Anda di halaman 1dari 15

WRAP UP SKENARIO MATERI BELAJAR:

BUKA RAHASIA MEDIS BERAKHIR DI MEJA HIJAU

Pembimbing:
dr. Saskia Sp.M

Oleh:
Kelompok B5
Muhammad Andian Ikbar/1102016131

Muhammad Badru Tamam/1102016132

Syifa Khusnul Khotimah/1102016213

Syifa Melati Putri/1102016214

Thalita Dhia Fairuza/1102016215

Tifany Lazuardian Amiga/1102016216

Triea Puput Anggraini/1102016217

Tsani Fauzi Elpani/1102016218

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi


Tahun 2016/2017
SKENARIO

Buka Rahasia Medis Berakhir di Meja Hijau


Seorang wanita, dirawat di salah satu RS Jiwa selama dua minggu karena gangguan
kejiwaan yang cukup berat. Beberapa bulan setelah perawatan, suami wanita tersebut yang
kebetulan berprofesi dokter, menemui psikiater yang merawat istrinya. Atas dasar
pertimbangan bahwa sang suami merupakan teman sejawat, psikiater tersebut memberikan
keterangan yang sebenarnya dan bahkan ketika suami meminta salinan rekam medis
istrinya, maka dokter psikiater memberikannya dengan senang hati. Tiga bulan setelah
penyerahan salinan rekam medis, psikiater tersebut didatangi kuasa hukum sang istri
untuk menuntut secara pidana maupun perdata. Pasalnya dokter psikiater memberikan
salinan atau membuka rahasia medis tanpa sepengetahuan kliennya kepada suami. Salinan
tersebut digunakan suami menggugat cerai istrinya di pengadilan agama.

KATA-KATA SULIT
1. Psikiater : dokter yang ahli dalam penyakit jiwa [KBBI]
2. Gangguan : merintangi; menyebabkan tidak berjalan sebagaimana
mestinya (tentang keadaan umum, kesehatan badan, dan
sebagainya) [KBBI]
3. Rekam Medis : termasuk atau berhubungan dengan bidang kedokteran,
rekaman mengenai hasil pengobatan terhadap pasien
[KBBI]
Berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien,pemeriksaan, pengobatan, serta tindakan pelayanan
[UU 29 Tahun 2004]
4. Kuasa Hukum :pengacara yang diberikan kuasa oleh klien untuk
melakukan
tindakan hukum atas nama klien.[KBBI]
5. Sejawat :sepekerjaan; sejabatan: teman: sahabat. [KBBI]
6. Pidana :kejahatan (tentang pembunuhan, perampokan, korupsi, dan
sebagainya); kriminal: perkara -- , [KBBI]
7. Klien :orang yang memperoleh bantuan hukum dari seorang
pengacara dalam pembelaan perkara di pengadilan [KBBI]
8. Perdata :ketentuan yang mengatur hak harta benda dan
hubungan
orang dengan orang lain dalam satu negara. [KBBI]
9. RS Jiwa :rumah sakit khusus perawatan gangguan mental serius.
[KBBI]
10. Pengadilan Agama :Pengadilan di tingkat satu yang mengurusi utusan
agama.[KBBI]
11. Menggugat :Mendakwa: Mengadukan perkara [KBBI].
BRAINSTORMING/PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan rekam medis?
2. Apa kegunaan rekam medis?
3. Mengapa rekam medis bersifat rahasia
