Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang
menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Potter
& Perry, 2005)
Pasien yang dirawat di unit pelayanan kesehatan sangat rentan terhadap infeksi
yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien dirawat di bangsal rawat
inap, kondisi lingkungan di sekitar, dan daya tahan tubuh pasien itu sendiri. Penularan
dapat terjadi dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke pasien yang lain, dari pasien
ke pengunjung atau keluarga pasien maupun petugas kesehatan kepada pasien. Infeksi ini
dikenal dengan infeksi nosokomial atau di rumah sakit yang saat ini disebut dengan
HAI’S (Hospital Acquired Infection) dimana dapat memperpanjang lama rawat,
meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta menambah biaya perawatan (Damadi,
2008).
Infeksi nosokomial juga didefinisikan sebagai infeksi yang terkena pada pasien
semasa dirawat di unit pelayanan kesehatan, dimana infeksi yang terjadi setelah 72 jam
pasien dirawat dan pasien tersebut tidak menunjukan gejala infeksi saat masuk rumah
sakit (WHO, 2009). Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukan bahwa
sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah,
Asia Tenggara dan Pasifik menunjukan adanya infeksi nosokomial dan Asia Tenggara
sebanyak 10% (WHO, 2002).
Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di rumah sakit atau di
puskesmas daya tahan tubuh sedang menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya
infeksi silang karena kuman – kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh
penderita dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial (Arfiana, dkk.,2012). Beberapa
kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien namun
menyebabkan pasien dirawat lebih lama yang berdampak pada bertambahnya biaya
perawatan akibat lama perawatan akan bertambah (Baker, et al., 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meilia Supeni didapatkan hubungan
antara kepatuhan pelaksanaan hand hygiene dengan pertumbuhan bakteri penyebab
infeksi nosokomial dengan nilai korelasi 0,327 (Supeni, 2010). Mikroorganisme memiliki
beberapa cara penularan untuk membantu memfasilitasi perpindahan suatu agen dari
reservoir ke penjamu yang rentan. Mekanisme penularan infeksi melalui penularan
langsung, tidak langsung dan melalui udara (Arias, 2010). Selama perawatan medis,
tangan tenaga layanan kesehatan sering berkontak dengan pasien.Dengan demikian,
tangan klinisi tersebut merupakan sarana yang paling lazim untuk penularan infeksi
nosokomial.Penularan melalui rute ini lebih sering terjadi dibandingkan penularan
bawaan vektor, bawaan udara ataupun bentuk kontak langsung dan tidak langsung (Pruss,
et al., 2005).
Upaya dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dengan
menerapkan prinsip asepsis dan menerapkan standar tinggi untuk menghilangkan sumber
potensial penyakit. Menghambat rute penularan bakteri dari sumber potensial dan
reservoir bakteri ke orang yang tidak mengalami infeksi dengan hand hygiene yang
efektif terutama pada petugas kesehatan juga merupakan salah satu pencegahan (Brooker,
2009). Hand hygiene termasuk cuci tangan dan disinfeksi tangan merupakan tindakan
pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh tenaga layanan kesehatan. Pencucian
tangan menyeluruh dengan jumlah air dan sabun yang memadai dapat menghilangkan
lebih dari 90% flora sementara. Disinfeksi dengan alkohol digunakan untuk membunuh
mikroorganisme beserta kontaminan yang ada (Pruss, et al.,2005). Meningkatkan
resistensi pasien terhadap infeksi, termasuk status nutrisi dan kerentanan terhadap infeksi
dalam upaya menekan penularan infeksi (Brooker, 2009).
Teknik aseptik adalah metode yang digunakan untuk mencegah infeksi
nosokomial.Prosedur ini harus dilakasanakan untuk meminimalkan resiko infeksi,
diperkirakan 30% infeksi nosokomial dapat dicegah (Baker, et al., 2008).The Centers for
Disease Control and Prevension mengeluarkan rekomendasi untuk hand hygiene yang
merupakan salah satu tindakan aseptik. Hand hygiene adalah istilah yang diterapkan
untuk mencuci tangan, menggunakan antiseptik mencuci tangan, atau antiseptis tangan
untuk pembedahan. Data menunjukkan bahwa pembersihan tangan dengan antiseptik
pencuci tangan lebih efektif dalam mengurangi infeksi nosokomial dari pada mencuci
tangan dengan cara biasa (Garber, et al., 2010). Tangan dapat membawa sejumlah
organisme secara signifikan, baik patogen maupun flora normal.Mencuci tangan yang
tepat dapat menurunkan angka infeksi dan secara potensial mengurangi transmisi ke
pasien.Sabun dan air memberikan pengurangan mekanis bagi mikroorganisme dan
menghilangkan kotoran.Sabun antimikroba memberikan inhibisi tambahan terhadap
mikroorganisme yang menetap (Dirckx, 2005). Penelitian membuktikan infeksi
nosokomial di RS terjadi akibat kurangnya kepatuhan petugas.Rata-rata kepatuhan
petugas untuk mencuci tangan di Indonesia 20%-40% (Depkes, 2010).
Tangan merupakan sarana untuk hampir setiap penyebaran patogen potensial dari
satu pasien ke pasien lain, dari objek yang terkontaminasi ke pasien, atau dari staff
member ke pasien. Untuk dapat melindungi pasien dari infeksi, hand hygiene harus
dilaksanakan secara rutin dan sesuai dengan rekomendasi (Kowalak,2009). Hand hygiene
adalah salah satu tindakan prevensi untuk cross infection.Mencuci tangan yang tidak
memadai dapat menjadi wadah terjadinya infeksi (Friedman & Petersen, 2004).Hand
hygiene adalah tindakan yang biasa di lakukan oleh masyarakat setiap hari dan biaya
yang dikeluarkan untuk menyediakan fasilitas hand hygiene baik wastafel untuk
melaksanakan hand washing atau pun alkohol based hand rub tersebut tidak tinggi, tetapi
memiliki manfaat yang cukup besar untuk mencegah terjadinya HAIs yang dapat
mengakibatkan pengeluaran biaya yang lebih besar bahkan kematian
Puskesmas Sekupang merupakan salah satu pusat kesehatan masyarakat yang
berada di Kota Batam, yang memiliki layanan rawat jalan, IGD 24 jam, persalinan
normal, dan rawat inap. Selama ini belum ada penelitian mengenai kepatuhan
pelaksanaan hand hygiene di Puskesmas Sekupang, terutama pada seluruh pegawai
Puskesmas sehingga dari keadaan tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan hand hygiene dengan kepatuhan pelaksanaan hand
hygiene pada petugas kesehatan di Puskesmas Sekupang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas, yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tatacara hand hygiene pada petugas kesehatan
di Puskesmas Sekupang.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan hand hygiene petugas kesehatan
Puskesmas Sekupang
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tatacara hand hygiene pada petugas
kesehatan di Puskesmas Sekupang
b. Untuk meningkatkan pengetahuan tatacara hand hygiene pada petugas
kesehatan di Puskesmas Sekupang
c. Untuk meningkatkan kepatuhan pelaksanaan dalam melakukan hand
hygiene di Puskesmas Sekupang

