5
137,0
112,0 130,0 136,5
111,5 136,0
129,5
111,0 135,5
110,5 129,0 135,0
110,0 134,5
128,5 134,0
109,5 133,5
128,0
Mar
Juli
Sep
Mei
Nov
Jan-16
Jan-17
Sep
Mar
Juli
Mei
Nov
Jan-16
Jan-17
Juli
Sep
Mar
Nov
Mei
Jan-16
Jan-17
id
di Indonesia pada triwulan IV-2016 lebih
triwulan III-2016
rendah dibandingkan dengan optimisme
o.
pada triwulan sebelumnya (nilai ITB
triwulan III-2016 sebesar 107,89).
.g
ps
2. Peningkatan kondisi bisnis pada triwulan IV-2016 terjadi pada semua lapangan
usaha, kecuali lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
.b
mengalami penurunan (nilai ITB sebesar 97,57). Tiga lapangan usaha yang
w
mengalami peningkatan kondisi bisnis tertinggi adalah Jasa Pendidikan (nilai ITB
w
sebesar 111,69).
://
3. Kondisi bisnis pada triwulan IV-2016 meningkat karena adanya peningkatan pada
tp
semua variabel pembentuk indeks, yaitu pendapatan usaha (nilai indeks sebesar
ht
108,58), rata-rata jumlah jam kerja (nilai indeks sebesar 105,96), dan penggunaan
kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 104,75).
Tabel 10.1
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan IV-2016
Menurut Variabel Pembentuk dan Lapangan Usaha
Variabel Pembentuk ITB Triwulan IV-2016
Penggunaan ITB
Rata-Rata
Lapangan Usaha Pendapatan Kapasitas Triwulan
Jumlah
Usaha Produksi/ IV-2016
Jam Kerja
Usaha
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 97,57 97,57
2. Pertambangan dan Penggalian 101,83 101,20 100,61 101,17
3. Industri Pengolahan 103,10 101,62 102,44 102,53
4. Pengadaan Listrik dan Gas 117,31 119,23 103,85 111,69
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
111,11 105,56 109,26 109,25
Limbah, dan Daur Ulang
6. Konstruksi 107,88 105,97 106,68 106,99
7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
id
109,73 104,41 106,16 107,15
dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 116,08 108,24 106,27 110,26
o.
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan
119,15 109,57 106,12 111,57
Minum
.g
10. Informasi dan Komunikasi 110,56 114,69 104,90 108,82
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 107,34 105,04 113,90 109,82
ps
12. Real Estat 109,76 108,54 109,76 109,53
13. Jasa Perusahaan 111,21 106,54 106,54 108,27
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
113,04 117,39 108,70 111,93
.b
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 112,16 120,27 105,41 110,68
17. Jasa Lainnya 112,09 107,69 110,99 110,78
w
id
sebesar 106,70). Peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2017 terjadi di semua
o.
lapangan usaha, kecuali pada lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian yang
relatif stagnan (nilai ITB sebesar 100,94). Lapangan usaha Real Estat diperkirakan
.g
mengalami peningkatan bisnis tertinggi dengan nilai Indeks sebesar 111,20.
ps
Tabel 10.2
Perkiraan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan I-2017
.b
Lapangan Usaha Order dari Order dari Harga Jual Order Triwulan
Dalam Negeri Luar Negeri Produk Barang Input I-2017
w
Grafik 10.1
1)
Indeks Tendensi Bisnis Triwulan IV-2011Triwulan IV-2016 dan
2)
Perkiraan Triwulan I-2017
115,0
112,5 110,24
110,0 107,43 107,24 107,89
106,92 106,12 106,04 106,70
107,5 104,72
106,00
105,46 105,22
104,22 104,83 104,07
105,0 103,88
105,81
102,5 103,89
102,34
100,0 101,95
97,5 99,46
95,0 96,30
92,5
90,0
III-14
III-12
III-13
I-15
III-15
III-16
IV-11
II-12
IV-12
II-13
IV-13
II-14
IV-14
II-15
IV-15
II-16
IV-16
I-12
I-13
I-14
I-16
I-17
id
Keterangan:
o.
1)
ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITB < 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan
sebelumnya.
b. Nilai ITB = 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
.g
ps
(stagnan) dibanding triwulan sebelumnya.
c. Nilai ITB > 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat) dibanding
triwulan sebelumnya.
.b
id
triwulan III-2016 sebesar 108,22. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen
triwulan IV-2016 terutama didorong oleh naiknya pendapatan rumah tangga (nilai
o.
indeks sebesar 103,89), diikuti oleh naiknya volume konsumsi (nilai indeks sebesar
.g
103,81). Sedangkan, daya beli yang dilihat dari indeks pengaruh inflasi terhadap
ps
tingkat konsumsi mengalami penurunan (nilai indeks sebesar 98,72).
Provinsi yang memiliki nilai ITK triwulan IV-2016 tertinggi adalah Papua (nilai ITK
w
sebesar 112,47). Sementara Provinsi Kalimantan Barat tercatat memiliki nilai ITK
triwulan IV-2016 terendah (nilai ITK sebesar 95,07).
w
://
tp
Tabel 10.3
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2016 dan Triwulan IV-2016
Menurut Variabel Pembentuk
ht
Grafik 10.2
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2016
Tingkat Nasional dan Provinsi
115 112,47
110
102,46
105
100
95,07
95
id
o.
90
Sulteng
Kaltim
Bali
NTT
NTB
DI Yogya
Riau
Lampung
Kep. Riau
Sumsel
Jateng
Kalbar
Sulut
Sulbar
Nasional
Kalsel
Aceh
Banten
Sultra
Jatim
Maluku Utara
Sulsel
Jabar
Jambi
Papua
Maluku
Papua Barat
Gorontalo
DKI Jakarta
Kalteng
Sumbar
Sumut
Bengkulu
Kep. Bangka Belitung
.g
ps
.b
w
triwulan IV-2016
dibandingkan capaian pada triwulan IV-
2016. Perkiraan nilai ITK triwulan I-2017
sebesar 106,30. Sedangkan, nilai ITK
triwulan IV-2016 sebesar 102,46.
Tabel 10.4
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2017
Menurut Variabel Pembentuk
Perkiraan
Variabel Pembentuk
ITK Triw I-2017
(1) (2)
id
o.
Grafik 10.3
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2017
.g
Tingkat Nasional dan Provinsi
ps
120
113,80
.b
115
w 106,30
w
110
w
105
://
98,78
tp
100
ht
95
90
Kalsel
Sulut
Sumbar
Kaltim
Jambi
Sulsel
Jateng
Sultra
DI Yogya
Papua Barat
Kalteng
Sumut
NTB
Bali
Kep. Riau
Maluku Utara
Sumsel
Banten
NTT
DKI Jakarta
Sulteng
Riau
Jabar
Kep. Bangka Belitung
Nasional
Lampung
Kalbar
Papua
Jatim
Gorontalo
Sulbar
Maluku
Aceh
Bengkulu
Tabel 10.5
1)
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2015Triwulan IV-2016 dan
2)
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2017 Tingkat Nasional dan Provinsi
id
10. Kep. R i a u 100,68 101,56 113,34 104,32 100,86 105,24
11. DKI Jakarta 106,64 105,20 110,71 108,79 104,28 110,31
o.
12. Jawa Barat 102,38 104,03 107,28 108,27 101,59 104,62
13. Jawa Tengah 99,87 100,28 106,66 109,16 99,93 107,31
.g
14. D.I. Yogyakarta 103,02 107,96 108,98 115,02 103,15 106,17
15. Jawa Timur 102,12 105,38 108,42 108,23 103,34 110,03
ps
16. Banten 103,29 105,25 109,97 110,01 104,65 107,78
17. Bali 105,84 108,40 108,78 109,98 100,57 110,19
18. Nusa Tenggara Barat 106,47 108,20 107,50 114,81 103,16 105,62
.b
19. Nusa Tenggara Timur 106,32 98,15 103,87 106,14 109,62 106,52
20. Kalimantan Barat 104,07 104,15 105,80 103,71 95,07 101,57
w
Keterangan:
1)
ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding
triwulan sebelumnya.
b. Nilai ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
(stagnan) dibanding triwulan sebelumnya.
c. Nilai ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat
dibanding triwulan sebelumnya.
