TAKIKARDI
Presentan :
Rina Ratnasari
Resty Yulanda
Reki Hendika
Preseptor :
Dr. Ade Ariadi Said, Sp.An
FISIOLOGI KONDUKSI JANTUNG
1. Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk
depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya
arus listrik yang berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu
kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam keadaan
normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada
kebanyakan hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar
gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia
jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. misalnya,
irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat menimbulkan
inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.
2. INTERVAL PR
Definisi Takikardi
Defibrilator monofasik
merupakan generasi pertama, tapi defibrillator bifasik
saat ini lebih banyak digunakan. Tingkat energi bervariasi
dihubungkan dengan peluang yang lebih tinggi untuk
kembalinya irama secara spontan. Defibrillator
gelombang monofasik menghantarkan energy dengan
satu kutub. Gelombang monofasik sinusoid kembali ke
energy nol secara bertahap (monophasic damped
sinusoidal-MDS) atau mendadak (monophasic truncated
exponential wavefrom-MTE).
Defibrillator gelombang bifasik
Mengunakan satu dari dua gelombang dan setiap
gelombang terbukti efektif untuk menghilangkan VF.
Satu kejut defibrilasi bifasik setara bahakan lebih baik
dari tiga kali kejut defibrilasi monofasik. Pengaturan
energy untuk defbrilator diatur untuk menyediakan
energy dengan tingkat terendah namun masih efektif
dalam menghilangkan VF. Karena defibrilasi merupakan
sebuah proses elektrofisiologis yang terjadi dalam 300-
500 milidetik setelah penghantaran energy.
ENERGI KEJUT
Kardioversi Tersingkronisasi.
Kardioversi tersinkronisasi adalah hantaran kejut yang
bersamaan dengan komplek QRS (sinkron). Sinkronisasi
ini bertujuan untuk menghindari hantaran kejut selama
masa refrakter relatif siklus jantung. Energi (dosis kejut)
yang digunakan untuk kejut sinkronisasi lebih rendah
daripada yang digunakan untuk kejut yang tidak
tersinkronisasi (defibrilasi). Kejut dengan energi ini
seharusnya selalu dihantarkan sebagai kejut yang sinkron
karena jika dihantaekan sebagai kejut tidak
tersinkronisasi maka dapat memicu terjadinya VF.
Dosis energi awal yang direkomendasikan untuk kardioversi atrial
fibrilasi adalah 120-200 J. sedangkan untk atrial flutter dan
supraventikuler tachicardia membutuhkan energi yang lebih rendah;
yakni 50-100 J. jika dengan dosis 50 J awal gagal, penolong
sebaiknya meningkatkan dosis secara bertahap. Pada anak-anak
dapat diberikan energi awal 0.5-1 j/Kg untuk SVT, dengan dosis
maksimal 2J/Kg. VT monomorfik yang tidak stabil dengan atau
tanpa nadi diobati sebagai VF dengan menggunakan energi kejut
tinggi yang tidak tersinkronisasi (dosis defibrilasi). Dosis untuk
aak-anak direkomendasikan energi awal 0,5-1 J/Kg, dengan dosis
maksimal 2J/Kh, dengan dosis maksimal 2J/Kg sama seperti
pada SVT.
GAMBAR: KARDIOVERSI
KESIMPULAN