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat untuk Puskesmas
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Memberikan informasi mengenai pentingnya hand hygiene untuk upaya preventif
penularan infkesi
2. Meningkatkan kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan di Puskesmas Sekupang
3. Diharapkan dapat memberikan masukan untuk mencari metode terbaik dalam
meningkatkan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene pada petugas kesehatan
Puskesmas Sekupang.

1.4.2. Manfaat Untuk Dokter Internsip


a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang upaya pencegahan
penularan infeki terutama dengan cara hand hygiene
b. Menambah pengalaman berinteraksi dan komunikasi.
c. Sebagai salah satu syarat memenuhi kegiatan Program internsip Dokter
Indonesia di wahana Puskesmas Sekupang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hand Hygiene


2.1.1. Pengertian
Hand hygiene merupakan istilah umum yang biasa digunakan untuk menyatakan
kegiatan yang terkait membersihkan tangan (WHO, 2009). Salah satu cara untuk
mencegah kontaminasi silang dari mikrorganisme sehingga dapat menurunkan dan
mencegah insiden kejadian infeksi nosokomial yaitu hand hygiene, baik itu melakukan
proses cuci tangan atau disinfeksi tangan merupakan (Akyol, 2007). Salah satu cara
terpenting dalam rangka pengontrolan infeksi agar dapat mencegah infeksi nosokomial
yaitu dengan cara melaksanakan hand hygiene, baik melakukan cuci tangan ataupun hand
rubbing (Mani, dkk., 2010).

2.1.2. Tujuan Hand Hygiene


Tujuan hand hygiene dilakukan secara rutin dalam perawatan pasien ialah untuk
menghilangkan kotoran dan bahan organik serta kontaminasi mikroba dari kontak dengan
pasien atau lingkungan (WHO, 2009).
Kebersihan tangan tenaga kesehatan sangat membantu pencegahan penularan
kuman berbahaya dan mencegah infeksi terkait perawatan kesehatan. Hal ini dikarenakan
tangan adalah jalur utama penularan kuman selama perawatan pasien (Pratami, dkk.,
2012).
Perpindahan kuman patogen secara umum terjadi pada tangan petugas kesehatan
yang terkontaminasi (Mani, dkk., 2010). Dalam “WHO Guideline on Hand hygiene in
Health Care” yang diterbitkan pada tahun 2009 diketahui bahwa terdapat bakteri yang
mendiami tangan manusia, yaitu :
1) Resident flora merupakan mikroorganisme yang bertempat tinggal di kulit
yaitu pada lapisan luar startum corneum dan pada permukaan kulit. Resident
flora tidak terlalu dikaitkan dengan kejadian infeksi nosokomial. Contoh :
Staphylococcus Epididimis, S. Hominis, beberapa jenis bakteri dan fungi.
2) Transient flora merupakan mikroorganisme pada lapisan kulit yang dapat
dihilangkan dengan pelaksanaan hand hygiene secara rutin. Transient flora
dapat bertahan dan memperbanyak diri secara sporadis pada permukaan kulit
walau jenis mikroorganisme ini tidak memperbanyak diri pada kulit. Jenis
mikroorganisme yang termasuk transient flora ini didapatkan petugas
kesehatan dari kontak langsung dengan pasien. Selain kontak langsung
dengan pasien, transient flora juga bisa mengontaminasi tangan petugas
kesehatan saat kontak langsung dengan lingkungan pasien yang
terkontaminasi. Contoh : S. aureus, Basilus Gram-negatif, atau ragi.

