Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik
(mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen berarti
hormone tumbuhan yang membantu kelancaran proses metabolism. Meskipun
demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah
material suplemen.
Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas
areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin
beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli
lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat
polusi tanah akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penggunaan pupuk
kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah. Kerasnya tanah disebabkan
oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai. Sifat
bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan
organik. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah
dengan memanfaaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik, untuk mencegah
semakin merosotnya kesuburan tanah. Pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan
pada usahatani, sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan. Urin
sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk
pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine.
Penggunaan urin ternak merupakan salah satu penerapan zero waste
management. Urin ternak yang biasanya dibuang tanpa dimanfaatkan. Urin ternak sapi
merupakan limbah peternakan yang sangat potensial digunakan sebagai biourin. Dalam
lima tahun terakhir populasi sapi Bali meningkat rata-rata 3,41% pertahun, sehingga
ketersediaan limbah urin sapi berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari mulai berkecambah hingga
kemudian menghasilkan buah atau bagian lainnya yang dipanen, tanaman membutuhkan
unsur-unsur hara atau zat makanan tanaman (Plant nutrients). Unsur hara tanaman
adalah unsur kimia tertentu yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya yang

1
normal, apabila kebutuhan unsur hara tanaman tidak terpenuhi maka pertumbuhan
tanaman akan terganggu, tampaknya gejala-gejala kekurangan (defisiansi) dan
menurunnya hasil produksi.
Tanaman dalam kelangsungan hidupnya memerlukan nutrisi atau makanan yang
seimbang sesuai dengan kebutuhannya. Nutrisi atau makanan bagi tanaman yang
disebut dengan unsur hara secara garis besar dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu unsur hara
makro dan unsur hara mikro. Unsur hara mikro yang berperan dalam laju pertumbuhan
tanaman diantaranya adalah Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Mangan (Mn).
Kandungan unsur hara yang ada dalam urin ternak dapat ditingkatkan melalui
proses fermentasi. Kandungan unsur hara pada urin sapi mengalami peningkatan
setelah mengalami proses fermentasi. Urin sapi Bali yang difermentasi dengan
Mikroorganisme terjadi peningkatan unsur hara diantaranya kandungan unsur N, C,
dan unsure hara lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sudana, dkk. (2012),
biourin yang telah ditambahkan dengan Mikroorganisme Juga menghasilkan zat
pengatur tumbuh yaitu giberilin dan sitokinin.
Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik cair biasanya
menggunakan EM4 yang dapat diperoleh di toko peternakan. Mikroorganisme juga
dapat di produksi sendiri dari bahan bahan alami (lokal) untuk mengurangi biaya
produksi. Mikroorganisme lokal (MOL) dapat diproduksi dari bahan nabati maupun
hewani. Miroorganisme yang berasal dari nabati menggunakan batang pisang, dan
mikroorganisme hewani menggunakan kotoran ternak (feses).
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar
tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu
banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat
tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organic adalah kompos.
Pada analisis ini dilakukan untuk mengetahui kadar unsur mikro yang terdapat
pada sampel pupuk cair organik kode-127 yang dapat meningkatkan produktifitas pupuk
yang berguna dalam menyuburkan dan menfrementasi perkembangan dari tanaman.
Pada analisis akan dilakukanya uji dengan menggunakan instrumentasi AAS (Atomic
Adsoprstion Spectrometer) yang digunakan untuk mengindentifikasi besarnya kadar
unsur hara mikro yang terdapat didalam sampel.
B Perumusan Masalah
1 Bagaimana cara menganalisis kadar mineral pupuk cair dengan AAS?
2 Bagaimana cara mengoprasikan instrumentasi AAS?
3 Apakah kadar mineral sampel pupuk cair 127 telah memenuhi standar?
C Tujuan dan Manfaat PKL