2)
Angka perkiraan ITK triwulan I-2017
id
(y-on-y) dari triwulan I-2015, triwulan IV-
o.
2015 naik sebesar 4,75 persen (y-on-y) dari triwulan IV-2014, triwulan III-2015
naik sebesar 4,00 persen (y-on-y) dari triwulan III-2014, triwulan II-2015 naik
.g
sebesar 5,25 persen (y-on-y) dari triwulan II-2014, dan triwulan I-2015 naik
ps
sebesar 5,06 persen (y-on-y) dari triwulan I-2014.
Grafik 11.1
.b
12,00
w
10,00
8,00
://
Persen
4,75 4,87
4,00 4,13
4,00
ht
2,06
2,00
0,00
Triw I-15 Triw II-15 Triw III-15 Triw IV-15 Triw I-16 Triw II-16 Triw III-16 Triw IV-16
Triwulan
2. Pertumbuhan produksi IBS triwulan IV-2016 turun sebesar 0,34 persen (q-to-q)
dari triwulan III-2016, triwulan III-2016 naik sebesar 0,70 persen (q-to-q) dari
triwulan II-2016, triwulan II-2016 naik sebesar 3,02 persen (q-to-q) dari triwulan I-
2016, triwulan I-2016 turun sebesar 1,29 persen (q-to-q) dari triwulan IV-2015,
triwulan IV-2015 naik sebesar 2,41 persen (q-to-q) dari triwulan III-2015, triwulan
III-2015 naik sebesar 0,83 persen (q-to-q) dari triwulan II-2015, dan triwulan II-
2015 naik sebesar 2,16 persen (q-to-q) dari triwulan I-2015.
id
Tabel 11.1
o.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan 20142016 (persen)
2010=100
q-to-q .g y-on-y
ps
Tahun Total
Triw I Triw II Triw III Triw IV Triw I Triw II Triw III Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
.b
2014 -0,25 1,97 2,04 1,68 3,51 4,19 4,53 5,53 4,76
2015 -0,70 2,16 0,83 2,41 5,06 5,25 4,00 4,75 4,76
w
2016 -1,29 3,02 0,70 -0,34 4,13 5,01 4,87 2,06 4,00
w
w
Tabel 11.2
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Bulanan 20142016 (persen)
://
2010=100
tp
y-on-y m-to-m
Bulan
2014 2015 2016 2014 2015 2016
ht
Catatan:
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
***) Angka Sangat Sangat Sementara
Tabel 11.3
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulan IV-2016
Menurut Jenis Industri Manufaktur KBLI 2-digit (persen)
Pertumbuhan
KBLI Jenis Industri Manufaktur
q-to-q y-on-y
(1) (2) (3) (4)
10 Makanan -3,63 8,29
id
16 Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) -2,91 -4,12
dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya
o.
17 Kertas dan Barang dari Kertas -4,12 -2,11
18 Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman
.g 2,57 0,53
ps
20 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 2,29 7,07
21 Farmasi, Produk Obat Kimia, dan Obat Tradisional -2,71 3,13
.b
28 Mesin dan Perlengkapan yang tidak termasuk dalam lainnya -5,80 -3,37
8,00
id
6,87
6,56
o.
6,02 5,91
5,65 5,79 5,75
6,00
4,57
.g 4,88
ps
Persen
4,00
.b
w
2,00
w
w
0,00
IV/14 I/15 II/15 III/15 IV/15 I/16 II/16 III/16 IV/16
://
Triwulan/Tahun
tp
ht
2. Pertumbuhan Produksi IMK triwulan IV-2016 naik 0,51 persen (q-to-q) dari
triwulan III-2016, triwulan III-2016 turun 2,06 persen dari triwulan II-2016,
triwulan II-2016 naik 5,74 persen dari triwulan I-2016, dan triwulan I-2016 naik
0,76 persen dari triwulan IV-2015.
3. Pertumbuhan Produksi IMK tahun 2016 naik 5,78 persen dari tahun 2015, tahun
2015 naik 5,71 persen dari tahun 2014, dan tahun 2014 naik 4,91 persen dari
tahun 2013.
Tabel 11.4
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulanan
Triwulan I-2014Triwulan IV-2016 (persen)
q-to-q y-on-y
Tahun Total
Triw I Triw II Triw III Triw IV Triw I Triw II Triw III Triw IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2014 0,99 6,17 -3,43 2,39 4,41 4,07 5,18 6,02 4,91
2015 0,64 5,09 -1,31 1,35 5,65 4,57 6,87 5,79 5,71
2016 0,76 5,74 -2,06 0,51 5,91 6,56 5,75 4,88 5,78
Tabel 11.5
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan IV-2016
Menurut Jenis Industri Manufaktur KBLI 2-digit (persen)
id
Pertumbuhan
KBLI Jenis Industri Manufaktur Triwulan IV Tahun
o.
q-to-q y-on-y 2016
(1) (2) (3) (4) (5)
15 Kulit, barang dari kulit dan alas kaki 5,53 2,76 5,22
w
A. Kunjungan Wisman
id
o.
Tabel 12.1
.g
Perkembangan Kunjungan Wisman ke Indonesia
ps
Januari Januari
November November
Oktober 2016
.b
(kunjungan) (kunjungan)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
w
a. Wisman Reguler 723 069* 913 589** 855 545** 8 318 649* 9 277 295**
b. Wisman khusus (wisman 25 672* 26 288** 23 294** 281 016* 314 293**
lansia, rohaniawan,
://
utama
a. Pos Lintas Batas 31 760* 33 591** 47 658** 323 702* 315 985**
b. Pintu lainnya 54 907* 67 183** 75 836** 496 873* 498 374**
ht
Jumlah 835 408* 1 040 651 1 002 333 9 420 240* 10 405 947**
*) Termasuk TKA < 1 tahun
**)Angka sementara
Grafik 12.1
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk
November 2014November 2016
600 000
500 000
Jumlah Kunjungan
400 000
300 000
200 000
100 000
id
o.
0
Feb
Mar
Apr
Sep
Feb
Apr
Sep
Nov'14
Jan'15
Juli
Jan'16
Mar
Juli
Mei
Agt
Agt
Des
Nov
Mei
Des
Nov
Okt
Okt
Juni
Juni
Bulan
.g
ps
Soekarno-Hatta Ngurah Rai Batam Lainnya
.b
3. Jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Ngurah Rai, Bali pada November 2016
w
dari 263,23 ribu kunjungan menjadi 396,15 ribu kunjungan. Jika dibandingkan
w
4. Dari sekitar 1,00 juta kunjungan wisman yang datang ke Indonesia pada
ht
B. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Lama Menginap Tamu Hotel Berbintang
id
2. Naik turunnya angka TPK tidak selalu mencerminkan kinerja di sektor perhotelan.
Angka TPK hanya menggambarkan rata-rata tingkat hunian di masing-masing
o.
hotel tanpa memperhatikan adanya perkembangan jumlah usaha dan kamar
hotel. Kinerja sektor perhotelan tidak hanya diukur dari besaran TPK tetapi juga
harus memperhatikan perkembangan jumlah usaha dan kamar hotel yang siap .g
ps
dijual atau dipasarkan.
.b
Grafik 12.2
Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Rata-rata 27 Provinsi di
w
70,00
w
://
60,00
tp
Persen
50,00
ht
40,00
30,00
Agt
April
Agt
Mar
Mar
Mei
Nov
Mei
Nov
Des
Juni
Juli
Okt
Des
Juni
Juli
Okt
Apr
Nov'14
Jan'15
Jan'16
Feb
Sep
Feb
Sep
Bulan
Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5
3. TPK Hotel Berbintang di Bali pada November 2016 sebesar 59,71 persen, atau
naik sebesar 0,62 poin dibandingkan TPK November 2015. Namun jika
dibandingkan dengan Oktober 2016, TPK November 2016 di Bali mengalami
penurunan sebesar 2,48 poin.
4. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama
November 2016 mencapai 1,72 hari, atau mengalami penurunan 0,03 hari
dibandingkan rata-rata lama menginap selama November 2015. Jika
dibandingkan dengan bulan sebelumnya, rata-rata lama menginap tamu asing
dan Indonesia pada November 2016 mengalami penurunan sebesar 0,09 poin.
Tabel 12.2
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Berbintang, dan Rata-rata Lama Menginap Tamu, November 2015November 2016
id
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
o.
2015 10 230 775 3,12 3 936 066 5,15 53,04 1,20 60,55 0,21 1,98 -0,01
Jan-Nov 9 258 909 8,67 3 571 163 5,32 52,65 0,65 60,57 0,23 2,00 0,01
November 820 669 -4,98 263 232 -39,81 56,08
.g-0,52 59,09 -5,92 1,75 -0,17
ps
Desember 971 866 15,56 364 903 27,86 57,25 1,17 60,32 1,23 1,83 0,08
.b
2016 10 405 947 10,46 4 414 688 24,00 53,46 0,42 61,79 1,24 1,81 -0,17
Januari 814 303 -16,21 345 727 -5,55 49,33 -7,92 54,38 -5,94 1,83 0,00
w
Februari 888 309 9,09 368 389 6,15 52,15 2,82 62,46 8,08 1,83 0,00
w
Maret 915 019 3,01 356 198 -3,31 52,88 0,73 58,56 -3,90 1,81 -0,02
April 901 095 -1,52 367 370 3,55 54,38 1,50 55,08 -3,48 1,88 0,07
w
Mei 915 206 1,57 394 443 7,37 55,46 1,08 60,06 4,96 1,75 -0,13
://
Juni 857 651 -6,29 405 686 2,85 48,63 -6,83 56,77 -5,51 1,84 0,09
tp
Juli 1 032 741 20,42 482 201 18,86 53,77 5,14 70,62 13,85 1,81 -0,03
Agustus 1 031 986 -0,07 437 929 -9,18 55,21 1,44 72,40 1,78 1,80 -0,01
ht
September 1 006 653 -2,45 442 304 1,00 54,16 -1,05 68,26 -4,14 1,90 0,10
Oktober 1 040 651 3,38 423 140 -4,33 56,13 1,97 62,19 -6,07 1,81 -0,09
November 1 002 333 -3,68 396 150 -6,38 55,76 -0,37 59,71 -2,48 1,72 -0,09
A. Angkutan Udara
1. Jumlah penumpang angkutan udara
tujuan dalam negeri (domestik) Desember Jumlah penumpang angkutan
2016 mencapai 7,8 juta orang atau naik udara domestik Desember
16,98 persen dibandingkan bulan 2016 mencapai 7,8 juta orang,
sebelumnya dan naik 14,58 persen naik 16,98 persen
dibandingkan bulan yang sama tahun
2015.
id
Grafik 13.1
Perkembangan Jumlah Penumpang Menurut Moda Transportasi
o.
Desember 2015Desember 2016
35
.g
ps
30
.b
25
w
20
juta orang
15
w
10
://
5
tp
0
Apr
Des'15
Mar
Jan'16
Juli
Feb
Sep
Mei
Agt
Nov
Des
Okt
Juni
ht
id
o.
C. Angkutan Kereta Api
api Desember 2016 mencapai 3,3 juta ton atau naik 4,38 persen dibandingkan
bulan sebelumnya dan naik 14,79 persen dibandingkan bulan yang sama tahun
tp
2015.
ht
Tabel 13.1
Perkembangan Jumlah Penumpang dan Barang Menurut Moda Transportasi
Desember 2015Desember 2016
id
Januari 6 322,5 -7,01 1 229,6 -4,47 1 593,1 5,52 20 141,5 -9,86 28 358 -4,94 2 941 1,87
o.
Februari 5 815,8 -8,01 1 133,7 -7,80 1 122,8 -29,52 19 594,5 -2,72 26 511 -6,51 2 682 -8,81
Maret 6 293,5 8,21 1 178,9 3,99 1 161,4 3,44 20 444,9 4,34 28 617 7,94 2 729 1,75
April 6 142,8 -2,39 1 165,7 -1,12 1 064,1 -8,38
.g 20 849,9 1,98 28 434 -0.64 2 883 5,64
ps
Mei 6 883,0 12,05 1 219,4 4,61 1 174,2 10,35 21 692,1 4,04 30 703 7,98 2 683 -6,94
Juni 6 219,4 -9,64 1 166,7 -4,32 1 348,2 14,82 22 028,7 1,55 29 159 -5,03 2 983 11,18
.b
Juli 7 876,6 26,65 1 257,2 7,76 1 655,7 22,81 20 916,6 -5,05 28 831 -1,12 2 811 -5,77
w
Agustus 7 076,1 -10,16 1 335,1 6,20 1 206,0 -27,16 23 604,1 12,85 29 588 2,63 2 844 1,17
September 6 635,8 -6,22 1 219,6 -8,65 1 068,4 -11,41 21 558,1 -8,67 29 515 -0,25 2 932 3,09
w
Oktober 6 734,4 1,49 1 224,9 0,43 1 119,6 4,79 22 187,6 2,92 30 263 2,53 3 329 13,54
w
November 6 659,7 -1,11 1 178,7 -3,77 1 108,7 -0,97 22 820,1 2,85 29 690 -1,89 3 175 -4,63
Desember 7 790,3 16,98 1 462,9 24,11 1 285,6 15,96 22 407,1 -1,81 32 150 8,29 3 314 4,38
://
tp
ht
id
terakhir November 2016 tercatat di
o.
Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp13.151,00 per dolar AS, sementara pada
.g
minggu terakhir Desember 2016 juga terjadi di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu
Rp13.095,00 per dolar AS. Sedangkan untuk level terendah, nilai tukar pada
ps
minggu terakhir November 2016 terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar
Rp13.590,00 per dolar AS dan pada minggu terakhir Desember 2016 terjadi di
.b
2. Pada minggu pertama Desember 2016, jika dibanding minggu terakhir November
w
2016, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika secara rata-rata nasional menguat
w
173,86 poin atau 1,29 persen. Penguatan terbesar terjadi di Provinsi Bengkulu
://
3. Pada minggu terakhir Desember 2016, rata-rata nasional nilai tukar rupiah
ht
terhadap dolar Amerika menguat 99,63 poin atau 0,74 persen dibanding kurs pada
minggu terakhir November 2016. Penguatan rupiah terbesar juga terjadi di
Provinsi Bengkulu, rupiah menguat sebesar 192,50 poin atau 1,42 persen.
id
2. Pada minggu terakhir Desember 2016, rata-rata nasional kurs eceran rupiah
o.
terhadap dolar Australia terapresiasi sebesar 416,89 poin atau 4,14 persen
.g
dibanding minggu terakhir November 2016. Apresiasi rupiah yang terbesar juga
terjadi di Provinsi Maluku, yaitu menguat sebesar 680,00 poin atau 6,58 persen
ps
dibanding minggu terakhir November 2016.
.b
3. Level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia pada minggu terakhir
w
November 2016 terjadi di Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp9.558,00 per dolar
Australia, sementara pada minggu terakhir Desember 2016 juga terjadi di Provinsi
w
Kalimantan Utara sebesar Rp9.330,00 per dolar Australia. Di sisi lain, level
w
terendah nilai tukar terhadap dolar Australia pada minggu terakhir November
://
2016 tercatat di Provinsi Maluku sebesar Rp10.340,50 per dolar Australia, dan
tp
pada minggu terakhir Desember 2016 tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
yaitu sebesar Rp10.048,00 per dolar Australia.
ht
2. Nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang pada minggu terakhir Desember 2016
id
secara rata-rata nasional tercatat menguat 6,09 poin atau 5,06 persen dibanding
minggu terakhir November 2016. Penguatan terbesar tercatat di Provinsi
o.
