Biologi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Limacodidae
Genus : Setothosea
permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6 17. Satu
menghasilkan telur sekitar 300 400 butir. Telur menetas 4 8 hari setelah
permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Larva
berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas (berbentuk pita yang
menyerupai piramida) pada bagian punggungnya (Gambar 2). Selain itu pada
ulat berganti kulit 7 8 kali dan mampu menghabiskan helai daun seluas 400 cm2
Pupa berada di dalam kokon yang terbuat dari campuran air liur ulat dan
tanah (Gambar 3), berbentuk bulat telur dan berwarna cokelat gelap, terdapat di
bagian tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa
sawit. Pupa jantan dan betina masing masing berukuran berlangsung selama
kokon dengan membuat lubang sobekan pada salah satu ujung kokon. Warna
untuk ngengat betina 14 mm (Gambar 4). Perkembangan hama ini mulai dari
telur hingga menjadi ngengat berkisar antara 92,7 hari 98 hari, tetapi pada
Gejala Serangan
akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun
saja (Gambar 5). Ulat ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi 300 500 cm2
daun sawit per hari. Tingkat populasi 5 10 ulat per pelepah merupakan populasi
kritis hama tersebut di lapangan dan harus segera diambil tindakan pengendalian
(Lubis, 2008).
mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit serta
meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat jelas seperti
terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar.Mulai instar ke 3 biasanya
ulat memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan sering
Ambang ekonomi dari hama ulat api untuk S. asigna dan S. nitens pada
berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda
sampai 69 % pada tahun pertama setelah serangan dan 27 % pada tahun kedua
setelah serangan, bahkan jika serangan berat, tanaman kelapa sawit tidak dapat
Pengendalian
(spraying) dilakukan pada tanaman yang berumur 2,5 tahun dengan menggunakan
dilakukan apabila dalam suatu keadaan tertentu luas areal yang terserang sudah
seks sintetik efektif untuk merangkap ngengat jantan ulat api S. asigna selama 45
pada tanaman muda umur 1 3 tahun, apabila luas areal yang mengalami
Pengendalian secara hayati, pengendalian hayati ulat api pada kelapa sawit dapat
terakhir apabila terjadi ledakan populasi pada hamparan yang luas, dengan
memilih jenis dan teknik aplikasi yang aman bagi lingkungan, khususnya bagi
Forficulla auricularia
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Dermaptera
Genus : Forficulla
Telur cocopet ditempatkan dalam gugus-gugus (Gambar 6), dan anak yang
keluar dari tetasan tampak seperti serangga dewasa, tetapi tidak memiliki sayap,
dan cerci tampak lurus. Betina cocopet memperlihatkan maternal care, yaitu
merawat anaknya. Umumnya, induk beristirahat di atas telur, dan jika telur
(Gambar 7). Nimfa instar 1 dan 2 menghabiskan waktu di atas permukaan tanah
dan masih dalam pengawasan cocopet dewasa. Pada instar 3 dan 4 mulai
dua pasang sayap (satu pasang seperti berkulit), dan satu pasang membran.
sepasang cerci penjepit yang belok, sedangkan betina lurus (Syafitri, 2012).
penyebab penyakit susu pada ulat api S. asigna, ternyata efektif mengendalikan
dengan konsentrasi 400 gram ulat api yang terinfeksi virus dilarutkan kedalam
200 liter air, dengan menggunakan alat semprot bermesin (Knapsack motorized
mist blower) mampu mengakibatkan kematian ulat api S. asigna lebih dari 90%
berkesinambungan dari ulat api yang sakit ke ulat api sehat, baik antar ulat api
yang seumur maupun yang menetas belakangan dan bahkan antar generasi. Hal ini
akan tetap menempel dipermukaan daun dan menjadi sumber infeksi bagi ulat api
partikel virus. NPV telah diuji dan sering digunakan sebagai pestisida hayati
dibandingkan virus lainnya (Mcintosh dkk, 2004; Irfan dkk, 2007; Azis, 2009)
NPV mempunyai isolat dari banyak spesies serangga salah satunya pada larva
(haemocoel) serata organ- organ tubuh yang lain. Pada infeksi lanjut MNPV juga
menyerang sel darah (leucosit dan limfosit), trakea, hipodermis, dan sel lemak.