2
Tujuan dilakukannya analisis kadar mineral mikro dalam sampel pupuk organik
kode-127 adalah untuk mengetahui kadar mineral mikro yaitu Besi (Fe), Tembaga (Cu),
Seng (Zn) dan Mangan (Mn) dalam sampel pupuk organik127 menggunakan AAS dan
membandingkan hasilnya dengan batas acuan kadar mineral standar.
Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
informasi tentang mineral pupuk organik dengan metode SSA,
D Sistematika Laporan
Laporan praktik kerja lapangan ini tersusun dalam sistematika penyusunan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini memuat Latar Belakang, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat, Tempat dan Waktu pelaksanaan, Metode Pelaksanaan dan
Sistematika Peyusun Laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang gambaran secara umum tentang balai serta tinjauan-
tinjauan pustaka yang berubungan dengan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan alat, bahan, dan metode yang digunakan dalam penetapan
kadar air dan kadar abu pada sampel pupuk organik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang hasil dan pembahasan dari kegiatan Praktik Kerja
Lapagan (PKL) yang telah dilakukan.
BAB V PENUTUP
Bagian ini berisikan simpulan dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi Bogor Jawa Barat
1. Sejarah
Balai Penelitian Ternak (Balitnak) merupakan gabungan dua Unit Kerja bidang
peternakan yaitu Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) di jalan Raya Pajajaranm,
Bogor dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) di Ciawi, Bogor pada
tahun 1981. Sejalan dengan perkembangannya, sejak didirikan masing-masing unit
kerja tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan nama.
Lembaga Penelitian Peternakan di Bogor, awal didirikannya bernama Balai
Penelitian Umum (BPU 1950, Palai Penyidikan Peternakan (BPP) 1952, Pusat Balai
Penyelidikan Peternakan (PBPP) 1956, Lembaga Penelitian Peternakan (1961),
Lembaga Peternakan (1966), Lembaga Penelitian Peternakan (1967).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) di Ciawi Bogor. Lembaga ini
adalah lembaga penelitian Indonesia-Australia berdasarkan memorandum persetujuan
tanggal 4 Desember 1974, kerjasama Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian, Indonesia dengan Colombo Plan, CSIRO (Commonwealth Scientific and
Industri Research Organization) Australia. Direncanakan berlangsung selama 10 tahun.
Semula bernama B.A.R.I. (Bogor Animal Husbandry Research Institute) kemudian
berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (P4). Pada tanggal 13
Nopember 1978 berubah menjadi P3T dan diresmikan pengunaannya oleh Presiden
Soeharto dan dihadiri oleh Perdana Menteri Australia serta pejabat tinggi kedua
negara Penggabungan LPP dan P3T tahun 1981 secara resmi menjadi Balai Penelitian
Ternak (Balitnak) SK Mentan No. 71/KPts/OT.210/1/2002 dan sekaligus pelimpahan
kedudukan yang semula dibawah Direktorat Jenderal Peternakan menjadi Unit Kerja
Badan Litbang Pertanian.
1950 Balai Peternakan Umum (BPU) (Direktur) Prof. Drs. Sutisno Djuned P.
1952 Balai Penyidikan Peternakan (BPP) (Direktur) Prof. Drs. Sutisno Djuned P.
1956 Pusat Balai Penyidikan Peternakan (PBPP) (Direktur) Drh. Wardojo
1961 Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) (Direktur) Drh. Zainoel Arifin

1966 LEMBAGA PETERNAKAN (LP)

4
(Direktur:19671980) Prof.Dr.D.A.Lubis
(Direktur:1967-1968) Drh.Soeherman
(Direktur:1969-1974) Drh.M.Pandjaitan
(Direktur :1975-1979) Drh. R. Rustandi D

Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan (P4) di Ciawi

1974 Bogor Animal Husbandry Research Institute (B.A.R.I.),

Direktur :Prof.Dr.J.H.Hutasoit

1974 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (P4).

Direktur :Prof.Dr.J.H.Hutasoit

1978 Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T).