Kalimantan Timur, yaitu 9,25 poin atau menguat 7,68 persen.
3.
.g
Level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap mata uang yen Jepang pada minggu
ps
terakhir November 2016 tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar
Rp113,50 per yen Jepang, sedangkan level terendahnya terjadi di Provinsi Riau
.b
sebesar Rp122,50 per yen Jepang. Sementara pada minggu terakhir Desember
w
2016, level tertinggi tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar Rp107,50
per yen Jepang, sedangkan level terendahnya terjadi di Provinsi Banten, sebesar
w
D. Euro (EUR)
id
2. Level terendah nilai tukar rupiah terhadap euro tercatat di Provinsi Sumatera
o.
Utara sebesar Rp14.513,75 per euro pada minggu terakhir November 2016 dan di
.g
Provinsi Banten sebesar Rp14.685,60 per euro pada minggu terakhir Desember
2016. Sementara itu, level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap euro (kurs tengah)
ps
pada minggu terakhir November 2016 terjadi di Provinsi Papua, yaitu Rp14.118,25
.b
per euro dan pada minggu terakhir Desember 2016 juga terjadi di Provinsi Papua,
yaitu Rp13.783,75 per euro.
w
3. Pada minggu pertama Desember 2016, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi
w
terbesar di Provinsi Aceh yang mencapai 300,00 poin atau 2,08 persen. Pada
w
minggu terakhir Desember 2016, apresiasi terbesar terjadi di Provinsi Papua Barat
://
Grafik 14.1
Persentase Perkembangan Kurs Tengah Rupiah terhadap USD, AUD, JPY, dan EUR
(Desember 2016 dibanding November 2016 M.V)
Persen
7,00
6,00
5,00
USD
4,00 AUD
JPY
3,00
EUR
2,00
id
1,00
o.
0,00
Des M.I Des M.II Des M.III Des M.IV
.g
ps
.b
Grafik 14.2
Kurs Tengah Rupiah terhadap USD, AUD, JPY, dan EUR
w
(Minggu Terakhir)
w
Des Des
2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov 2016
w
9 000 100
102
://
10 000 104
106
tp
11 000 108
110
(USD, AUD, EUR)
12 000 112
ht
114
(JPY)
13 000 116
14 000 118
120
15 000 122
124
16 000 126
128
17 000 130
132
USD AUD EUR JPY
id
Tabel 16.1.
o.
Grafik 15.1
Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
.g
Maret 2016September 2016
ps
20
.b
w
15 14,11 13,96
w
10,86 10,70
w
10
7,79 7,73
://
tp
5
ht
0
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Maret 2016 September 2016
Tabel 15.1
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2016 September 2016
Perdesaan
Maret 2016 266 132 77 514 343 646 17,67 14,11
September 2016 270 038 80 382 350 420 17,28 13,96
id
Perkotaan+Perdesaan
o.
Maret 2016 260 469 93 917 354 386 28,01 10,86
September 2016 264 941 97 050 361 990 27,76 10,70
.g
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 dan September 2016
ps
Beberapa faktor terkait penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama
.b
b. Pada periode Maret 2016September 2016, secara nasional harga eceran beras,
w
cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras mengalami penurunan. Rata-rata harga
://
beras turun 1,21 persen yaitu dari Rp13.301,00 per kg pada Maret 2016 menjadi
Rp13.140,00 per kg pada September 2016. Rata-rata harga cabai merah
tp
mengalami penurunan sebesar 14,06 persen yaitu dari Rp45.554,00 per kg pada
ht
Maret 2016 menjadi Rp39.151,00 per kg pada September 2016. Adapun cabai
rawit mengalami penurunan sebesar 13,77 persen dan telur ayam ras yang
mengalami penurunan sebesar 0,56 persen.
c. Nominal rata-rata upah buruh tani per hari pada September 2016 naik sebesar
1,42 persen dibanding upah buruh tani per hari Maret 2016, yaitu dari
Rp47.559,00 menjadi Rp48.235,00. Selain itu rata-rata upah buruh bangunan per
hari pada September 2016 naik sebesar 1,23 persen dibanding upah buruh tani
per hari Maret 2016, yaitu dari Rp81.481,00 menjadi Rp82.480,00.
d. NTP nasional September 2016 sebesar 102,02 atau naik 0,69 persen dibanding
NTP bulan Maret 2016 yang sebesar 101,32.
id
Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap
Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%) Menurut Daerah, September 2016
o.
Jenis komoditi Perkotaan Jenis komoditi Perdesaan
(1) (2)
.g (3) (4)
ps
Makanan: 69,84 Makanan: 77,06
Beras 18,31 Beras 25,35
.b
id
komoditi penyumbang terbesar GK yang berbeda antara perkotaan dan
perdesaan. Komoditi tahu hanya menjadi penyumbang GK perkotaan dan
o.
komoditi kopi bubuk & kopi instan hanya menjadi penyumbang GK perdesaan.
.g
Nama komoditi makanan dan bukan makanan beserta nilai kontribusinya
ps
terhadap Garis Kemiskinan dapat dilihat pada Tabel 16.2.
.b
penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman
w
Tabel 15.3
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2016 September 2016
Perkotaan+
Tahun Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
3. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di
o.
daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan. Pada September
2016, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan sebesar
.g
1,21 sedangkan di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 2,32. Pada
ps
periode yang sama nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan
adalah 0,29 sedangkan di daerah perdesaan sebesar 0,59.
.b
w
w
w
://
tp
ht
Tabel 15.4
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin, September 2016
id
Bangka Belitung 553 681 19,37 2,67 573 582 51,70 7,57 564 391 71,07 5,04
Kepulauan Riau 505 980 86,19 4,99 481 687 32,95 10,47 502 653 119,14 5,84
o.
DKI Jakarta 520 690 385,84 3,75 520 690 385,84 3,75
Jawa Barat 332 145 2 543,30 7,55 331 237 1 624,81 11,72 332 119 4 168,11 8,77
322 799 1 879,55 11,38 322 489 2 614,20 14,88 322 748 4 493,75 13,19
.g
Jawa Tengah
DI Yogyakarta 370 510 301,25 11,68 337 230 187,58 16,27 360 169 488,83 13,10
Jawa Timur 329 241 1 552,77 7,91 328 846 3 085,76 15,83 329 172 4 638,53 11,85
ps
Banten 382 903 380,16 4,49 351 708 277,58 7,32 373 365 657,74 5,36
Bali 357 427 93,74 3,53 328 033 81,20 5,21 346 398 174,94 4,15
.b
Nusa Tenggara Barat 346 581 378,83 17,55 328 775 407,75 14,82 336 573 786,58 16,02
Nusa Tenggara Timur 389 661 112,48 10,17 310 296 1 037,60 25,19 327 003 1 150,08 22,01
w
Kalimantan Barat 366 477 75,98 4,97 360 940 314,34 9,38 363 027 390,32 8,00
Kalimantan Tengah 357 224 40,61 4,49 392 543 96,85 5,83 380 524 137,46 5,36
w
Kalimantan selatan 399 162 60,90 3,43 380 647 123,26 5,37 389 273 184,16 4,52
Kalimantan Timur 535 137 89,64 3,86 510 041 121,60 10,15 526 686 211,24 6,00
w
Kalimantan Utara 539 499 17,25 4,50 518 305 29,78 10,29 530 566 47,03 6,99
Sulawesi Utara 314 004 59,73 5,22 322 366 140,62 10,82 318 984 200,35 8,20
://
Sulawesi Tengah 399 413 75,90 10,07 376 658 337,25 15,48 382 775 413,15 14,09
Sulawesi Selatan 286 669 150,60 4,47 267 428 646,21 12,30 275 361 796,81 9,24
tp
Sulawesi Tenggara 294 286 53,18 6,87 276 978 274,11 15,31 282 161 327,29 12,77
Gorontalo 287 156 24,02 5,78 285 999 179,67 24,30 286 968 203,69 17,63
280 117 25,07 8,43 295 739 121,83 12,00 292 519 146,90 11,19
ht
Sulawesi Barat
Maluku 424 788 54,24 7,86 423 698 277,55 26,88 424 656 331,79 19,26
Maluku Utara 405 368 12,45 3,76 379 454 63,95 7,43 386 489 76,40 6,41
Papua Barat 508 262 20,11 5,69 480 945 203,49 37,33 492 969 223,60 24,88
Papua 479 294 35,77 4,21 425 264 879,10 37,07 440 021 914,87 28,40
INDONESIA 372 114 10 485,64 7,73 350 420 17 278,68 13,96 361 990 27 764,32 10,70
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2016
id
dengan ukuran Bank Dunia.