Menurut Akyol (2007) sebagian besar bakteri yang termasuk transient flora
terbawa oleh tangan manusia. Mencuci tangan secara cermat merupakan metode paling
efektif untuk mencegah perpindahan bakteri ini pada pasien.

2.1.3. Indikator Cuci Tangan


Indikator mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk antisipasi terjadinya
perpindahan kuman melalui tangan (Depkes RI, 2008), yaitu:
1) Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak
langsung dengan klien), saat akan memakai sarung tangan bersih maupun
steril, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infus.
2) Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa pasien, setelah
memegang alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi, setelah
menyentuh selaput mukosa.
World Health Organization (WHO, 2009) memperkenalkan konsep five moments
hand hygiene sebagai evidence-based untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial
yang harus dilaksanakan sesuai dengan seluruh indikasi yang telah ditetapkan tanpa
memperhatikan apakah petugas kesehatan menggunakan sarung tangan atau tidak.
WHO telah mengembangkan moment untuk kebersihan tangan yaitu Five
Moments for Hand Hygiene, yang telah diidentifikasi sebagai waktu kritis ketika
kebersihan tangan harus dilakukan yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum
tindakan aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien,
dan setelah kontak dengan lingkungan pasien (WHO, 2009).
Dua dari lima momen untuk kebersihan tangan terjadi sebelum kontak. Indikasi
"sebelum" momen ditujukan untuk mencegah risiko penularan mikroba untuk pasien.
Tiga lainnya terjadi setelah kontak, hal ini ditujukan untuk mencegah risiko transmisi
mikroba ke petugas kesehatan perawatan dan lingkungan pasien.
WHO (2009) menetapkan indikasi five moments hand hygiene yang dimaksud
meliputi:
1) Sebelum menyentuh pasien
Hand hygiene yang dilakukan sebelum menyentuh pasien bertujuan
untuk melindungi pasien dengan melawan mikroorganisme, dan di beberapa
kasus melawan infeksi dari luar, oleh kuman berbahaya yang berada di
tangan. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah:
a) Sebelum berjabat tangan dengan pasien.
b) Sebelum membantu pasien melakukan aktivitas
pribadi: bergerak, mandi, makan, dan berpakaian.
c) Sebelum melakukan perawatan dan tindakan non-invasif
lainnya: pemasangan masker oksigen dan melakukan masase.
d) Sebelum melakukan pemeriksaan fisik non-invasif: memeriksa
nadi, memeriksa tekanan darah, auskultasi dada, dan merekam
ECG.

2) Sebelum melakukan prosedur bersih/ aseptic


Hand hygiene yang dilakukan sebelum melakukan prosedur bersih/
aseptik bertujuan untuk melindungi pasien dengan melawan infeksi kuman
berbahaya, termasuk kuman yang berada di dalam tubuh pasien. Contoh
tindakan dari indikasi ini adalah:
a. Sebelum menyikat gigi pasien, memberikan obat tetes mata,
pemeriksaan vagina atau rektal, memeriksa mulut, hidung,
telinga dengan atau tanpa instrumen, memasukkan suppositori,
dan melakukan suction mukus.
b. Sebelum membalut luka dengan atau tanpa insrumen, pemberian
salep pada kulit, dan melakukan injeksi perkutan.
c. Sebelum memasukkan alat medis invasif (nasal kanul,
Nasogastric Tube (NGT), Endotracheal Tube (ETT), periksa
urin, kateter, dan drainase), melepas/ membuka selang
peralatan medis (untuk makan, pengobatan, pengaliran,
penyedotan, dan pemantauan).
d. Sebelum mempersiapkan makanan, pengobatan, dan peralatan
steril
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
Hand hygiene yang dilakukan setelah kontak dengan cairan tubuh
pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari infeksi oleh kuman
berbahaya dari tubuh pasien dan mencegah penyebaran kuman di lingkungan
perawatan pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah:
a. Ketika kontak dengan membran mukosa atau dengan kulit
yang tidak utuh.
b. Setelah melakukan injeksi; setelah pemasangan dan pelepasan
alat medis invasif (akses ke pembuluh darah, kateter, selang,
dan drainase); setelah melepas dan membuka selang yang
terpasang dalam tubuh.
c. Setelah melepaskan peralatan medis invasif.
d. Setelah melepas alat perlindungan (serbet, gaun, dan handuk
pengering).
e. Setelah menangani sampel yang mengandung bahan organik,
setelah membersihkan ekskresi dan cairan tubuh lainnya,
setelah membersihkan benda atau peralatan yang
terkontaminasi (sprei tempat tidur yang kotor, gigi palsu,
instrumen, dan urinal).

4) Setelah menyentuh pasien


Hand hygiene yang dilakukan setelah menyentuh pasien bertujuan
untuk melindungi petugas kesehatan dari kuman yang berada di tubuh pasien
dan melindungi lingkungan perawatan pasien dari penyebaran kuman. Contoh
tindakan dari indikasi ini adalah :
a. Setelah berjabat tangan.
b. Setelah membantu pasien melakukan aktivitas pribadi: bergerak,
mandi, makan, dan berpakaian.
c. Setelah melakukan perawatan dan tindakan non-invasif lainnya:
pemasangan masker oksigen dan melakukan masase.
d. Setelah melakukan pemeriksaan fisik non-invasif: memeriksa

8
nadi, memeriksa tekanan darah, auskultasi dada, dan merekam
ECG.

5) Setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien


Hand hygiene yang dilakukan setelah menyentuh peralatan di sekitar
pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari kuman yang
berada di tubuh pasien yang kemungkinan juga berada di permukaan/ benda-
benda di sekitar pasien dan untuk melindungi lingkungan perawatan dari
penyebaran kuman. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah:
a. Setelah kontak fisik dengan lingkungan pasien: mengganti
sprei tempat tidur, memegang rel tempat tidur, dan
membereskan meja yang berada di sebelah tempat tidur
pasien.
b. Setelah melakukan aktivitas perawatan: mengatur kecepatan
perfusi, dan membenahi alarm monitor.
c. Setelah kontak dengan permukaan atau benda
lainnya (sebaiknya hindari aktivitas yang tidak diperlukan).

Gambar 2.1 Five Moments Hand Hygiene (WHO, 2009)

9
2.1.4. Enam Langkah Hand Hygiene
Prinsip dari 6 langkah hand hygiene antara lain :
1) Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan
antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik
(handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua ini di sekitar
ruangan pelayanan pasien secara merata.
2) Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60
detik.
3) 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash

WHO (2009) menyatakan 6 langkah prosedur hand hygiene, yaitu:


1) Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
2) Gosokan punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan kanan
dan sebaliknya.
3) Gosokan kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
4) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
5) Kemudian gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukan sebaliknya.
6) Gosok dengan memutar ujung jari ditelapak tangan kiri dan
sebaliknya.

Gambar 2.2 Prosedur 6 langkah Hand Hygiene (WHO, 2009)

10
2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Pelaksanaan Hand Hygiene.
Secara umum petugas kesehatan peduli terhadap pentingnya hand hygiene
untuk pencegahan infeksi, namun pemenuhan hand hygiene sesuai prosedur masih
rendah. Akyol (2007) dalam jurnalnya yang berjudul “Hand hygiene among
Nurses in Turkey : Opinions and Practices”, menuliskan bahwa kepatuhan
petugas kesehatan masih rendah, biasanya di bawah 50% untuk melaksanakan
hand hygiene sesuai aturan. Pernyataan yang sama juga terdapat dalam jurnal
Mani, dkk. (2010), yaitu pemenuhan hand hygiene masih di bawah 50% dari yang
seharusnya yaitu pelaksanaan yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Karabay, dkk. (2008), dalam jurnal dengan judul “Compliance and
Efficacy of Hand Rubbing during In-Hospital Practice” mengungkapkan
mengenai faktor rendahnya pelaksanaan hand hygiene yaitu karena waktu yang
terbatas, meningkatnya beban kerja, menurunnya jumlah tenaga, keyakinan bahwa
menggunakan sarung tangan sudah tidak membutuhkan hand hygiene, jauh untuk
mencapai bak cuci, ketidakpedulian dan tidak setuju perawat terhadap aturan.
Alasan yang hampir serupa seperti tidak terdapat fasilitas cuci tangan, iritasi dan
kering pada kulit, telah menggunakan sarung tangan, kurangnya motivasi, tidak
memikirkan tentang hand hygiene atau alasan terlalu sibuk, juga ditemukan pada
jurnal Akyol (2007) yang berjudul “Hand hygiene among nurses in Turkey :
opinions and practices.”
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hand hygiene perawat
menurut Lankford, et Al. (2009) meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan, masa kerja, ketersediaan fasilitas untuk mencuci tangan, kondisi
pasien dan kebijakan rumah sakit rendah, biasanya di bawah 50% untuk
melaksanakan hand hygiene sesuai aturan. Pernyataan yang sama juga terdapat
dalam jurnal Mani, dkk. (2010), yaitu pemenuhan hand hygiene masih di bawah
50% dari yang seharusnya yaitu pelaksanaan yang sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
Karabay, dkk. (2008), dalam jurnal dengan judul “Compliance and
Efficacy of Hand Rubbing during In-Hospital Practice” mengungkapkan
mengenai faktor rendahnya pelaksanaan hand hygiene yaitu karena waktu yang

11
terbatas, meningkatnya beban kerja, menurunnya jumlah tenaga, keyakinan bahwa
menggunakan sarung tangan sudah tidak membutuhkan hand hygiene, jauh untuk
mencapai bak cuci, ketidakpedulian dan tidak setuju perawat terhadap aturan.
Alasan yang hampir serupa seperti tidak terdapat fasilitas cuci tangan, iritasi dan
kering pada kulit, telah menggunakan sarung tangan, kurangnya motivasi, tidak
memikirkan tentang hand hygiene atau alasan terlalu sibuk, juga ditemukan pada
jurnal Akyol (2007) yang berjudul “Hand hygiene among nurses in Turkey :
opinions and practices.”
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hand hygiene perawat
menurut Lankford, et Al. (2009) meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan, masa kerja, ketersediaan fasilitas untuk mencuci tangan, kondisi
pasien dan kebijakan rumah sakit.

12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penilitian
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui
pengetahuan seluruh pegawai Puskesmas tentang cara melakukan hand hygiene
yang baik dan benar dan kemudian dilakukan penyuluhan satu kali pada saat
penelitian.