Direktur : Prof. Dr. J.H. Hutasoit

BALAI PENELITIAN TERNAK (BALITNAK)

Drh. Jan Nari [1981-1985]


Dr. I Putu Kompiang [1985-1987]
Dr. Benny Gunawan [1988-1989]
Dr. M. Sabrani [1990-1993]
Dr. Kusuma Diwyanto [1994-1997]
Dr. Tjeppy D. Soedjana [1998-1999]
Dr. Argono Rio Setioko [1999-2005]
Dr. Ismeth Inounu [2005-2005]
Ir. Bambang Setiadi, MS [2005-2006]
Dr. Sofjan Iskandar [2006-2009]
Prof. Ir. Bambang Sudaryanto, MS [2009-2010]
Dr.Ir. Endang Romjali, M.Sc [2010-2011]
Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc [2012-2015]
Dr.drh. Sri Muharsini [PLT Ka. Balai dari Agustus

5
2015 s.d. Februari 2016]

Dr. Soeharsono, S.Pt, M.Si [Februari 2016 s.d. Sekarang]

2. Visi dan Misi


a. Visi
Visi Balitnak mengikuti visi Badan Litbang Pertanian yaitu menjadi lembaga
penelitian peternakan berkelas dunia dalam menghasilkan inovasi teknologi peternakan
mendukung terwujudnya sistem pertanian industrial.
b. Misi
1. Menghasilkan inovasi teknologi peternakan yang berdaya saing dan berwawasan
lingkungan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan mendukung program strategis
Departemen Pertanian
2. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya yang berkaitan dengan sistem produksi
peternakan
3. Mendiseminasikan hasil-hasil inovasi teknologi peternakan
4. Membangun jaringan kerjasama dan pertukaran informasi teknologi peternakan
5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penunjang
kegiatan penelitian peternakan

3. Tugas Pokok dan Fungsi


Sesuai dengan SK MENTAN No. 71/Kpts/OT.210/1/2002. Untuk menjalankan
tugas Balai Penelitian Ternak mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, identifikasi, karakterisasi, evaluasi serta
pemanfaatan plasma nutfah ternak dan hijauan.
b. Pelaksanaan penelitian pemuliaan, reproduksi dan nutrisi pada ternak unggas, sapi
perah dan dwi guna, kerbau, domba, kambing perah, serta aneka ternak.
c. Pelaksanaan penelitian bioteknologi ternak dan agrostologi.
d. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi, system dan usaha agribisnis ternak.
e. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil penelitian ternak.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
4. Struktur Organisasi
Balai Penelitian Ternak mempunyai beberapa bagian yang terdiri dari Sub Bagian
Tata Usaha, Seksi Pelayanan Teknis dan Seksi Jasa Penelitian.
1. Sub Bagian Tata Usaha :
Penanggung jawab kepegawaian.
Penanggung jawab rumah tangga.
Penanggung jawab keuangan.
Penanggung jawab bengkel.

6
2.

Seksi Pelayanan Teknis :


Penanggung jawab pelaksanaan SIMROG.
Penanggung jawab pelaporan dan monev.
Penanggung jawab kandang dan kebun percobaan.
Penanggung jawab laboratorium kimia
Penanggung jawab laboratorium Keswan.
3. Seksi Jasa Penelitian :
Penanggung jawab komunikasi, informasi dan publikasi.
Penanggung jawab kerjasama.
Penanggung jawab perpustakaan.
Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut :
1. Kepala Balai berwenang atas semua kegiatan yang ada di balai.
2. Sub Bagian Tata Usaha bertugas mengkoordinasi urusan kepegawaian dan rumah
tangga serta urusan keuangan.
3. Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga bertugas mengatur status pegawai,
kenaikan jenjang jabatan fungsional serta semua yang menyangkut rumah tangga.