4. Apakah teman sejawat diperbolehkan memberi tahu rahasia medis? Jika tidak apa
sanksi dan konsekuensinya?
5. Apa saja hukum yang mengatur rahasia rekam medis?
6. Bagaimana pandangan islam jika membuka rahasia medis tanpa izin pasien?
7. Apakah hak dan kewajiban seorang dokter dan pasien?
8. Jika seorang dokter melanggar KODEKI, apakah dokter itu tidak bermoral?
9. Siapa saja yang berhak mengetahui rekam medis?
10. Jika seorang dokter bersalah, kemana dokter meminta pembelaan atau pengaduan?
11. Kapan dokter harus membuka rahasia pasien?
JAWABAN
1. Kumpulan keterangan tentang identitas hasil anamnesis pemeriksaan, tindakan,
pengobatan dan pelayanan yang diberikan pada pasien oleh sarana pelayanan
kesehatan.
2. Mencatat semua informasi medis berkaitan dengan pasien juga berfungsi sebagai
alat komunikasi antara dokter dan tenaga kerja kesehatan.
3. Karena rekam medis bersifat mutlak, dan dicantumkan dalam KODEKI pasal 12
yang berisi seorang dokter harus menjaga rahasia pasien sampai meninggal dunia.
4. Boleh apabila pasien menyetujui dan dokter serta teman sejawatnya bekerjasama
untuk menyembuhkan pasien. Apabila melanggar akan mendapatkan sanksi hukum
berupa teguran dari IDI atau pengadilan jika diajukan gugatan.
5. KODEKI pasal 12, pasal 7c,pasal 7d, UU No.29 tahun 2004,Permenkes No.36
Tahun 2012 Bab 3 pasal 4, dan Permenkes No. 269 Tahun 2008.
6. Dalam pandangan islam dinyatakan pada surah Al-Hujurat ayat 12 dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya sendiri?....
7. Tercantum pada UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan pasal 51
tentang kewajiban dokter
8. Iya, karena etik merupakan cabang dari ilmu moralitas, jadi jika seorang dokter
melanggar etika maka dokter tersebut sudah pasti tidak memiliki moral.
9. Pasien yang terkait dan dokter yang menangani, pasal 10 ayat 2 Permenkes No 269
Tahun 2008 rahasia medis dapat dibuka kepada penegak hukum, keluarga yang
diberi izin, institusi lembaga berdasarkan UU.
10. Dalam pasal 50 dokter memiliki hak-hak perlindungan hukum dalam menjalankan
tugas, memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
memperoleh informasi pasien. Dokter dapat membela diri dalam lembaga tempat
Ia bekerja (misal RS) dan (IDI), atau pengadilan jika telah diajukan gugatan.
11. Jika pasien ingin mengetahui RM,namun diberi ringkasan saja. Atau pada saat
dokter menjadi saksi ahli di pengadilan dan diminta oleh hakim majelis dan
kepolisian.
HIPOTESIS
Seorang dokter yang bermoral dan beretika harus memahami hak dan kewajiban dokter
dan pasien serta memahami hukum yang berkaitan dengan profesinya. Salah satunya
menjaga kerahasiaan/rekam medis pasien.
SASARAN BELAJAR