Pada kondisi yang alkalis (sesuai dengan kondisi hidup MNPV pH > 9) badan
inklusi NPV (Polyhedral inclusion body/ PIB) akan melepas virion menembus
jaringan peritrofik dan microvili, kemudian akan memisahkan sel- sel columnar
dan goblet. Pada akhirnya akan merusak seluruh jaringan usus dan kondisi
didalam hemolimfa akan terlhat keruh penuh cairan MNPV. Cairan MNPV
tersebut merupakan replikasi virion- virion yang baru terbentuk didalam sel- sel
haemocoel dan jaringan lain seperti sel lemak, sel epidermis, hemolimfa dan
trakea Jaringan jaringan tersebut dipenuhi oleh virion- virion sehingga terjadi
celll lysis (kehancuran sel). Larva akan mati setelah sebagian besar jaringan
larutan virus (master solution). Ulat terinfeksi yang telah beku dilepaskan dari
dan disaring dengan kain kelambu. Larutan yang dihasilkan inilah yang disebut
larutan biang. Larutan biang hanya dibuat apabila segera dilakukan penyemprotan
dengan 1 l aquades, dihancurkan lumat maka akan didapatkan 1,25 l larutan biang
(Sipayung, 1990).
Bacillus thuringiensis
makan daun yang disemprot insektisida ini 0,5 2 jam kemudian akan berhenti
makan dan paling lama 2 hari akan mati. Insektisida biologi ini hanya mematikan
larva tidak menimbulkan masalah terhadap musuh musuh ulat seperti predator
secara terus menerus. Ulat yang terserang menjadi malas, bahkan menjadi tidak
berwarna dan lemas, setelah mati mereka menghasilkan bau busuk. Sel sel
bakteri mengadung satu kristal protein racun demikian juga dalam sporanya. Jika
terlarut dalam tubuh serangga kristal ini menyebabkan paralysis pada lambung
(Howard, 1994).
penghilangan selera makan dan mobilitas larva berkurang dengan cepat setelah
aplikasi. Larva kelihtan kurang tanggap terhadap sentuhan. Setelah larva mati,
larva kelihatan mengkerut dan perubahan warnapun semakin jelas terlihat. Tubuh
serangga yang mati menjadi lunak dan mengandung cairan. Kadang kadang
apabila dicerna oleh cairan cairan yang ada didalam perut S. asigna.
Kristal kristal paraseporal yang dicerna hanya meracuni larva S. asigna dimana
utamanya akan terjadi, tergantung terserang dan tergantung juga kepada besarnya
dosis, yaitu:1). Serangga serangga yang diracuni oleh Kristal beracun, dengan
(perut bagina tengah) yang memungkinkan bakteri kedalam darah dan berakibat
bakteri sebelumnya didalam perut. 3). Serangga serangga relatif tidak rusak oleh
kristal karena dalam kasus ini B. thuringiensis berperilaku seperti B. cereus dan
Nimba adalah tanaman asli daerah tropika Asia Tenggara. Tanaman ini
tumbuh cepat dan tahan kering. Mimba yang tumbuh di lahan kering dan tidak
(1) merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, (2) menghambat pergantian
kulit, (3) mengganggu komunikasi serangga, (4) penolak makan, (5) menghambat
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah biji dan daun yang mengadung
senyawa penting dari 3 golongan yaitu azadirachtin, salanin dan meliantriol, tetapi
nabati yang tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya
Deltametrin
(Hasan, 2006).
tahun 1800 dan mulai dikenal secara luas di seluruh dunia pada tahun 1851
dari piretroid di sintesa pertama kali pada tahun 1974 dan mulai dipasarkan tahun
(repetitive) yang berakhir dengan kelumpuhan dan kematian. Efek ini disebabkan
oleh rendahnya penutupan saluran natrium dalam akson saraf, sehingga natrium
bergerak cepat dalam sel-sel dan merubah fungsi akson saraf (Hasan, 2006).
Dimetoat
sesuai dengan dosis yang tertentu. Pemerintah secara esmi telah menetapkan batas
lapangan para petani pada umumnya tidak lagi mengikuti aturan Pemerintah,
(Tarumingkeng, 1992).
pertama kali di Jerman pada awal perang dunia ke-II. Bahan tersebut digunakan
untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal
schordan yang sangat efektif sebagai insektisida tetapi juga toksik terhadap