7
4. Urusan Keuangan bertugas melakukan pengaturan anggaran belanja rutin dan
anggaran belanja pembangunan.
5. Seksi Pelayanan Teknis bertugas kan pemelakungaturan penggunaan dan
pemeliharaan sarana penelitian di instalasi kandang percobaan dan lapangan
percobaan.
6. Seksi Rencana Kerja bertugas membantu koordinator penelitian untuk
mengkoordinasikan perencanaan pelaksanaan penelitian dan bekerja sama dengan
koordinator peneliti, melakukan evaluasi serta monitoring penelitian di lingkup
program komoditas masing-masing.
7. Sub Seksi Sarana Laboratorium bertugas melakukan pengaturan, penggunaan dan
pemeliharaan sarana laboratorium.
8. Sub Seksi Sarana Lapangan bertugas melakukan pengaturan, penggunaan dan
pemeliharaan sarana lapangan.
9. Sub Seksi Kerjasama bertugas menjalin kerja sama di luar lembaga untuk
kepentingan balai.
10. Sub Seksi Informasi mempunyai tugas penyiapan bahan rumusan informasi dan
penyebaran hasil penelitian juga melakukan koordinasi dengan instalasi
perpustakaan.

5. Sumber daya manusia


Seluruh karyawan Balai Penelitian Ternak pada tahun 2012, sebanyak 416 orang
yang terdiri dari 356 orang pegawai negeri dan 60 orang honorer. Berdasarkan
pendidikan, sejumlah 35 orang berpendidikan S3 (Doktor), 34 orang S2 (Magister), 27
orang S1 (Sarjana), 11 orang setingkat Diploma dan 256 orang SLTA kebawah.
Berdasarkan jabatan fungsional, 23 Ahli Peneliti, 20 orang Peneliti Madya, 16 Peneliti
Muda, 11 Peneliti Pertama, 4 orang Peneliti Non Kelas, 114 orang Teknisi Litkayasa, 4
orang Pustakawan, dan 1 orang Analisis Kepegawaian. Tenaga penggerak utama dalam
inovasi teknologi pertanian adalah peneliti.
Keadaan Pegawai Per Oktober 2015 :
Status Jumlah Total
PNS 255
Honorer 61 316
Berdasarkan Tingkat Pendidikan :
S3 S2 S1 Diploma SLTA ke Bawah

8
24 22 28 9 172
Sampai per oktober 2015: 9 orang Profesor Riset
6. Kedudukan Balitnak
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 71/ ktps/ OT. 210/ 1/ 2002, Balai
Penelitian Ternak (Balitnak) merupakan unit kerja sama pelaksanaan teknis di bidang
penelitian dan pengembangan peternakan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
penelitian ternak unggas, perah dan dwi guna, kerbau, domba, kambing perah, serta
aneka ternak. Balitnak disamping menjalankan fungsi teknis juga melaksanakan urusan
tata usaha dan rumah tangga. Lembaga ini didirikan pada area seluas 28 hektar di Desa
Banjar Waru, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
7. Sarana dan Fasilitas
1 Labolatuarium
Laboratorium Balai Penelitian Ternak berada di bawah Unit Pelaksana Teknis
Balai Penelitian Ternak pada Unit Kerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Balai
Penelitian Ternak dilengkapi dengan laboratorium-laboratorium yang berfungsi untuk
melayani permintaan pengujian kimia dan biologis dari dalam maupun luar Balai serta
didukung oleh personil yang handal dan peralatan yang akurat. Laboratorium yang ada
di Balai merupakan suatu organisasi yang melakukan kegiatan pengujian secara
struktural dibawah Seksi Pelayanan Teknis. Berdasarkan fungsinya laboratorium dibagi
3 katagori yaitu :
1. Laboratorium Terakreditasi yaitu Laboratorium Pelayanan Kimia Analitik
2. Laboratorium Eksplorasi yang terdiri dari Laboratorium Pakan, Laboratorium
RIA-EIA, Laboratorium Reproduksi, Laboratorium Nutrisi Ruminan,
Laboratorium Tanaman Pakan, Laboratorium Pemuliaan Ternak.
3. Laboratorium Pelayanan Kesehatan Ternak
Pada awalnya Laboratorium Pelayanan Kimia Analitik Ciawi dan Laboratorium
Fisiologi Nutrisi Ternak Bogor terakreditasi sebagai Laboratorium Pengujian dengan No
LP-347-IDN sejak 22 Maret 2007 oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) c.q.
Komite Akreditasi Nasional (KAN). Akreditasi ini mengacu pada standar sistem
manajemen mutu laboratorium pengujian internasional ISO/IEC 17025-2005, yang
diadopsi di Indonesia menjadi SNI 19-17025-2008. Selanjutnya laboratorium tersebut
tereakreditasi pada 2 September 2012, dengan penambahan ruang lingkup dari 13

