Anda di halaman 1dari 52

ALGORITMA

TAKIKARDI
Presentan :
Rina Ratnasari
Resty Yulanda
Reki Hendika

Preseptor :
Dr. Ade Ariadi Said, Sp.An
FISIOLOGI KONDUKSI JANTUNG

Di dalam jantung terdapat suatu mekanisme khusus yang


menyebabkan kontraksi otot secara terus-menerus yang
disebut irama jantung, menjalarkan potensial aksi ke
seluruh otot jantung untuk menimbulkan denyut jantung
yang berirama. Jantung terdiri atas 3 tipe otot jantung
utama yakni: otot atrium, otot ventrikel, dan serabut otot
eksitatorik dan konduksi khusus.
FISIOLOGI KONDUKSI JANTUNG

Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang


sama seperti otot rangka, hanya saja durasi kontraksi otot-otot
tersebut lebih lama. Sebaliknya, serabut-serabut khusus
eksitatorik dan konduksi berkontraksi dengan lemah sekali
sebab serabut-serabut ini hanya mengandung sedikit serabut
kontraktil, justru mereka memperlihatkan pelepasan muatan
listrik berirama yang otomatis dalam bentuk potensial aksi atau
konduksi potensial aksi yang melalui jantung, yang bekerja
sebagai suatu sistem eksitatorik yang mengatur denyut jantung
yang berirama.
FISIOLOGI KONDUKSI JANTUNG

Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung :

1. Sel kontraktil, yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung,


melakukan kerja mekanis memompa darah. Sel-sel ini dalam
keadaan normal tidak membentuk sendiri potensial aksinya.
2. Sebaliknya, sel jantung yang sisanya sedikit tetapi sangat
penting, Sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi khusus memulai
dan menghantarkan potensial aksi yang menyebabkan kontraksi
sel-sel jantung kontraktil.
Untuk memastikan rangsangan ritmik dan sinkron, serta kontraksi
otot jantung, terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium,
jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat berikut ini:

1. Otomatisasi, kemampuan untuk menimbulkan impuls secara


spontan.
2. Ritmisasi, pembangkitan impuls yang teratur.
3. Konduktivitas, kemampuan menghantarkan impuls.
4. Daya rangsang, kemampuan berespons terhadap stimulan.
Aktivitas pemacu sel otoritmik jantung: paruh pertama
potensial pemacu disebabkan oleh menutupnya saluran
K+, sedangkan paruh kedua disebabkan oleh terbukanya
saluran Ca2+ tipe T. Jika ambang telah tercapai maka fase
naik pada potensial aksi disebabkan oleh pembukaan
Ca2+ tipe L, sedangkan fase turun disebabkan oleh
membukanya saluran K+.
Sel-sel jantung non-kontraktil yang mampu melakukan
otoritmisitas terletak di tempat-tempat berikut:
1. Nodus sinuatrialis (nodus SA), suatu daerah kecil
khusus di dinding atrium kanan dekat pintu masuk vena
kava superior.
2. Nodus atrioventrikular (nodus AV) , suatu berkas
kecil sel-sel otot jantung khusus yang terletak di dasar
atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertemuan
atrium dan ventrikel.
3. Berkas His (berkas atrioventrikular), suatu jaras sel-sel
khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk dan masuk ke
septum antarventrikel. Di sini berkas tersebut terbagi menjadi
cabang berkas kanan dan kiri yang turun menyusuri septum,
melengkung mengelilingi ujung rongga ventrikel dan bjalan balik
ke arah atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur dari
berkas His dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti
ranting kecil dari suatu cabang pohon.
Impuls jantung berasal dari nodus SA, yaitu pemacu jantung
yang memiliki kecepatan tertinggi depolarisasi spontan ke
ambang. Setelah terbentuk, potensial aksi menyebar ke seluruh
atrium kanan dan kiri, sebagian difasilitasi oleh jalur
penghantar khusus tetapi sebagian besar karena penyebaran
impuls dari sel ke sel melalui taut celah. Impuls berjalan dari
atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu-satunya titik
kontak antara rongga-rongga tersebut. Potensial aksi tertunda
sesaat di nodus AV, untuk memastikan bahwa kontraksi atrium
mendahulukan kontraksi ventrikel agar pengisian ventrikel
sempurna.
Impuls kemudian merambat cepat menuruni
sekat antarventrikel melalui berkas His dan cepat
menyebar ke seluruh miokardium melalui serat
Purkinje. Sel-sel ventrikel sisanya diaktifkan oleh
penyebaran impuls dari sel ke sel melalui taut
celah. Karena itu, atrium berkontraksi sebagai
satu kesatuan, diikuti setelah suatu jeda singkat
oleh kontraksi ventrikel.
Potensial aksi sel-sel jantung memperlihatkan fase positif
berkepanjangan, atau fase datar, disertai oleh periode kontraksi yang
lama, untuk memastikan waktu ejeksi yang memadai. Fase datar ini
terutama disebabkan oleh pengaktifan saluran Ca 2+ tipe L lambat.
Masuknya Ca2+ melalui saluran tipe L di tubulus T memicu pelepasan
Ca2+ yang jauh lebih banyak dari retikulum sarkoplasma. Pelepasan Ca 2+
yang diinduksi oleh Ca 2+ ini menyebabkan siklus jembatan silang dan
kontraksi. Adanya periode refrakter yang lama dan fase datar yang
berkepanjangan menyebabkan penjumlahan dan tetanus otot jantung
tidak mungkin terjadi. Hal ini memastikan bahwa terdapat periode
kontraksi dan relaksasi yang bergantian yang esensial bagi pemompaan
darah.
SISTEM KONDUKSI (LISTRIK JANTUNG) YANG BERPERAN DALAM
PENCATATAN PADA EKG, YANG TERDIRI DARI :