LI. 1 Hak dan Kewajiban


LO. 1.1 Hak dan Kewajiban Sebagai Dokter
LO. 1.2 Hak dan Kewajiban Sebagai Pasien

LI. 2 Rekam Medis


LO. 2.1 Definisi
LO. 2.2 Isi dan Kegunaan
LO. 2.3 Hukum-hukum dan Sanksi Rekam Medis

LI. 3 Pandangan Islam


LO. 3.1 Dalil Tentang Membuka Rahasia
LI.1 Hak dan Kewajiban
LO. 1.1 Hak dan Kewajiban Sebagai Dokter
a. Kewajiban Dokter
Tercantum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang tersusun
menjadi 4 kelompok, yaitu: Kewajiban Umum, Kewajiban terhadap Pasien,
Kewajiban terhadap Teman Sejawat, dan Kewajiban terhadap Diri Sendiri.
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 51
1) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasionalserta kebutuhan medis pasien
2) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan
3) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia
4) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaankecuali jika ia
yakin kepada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
5) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi

b. Hak Dokter
1) Melakukan praktik dokter setelah memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Praktik (SIP)
2) Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien/keluarga tentang
penyakitnya
3) Bekerja sama sesuai standar profesi
4) Menolak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan etika, hukum,
agama, dan hati nuraninya
5) Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika menurut penilaiannya kerja
sama pasien dengannya tidak berguna lagi, kecuali dalam gawat darurat
6) Menolak pasien yang bukan bidang spesialisnya, kecuali dalam keaadan
darurat atau tidak ada dokter lain yang mampu menanganinya
7) Hak atas keleluasaan pribadi dokter
8) Ketentraman bekerja
9) Mengeluarkan surat-surat dokter
10) Menerima imbalan jasa yang disesuaikan dengan kemampuan pasien
11) Menjadi anggota perhimpunann profesi
12) Hak membela diri
(sumber: Buku Etik Kedokteran dan Hukum Kesehatan edisi 5)
c. Prosedur Penanganan Pelanggaran Kode Etik Kedokteran
Prosedur ini diatur dalam Pedoman Organisasi dan Tata Laksana Kerja Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran Bab IV tentang Tata Laksana Penanganan
Pelanggaran Etik Kedokteran Pasal 1932
1) Pengaduan dapat berasal dari pasien, teman sejawat, tenaga kesehatan lain,
institusi kesehatan, dan organisasi profesi yang disampaikan melalui IDI
atau MKEK
2) Penelaahan dilakukan dengan mempelajari keabsahan surat pengaduan,
klarifiskasi awal oleh pengadu dan teradu, serta melakukan kunjungan
tempat kejadian
3) Persidangan MKEK (dipimpin oleh ketuan MKEK/ketua Divisi
Kemahkamahan)
Barang bukti: surat-surat rekam medis, obat-obatan, alat kesehatan,
dokumen, kesaksian, atau petunjuk lain yang berkaitan dengan
kejadian
Pembelaan dilaksanakan oleh Biro Hukum Pembelaan/Pembinaan
Anggota (BHP2A), perangkat dan jajarannya, atau anggota IDI yang
berpengalaman dalam etika profesi yang ditunjuk resmi
Saksi adalah tenaga medis, tenaga kesehatan, pimpinan sarana
kesehatan, komite medik, perorangan atau praktisi kesehatan lain yang
ada kaitan langsung dengan kejadian/perkara atau dokter yang
diadukan
Saksi ahli adalah dokter yang memiliki keahlian dan kelimuan yang
tidak terkait langsung dengan kejadian/perkara dan tidak memiliki
hubungan keluarga atau kedinasan dengan dokter teradu atau dengan
pasien teradu
Putusan majelis pemeriksa adalah ketentuan akhir berupa ketetapan
bersalah atau tidak bersalah dokter teradu
4) Sanksi
Penasehatan
Peringatan lisan
Peringatan tertulis
Pembinaan perilaku
Reschooling
Pemecatan sementara anggota IDI (diikuti dengan pencabutan SIP)
Pencabutan keanggotaan
5) Banding (dilakukan setelah sidangan pembuaatan keputusan maksimal 14
hari
kerja)
urutan banding:
MKEK Cabang MKEK Wilayah MKEK Pusat
6) Pemulihan hak-hak profesi

(sumber: Buku Pedoman Organisasi dan Tata Laksana Kerja Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran)

LO. 1.2 Hak dan Kewajiban Sebagai Pasien


Dalam KODEKI (KodeEtikKedokteran Indonesia) terdapat pasal-pasal tentang Kewajiban
Kedokteran terhadap pasien yang merupakan pula hak-hak pasien yang perlu diperhatikan.
Pada dasarnya hak-hak pasien adalah sebagai berikut:
a. Hak untuk hidup,hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar.
b. Memperoleh pelayan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi
kedokteran.
c. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang
mengobatinya.
d. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang di rencanakan ,bahkan dapat menarik
diri dari kontak terapeutik.
e. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya.
f. Menolak atau menerima keikutan sertaannya dalam riset kedokteran.
g. Hak meminta pendapat dokter lain (second opinion) tentang penyakitnya.
h. Dengan persetujuan pasien dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan, dan
dikembalikan lagi kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau
pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lebih lanjut.
i. Dijamin kerahasiaan akan rekam medisnya mengenai hal-hal pribadi.
j. Memperoleh penjelasan tentang perawatan rumahsakit.
k. Berhubungan dengan keluarga, penasihat, ataurohaniawan dan lain-lain yang
diperlukan selama perawatan di rumahsakit.
l. Memproleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaanrontgen, Ultrasonografi(USG), CT-scan, Magnetic
Resonance Imaging (MRI), dan sebagainya (kalaudilakukan) biaya kamar bedah,
kamar bersalin,imbalan jasa dokter,dan lain-lain.
Kewajibanpasienpadagarisbesarnyaadalahsebagaiberikut :
a. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter.
b. Memberikan informasi yang benardan lengkap tentang penyakitnya.
c. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
d. Menandatangani surat-surat PTK, surat jaminan dirawat di rumahsakit,dan lain-
lainnya.
e. Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
f. Melunasi biaya perawatan di rumahsakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan serta
honorarium dokter.
Hak dan kewajiban pasien terdapat jug apadaUndang-UndangNomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran. Lebih tepatnya ada pada :
Pasal 52
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45ayat (3);
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d. Menolak tindakan medis; dan
e. Mendapatkan isi rekam medis.