9
menjadi 30 parameter uji. Pada tahun 2013 Laboratorium Fisiologi Nutrisi Ternak
Bogor dipindahkan ke Ciawi dan digabungkan dengan Laboratorium Pelayanan Kimia
Analitik. Ruang lingkup kegiatan Laboratorium Balai Penelitian Ternak sebagai berikut
:
1. Laboratorium Terakreditasi: Laboratorium Pelayanan Kimia Analitik
Analisis proksimat lengkap (Air, Protein Kasar, Eenergi Kasar, Serat Kasar,
Lemak Kasar, dan Abu), Serat deterjen netral (SDN), Serat deterjen asam (SDA),
mineral makro (Ca, P, Na, Mg, K, S, Cl, B) dan mikro (Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, Pb, Ni),
AIA, Oligosakarida, Alantoin, asam amino, cholesterol, LCFA, dan vitamin. Analisis
komponen fermentatif rumen (pH, amonia, asam lemak mudah menguap (VFA),
kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organic (KCBO), dan kecernaan serat
deterjen netral (KCSDN).
2. Laboratorium Eksplorasi
1 Laboratorium Teknologi Pakan : melakukan penelitian antara lain : peningkatkan
mutu pakan dan bahan pakan, pengaruh senyawa sekunder (tanin, saponin) terhadap
produksi ternak, teknik produksi pre dan probiotik sebagai imbuhan pakan, teknik
produksi enzim, teknik produksi mineral organik, teknik produksi CRM (complete
rumen modifier), kecernaan bahan pakan dengan gas tranduscer, mempelajari
aktifitas mikroba rumen (total mikroba, protozoa), perbanyakan inokulan untuk
fermentasi.
2 Laboratorium Nutrisi Ruminan : Kecernaan pakan dengan menggunakan Rusitek,
analisis komponen susu, menetapkan produksi enterik gas oleh rumen (metana,
oksigen, karbondioksida) dengan menggunakan respiratory chamber.
3 Laboratorium Fisiologi Reproduksi : Pengujian biologis spermatozoa, sinkronisasi
dan inseminasi buatan, teknik embrio transfer, preservasi semen, pemisahan sperma
(X, Y), teknik Primodial Gem Cell (PGC) dan Enkapsulasi sperma.
4 Laboratorium RIA/EIA : Analisis hormon reproduksi (progesteron, testoteron, LH,
FSH) dan hormon produksi (T3 dan T4).
5 Laboratorium Tanaman Pakan: uji efektivitas mikroba tanaman dan tanah seperti
Rhizobia (uji populasi infektivitas, efektivitas, carrier), kultur jaringan, uji efikasi
tanaman pakan ternak.
6 Laboratorium Pemuliaan Ternak : Ekstraksi DNA, PCR.
3. Laboratorium Pelayanan Kesehatan Hewan
Uji darah sederhana, mikrobiologi, vaksinasi dan pengobatan ternak tingkat
awal. Bahan yang dianalisis antara lain sampel bahan pakan, pakan, feses, urin, darah,