3.2. Defenisi Operasional


Adapun defenisi operasional dari pengetahuan tata cara hand hygiene yang
baik dan benar pada table 3.1 dibawah ini:

Table 3.1. Defenisi Operasional


Indikator Utama Definisi Operasional
Pengetahuan tatacara hand a. Bisa melakukan cuci tangan, beraturan,
hygiene yang baik dan benar dan cara sudah benar
b. Bisa melakukan cuci tangan, beraturan
tapi cara tidak benar
c. Bisa melakukan cuci tangan, tidak
beraturan dan cara tidak benar

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh pegawai Puskesmas Sekupang
khususnya pegawai yang sering melakukan kontak langsung dengan pasien.

13
3.3.2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan mengumpulkan
pegawai Pukesmas Sekupang yang sering melakukan kontak langsung
dengan pasien atau purposive sample.

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sekupang dan dilaksanakan pada
bulan Juni 2018.

3.5. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara, observasi, dan tes
sebagai metode untuk mendapatkan informasi dan data dari responden.
Wawancara berupa menggali pengetahuan responden tentang tatacara hand
hygiene, kemudian responden melakukan hand hygiene dan peneliti melakukan
observasi. Dari data yang didapat, hasil dikelompokkan menjadi tiga kategori
yaitu :
a. Bisa melakukan cuci tangan, beraturan, dan cara sudah benar
b. Bisa melakukan cuci tangan, beraturan tapi cara tidak benar
c. Bisa melakukan cuci tangan, tidak beraturan dan cara tidak benar
Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan intervensi tatacara hand
hygiene kepada responden, kemudian akan dievaluasi kembali setelah intervensi.

3.6. Pelaksanaan Pengolahan Data


Tahap awal, peneliti mengumpulkan responden secara berkelompok sekitar
2-5 orang, kemudian melakukan wawancara dan observasi untuk menilai tingkat
pengetahuan responden tentang tata cara hand hygiene.
Setelah didapatkan hasil, peneliti melakukan intervensi dengan metode
ceramah dan simulasi terhadap responden tentang bagaimana cara melakukan
hand hygiene yang baik dan benar. Setalah dilakukan intervensi, peneliti akan
melakukan evaluasi untuk melihat tingkat pengetahuan responden setelah
dilakukan intervensi. Hasil evaluasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

14
a. Bisa melakukan cuci tangan, beraturan, dan cara sudah benar
b. Bisa melakukan cuci tangan, beraturan tapi cara tidak benar
c. Bisa melakukan cuci tangan, tidak beraturan dan cara tidak benar

3.7. Analisis Data


Data diperoleh berupa data kuantitatif dari hasil sebelum dan sesudah
intervensi. Deskripsi data dengan menghitung persentase hasil yang didapat
dengan rumus (%):
𝑥
x 100 %
𝑛

15
BAB IV
PROFIL WILAYAH

4.1. Profil Komunitas Umum


4.1.1. Profil Puskesmas Sekupang
Puskesmas Sekupang berdiri di daerah kelurahan Sei Harapan yang
berjarak sekitar ± 200 meter dari Jl. RE. Martadinata-Sekupang. Untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, penduduk menempuh rata-rata
waktu tempuh 5 menit yang terdejat dan 30menit yang terjauh. Meski jarak
tempuh yang masih relative dekat, namun masih diperlukan Puskesmas Pembantu
(Pustu) dan Pos bersalin desa (Polindes) sehbungan dengan tingginya tingkat
kepadatan penduduk di masing masing kelurahan.
Puskesmas Kecamatan Sekupang memiliki 5 kelurahan yaitu kelurahan Sei
harapan, Tanjung Riau, Tanjung Pinggir, Patam Lestari, danTiban Indah.

4.2. Data Geografis


4.2.1. Data Geografis Puskesmas Sekupang
Wilayah kerja UPT. Puskesmas Sekupang berbatasan dengan :

 Bagian Utara : Berbatasan dengan laut Singapura


 Bagian Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Batu Aji
 Bagian Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Baja
 Bagian Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Belakang Padang

16
Tabel 4.1. Luas Luas Wilayah Per Kelurahan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekupang
Kecamatan Sekupang

LUAS WILAYAH
NO KELURAHAN KET
(Km2)
(1) (2) (3) (4)

1 Sei. Harapan 3,33 km


2 Tanjung Riau 36,12 km
3 Tanjung Pinngir 33,45 km
4 Patam Lestari 8,57 km
5 Tiban Indah 7,34 km

TOTAL 88,81 km

4.3. Data Demografik


4.3.1. Data Demografik Puskesmas Sekupang
Jumlah Penduduk di wilayah kerja UPT. Puskesmas Sekupang Kota Batam sampai
akhir Tahun 2017 adalah sebagai berikut : 80.753 Jiwa
a. Jumlah Kepala Keluarga : 23.983 KK
b. Jumlah Jiwa :
 Laki-laki : 41.598 Jiwa
 Perempuan : 39.155 Jiwa
Jumlah : 80. 753Jiwa

17
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Perkelurahan di Wilayah kerja Puskesmas Sekupang