3. Pada September 2016 Gini Ratio tercatat sebesar 0,394 menurun dibandingkan
o.
dengan Gini Ratio pada Maret 2016 yang sebesar 0,397 dan menurun pula jika
.g
dibandingkan Gini Ratio pada September 2015 yang sebesar 0,402. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pemerataan pengeluaran di Indonesia mengalami perbaikan
ps
selama periode September 2015September 2016.
4. Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada
.b
September 2016 sebesar 0,409, turun dibanding Gini Ratio Maret 2016 yang
w
sebesar 0,410 dan turun dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,419.
w
Sedangkan Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2016 sebesar 0,316
turun dibanding Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,327 dan turun dibanding
w
Grafik 15.2
tp
0,422 0,428
0,419
0,420 0,410 0,409
0,396 0,410 0,413 0,413 0,414
0,400 0,410 0,406 0,406 0,408
0,382 0,402
0,397 0,394
0,380 0,388
0,378
0,360
0,340
0,336
0,340 0,334
0,329 0,330 0,327 0,329 0,327
0,320 0,324 0,319
0,315 0,316
0,320
0,300
2010 Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
id
sebesar 20,52 persen yang berarti pada kategori ketimpangan rendah. Baik di
o.
perkotaan maupun perdesaan nilai ketimpangan pada September 2016
mengalami perbaikan dibanding periode Maret 2016, tetapi mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan September 2015.
.g
ps
Grafik 15.3
Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen terbawah
.b
25,00
w
20,00
16,39 15,91 16,02 17,45 17,02 17,11
://
15,00
tp
ht
10,00
5,00
0,00
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
id
bekerja dengan status berusaha sendiri/dibantu pekerja tidak dibayar yang
merupakan kelompok terbesar pada kelas menengah sebagai dampak dari
o.
lebih kondusifnya pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM).
.g
ps
c. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), terjadi
peningkatan jumlah pekerja yang berusaha sendiri/dibantu pekerja tidak
.b
dibayar dari 37,7 juta (Agustus 2015) menjadi 39,5 juta (Agustus 2016)
w
atau naik sekitar 4,77 persen. Untuk sektor industri pengolahan, konstruksi,
perdagangan, dan angkutan kenaikannya jauh lebih tinggi lagi yaitu sebesar
w
9,44 persen dari 18,0 juta (Agustus 2015) menjadi 19,7 juta (Agustus 2016).
w
8. Berdasarkan provinsi, nilai Gini Ratio September 2016 tertinggi berada di Provinsi
DI Yogyakarta yaitu sebesar 0,425 sementara yang terendah adalah Provinsi
Bangka Belitung dengan Gini Ratio sebesar 0,288. Terdapat delapan provinsi yang
nilai Gini Ratio di atas angka nasional, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(0,425), Gorontalo (0,410), Jawa Barat (0,402), Jawa Timur (0,402), Papua Barat
(0,401), Sulawesi Selatan (0,400), Papua (0,399), dan DKI Jakarta (0,397).
Tabel 15.5
Gini Ratio menurut Provinsi, September 2015September 2016
id
31 DKI Jakarta 0,421 - 0,421 0,411 - 0,411 0,397 - 0,397
32 Jawa Barat 0,446 0,310 0,426 0,423 0,317 0,413 0,412 0,310 0,402
o.
33 Jawa Tengah 0,402 0,344 0,382 0,381 0,323 0,366 0,382 0,313 0,357
34 DI Yogyakarta 0,428 0,332 0,420 0,423 0,334 0,420 0,423 0,343 0,425
.g
35 JawaTimur 0,428 0,327 0,403 0,423 0,333 0,402 0,433 0,313 0,402
36 Banten 0,390 0,261 0,386 0,402 0,264 0,394 0,399 0,248 0,392
ps
51 Bali 0,406 0,350 0,399 0,369 0,329 0,366 0,378 0,335 0,374
52 Nusa Tenggara Barat 0,376 0,342 0,360 0,391 0,317 0,359 0,410 0,306 0,365
53 Nusa Tenggara Timur 0,301 0,303 0,348 0,330 0,281 0,336 0,344 0,317 0,362
.b
61 Kalimantan Barat 0,361 0,286 0,330 0,373 0,296 0,341 0,361 0,275 0,331
62 Kalimantan Tengah 0,340 0,268 0,300 0,359 0,296 0,330 0,364 0,326 0,347
w
63 Kalimantan Selatan 0,374 0,282 0,334 0,346 0,297 0,332 0,363 0,298 0,351
64 Kalimantan Timur 0,319 0,273 0,315 0,314 0,288 0,315 0,314 0,313 0,328
w
65 Kalimantan Utara 0,322 0,282 0,314 0,304 0,268 0,300 0,308 0,280 0,305
w
71 Sulawesi Utara 0,356 0,345 0,366 0,386 0,355 0,386 0,388 0,350 0,379
72 Sulawesi Tengah 0,415 0,303 0,370 0,387 0,320 0,362 0,372 0,308 0,347
://
73 Sulawesi Selatan 0,386 0,346 0,404 0,422 0,367 0,426 0,409 0,340 0,400
74 Sulawesi Tenggara 0,411 0,355 0,381 0,407 0,367 0,402 0,395 0,352 0,388
tp
75 Gorontalo 0,391 0,366 0,401 0,414 0,392 0,419 0,402 0,397 0,410
76 Sulawesi Barat 0,383 0,339 0,362 0,393 0,347 0,364 0,441 0,341 0,371
ht
81 Maluku 0,328 0,307 0,338 0,327 0,313 0,348 0,338 0,303 0,344
82 Maluku Utara 0,315 0,256 0,286 0,295 0,249 0,286 0,326 0,251 0,309
91 Papua Barat 0,349 0,461 0,428 0,326 0,376 0,373 0,357 0,394 0,401
94 Papua 0,347 0,387 0,392 0,312 0,383 0,390 0,318 0,392 0,399
Indonesia 0,419 0,329 0,402 0,410 0,327 0,397 0,409 0,316 0,394
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor September 2015, Maret 2016, dan
September 2016
id
grosir, dan pedagang eceran.
Beras: Produsen Distributor
Agen Pedagang Eceran
o.
Konsumen Akhir.
.g
Minyak goreng: Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen
Akhir.
ps
Gula pasir: Produsen Distributor Pedagang Grosir Pedagang Eceran
Konsumen Akhir.
.b
Akhir.
w
Gambar 16.1
w
Konsumen Akhir
Distributor Agen Pedagang Eceran
(Rumah Tangga)
ht
4. Potensi pola terpanjang distribusi perdagangan beras, minyak goreng, gula pasir
dan telur ayam ras terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan potensi pola
terpendek distribusi perdagangan beras dan telur ayam ras terjadi di Provinsi
Aceh, gula pasir di Provinsi Jambi, minyak goreng di Provinsi Bengkulu
id
2. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan
o.
provinsi yang mendistribusikan beras dan telur ayam ras ke luar provinsi dengan
.g
persentase terbesar yaitu 84,77 persen dan 30,67 persen. Provinsi Jambi untuk
ps
minyak goreng yaitu mencapai 94,18 persen dan DKI Jakarta untuk gula pasir yaitu
30,25 persen.