10
daging, tulang, jeroan, cairan rumen dan lain-lain. Laboratorium terakreditasi maupun
ekplorasi selain melayani analisis sampel intern (lingkup balai), juga melayani jasa
analisis dari luar, seperti dari instansi pemerintahan, perguruan tinggi, perusahaan
swasta dll. Pelayanan analisis dilakukan selama jam kerja dan dapat menghubungi
Manajer Administrasi Laboratorium Terakreditasi. Parameter pengujian, metode dan
alat ukur untuk laboratorium terakreditasi dapat dilihat pada Tabel 1. Kegiatan
pengujian dan peralatan yang tersedia di Laboratorium Eksplorasi dapat dilihat pada
Tabel 3.
No Parameter Pengujian Metode Nama Standar / Alat
Ukur
1 Kadar air Pengeringan pada suhu Oven Timbangan dan
1050C semalam anak timbangan
2 Kadar protein kasar Destruksi Kyedahl dan Auto Analyzer Braun
auto-analisis Lub, Timbangan
3 Kadar lemak kasar Ekstraksi pelarut Elektrotermal dengan 6
(Solvent extraction) holes dan dilengkapi
soxlet, Timbangan dan
Oven,
4 Energi Kasar Pembakaran di Standar benzoic acid
Calorimeter Timbangan
Termometer
Calorimeter
5 Serat Kasar Ekstraksi asam dan basa Pemanas dengan
kapasitas 8 beaker
Timbangan, oven dan
tanur
6 Abu Pengabuan pada suhu Tanur
1050C semalam Timbangan dan Oven
7 Serat Deterjen Netral Ekstraksi dalam larutan Pemanas dengan
deterjen netral kapasitas 8 beaker
Timbagan dan oven
8 Serat Deterjen Asam Ekstraksi dalam larutan Pemanas dengan
deterjen asam kapasitas 8 beaker
Timbagan dan oven

11
9 Makro mineral (Ca, Spektrofotometri Serapan Atomic Absorption
Mg, K, Na) Atom Spectrophotometer
Mikro mineral (Fe, Spektrofotometri Emisi (AAS)
Mn, Cu, Zn, Cd, Pb) Atom Micro Plasma Emission
Atomic
Spectrophotometer
(MPEAS)
10 Fosfor (P) Spectrofotometri UV-VIS
Spectrophotometer
11 Sulfur (S) Spectrofotometri UV-VIS
Spectrophotometer
12 Kecernaan bahan in vitro Inkubator shaker
kering Timbangan dan oven
(KCBK)
13 Kecernaan bahan in vitro Inkubator shaker
organik Timbangan dan oven
(KCBO) Tanur
14 Kecernaan serat in vitro Inkubator shaker
deterjen netral Timbangan dan oven
(KCSDN)
Tabel 1. Parameter pengujian, metode dan alat ukur
No Parameter Pengujian Metode Nama Standar / Alat
Ukur
15 Selulosa Ekstraksi Pemanas dengan
kapasitas 8 beaker
Timbagan dan oven
16 Lignin Ekstraksi dan gravimetric Pemanas dengan
kapasitas 8 beaker
Timbagan dan oven
17 Abu Tak Larut Dalam Kelarutan dalam asam Tanur
Asam (AIA) Oven
Timbangan
Saringan
18 Amonia Conway Glass Conway,

12
Pipet
Buret automatik
19 pH Elektrokimia pH meter

20 VFA Kromatografi Gas Kromatografi Gas


Ssyringe
21 SCFA Kromatografi Gas Kromatografi Gas
Ssyringe
22 LCFA Kromatografi Gas Kromatografi Gas
Ssyringe
23 Cholesterol Spectrofotometri UV-VIS
Spectrophotometer
Timbangan
Freeze drier
24 Asam amino Hidrolisis asam dan HPLC
kromatogram
25 Komponen pakan Gugus Fungsional Spectra Near Infra
(KA, LK, PK, SK dan Reflection
abu)
26 Oligosakarida Kromatografi HPLC

