Anda di halaman 1dari 6

3.

3 RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK


1. Penentuan ras melalui gigi geligi
a. Mongoloid

Adanya bentuk sekop pada gigi imcisor RA

Bentuk gigi molarnya dominan seperti segi empat


Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20%
mongoloid
Lengkungan rahang berbentuks elips
Batas bagian mandibula berbentuk lurus

b. Negroid
Akar premolar yang memebelah atau 3 akar
Premolar 1 terdapat 2 atau 3 cusp
Sering ditemukan molar 4
Gigi molar berbentuk segiempat
Lengkung rahang berbentuk huruf U
Sering terdapat open bite
c. Caucasoid
Sering terdapat cusp carabelli bagian palatar molar 1
Lengkung rahang sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan
parabola

Bentuk gigi

Gigi molar 1 bawah lebih panjang


Pendataran daerah sisi bucco lingual pada gigi P2 dari mandibula
Dagu terlihat lebih menonjol
2. Penentuan Jenis Kelamin melalui gigi geligi
Untuk menentukan jenis kelamin melalui gigi dapat dilihat dari beberapa aspek :

Bentuk dan ukuran gigi insisivus pada pria dan wanita


1. Ukuran gigi
Pria :
Bentuk gigi persegi dengan sudut distal juga persegi
Ukuran insisivus lateral lebih kecil dari sentral
Permukaan labial datar
Supra orbital lebih menonjol
Proc. Mastoideus lebih kasar dan panjang
Wanita :
Bentuk gigi lonjong dengan sudut distal membulat
Ukurang insisivus lateral jauh lebih kecil dari sentral
Permukaan labiah lebih cembung
Supra orbital kurang menonjol
Proc Mastoidesus halus dan pendek
2. Pemeriksaan DNA
Pada pemeriksaan DNA ini dapat dilakukan analisa saliva, pulpa, dan jaringan
lunak lainnya pada rongga mulut

3.Penentuan Umur melalui gigi geligi


Penentuan umur dapat dilakukan dengan memanfaatkan :
Pola pertumbuhan gigi (erupsi gigi),
Struktur anatomi gigi
Rahang, dan
Tengkorak
Usia Pertumbuhan Gigi Susu (20 Buah)
(Bulan)
6-12 Gigi Insisivus Medial Mandibula
12-14 Gigi Insisivus Medial Maksila (7-9 bulan)
16-20 Gigi Insisivus Lateral Mandibula (8-10 bulan)
20-24 Molar pertama
Kaninus
Molar kedua

Waktu tumbuhnya gigi permanen :


- Molar ke 1 : 6-7 tahun
- Insisivus medial : 6-8 tahun
- Insisivus lateral : 7-9 tahun
- Kaninus : 9-12 tahun
- Premolar 1 dan 2 : 10-12 tahun
- Molar ke-2 : 11-13 tahun
- Molar ke-3 (Gigi Wisdom): 17-24 tahun

Dapat juga dilihat dari rahang :


Anak-Anak Dewasa Usia Lanjut
1. Ramus 1. Sudut antara tulang 1. Tulang rahang dengan
mandibula yang rahang dengan ramus ramus kembali
pendek sehingga mandibula hampir membentuk sudut
membentuk sudut siku-siku. yang tumpul.
yang tumpul dengan 2. Foramen mentalis 2. Gigi yang tanggal
rahang terletak pada disertai dengan
2. Foramen mentalis petengahan antara absorbsi prosesus
bermuara dekat pada batas atas dan bawah alveolaris yang
pinggiran bawah tulang mandibula. menyebabkan
tulang mandibula. 3. Kondilus tertelak di mandibula menjadi
3. Prosesus koronoid atas prosesus koronoid semakin mengecil.
berada di atas kondilus 3. Foramen mental juga
semakin dekat dengan
pinggiran alveolar.