1. SA Node ( Sino-Atrial Node )

Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava


superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi
secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls
(rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 – 100 kali
permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga
menyebabkan seluruh atrium terangsang
2. AV NODE (ATRIO-VENTRICULAR
NODE)

Terletak di septum internodal bagian sebelah


kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV
Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan
frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40
– 60 kali permenit. Oleh karena AV Node
mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai
oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi.
Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan
oleh AV Node.
3. BERKAS HIS

Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2,


yaitu :
1. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
2. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan
diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil
yaitu serabut purkinye.
4. SERABUT PURKINYE

Serabut purkinye ini akan mengadakan


kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang
terdekat sehingga seluruh sel akan
dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel
pace maker (impuls) yang secara otomatis
mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 –
40 kali permenit.
A. BENTUK GELOMBANG DAN INTERVAL EKG

1. Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk
depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya
arus listrik yang berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu
kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam keadaan
normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada
kebanyakan hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar
gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia
jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. misalnya,
irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat menimbulkan
inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.
2. INTERVAL PR

Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal


kompleks QRS. Dalam interval ini tercakup juga
penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan
impuls melalui nodus AV. Interval normal adalah
0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR
yang abnormal menandakan adanya gangguan
hantaran impuls, yang disebut bloks jantung
tingkat pertama.
3. KOMPLEKS QRS

Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini


besar karena banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls
listrik. Namun, impuls menyebar cukup cepat, normalnya lamanya
komplek QRS adalah antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan
penyebaran impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok
berkas cabang (bundle branch block) akan melebarkan kompleks
ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti
takikardia juga akan memperlebar dan mengubah bentuk
kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat
penyebaran impuls melalui ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel
akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan
massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama massa
depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut
akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada
elektrokardiografi.
4. SEGMEN ST

Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi


ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap awal
repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini,
tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak
tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal
segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium
sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan
dengan infark. Penggunaan digitalis akan
menurunkan segmen ST.
5. GELOMBANG T

Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan


gelombang T. Dalam keadaan normal gelombang T
ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada
kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T
berkaitan dengan iskemia miokardium.
Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum)
akan mempertinggi dan mempertajam puncak
gelombang T.
6. INTERVAL QT

Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai


akhir gelombang T, meliputi depolarisasi dan
repolarisasi ventrikel. Interval QT rata – rata
adalah 0,36 sampai 0, 44 cdetik dan bervariasi
sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT
memanjang pada pemberian obat – obat
antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol
(betapace) dan amiodaron (cordarone).
Kesimpulan : Jantung bersifat self-excitable,
memicu sendiri kontraksi ritmiknya. Jantung juga
mempunyai konduksi listrik sendiri sehingga
pengaturan ritmik jantung dapat terjadi tanpa
adanya rangsang syaraf apapun.
GAMBARAN EKG
SINUS RHYTME, BRADIKARDI,
TAKIKARDI.
ARITMIA SINUS
FIBRILASI ATRIUM
EKSTRASISTOL VENTRIKEL
SUPRAVENTRIKEL TAKIKARDI
SINUS TAKIKARDI
SINUS TAKIKARDI
TAKIKARDI ARITMIA

Definisi Takikardi

Takikardi didefinisikan sebagai suatu kondisi denyut jantung


>100x/menit. Denyut jantung yang cepat dengan irama yang
normal (irama sinus) seringkali merupakan respon terhadap suatu
kondisi stress misalnya hipoksia, demam, rasa sakit, kondisi
kekurangan volume intravaskular dan lain-lain. Tetapi denyut
jantung yang cepat dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung
(takikardi). Takiaritmia yang ekstrim (>150 kali/menit) apat
menimbulkan gejala klinis yang disebabkan oleh menurunnya
curah jantung dan meningkatnya kebutuhan oksigen mikardium.
SINUS ARITMIA

Aritmia adalah irama yang bukan berasal dari nodus SA


atau irama yang tidak teratur sekalipun berasal dari
nodus SA atau frekuensi kurang dari 60 kali/menit (sinus
bradikardi) atau lebih dari 100 kali/menit (sinus
takikardi), serta terdapat hambatan impuls
supra/intraventrikular.
Seringkali, EKG akan menunjukan irama yang
dari semua sisi tampak sebagai irama sinus
normal kecuali bahwa ia sedikit tidak teratur.
Irama ini disebut aritmia sinus. Seringkali aritmia
sinus merupakan fenomena normal yang
menggambarkan variasi frekuensi jantung akibat
adanya inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi
mempercepat frekuensi jantung,dan ekspirasi
memperlambatnya.
Aritmia memiliki insidens yang tinggi sebagai
penyebab kematian mendadak (sudden death)
pada populasi berumur 40-50 tahun di negara
maju.Tercatat di Amerika Serikat pada tahun
2001, 450.000 meninggal karena aritmia.10 Risiko
kematian mendadak akibat aritmia meningkat
sesuai dengan meingkatnya umur.
ALGORITMA TAKIKARDI
ALGORITMA TAKIKARDI DENGAN NADI.
TERAPI LISTRIK

Defibrlasi merupakan suatu proses pemberian sejumlah arus


listrik untuk kejut jantung melalui alat defibrillator yang
diharapkan dapat mengembalikan irama jantung menjadi normal.
Dengan kata lain proses defibrilasi mencakup penghantaran listrik
melalui dinding dada menuju jantung untuk memadamkan aliran-
aliran listrik “liar” sel-sel miokard. Defibrilasi dilalukan pada
kondisi henti jantung yang disebabkan VT (Ventrikular Takikardi),
VF (Ventrikel Fibrilasi), atau VT Polimorfik (Torsades de
Pointes). Keberhasilan akan menurun jika defibrilasi dilakukan
semakin lama dan VF akan cenderung berubah menjadi asistol
dalam beberapa menit. Angka kematian akan meningkat 7-10%
KLASIFIKASI DAN TINGKAT ENERGI

Defibrilator monofasik
merupakan generasi pertama, tapi defibrillator bifasik
saat ini lebih banyak digunakan. Tingkat energi bervariasi
dihubungkan dengan peluang yang lebih tinggi untuk
kembalinya irama secara spontan. Defibrillator
gelombang monofasik menghantarkan energy dengan
satu kutub. Gelombang monofasik sinusoid kembali ke
energy nol secara bertahap (monophasic damped
sinusoidal-MDS) atau mendadak (monophasic truncated
exponential wavefrom-MTE).
Defibrillator gelombang bifasik
Mengunakan satu dari dua gelombang dan setiap
gelombang terbukti efektif untuk menghilangkan VF.
Satu kejut defibrilasi bifasik setara bahakan lebih baik
dari tiga kali kejut defibrilasi monofasik. Pengaturan
energy untuk defbrilator diatur untuk menyediakan
energy dengan tingkat terendah namun masih efektif
dalam menghilangkan VF. Karena defibrilasi merupakan
sebuah proses elektrofisiologis yang terjadi dalam 300-
500 milidetik setelah penghantaran energy.
ENERGI KEJUT

Bifasik Ekponensial  150-200 Joule  Di


perpendek
Bifasik Rektiliner  120 Joule.