Pasal 53
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban:
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Isi yang termasuk dalam pasal 52 adalah isi rangkumannya

Hanafiah,M.Jusuf.(2016)., Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan.,Edisi 5., Jakarta : EGC


2016
--(2005)., Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
TentangPraktikKedokteran., From file:///D:/Downloads/UU_NO_29_2004.PDF (diakses
01 Oktober 2016 pukul 07:00)

LI. 2 Rekam Medis

LO.2.1 Definisi
Definisi Rekam medis menurut No 269/Menkes/Per/III/2008 pasal 3 adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pesien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.(Sumber : Buku Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 5, 2016, EGC)

LO. 2.2 Isi dan Kegunaan

Isi Rekam Medis

(1) Isi Rekam Medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Anamnesis, mencakup sekurang-kurang keluhan dan riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksaan
g. Pengobatan dan/atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j. Persetujuan tindakan jika diperlukan
(2) Isi Rekam Medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-
kurangnya memuat :
a. Sampai dengan f sama dengan rawat jalan dan selanjutnya
b. Pengobatan dan/atau tindakan;
c. Persetujuan tindakan jika diperlukan
d. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
e. Ringkasan pulang
f. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan
g. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
h. Untuk pasien gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

(3) Isi Rekam Medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien
b. Kondisi saat pasien tiba disarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu
e. Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit
f. Hasil pemeriksaan penunjang fisik dan penunjang medis
g. Diagnosis
h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan rencana tindak lanjut
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lain dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
(4) Isi Rekam Medis untuk pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah dengan :
a. Jenis bencana dan lokasi di mana pasien ditemukan
b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal dan
c. Identitas orang yang menemukan pasien
(5) Isi Rekam Medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter spesialis gigi
dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Rekam Medis untuk pelayanan
akupuntur dan herbal tentu berbeda dengan Rekam Medis konvensional.
(6) Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat
dalam Rekam Medis sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (3) dan
disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.

Kegunaan Rekam Medis

Secara umum kegunaan Rekam Medis adalah :


1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehtan lainnya yang ikut
ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan, dan perawatan. Ini tentu
merupakan sarana komunikasi yang efisien.
2. Sebagai dasar untuk perencenaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan
kepada pasien. Segala intruksi kepada perawat atau komunikasi sesama dokter
ditulis agar rencana pengobatan dan perawatan dapat dilaksanakan.
3. Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit. Jika suatu waktu
diperlukan bukti serta perkembangan penyakit selama dirawat, tentu data dari
Rekam Medis dapat mengungkapkandengan jelas.
4. Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan
kepada pasien. Baik buruknya pelayanan yang diberikan tercermin dari catatan
yang ditulis atau data yang didapati dalam Rekam Medis.
5. Melindungi kepentingan hokum bagi pasien, rumah sakit mapun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya. Jika timbul permasalahan atau tuntunan dari
pasienkepada dokter maupun rumah sakit, data dan keterangan yang diambil
dari Rekam Medis tentu dapat diterima semua pihak. Jika catatan dan data
terisi lengkap Rekam Medis akan menolong semua yang terlibat. Sebaliknya
jika catatan yang ada hanya sekedarnya saja, apalagi kosong pasti akan
merugikan dokter dan rumah sakit.
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian
dan pendidikan. Setiap penelitian yang melibatkan data klinik pasien hanya
dapat dipergunakan jika telah direncanakan terlebih dahulu. Oleh karena itu,
Rekam Medis di rumah sakit pendidikan biasanya tersusun lebih rinci karena
sering digunakan untuk bahan penelitian.
7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik
pasien. Jika pasien mau dipulangkan, bagian administrasi keuangan cukup
melihat Rekam Medis dan segala biaya yang harus dibayar pasien/keluarga
dapat ditentukan.