4. Penentuan golongan darah melalui saliva dan pulpa gigi


5. Analisis jejas gigitan (bite marks)
Yaitu bekas gigitan gigi geligi yang ditinggalkan pada tubuh korban yg
merupkan gambar letak dan bentuk ujung-ujung gigi/susunan gigi (umumnya
gigi depan). Pada kulit terdapat abrasi dangkal, bila terjadi pd saat korban masih
hidup terdapat reaksi vital disekitar bekas gigitan (hiperemi dan ruptur kapiler)
Tipe dari bekas gigitan :
a. Manusia : luka agak dalam, kulit sobek, bekas sedotan akibat gigitan
b. Hewan : Anjing, Kucing, Tikus, Ular, Ikan hiu (sobekan dalam), bite mark
yang nyata
Prinsip dari bitemarksadalah menemukan kesamaan antara pola gigitan pada
bitemark dengan cetakan model gigi yang ada
6. Analisa trauma orofasial yang berhubungan dengan tindak kekerasan

PERAN DOKTER GIGI FORENSIK


Dokter gigi berperan penting dalam melakukan identifikasi korban bencana
karena korban hangus terbakar dan mengalami pembusukan tingkat lanjut sulit untuk
dikenalidan sudah tidak dapat dilakukan identifikasi secara visual.
1. Identifiksi korban
Pada fase kedua dalam proses DVI, dilakukan pemeriksaan post mortem pada
korban. Pemeriksaan ini menerapkan praktik ilmu odontologi forensik. Pada fase
tersebut dokter gigi melakukan pemeriksaan post mortem sedetail-detailnya.
Seperti sidik jari, pemeriksaan terhadap gigi, dan barang bawaan mayat. Dan
juga dilakukan pengambilan sampel jaringan untuk pemeriksaan DNA. Dima
DNA dapat diidentifikasi melalui analisa air liur dan jaringan dari sel dalam
rongga mulut.
2. Sebagai saksi ahli dalam tindak pidana
a. Visum et Repertum (VeR)
Merupakan keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap seseorang, baik
hidup atau mati ataupun bagian yang diduga bagian dari tubuh manusia
berdasarkan keilmuan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan.
VeR berisi uraian hasil pemeriksaan medik yg dijadikan alat bukti bagi
Penuntut Umum untuk mengajukan dakwaan kepada tersangka.
Jenis Visum et Repertum :
1. Visum et Repertum korban hidup
Visum et Repertum perlukaan atau kecederaan
Visum et Repertum kejahatan seksual
Visum et Repertum keracunan
2. Visum et Repertum jenazah
3. Visum et Repertum psikiatrik (kejiwaan)
Ketentuan-ketentuan umum penulisanVisum et Repertum adalah :
Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.
Bernomor dan bertanggal.
Format :
1. Mencantumkan kata Pro Justicia di bagian atas (kiri atau tengah)
2 . Bagian isi terdiri dari :
a. . Pendahuluan, Memuat keterangan tentang :
Identitas (korban, yang meminta pemeriksaan, yang melakukan
pemeriksaan dan yang diperiksa).
Jenis pemeriksaan yang dilakukan.
b. Hasil Pemeriksaan : semua keterangan pemeriksaan dan bersifat
rahasia
c. Kesimpulan : Kesimpulan ini memuat pendapat dokter gigi yang
memeriksa dan ahli lain memeriksa sebagai hasil pemeriksaan
d. Penutup
Tidak menggunakan singkatan dan istilah asing.
Ditandatangani, diberi nama jelas. dan distempel instansi pemeriksa
Bersifat rahasia dan harus disimpan sampai 30 tahun

b. Memberi pernyataan dalam persidangan


Setelah melakukan visum/autopsi, seorang dokter gigi bertanggung jawab
dalam memberikan pernyataan dalam persidangan guna untuk menegakkan
penyelidikan. Pernyataan ini harus benar adanya sesuai KUHAP pasal 120
ayat 2.

Referensi : Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran


Forensik dalam Penyidikan. Sagung Seto. Jakarta. P-291-3

Anda mungkin juga menyukai