PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi
tambahan tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.
c. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu tersebut antara
lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara
endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa.
Jenis imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis Meningokokus, imunisasi
demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies (VAR).
2. Jenis imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b (Hib),
Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella, Demam Tifoid, Hepatitis
A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis.
DPT
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang
inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg
murni dan bersifat non infectious.
Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
Kemasan :Vial 5 ml
Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam, pembengkakan dan kemerahan
daerah suntikan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24
jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari.
Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada
saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia
infeksi berat yang disertai kejang.
HB
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan
2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda
tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan
tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai berumur beberapa
bulan setelah lahir.
Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas atau
pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Kemasan :HB PID
Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti
Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
HiB
Pemberian vaksin Hib bertujuan mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenzae tipe B (Hib)
yang sering menyerang anak-anak berusia 3 bulan hingga 3 tahun, dan puncaknya pada anak usia 6-
7 tahun. Infeksi Hib dapat menyebabkan berbagai penyakit yang cukup serius pada selaput otak
(meningitis), radang paru-paru (pneumonia), sulit bernapas akibat epiglotitis (infeksi dan
pembengkakan epiglotis atau katup tulang rawan di dalam tenggorokan yang menutup saat kita
menelan, agar makanan tidak masuk dalam tenggorokan).
Vaksin Hib dianjurkan diberikan pada anak saat berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 12-15 bulan.
Anak berusia 5 tahun yang tidak pernah mendapatkan vaksin Hib lengkap saat bayi, juga perlu
mendapatkan vaksin Hib.
Reaksi Imunisasi :
Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Kemasan : Vial
Efek samping : Setelah pemberian vaksin Hib, kadang-kadang didapatkan beberapa efek samping
yang ringan yaitu demam, dan bila sudah dapat berbicara si Kecil akan mengeluh nyeri, kadang-
kadang akan tampak kemerahan dan bengkak pada bekas suntikan. Reaksi ini terjadi sekitar 1-2
hari.
b. Campak
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak (morbilli/measles). Saat ini ada beberapa macam vaksin campak yaitu
monovalen, kombinasi vaksin campak dengan vaksin Rubella (MR), kombinasi dengan mumps dan
rubella (MMR), Kombinasi dengan mumps, rubella dan varisella (MMRV) (Ranuh, 2011).
Pemberian imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan, secara subkutan walaupun demikian
dapat diberikan secara intramuskular. Dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal, karena antibodi dari
ibu sudah menurun di usia 9 bulan.
Vaksin campak dapat mengakibatkan sakit ringan dan bengkak pada lokasi suntikan yang
terjadi 24 jam setelah vaksinasi. Pada 5-15% kasus terjadi demam (selama 1-2 hari), pada 2 %
terjadi kasus kemerahan (selama 2 hari). Kasus ensefalitis pernah dilaporkan terjadi (perbandingan
1/1.000.000 dosis), kejang demam (perbandingan 1/3.000 dosis).
Terdapat beberapa kontraindikasi pada pemberian vaksin campak. Hal ini sangat penting,
khususnya untuk imunisasi pada anak penderita malnutrisi. Vaksin ini sebaiknya tidak diberikan
bagi orang yang alergi terhadap dosis vaksin campak sebelumnya, anak dengan infeksi akut disertai
demam, anak dengan defisiensi sistem kekebalan serta anak dengan pengobatan intensif yang
bersifat imunosupresif.
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk program imunisasi
dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi
dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR
Penyimpanan :Freezer, suhu -20 C
Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml
(aquadest)
Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan
sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan,
atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.
Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya
pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah
penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat
berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu hamil.
Pemberian booster (pengulangan) dibeikan pada balita usia 24 bulan (2 tahun)
Catatan:
- Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
- Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
2. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi
dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita
usia subur (WUS) termasuk ibu hamil.
Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan
pelayanan antenatal. Batasan Wanita Usia Subur WUS adalah antara 15-49 tahun.
Tabel 2.2 Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun
Tabel 2.3 Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar
Catatan:
- Batita yang telah mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan
mempunyai status imunisasi T3.
- Anak usia sekolah dasar yang telah mendapatkan imunisasi DT dan Td
dinyatakan mempunyai status imunisasi T4 dan T5.
Catatan:
- Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T (screening) terlebih
dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
- Pemberian imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian imunisasi TT
sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan
Anak, rekam medis, dan/atau kohort.