.b
w
Tabel 16.1
Rata-Rata Rasio Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Nasional
Menurut Komoditas dan Fungsi Kelembagaan
Pedagang Pedagang
No Komoditas PB & PE
Besar (PB) Eceran (PE)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Beras 9,84 11,35 10,57
2 Minyak Goreng 10,08 9,51 9,79
3 Gula Pasir 9,32 9,18 9,25
4 Telur Ayam Ras 7,18 10,69 8,76
id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://
tp
ht
id
wilayah.
skala 010.
o.
IP-TIK disusun oleh 11 indikator
yang dikombinasikan menjadi
suatu ukuran standar .g
ps
pembangunan TIK suatu wilayah. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan
pembangunan TIK suatu wilayah semakin pesat, demikian pula sebaliknya,
.b
pengembangan TIK.
tp
tahun 2012 sebesar 4,24; tahun 2013 sebesar 4,50; tahun 2014 sebesar 4,59;
dan pada tahun 2015 sebesar 4,83 pada skala 010.
Nilai IP-TIK juga secara tidak langsung mengukur kesiapan suatu
wilayah/negara menuju era masyarakat informasi (Information Society).
Gambaran kesiapan Indonesia menuju era masyarakat informasi dapat dilihat
melalui nilai tiga subindeks penyusun IP-TIK pada Tabel 17.1. Pada tahun
20122015, subindeks penggunaan memiliki nilai terendah di antara dua
subindeks lainnya. Sementara itu, subindeks keahlian memiliki nilai tertinggi,
disusul dengan subindeks akses dan infrastruktur.
Tabel 17.1
IP-TIK Indonesia, 20122015
id
tertinggi diberikan oleh indikator international internet bandwidth per
internet user sebesar 17% (subindeks akses dan infrastruktur) dan diikuti
o.
indikator angka melek huruf sebesar 13% (subindeks keahlian TIK).
Grafik 17.1 .g
ps
Kontribusi 11 indikator terhadap IP-TIK, 2015
.b
Angka partisipasi 7%
kasar sekunder
Pengguna
w
12%
telepon seluler
Angka melek per 100
huruf
w
penduduk
13% 12%
International
://
internet
bandwidht per
internet user
tp
17%
ht
Pelanggan
Persentase
internet
rumah tangga
broadband
bergerak per 100 Pelanggan Persentase Persentase yang menguasai
rumah tangga komputer
penduduk internet pengguna
yang memiliki 3%
9% broadband tetap internet
per 100 6% akses internet di
penduduk rumah
12% 6%
Jumlah
Kategori IP-TIK Nama Provinsi
Provinsi
Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung,
Kep. Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Rendah 4,03 22 provinsi Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat,
dan Papua
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jawa
4,036,22 Barat, DI Yogyakarta, Banten, Bali,
id
Sedang 10 provinsi
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
o.
Tinggi 6,22 1 provinsi DKI Jakarta
.g
Catatan: Penentuan baseline berdasarkan rata-rata dan nilai ideal IP-TIK 33 provinsi tahun 2012
ps
Kategori IP-TIK rendah bila nilai IP-TIK provinsi berada di bawah rata-rata.
Kategori IP-TIK tinggi bila nilai IP-TIK provinsi berada di atas nilai ideal.
Kategori IP-TIK sedang bila nilai IP-TIK provinsi berada di antara rata-rata dan nilai ideal.
.b
w
Tabel 17.3
Kategori IP-TIK Provinsi di Indonesia, 2013
w
Jumlah
w
Catatan: Penentuan baseline berdasarkan rata-rata dan nilai ideal IP-TIK 33 provinsi tahun 2013
Kategori IP-TIK rendah bila nilai IP-TIK provinsi berada di bawah rata-rata.
Kategori IP-TIK tinggi bila nilai IP-TIK provinsi berada di atas nilai ideal.
Kategori IP-TIK sedang bila nilai IP-TIK provinsi
Tabelberada
17.4di antara rata-rata dan nilai ideal.
Jumlah
Kategori IP-TIK Nama Provinsi
Provinsi
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung, Kep. Bangka Belitung, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Rendah 4,51 24 provinsi Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku
Utara, Papua Barat, dan Papua
Kepualauan Riau, Jawa Barat, DI Yogyakarta,
Sedang 4,516,81 8 provinsi Banten, Bali, Kalimantan Selatan,
id
Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara
o.
Tinggi 6,81 1 provinsi DKI Jakarta
.g
Catatan: Penentuan baseline berdasarkan rata-rata dan nilai ideal IP-TIK 33 provinsi tahun 2014
Kategori IP-TIK rendah bila nilai IP-TIK provinsi berada di bawah rata-rata.
ps
Kategori IP-TIK tinggi bila nilai IP-TIK provinsi berada di atas nilai ideal.
Kategori IP-TIK sedang bila nilai IP-TIK provinsi berada di antara rata-rata dan nilai ideal.
.b
w
Tabel 17.5
Kategori IP-TIK Provinsi di Indonesia, 2015
w
w
Jumlah
Kategori IP-TIK Nama Provinsi
Provinsi
://
Catatan: Penentuan baseline berdasarkan rata-rata dan nilai ideal IP-TIK 34 provinsi tahun 2015
Kategori IP-TIK rendah bila nilai IP-TIK provinsi berada di bawah rata-rata.
Kategori IP-TIK tinggi bila nilai IP-TIK provinsi berada di atas nilai ideal.
Kategori IP-TIK sedang bila nilai IP-TIK provinsi berada di antara rata-rata dan nilai ideal.
Grafik 17.2 IP-TIK Provinsi di Indonesia, 2012 Grafik 17.3 IP-TIK Provinsi di Indonesia, 2013
id
Jawa Timur 4,01 Jawa Timur 4,33
o.
Jawa Tengah 3,98 Bengkulu 4,26
Sumatera Barat 3,93 Jambi 4,23
Riau 3,77
.g Kalimantan Tengah 4,18
ps
Bengkulu 3,71 Jawa Tengah 4,14
Jambi 3,69 Sumatera Utara 4,11
.b
0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10
Grafik 17.4 IP-TIK Provinsi di Indonesia, 2014 Grafik 17.5 IP-TIK Provinsi di Indonesia, 2015
id
Bengkulu 4,70
Jawa Timur 4,39
Sumatera Barat 4,69
Bengkulu 4,38
o.
Riau 4,65
Kalimantan Tengah 4,23
Kalimantan Tengah 4,57
Jambi
Jawa Tengah
4,22
4,17 .g Sulawesi Selatan 4,53
ps
Kep. Bangka Belitung 4,51
Sulawesi Selatan 4,17
Jambi 4,50
Sumatera Selatan 4,17
.b
4,06
Sumatera Selatan 4,27
Aceh 3,92
Aceh 4,14
w
0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10
1. Inflasi
Inflasi merupakan indikator yang menggambarkan perubahan positif Indeks Harga
Konsumen (IHK). Sebaliknya, perubahan negatif IHK disebut deflasi. IHK tersebut
dihitung dengan menggunakan formula Modified Laspeyres.
Bahan dasar penyusunan diagram timbang (bobot) IHK adalah hasil Survei Biaya
Hidup (SBH) atau Cost of Living Survey. SBH diadakan 5 (lima) tahun sekali, SBH
terakhir diadakan tahun 2012, mencakup 136,080 rumah tangga di Indonesia yang
dipantau baik pengeluaran konsumsinya maupun jenis barang/jasa yang
dikonsumsi selama setahun penuh.
id
Berdasarkan hasil SBH diperoleh paket komoditas yang representatif, dapat
o.
dipantau harganya, dan selalu tersedia di pasaran. Paket komoditas nasional
sebanyak 859 barang/jasa, bertambah dari 774 barang/jasa pada paket komoditas
.g
tahun 2007. Hal ini sejalan dengan perubahan pola konsumsi masyarakat. Bobot
ps
awal setiap barang/jasa merupakan persentase nilai konsumsi setiap barang/jasa
terhadap total rata-rata nilai konsumsi per rumah tangga per bulan, berdasarkan
.b
hasil SBH. Sejak Januari 2014, penghitungan inflasi mulai menggunakan tahun
w
dasar 2012 (sebelumnya menggunakan tahun dasar 2007) berdasarkan hasil SBH
w
Responden
id
Harga dari paket komoditas dikumpulkan/dicatat setiap hari, setiap minggu, setiap
2 minggu, atau setiap bulan dari pedagang atau pemberi jasa eceran. Mereka
o.
termasuk yang berada di pasar tradisional, pasar modern, dan outlet mandiri
.g
(seperti toko eceran, praktek dokter, restoran siap saji, bengkel, rumah tangga
ps
yang mempunyai pembantu, dan sebagainya).