JUMLAH JUMLAH JUMLAH


NO KELURAHAN
PENDUDUK RUMAH
RW RT
TANGGA
1 2 4 5 7 8
1 Sei. Harapan 15 44 20.033 3.945

2 Tg. Riau 19 62 18.010 5.351

3 Tg. Pinggir 5 17 6.151 1.177

4 Patam Lestari 15 71 19.766 3.617

5 Tiban Indah 13 47 16.793 4.644

JUMLAH 47 193 80.753 18.734

18
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1. Hasil Penelitian Sebelum Intervensi
Tabel 5.1. Laporan rekapitulasi hasil pemantauan tatacara hand hygiene yang baik
dan benar oleh seluruh pegawai Puskesmas Sekupang sebelum
dilakukan intervensi Tahun 2018
Provinsi : Kepulauan Riau Jumlah Sampel : 38 orang
Kota : Batam Bulan : Juni 2018
Kecamatan : Sekupang

Pengetahuan Jumlah Persentase


(sebelum intervensi) (N) (%)
Bisa melakukan cuci tangan, beraturan, dan cara sudah benar 4 10,5 %
Bisa melakukan cuci tangan, beraturan tapi cara tidak benar 16 42,2 %
Bisa melakukan cuci tangan, tidak beraturan dan cara tidak benar 18 47,3 %
Total 38 100 %

Dari tabel 5.1 dijelaskan bahwa sebelum dilakukan Intervensi tatacara


melakukan hand hygiene yang baik dan benar oleh peneliti, didapatkan hasil dari
total sampel 38 rang yaitu pegawai yang bisa melakukan cuci tangan, beraturan,
dan cara sudah benar sebanyak 4 orang dengan persentase 10,5%, bisa melakukan
cuci tangan beraturan tapi cara tidak benar sebanyak 16 orang dengan persentase
42,1 %, dan bisa melakukan cuci tangan, tidak beraturan dan cara tidak benar
sebanyak 18 orang dengan persentase 47,3%.

19
Diagram 5.1. hasil pemantauan tatacara hand hygiene yang baik dan
benar oleh seluruh pegawai Puskesmas Sekupang sebelum dilakukan
intervensi Tahun 2018

11% Bisa melakukan cuci tangan,


beraturan, dan cara sudah benar

Bisa melakukan cuci tangan,


42%
47% beraturan tapi cara tidak benar

Bisa melakukan cuci tangan,


tidak beraturan dan cara tidak
benar

Tabel 5.2 Laporan rekapitulasi hasil pemantauan tatacara hand hygiene yang baik
dan benar oleh seluruh pegawai Puskesmas Sekupang sebelum
dilakukan intervensi Tahun 2018 berdasarkan profesi.

Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Total


Profesi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(N) (%) (N) (%) (N) (%) (N) (%)

Medis 3 33,3 % 5 55,5 % 1 11,1% 9 99,9%


Para medis 1 3,8 % 10 38,4% 15 57,6% 26 99,8%
Laboratorium 0 0 1 100% 0 0 1 100%
Lain-Lain 0 0 0 0 2 100 1 100%
*kategori 1 : Bisa melakukan cuci tangan, beraturan, dan cara sudah benar
kategori 2: Bisa melakukan cuci tangan, beraturan tapi cara tidak benar
kategori 3: Bisa melakukan cuci tangan, tidak beraturan dan cara tidak benar

Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelum dilakukan intervensi tatacara


hand hygiene yang baik dan benar, didapatkan hasil berdasarkan profesi pegawai
Puskesmas Sekupang. Dari tenaga medis dengan jumlah pegawai yang dijadikan

20
sampel sebanyak 9 orang, didapatkan 3 orang dengan persentase 33,3 % yang bisa
melakukan cuci tangan, beraturan, dan cara sudah benar, 5 orang dengan
persentase 55,5 % yang bisa melakukan cuci tangan beraturan tapi cara tidak
benar, dan 1 orang dengan persentase 11,1% yang bisa melakukan cuci tangan,
tidak beraturan, dan cara tidak benar.
Dari Paramedis dengan jumlah pegawai yang dijadikan sample sebanyak
26 orang didapatkan 1 orang dengan persentase 3,8% yang bisa melakukan cuci
tangan, beraturan, dan cara sudah benar, 10 orang dengan persentase 38,4% yang
bisa melakukan cuci tangan beraturan tapi cara tidak benar, dan 15 orang dengan
persentase 57,6% yang bisa melakukan cuci tangan, tidak beraturan, dan cara
tidak benar
Dari laboratorium dengan jumlah pegawai yang dijadikan sampel
sebanyak 1 orang didapakan hasil bisa melakukan cuci tangan beraturan tapi cara
tidak benar.
Dari penunjang dengan jumlah pegawai yang dijadikan sampel sebanyak 2
orang didapatkan hasil melakukan cuci tangan, tidak beraturan dan cara tidak
benar.

5.1.2. Hasil Penelitian Sesudah Intervensi


Setelah di lakukan intervensi dengan metode ceramah dan simulasi
terhadap responden tentang bagaimana cara melakukan hand hygiene yang baik
dan benar, kemudian dilakukan evaluasi, maka didapatkan hasil pada table 5.3.