26 Vitamin Kromatografi HPLC

Tabel 2. Parameter pengujian, metode dan alat ukur (Lanjutan)


No Parameter Parameter uji Peralatan
Pengujian
1 Laboratorium Analisis senyawa sekunder Spectrofotometer
Teknologi Pakan (tanin, saponin), aktivitas Gas Transducer
enzim selulolitik, Batch Fermentor
kecernaan bahan pakan
dengan gas tranduscer,
mikroba rumen (total
mikroba, protozoa),
perbanyakan inokulan

13
untuk fermentasi, dan
produksi enzim.
2 Laboratorium Kecernaan bahan pakan Rusitek
Nutrisi Ruminan dan pakan. Analisis gas Respiratory Chamber
metan, oksigen dan
karbondioksida. Milk scan
Komponen susu (densitas,
lemak susu, protein, total
padatan, laktosa).
3 Laboratorium Pengujian biologis Sperm analyzer
Fisiologi spermatozoa, sinkronisasi Osmometer
Reproduksi dan inseminasi buatan, pH meter
teknik embrio transfer, Portable USG sapi
preservasi semen, Portable USG kambing
pemisahan sperma (X, Y), Microencapsulator
dan Enkapsulasi sperma. Cell counter
Estrus detector
Alat deteksi kebuntingan
Semen unggas : teknik Microgrinder dan
Primodial Gem Cell (PGC) Microfoge
Microscope Fluoresence
Egg incubator
Laminar Flow
Mikroskop
Sentrifuge
4 Laboratorium Analisis hormon steroid Scintillation Counter
RIA/EIA dan protein ELISA Reader
5 Laboratorium Uji efektivitas mikroba Rumah kaca
Tanaman Pakan tanaman dan tanah seperti pH meter
Rhizobium (uji populasi Spetrofotometer
infektivitas, efektivitas, Fermentor
carrier), kultur jaringan, uji Titrator
efikasi tanaman pakan

14
ternak.
6 Laboratorium Pengujian DNA PCR Thermal Cycler
Pemuliaan Ternak Real Time PCR
Elektroforesis horizontal
Elektroforesisi vertical
Gel Documentation
System
7 Laboratorium uji darah sederhana, Haemositometer
Pelayanan mikrobiologi, vaksinasi Sentrifuge
Kesehatan Hewan dan pengobatan ternak Mikroskop
tingkat awal.
Tabel 3. Parameter pengujian, metode dan alat ukur di laboratorium Eksplorasi dan
Pelayanan Kesehatan Ternak

B. Penjelasan Sampel Dan Instrumentasi Analisis


1 Pengertian Pupuk
Pupuk adalah material ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik
(mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen
sepertihormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun
demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah
material suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar
tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu
banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat
tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos
(Wikipedia, 2016).
2 Macam-macam pupuk
Dalam praktik sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan untuk
kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan pembuatannya,
bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.

15
Pupuk berdasarkan sumber bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk:
(1) pupuk organik atau pupuk alami (misal pupuk kandang dan kompos) dan (2) pupuk
kimia atau pupuk buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-
sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat
melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia
biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat
dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya;
keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu
pengikatan air secara efektif.
Pupuk berdasarkan bentuk fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk
cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau
kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan
biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara
disemprot ke tubuh tanaman.
Pupuk berdasarkan kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk
paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan
yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa
merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau
zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan (Wikipedia,
2016).
Pupuk merupakan bahan yang dapat menyediakan unsur hara pada
tanamankemudian digunakan oleh tanaman untuk melakukan proses
metabolisme sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang. Pupuk sangat
dibutuhkan oleh tanaman, karena ketersediaan unsur hara di tanah tidak selamanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Pupuk dapat di bedakan menjadi dua yaitu
pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh
pabrik atau hasil industri dan mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman.
Sedangkan pupuk organik adalahpupuk yang merupakan hasil penguraian mikroba

