Pembahasan Mengenai Pluraistik (JANU)
Pembahasan Mengenai Pluraistik (JANU)
OLEH :
KELOMPOK
BHINEKA TUNGGAL IKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan
bimbingan-Nya sehingga laporan visitasi mata diklat Pilar Pilar Kebangsaan
ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah
untuk meningkatkan pengetahuan tentang Pilar Pilar Kebangsaan khususnya
semboyan negara Bhineka Tunggal Ika.
Secara umum, hasil dari kegiatan visitasi ini diharapkan dapat
meningkatan rasa nasionalisme serta meningkatan kemampuan dalam
mengaktualisasikan nilai dan semangat pilar pilar kebangsaan dalam
pelaksanaan kegiatan di lapangan. Perwujudan pilar-pilar kebangsaaan dalam
setiap langkah dan tindakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
dilakukan akan memberikan nilai lebih yang sinergi dengan rasa bangga menjadi
warga negara Indonesia (Nasionalisme).
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada tim Widyaiswara yang telah
membimbing penyusunan laporan ini dan tim dari Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) Republik Indonesia yang telah memberikan materi saat visitasi
berlangsung. Ucapan terima kasih juga tidak lupa kami sampaikan kepada
seluruh peserta Diklatpim IV angkatan 27 tahun 2017 yang telah melaksanakan
kegiatan ini dengan penuh kekompakan serta kepada seluruh tim kepanitiaan
yang terlibat mulai dari persiapan hingga pelaksanaan sehingga kegiatan visitasi
dapat berjalan dengan lancar.
Akhir kata, kami mohon maaf jika ada kekurangan dan semoga laporan
ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan
berikutnya di waktu yang akan datang. Saran dan masukan sangat kami
harapkan guna kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya.
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................
2
C. Pembatasan Masalah .........................................................
D. Rumusan Masalah .............................................................. 2
E. Tujuan Pembuatan Visitasi .................................................
3
F. Manfaat Pembuatan Visitasi ...............................................
3
3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 4
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 9
LAMPIRAN .............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian pilar kebangsaan adalah sistem keyakinan atau believe
system atau phisophiche grondslag, yan berisi konsep, prinsip dan nilai yang
dianut oleh rakyat negara-bangsa yang bersangkutan yang diyakini memiliki
kekuatan untuk dipergunakan sebagai landasan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (LAN 2017). Berdasarkan . terdapat 4 (empat) pilar
kebangsaan, yaitu i) Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara; ii) Undang-
undang Dasar (UUD) 1945 sebagai konstitusi negara; (iii) Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai bentuk negara; dan iv) Bhinneka Tunggal Ika
sebagai semboyan negara.
Sejak tahun 1951, bangsa Indonesia, dengan Peraturan Pemerintah No.
66 tahun 1951, menetapkan lambang negara bagi negara-bangsa yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ketetapan tersebut dikukuhkan
dengan perubahan UUD 1945 pasal 36A yang menyebutkan: Lambang Negara
ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang
negara Garuda Pancasila mengandung konsep yang sangat esensial dan
merupakan pendukung serta mengikat pilar-pilar dimaksud. Burung Garuda yang
memiliki 17 bulu pada sayapnya, delapan bulu pada ekornya, 45 bulu pada leher
dan 19 bulu pada badan di bawah perisai, menggambarkan tanggal berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perisai yang digantungkan di dada
Garuda menggambarkan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara, ideologi
bangsa dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sementara itu Garuda
mencengkeram pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal ika, menggambarkan
keanekaragaman komponen bangsa yang harus dihormati, didudukkan dengan
pantas dan dikelola dengan baik. Dengan demikian terjadilah suatu kesatuan
dalam pemahaman dan mendudukkan pilar-pilar tersebut dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (lppkb.wordpress.com)
Bhineka Tunggal Ika memiliki 5 (lima) prinsip untuk dapat
mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah i) Perilaku Inklusif; ii) Mengakomodasi
difat pluraristik; iii)Tidak Mencari menangnya sendiri; iv) Musyawarah untuk
mufakat; dan v) Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga tertinggi
negara yang berdasarkan pasal 2 ayat 1 UUD 1945, terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui
Pemilihan Umum dan diatur oleh Undang-undang. Berdasarkan Pasal 3 UUD
1945, MPR bertugas antara lain i) mengubah dan menetapkan UUD; dan ii)
Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Sebagai semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika harus tercermin di
MPR baik dalam bentuk susunan keanggotaan, proses pengambilan keputusan
serta penetapan kebijakan. Oleh karena itu, tema yang ingin diangkat adalah
Refleksi Bhineka Tunggal Ika di MPR.
B. Identifikasi Masalah
1) Keterwakilan Suku, Agama dan Ras di MPR
2) Proses pengambilan keputusan apakah dipengaruhi oleh Suku,
Agama dan Ras?
3) Sistem pemilihan anggota MPR?
4) Esensi Bhineka Tunggal Ika di MPR?
C. Pembatasan Masalah
Keterwakilan Suku, Agama dan Ras di MPR karena MPR miniatur
multikultularisme masyarakat Indonesia dan semakin maraknya upaya
mengkotak-kotakkan multikultularisme yang ada di Indonesia serta
intoleransi yang tinggi.
D. Perumusan Masalah
Perilaku inklusif, mengakomodasi sifat pluralistik, tidak mencari
menangnya sendiri, musyarawah untuk mufakat, dan dilandasi rasa kasih
sayang dan rela berkorban
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi,
bahasa, dan adat-istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai,
antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa yang harus
dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan
rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta
menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu. Bila setiap
warganegara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan
ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta
mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara
Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.
B. Rekomendasi
Upaya yang berkesinambungan dan sosialisasi dilakukan melalui
pendidikan (baik pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan formal
dan informal), dialog perlu dilakukan secara intensif di era reformasi dan
globalisasi saat ini sebagai upaya memupuk rasa nasionalisme bagi
negara yang multikultural dan pluralistik. Karena prinsip unity in diversity
yang terkandung dalam semboyan negara Indonesia Bhineka Tunggal
Ika bukan kata-kata belaka tetapi merupakan suatu kekuatan bangsa
yang akan menjadikan Indonesia menjadi negara modern demokratis
yang bebeda dengan negara-negara lainnya.
DAFTAR PUSTAKA