.b
dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
w
(produk) akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga
w
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
tp
PDB atas dasar harga berlaku (nominal PDB) dapat digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi, sedang PDB atas dasar harga konstan
digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Pendekatan yang digunakan untuk menghitung angka-angka PDB adalah (1)
pendekatan produksi, menghitung nilai tambah dari proses produksi setiap
kategori/aktivitas ekonomi, (2) pendekatan pendapatan, menghitung semua
komponen nilai tambah, dan (3) pendekatan pengeluaran, menghitung semua
komponen pengeluaran PDB. Secara teoritis, ketiga pendekatan ini akan
menghasilkan nilai PDB yang sama.
3. Ekspor-Impor
Data Nonmigas diperoleh dari KPPBC (Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan
Cukai), data Migas dari KPPBC, Pertamina dan BP Migas, Sistem pencatatan
statistik ekspor menggunakan General Trade (semua barang yang keluar dari
Daerah Pabean Indonesia tanpa kecuali dicatat), sedangkan impor pada awalnya
menggunakan Special Trade (dicatat dari Daerah Pabean Indonesia kecuali
Kawasan Berikat yang dianggap sebagai luar negeri), namun sejak bulan Januari
2008 sistem pencatatan statistik impor juga menggunakan General Trade, Sistem
pengolahan data menggunakan sistem carry over (dokumen ditunggu selama satu
bulan setelah transaksi, apabila terlambat dimasukkan pada pengolahan bulan
berikutnya),
Data ekspor-impor yang disajikan pada bulan terakhir merupakan angka
id
sementara,
o.
4. Ketenagakerjaan
.g
Data diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan
ps
di seluruh provinsi Indonesia baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Pengumpulan data berbasis sampel, dengan pendekatan rumah tangga. Estimasi
.b
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun
tp
ke atas) yang bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan
pengangguran.
ht
Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15
tahun ke atas) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainnya.
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling
sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu, Kegiatan tersebut
termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi.
Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal
(kurang dari 35 jam seminggu), Pekerja Tidak Penuh terdiri dari:
id
yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
o.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio antara jumlah penganggur
dengan jumlah angkatan kerja.
.g
ps
5. Upah Buruh
.b
Upah Nominal adalah upah yang diterima buruh sebagai balas jasa atas pekerjaan
yang dilakukan.
w
Upah Riil menggambarkan daya beli dari pendapatan/upah yang diterima buruh,
w
upah riil dihitung dari besarnya upah nominal dibagi dengan Indeks Harga
w
Konsumen (IHK).
://
dengan responden petani. Data upah buruh bangunan diperoleh dari Survei Harga
Konsumen Perkotaan dengan responden buruh bangunan.
Survei Harga Perdesaan dilaksanakan di 33 provinsi, sedangkan Survei Harga
Konsumen Perkotaan dilaksanakan di 82 kota.
produsen atas hasil produksi petani, Indeks harga yang dibayar petani (Ib) adalah
indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani,
baik itu kebutuhan untuk konsumsi sehari-hari maupun kebutuhan untuk proses
produksi pertanian.
Formula atau rumus yang digunakan dalam penghitungan It dan Ib adalah formula
Indeks Laspeyres yang dimodifikasi (Modified Laspeyres Indices), Pengumpulan data
harga untuk penghitungan NTP dilakukan melalui Survei Harga Perdesaan dan Survei
Konsumen Perdesaan, dengan cakupan 33 provinsi di Indonesia yang meliputi lima
subsektor yaitu Subsektor Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman
id
Perkebunan Rakyat, Peternakan, dan Perikanan, Responden Survei Harga Perdesaan
o.
adalah petani produsen, sedangkan responden Survei Harga Konsumen Perdesaan
.g
adalah pedagang di pasar perdesaan.
ps
NTUP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap
indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari BPPBM,
.b
Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang
dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani,
w
Harga di Tingkat Petani adalah harga yang disepakati pada waktu terjadinya
transaksi antara petani dengan pedagang pengumpul/tengkulak/pihak
tp
Gabah Kualitas Rendah adalah gabah yang mengandung kadar air minimum dari
25,0 persen dan hampa/kotoran minimum 10,0 persen.
Survei Monitoring Harga Gabah dilaksanakan di 25 propinsi di Indonesia yang
meliputi 158 kabupaten terpilih (sampel). Dari masing-masing kabupaten terpilih
diambil tiga kecamatan tetap dan satu kecamatan tidak tetap. Responden adalah
petani produsen yang melakukan transaksi penjualan gabah. Pencatatan harga
dilaksanakan setiap bulan, tetapi saat panen raya (Maret s.d. Mei dan Agustus)
pencatatan harga dilakukan setiap minggu. Panen dengan sistem tebasan tidak
termasuk dalam pencatatan ini.
Beras Kualitas Premium adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken)
maksimum 10 persen.
Beras Kualitas Medium adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken) 10,1-
id
20 persen.
Beras Kualitas Rendah adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken) 20,1 -
o.
25 persen.
.g
Survei harga produsen beras di tingkat penggilingan dilakukan di 26 provinsi.
ps
Responden survei harga produsen beras di penggilingan adalah unit penggilingan
di tingkat kecamatan yang memiliki kapasitas giling cukup besar dan dianggap
.b
Indeks Harga Produsen (IHP) adalah angka indeks yang menggambarkan tingkat
://
perkembangan harga produsen sebagai indikator dini harga grosir maupun harga
eceran. Selain itu dapat juga digunakan untuk membantu penyusunan neraca
ht
Sesuai dengan Manual Producer Price Index (PPI), penghitungan IHP menggunakan
basic price (harga dasar). IHP dihitung menggunakan formula Laspeyres yang
dimodifikasi, dengan tahun dasar 2010=100. Hal ini berkaitan dengan sumber data
yang digunakan untuk menyusun diagram timbang yaitu Tabel Input-Output 2010
Updating. Harga yang digunakan untuk menghitung IHP bersumber dari Survei
Harga Produsen dan data sekunder. Pengumpulan harga dilakukan setiap bulan di
34 Provinsi. Pemilihan responden dilakukan secara purposive, sedangkan
pemilihan komoditas menggunakan kriteria cut off point. Pengelompokan
komoditas dalam IHP didasarkan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia (KBKI).
IHP (2010=100) yang disajikan BPS baru mencakup IHP output yaitu IHP pada
tahap final demand (produk akhir). Penyajian data IHP meliputi IHP gabungan dari
Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian dan Industri Pengolahan. Selain
IHP gabungan, cakupan IHP diperluas ke sektor jasa yang meliputi Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas, Pengelolaan Air, Angkutan Penumpang dan Penyediaan
Akomodasi, Makanan dan Minuman. Data IHP tersebut disajikan BPS secara
triwulanan, dan baru sampai tingkat/level nasional dalam bentuk indeks
gabungan, indeks sektor dan indeks subsektor.
id
diperdagangkan di suatu negara/daerah, Komoditas tersebut merupakan produksi
dalam negeri ataupun yang diekspor dan komoditas yang berasal dari impor,
o.