21
Tabel 5.3. Laporan rekapitulasi hasil pemantauan tatacara hand hygiene yang baik
dan benar oleh seluruh pegawai Puskesmas Sekupang setelah
dilakukan intervensi Tahun 2018
Provinsi : Kepulauan Riau Jumlah Sampel : 38 orang
Kota : Batam Bulan : Juni 2018
Kecamatan : Sekupang

Pengetahuan Jumlah Persentase


(sebelum intervensi) (N) (%)
Bisa melakukan cuci tangan, beraturan, dan cara sudah benar 32 84,3%
Bisa melakukan cuci tangan, beraturan tapi cara tidak benar 6 15,7%
Bisa melakukan cuci tangan, tidak beraturan dan cara tidak benar 0 0
Total 38 100%

Dari tabel 5.3 dijelaskan bahwa setelah dilakukan Intervensi tatacara


melakukan hand hygiene yang baik dan benar oleh peneliti, didapatkan hasil dari
total sampel 38 rang yaitu pegawai yang bisa melakukan cuci tangan, beraturan,
dan cara sudah benar sebanyak 32 orang dengan persentase 84,2%, dan bisa
melakukan cuci tangan beraturan tapi cara tidak benar sebanyak 6 orang dengan
persentase 15,7 %,

22
Diagram 5.2. Hasil pemantauan tatacara hand hygiene
yang baik dan benar oleh seluruh pegawai Puskesmas
Sekupang setelah dilakukan intervensi Tahun 2018

16%

Bisa melakukan cuci tangan,


beraturan, dan cara sudah
benar
Bisa melakukan cuci tangan,
beraturan tapi cara tidak
benar

84%

Tabel 5.4. Laporan rekapitulasi hasil pemantauan tatacara hand hygiene yang baik
dan benar oleh seluruh pegawai Puskesmas Sekupang setelah
dilakukan intervensi Tahun 2018 berdasarkan profesi.

Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Total


Profesi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(N) (%) (N) (%) (N) (%) (N) (%)

Medis 9 100% 0 0 0 0 9 100%


Para medis 21 80,7% 5 19,2% 0 0 26 99,9%
Laboratorium 1 100% 0 0 0 0 1 100%
Penunjang 1 50% 1 50% 0 0 2 100%

Dari hasil penelitian yang dilakukan setelah dilakukan intervensi tatacara


hand hygiene yang baik dan benar, didapatkan hasil berdasarkan profesi pegawai
Puskesmas Sekupang. Dari tenaga medis dengan jumlah pegawai yang dijadikan
sampel sebanyak 9 orang, didapatkan 9 orang dengan persentase 100% yang bisa
melakukan cuci tangan, beraturan, dan cara sudah benar.

23
Dari Paramedis dengan jumlah pegawai yang dijadikan sample sebanyak
26 orang didapatkan 21 orang dengan persentase 80,7% yang bisa melakukan cuci
tangan, beraturan, dan cara sudah benar, dan 5 orang dengan persentase 19,2%
yang bisa melakukan cuci tangan beraturan tapi cara tidak benar.
Dari laboratorium dengan jumlah pegawai yang dijadikan sampel
sebanyak 1 orang didapakan hasil bisa melakukan cuci tangan beraturan dan cara
yang benar.
Dari penunjang dengan jumlah pegawai yang dijadikan sampel sebanyak 2
orang didapatkan hasil 1 orang dengan persentase 50% yang bisa melakukan cuci
tangan, beraturan dan cara benar, dan 1 orang dengan peresentase 50% yang bisa
melakukan cuci tangan beraturan dan cara tidak benar.

5.2. Pembahasan
Kegiatan penelitian ini termasuk dalam salah satu upaya dalam
pencegahan terjadinya penularan infeksi. Adapun masalah yang dijumpai pada
wilayah kerja Puskesmas Sekupang adalah
1. Masih rendahnya pengetahuan pegawai Puskesmas Sekupang tentang
tatacara hand hygiene yang baik dan benar.
2. Kurangnya pelatihan formal tata cara hand hygiene yang diberikan kepada
seluruh pegawai Puskesmas Sekupang.
3. Belum dilaksanakannya pengawasan terhadap perilaku disiplin seluruh
pegawai Puskesmas untuk melakukan hand hygiene.
4. Kurangnya sarana promosi hand hygiene contohnya poster di Puskesmas
Sekupang.

24
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukannya intervensi tata cara
hand hygiene yang baik dan benar, didapatkan persentase yang paling
besar yaitu pegawai yang bisa cuci tangan tidak beraturan dan cara tidak
benar yaitu 47,3% dengan total sampel 18 orang dari 38 sampel.
Sedangkan hasil yang paling diharapkan yaitu bisa melakukan cuci tangan
beraturan dan cara yang benar hanya 10,4 % dengan total sampel 4 orang
dari 38 sampel.
2. Setelah dilakukannya intervensi, hasil yang didapatkan cukup memuaskan
yaitu total pegawai yang bisa melakukan cuci tangan beraturan dan cara
yang benar adalah 32 orang dengan persentase 84,2 %.

6.2. Saran
1. Diadakannya penyuluhan dan pelatihan formal tentang hand hygiene untuk
seluruh pegawai Puskesmas Sekupang
2. Dibentuknya tim pengawasan khusus untuk memantau perilaku disiplin
Pegawai Puskesmas Sekupang terhadap hand hygiene.
3. Membuat yel yel khusus agar tatacara hand hygiene mudah dan selalu
diingat.
4. Melakukan cuci tangan bersama secara rutin minimal satu kali dalam satu
minggu misalnya setiap hari Senin setelah Apel.