Kejut Berikutnya  Energi sama atau Lebih


besar.
Tidak tau rentang diagnosis  200 Joule  Dosis awal  dan seterusnya.

Monofasik  dosis 360 Joule  Semua kejutan.

Pada Anak 2/4 J/kgbb efektif.

Anak Usia 1-8 tahun  Defibrilasi manual (Bifasik atau Monofasik)  2


J/Kgbb (pertama)  4J/kgbb (Selanjutnya).
RJP (resusitasi jantung dan paru) tetap di lakukan sebelum dan sesudah
kejutan di lakukan.
ELEKTRODA

Bila menggunakan lempeng (padles), lempeng tersebut


harus terpisah dan pasta atau gel hanya dioleskan
kebagian dada di tempat perlekatan. Defibrilator dengan
lempeng yang menggunakan pasta atau gel sama
efektifnya dengan lembar bererekat. Lembar ini dapat
dilekatkan sebelum terjadi serangan jantung yang
memungkinkan untuk melakukan pemantauan dan
kemudian pemberian kejutan pemberian kejutan secara
cepat bila dibutuhkan.
Penolong harus
menempatkan elektroda
pada posisi sternal-apikal.
Lempeng dada kanan
(sternal) diletakkan pada
dada bagian supero-
anterior bagian kanan dan
lempeng apikal (kiri)
diletakkan pada dada
bagian infero-lateral kiri.
KARDIOVERSI

Kardioversi Tersingkronisasi.
Kardioversi tersinkronisasi adalah hantaran kejut yang
bersamaan dengan komplek QRS (sinkron). Sinkronisasi
ini bertujuan untuk menghindari hantaran kejut selama
masa refrakter relatif siklus jantung. Energi (dosis kejut)
yang digunakan untuk kejut sinkronisasi lebih rendah
daripada yang digunakan untuk kejut yang tidak
tersinkronisasi (defibrilasi). Kejut dengan energi ini
seharusnya selalu dihantarkan sebagai kejut yang sinkron
karena jika dihantaekan sebagai kejut tidak
tersinkronisasi maka dapat memicu terjadinya VF.
Dosis energi awal yang direkomendasikan untuk kardioversi atrial
fibrilasi adalah 120-200 J. sedangkan untk atrial flutter dan
supraventikuler tachicardia membutuhkan energi yang lebih rendah;
yakni 50-100 J. jika dengan dosis 50 J awal gagal, penolong
sebaiknya meningkatkan dosis secara bertahap. Pada anak-anak
dapat diberikan energi awal 0.5-1 j/Kg untuk SVT, dengan dosis
maksimal 2J/Kg. VT monomorfik yang tidak stabil dengan atau
tanpa nadi diobati sebagai VF dengan menggunakan energi kejut
tinggi yang tidak tersinkronisasi (dosis defibrilasi). Dosis untuk
aak-anak direkomendasikan energi awal 0,5-1 J/Kg, dengan dosis
maksimal 2J/Kh, dengan dosis maksimal 2J/Kg sama seperti
pada SVT.
GAMBAR: KARDIOVERSI
KESIMPULAN

Setiap menilai EKG pada takikardia, kita harus berusaha


mengidentifikasi gelombang P dan melihat hubungannya
dengan kompleks QRS. Ada 2 pembagian takikardia
berdasarkan hubungan ini yaitu takikardi kompleks QRS
sempit dan takikardi kompleks QRS lebar.
Kerika menghadapi pasien dengan takikardi, upaya
pertama yang harus dilakukan adalah menentukan
apakah gejala klinis yang ada adalah memang disebabkan
oleh takikardi atau sekunder dari kondisi klinis lain yang
mendasari.
BIG
THANKS

Anda mungkin juga menyukai