IHPB Konstruksi adalah salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk
keperluan perencanaan pembangunan .g
yang dapat menggambarkan
ps
perkembangan statistik harga bahan bangunan/kontruksi dapat digunakan
sebagai dasar untuk penghitungan eskalasi nilai kontrak sesuai dengan Keppres
.b
System (HS) untuk IHPB ekspor maupun impor, IHPB disajikan dalam 3 sektor
yakni: Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, dan Sektor Industri,
Data harga yang digunakan dalam penghitungan IHPB dikumpulkan dari 34
provinsi di Indonesia setiap bulannya, Formula yang digunakan untuk menghitung
IHPB adalah formula Modified Laspeyres, Penimbang (weight) yang digunakan
dalam penghitungan IHPB adalah nilai barang yang dipasarkan oleh pedagang
grosir untuk setiap komoditas terpilih yang diolah dari Tabel Input-Output 2010
Updating,
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang
datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh BPS
bekerja sama dengan Bank Indonesia, Survei ini dilakukan setiap triwulan di
beberapa kota besar terpilih di seluruh provinsi di Indonesia, Jumlah sampel STB
sebanyak 2,400 perusahaan besar dan sedang, dengan responden pimpinan
perusahaan.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini
yang dihasilkan BPS melalui Survei Tendensi Konsumen (STK), Sebelum triwulan I-
2011, BPS hanya melaksanakan STK di wilayah Jabodetabek, tetapi sejak triwulan
I-2011 pelaksanaan STK diperluas di seluruh provinsi, Jumlah sampel pada triwulan
I-2012 sebanyak 14,232 rumah tangga.
ITB dan ITK dihitung dengan menggunakan indeks komposit dari beberapa
variabel, Tujuan penghitungan ITB dan ITK adalah memberikan informasi dini
tentang perkembangan perekonomian baik dari sisi pengusaha maupun sisi
id
konsumen serta perkiraan kondisi bisnis dan kondisi konsumen triwulan
o.
mendatang.
10. Industri
.g
ps
Industri yang dimaksudkan adalah industri manufaktur (manufacturing industry)
dengan cakupan perusahaan industri berskala besar, sedang, kecil, dan mikro,
.b
kerja 100 orang atau lebih, perusahaan industri berskala sedang adalah
w
berskala mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 1 (satu)
tp
sampai dengan 4 (empat) orang, Indeks produksi industri besar dan sedang
merupakan hasil pengolahan data hasil dari Sampel Survei Industri Besar dan
ht
Sedang (IBS) yang dilakukan secara bulanan, dengan sampling unit perusahaan
industri berskala besar dan sedang, Banyaknya perusahaan IBS yang ditetapkan
sebagai sampel adalah 1.703 perusahaan, Metode penghitungan indeks produksi
bulanan menggunakan Metode Divisia, Indeks produksi industri mikro dan kecil
merupakan hasil pengolahan data hasil dari Sampel Survei Industri Mikro dan Kecil
(IMK) yang dilakukan secara triwulanan, dengan sampling unit perusahaan industri
berskala mikro dan kecil, Banyaknya perusahaan IMK yang ditetapkan sebagai
sampel adalah 24.000 perusahaan, Metode penghitungan indeks produksi IMK
triwulanan menggunakan Metode Paasche yang dimodifikasi, Semua Indeks
disajikan pada level 2-digit KBLI 2009 (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
Tahun 2009), Indeks produksi IBS dan IMK digunakan sebagai dasar penghitungan
tingkat pertumbuhan produksi IBS dan IMK, yang disajikan dalam BRS
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur triwulanan,
11. Pariwisata
Data pariwisata mancanegara (wisman) diperoleh setiap bulan dari laporan Ditjen
Imigrasi, yang meliputi seluruh Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Indonesia.
Wisman yang masuk dirinci menurut WNI (berdasarkan jenis paspor) dan WNA
(berdasarkan jenis visa), termasuk di dalamnya Crew WNA, baik laut maupun
udara. Untuk data karakteristik wisman yang lebih detil diperoleh dari hasil
pengolahan kartu kedatangan dan keberangkatan (arrival/departure card). Namun
pada tahun 2015 pengitungan Jumlah kunjungan wisman dilengkapi dengan data
lalu lintas WNA yang terdiri dari:
id
a. Wisman reguler
b. Kunjungan minimal WNA melalui pos lintas batas (PLB) darat
o.
c. Kunjungan WNA lainnya dan WNA berada di Indonesia kurang dari satu tahun
-
.g
Tidak bekerja (wisata lanjut usia mancanegara, mengikuti pendidikan dan
pelatihan, dakwah/rohaniawan, berobat, mengadakan penelitian, dan
ps
lain-lain)
- Bekerja paruh waktu (bidang konstruksi, konsultan, instruktur, dan lain-
.b
lain)
w
Data Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel diperoleh dari hasil Survei Hotel yang
w
dilakukan setiap bulan terhadap seluruh hotel bintang serta sebagian (sampel)
w
hotel non bintang (hotel melati) di seluruh Indonesia. Data yang dikumpulkan
meliputi jumlah kamar tersedia, jumlah kamar terpakai, jumlah tamu yang datang
://
(menginap) maupun jumlah tamu yang keluar dari hotel setiap harinya.
tp
negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan
tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan
lamanya kunjungan tersebut tidak lebih dari satu tahun.
Penjelasan teknis:
id
TPK Hotel adalah persentase banyaknya malam kamar yang dihuni terhadap
o.
banyaknya malam kamar yang tersedia.
.g
Rata-rata lamanya tamu menginap adalah hasil bagi antara banyaknya malam
tempat tidur yang terpakai dengan banyaknya tamu yang mneginap di hotel dan
ps
akomodasi lainnya.
.b
Data transportasi diperoleh setiap bulan dari PT (Persero) Angkasa Pura I dan II,
w
Kantor Bandara yang dikelola Ditjen Perhubungan Udara, PT (Persero) KAI (Kantor
w
Pusat dan Divisi Jabodetabek), PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I s,d, IV, dan
://
Kantor Pelabuhan yang dikelola Ditjen Perhubungan Laut, Data yang disajikan
mencakup jumlah penumpang berangkat dan jumlah barang dimuat dalam negeri,
tp
Nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain bervariasi. Nilai
tukar mata uang untuk transaksi besar yang meliputi aktivitas ekspor, impor,
swap, derivative, dan lain-lain, dipantau dan dilaporkan secara periodik oleh Bank
Indonesia. Di sisi lain, transaksi eceran penukaran mata uang melalui money
changer (tempat penukaran mata uang) yang tersebar di seluruh Indonesia
menggambarkan tingkat retail spot rate suatu mata uang.
BPS melaporkan informasi nilai tukar eceran rupiah secara periodik. Statistik yang
dihasilkan dapat digunakan untuk melihat pengaruh nilai tukar transaksi besar
terhadap nilai tukar transaksi eceran, perkembangan nilai tukar rupiah transaksi
14. Kemiskinan
id
yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
o.
b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang
terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
.g
Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan
ps
dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
.b
minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari.
w
id
dan sedang serta komoditas telur ayam ras didekati melalui perusahaan
o.
pembudidayaan ayam petelur. Kerangka sampel yang dibentuk ada dua, yaitu
.g
kerangka sampel pedagang dan kerangka sampel produsen. Banyaknya
sampel perusahaan/usaha/pengusaha perdagangan menengah dan besar
ps
serta produsen secara keseluruhan sebanyak 3.500 perusahaan. Metode
.b
sedangkan sisanya dipilih secara sistematik pada setiap komoditas. Jika jumlah
://
id
(wired)-broadband subscriptions per 100 inhabitants
3. Pelanggan internet broadband tanpa kabel per 100 penduduk/Wireless-
o.
broadband subscription per 100 inhabitants
C. Subindeks Keahlian
.g
ps
1. Angka melek huruf /Adult literacy rate
2. Angka partisipasi kasar sekunder (SMP sederajat dan SMA
.b
1. Indeks dinilai dalam skala 0-10, dimana semakin tinggi nilai indeks
menunjukkan pembangunan TIK suatu wilayah semakin pesat, demikian pula
tp