25
DAFTAR PUSTAKA

Akyol, Asiye D. (2007). Hand hygiene among nurses in Turkey: opinions and
practices

Depkes RI (2009). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Terhadap Penerapan Standar
Operasional Prosedur Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes RI

Mani Ameet, Shubangi AM, & Saini R. (2010). Hand hygiene among health care
workers.

Pratami H, Apriliana E. & Rukmono P. (2012). Identifikasi Mikroorganisme pada


Tangan Tenaga Medis dan Paramedis di Unit Perinatologi Rumah Sakit
Abdul Moeloek Bandar Lampung

World Health Organization (2009). A Guide to the Implementation of the WHO


Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy.

26
Laporan rekapitulasi hasil pemantauan tatacara hand hygiene yang baik dan benar oleh
seluruh pegawai Puskesmas Sekupang sebelum dilakukan intervensi Tahun 2018

No Bisa Bisa Bisa


melakukan melakukan melakukan
cuci tangan, cuci tangan, cuci tangan,
Nama Pegawai
beraturan, beraturan tapi tidak
Puskesmas
dan cara cara tidak beraturan dan
sudah benar benar cara tidak
benar
Medis
1 Dr. Frisca Wulandari √
2 Dr.Ivon √
3 Dr. Yuliza Cahyanti √
4 Dr.Fyra √
5 Dr. Arief √
6 Dr. Dyantika √
7 Dr. Citra √
8 Drg. Reffi Anipia √
9 Drg. Siti Aminah √
Paramedis
1 Nurliza √
2 Noeroelita, Amd. Keb √
3 Farinas Lenin, Amk √
4 Maya Yurita, Amk √
5 Fatimah Yati, S. Kep. √
Ners
6 Zahrotul Aini S.Kep. √
Ners
7 Nazirah, Amk √
8 Nuriani √
9 Ameliya Dessumitra, S. √
Farm. Apt
10 Eva Yani, SKM √
11 Marlina, Amk √
12 Yesi Oktasilfiya, Amd √
keb
13 Suratin, Amk, Keb √
14 Nanik √
15 Fitri Novi Palupi, Amd √
Keb
16 Rini √
17 Afrilles Sari Saragih √
18 Rusdiansyah, Amk √
19 R. Ervien Damayanti, √
Amd, Keb
20 Intan Purmayasari, Amk √
21 Tri Ramadayani, Amd. √
Keb

27
No Bisa Bisa Bisa
melakukan melakukan melakukan
cuci tangan, cuci tangan, cuci tangan,
Nama Pegawai
beraturan, beraturan tapi tidak
Puskesmas
dan cara cara tidak beraturan dan
sudah benar benar cara tidak
benar
22 Muhammad Tang, Amk √
23 Wisda Fitria, Amd. Keb √
24 Marda Yeni, Amk √
25 Muhammad Al-Hafiz, √
Amk
26 Hesty Anggaraini, Amd. √
Keb
Laboratorium
1 Sri Andika, Amak √
Penunjang
1 Umri, SE √
2 Makmur Zahri √

28
Laporan rekapitulasi hasil pemantauan tatacara hand hygiene yang baik dan benar oleh seluruh
pegawai Puskesmas Sekupang setelah dilakukan intervensi Tahun 2018

No Bisa Bisa Bisa


melakukan melakukan melakukan
cuci tangan, cuci tangan, cuci tangan,
Nama Pegawai
beraturan, beraturan tapi tidak
Puskesmas
dan cara cara tidak beraturan dan
sudah benar benar cara tidak
benar
Medis
1 Dr. Frisca Wulandari √
2 Dr.Ivon √
3 Dr. Yuliza Cahyanti √
4 Dr.Fyra √
5 Dr. Arief √
6 Dr. Dyantika √
7 Dr. Citra √
8 Drg. Reffi Anipia √
9 Drg. Siti Aminah √
Paramedis
1 Nurliza √
2 Noeroelita, Amd. Keb √
3 Farinas Lenin, Amk √
4 Maya Yurita, Amk √
5 Fatimah Yati, S. Kep. √
Ners
6 Zahrotul Aini S.Kep. √
Ners
7 Nazirah, Amk √
8 Nuriani √
9 Ameliya Dessumitra, S. √
Farm. Apt
10 Eva Yani, SKM √
11 Marlina, Amk √
12 Yesi Oktasilfiya, Amd √
keb
13 Suratin, Amk, Keb √
14 Nanik √
15 Fitri Novi Palupi, Amd √
Keb
16 Rini √
17 Afrilles Sari Saragih √
18 Rusdiansyah, Amk √
19 R. Ervien Damayanti, √
Amd, Keb
20 Intan Purmayasari, Amk √

29
No Bisa Bisa Bisa
melakukan melakukan melakukan
cuci tangan, cuci tangan, cuci tangan,
Nama Pegawai
beraturan, beraturan tapi tidak
Puskesmas
dan cara cara tidak beraturan dan
sudah benar benar cara tidak
benar
21 Tri Ramadayani, Amd. √
Keb
22 Muhammad Tang, Amk √
23 Wisda Fitria, Amd. Keb √
24 Marda Yeni, Amk √
25 Muhammad Al-Hafiz, √
Amk
26 Hesty Anggaraini, Amd. √
Keb
Laboratorium
1 Sri Andika, Amak √
Penunjang
1 Umri, SE √
2 Makmur Zahri √

30
Dokumentasi Kegiatan Penelitian

31

Anda mungkin juga menyukai