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta bahan sebagai


bahan pertanggungjawaban dan laporan.
Sumber : Amir, A dan Hafiah, M.J. (2014). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan (Edisi
5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

LO. 2.3 Hukum-hukum dan Sanksi


2.3 Hukum-hukum yang mengaturtentangRekamMedis
Dasar hukum mengenai rekam medis dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI)
Pasal 1
Setiapdokterharusmenjunjungtinggi, menghayati,
danmengamalkansumpahdokter
Pasal 7C
Seorang daokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan h
ak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinyatentangseorangpasien, bahkanjugasetelahpasienitumeninggaldunia
.

DasarhukummengenairekammedisdalamUndang-UndangRepublik
Indonesia (UU)
Menurut UU No. 29 tahun 2004 tentangPraktikKedokteran

Pasal 46

1 Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
2 Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
3 Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,waktu,dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47

1 Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 merupakan


milik dokter,dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi
rekam medis merupakan milik pasien.
2 Rekaman medis sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus disimpan dan
dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
3 Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 2 diatur dengan peraturan menteri.

Pasal 51

3 Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan


juga setelah pasien itu meninggal dunia.
DasarhukummengenairekammedisdalamPeraturanMenteriKesehatanRep
ublik Indonesia (Permenkes)
a. Permenkes No. 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran dan Dokter Gigi.

Pasal 16

1 Dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib


membuat rekam medis.
2 Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan perundang-undangan

Pasal 18

1 Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan tindakan kedokteran wajib


menyimpan segala sesuatu yang diketahui dalam pemeriksaan pasien,
interprestasi penegakan diagnose dalam melakukan pengobatan
termasuk segala sesuatu yang diperoleh dari tenaga kesehatan lainnya
sebagai rahasia kedokteran.
2 Ketentuan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.

b. Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentangRekamMedis


Pasal 2
1 Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara
elektronik.
Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur
lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

LI. 3 Pandangan Islam


LO. 3.1 Dalil Tentang Membuka Rahasia Pasien
Ayat Al Quran mengenaimembukarahasiamedisseseorang
a Q.S. An-Nisa/4:58

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruhkamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah member pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.

b Q.S. An-Nur/ 24:19

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan


yang amat keji itu dan tersiar di kalangan orang-orang
berimanbagimerekaazab yang pedih di duniadan di akhiratdan Allah
mengetahui sedangkan mu tidak mengetahui.

c Q.S. Al-Anfal/8:27
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

d Q.S. Al Hujurat/49:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka,


karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-car i
keburukan orang.Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang
di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al
Hujurat: 12)
Hadits mengenai membuka rahasiamedis seseorang


.
Artinya : Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan
menutupi aibnya. (HR. Al-Bukhary no. 2442 dan Muslim no. 2580 dari hadits
Ibnu Umar radhiyallahuanhuma, serta Muslim no. 2699 dari hadits Abu
Hurairahradhiyallahu )


Artinya :"Barangsiapa melihat aurat (aib) lalu ia menutupinya maka seolah-
olah ia telah menghidupkan kembali Mau`udah dari kuburnya." (HR. Ahmad)

Hadist yang Berkaitan Dengan Rahasia Medis (Janji dan Amanah)

a.HR Iman Ahmad


Tidak Ada Iman Bagi yang tidak amanah padanya (menjaga amanah) dan tidak ada
agama bagi yang tidak ada janji baginya (memenuhi janji)

b.HR Abu Daud


Majelis-majelis itu harus menjaga amanat kecuali dalam 3 hal :pertumpahan
darah yang haram,kemauan yang diharamkan dan perampasan tanpa hak

c.HR Abu Daud dan Tirmidzi


Tunaikan Amanat Kepada Orang yang Mempercayakan kepadamu dan jangalah
kamu mengkhianati orang yang mempercayaimu
DAFTAR PUSTAKA

Jusuf M, dan Amir A. 2016. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta.EGC.


--(2005)., Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
TentangPraktikKedokteran., From file:///D:/Downloads/UU_NO_29_2004.PDF (diakses 01
Oktober 2016 pukul 07:00)

Anda mungkin juga menyukai