16
dekomposer sehingga membentuk senyawa-senyawa sederhana yang siap diserap oleh
tanaman. (Admin, 2014).
Keuntungan penambahan pupuk organic pada tanah adalah Menyediakan sebagian
besar unsur N dan Cu serta setengah dari unsur P perlahan-lahan. Meningkatkan KTK
tanah masam yang telah mengalami pelapukan lanjut. Dapat membentuk komplek
dengan oksida amorf sehingga oksida amorf tidak mengkristal dan menurunkan fiksasi
fosfor. Memantapkan agregat tanah dan memperbaiki sifat fisika tanahsehingga
menurunkan erosi pada tanah. Meningkatkan kapasitas penahan air. Dapat membentuk
komplekdengsanunsure mikro sehingga mencegah pencucian (sanchez, 1976).
Pupuk organik ada berbagai macam, diantaranya adalah:
1. Pupuk Hijau
Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke
dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae
atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat
menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan
mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari udara. Keuntungan
penggunaan pupuk hijau antara lain:
1. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
2. Mencegah adanya erosi
3. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan
gulma jika ditanam pada waktu tanah bero
4. Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk
anorganik.
Namun, pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu:
Tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air pada
pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama
ataupun penyakit dapat menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok dalam hal
tempa, air dan hara pada pola pertanaman tumpang sari. (Pilar Lima,2014)
2. Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami
pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran
hewan. Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebagai pupuk kompos.
Tetapi sekarang sudah banyak spesifisikasi mengenai kompos.(Pilar Lima,2014)

17
Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui yang tidak tercampur
logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat menanggulangi adanya timbunan
sampah yang menggunung serta mengurangi polusi dan pencemaran di perkotaan. (Pilar
Lima,2014)
3. Pupuk Kandang
Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk
karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap tanaman.
Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan peternakan
yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian. Pupuk kandang
mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk organik lainnya apalagi
dari pupuk anorganik, yaitu pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung
unsur-unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat
mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan banyak mengandung
oksigen.
Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi
pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara akan
terlarut dan lebih mudah diserap oleh buluh akar. Sumber hara makro dan mikro dalam
keadaan seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk
kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain. Pupuk kandang banyak mengandung
mikroorganisme yang dapat membanrupembetukan humus di dalam tanah dan
mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman, sehingga pupuk kandang
merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi tanah dan tanaman dan
keberadaannya dalam tanah tidak dapat digantikan oleh pupuk lain. (Pilar Lima,2014).
4. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah laruran dari pembusukan bahan-bahan organic yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsure haranya
lebih dari satu unsure. Kelebihan dari pupuk organic ini adalah dapat secara cepat
mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu
menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk
organic cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering
mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk
yamg diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman. Dengan

18
menggunakan pupuk organik cair dapat mengatasi masalah lingkungan dan membantu
menjawab kelangkaan dan mahalnya harga pupuk anorganik saat ini.
Spesifikasi dan Manfaat Pupuk Organik Cair :
1. Mengandung giberlin Manfaat:
Mempebaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak
Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan
Memperbaiki klorofil pada daun
Merangsang pertumbuhan kuncup bunga
Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga
Memperkuat daya tahan pada tanaman
Merangsang pertumbuhan tunas baru
2. Mengandung alkohol (alcohol) Manfaat :
Sterilisasi pada tumbuhan (mengurangi dan menghentikan pertumbuhan mikroba
pengganggu pada tumbuhan terutama pada daun dan batang, seperti, bercak daun
(penyakit blas), jamur/khamir/cendawan serta spora organisme penyakit.
5. Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang
sudah tidak terpakai. Misal jerami kering, bonggol jerami, rumput tebasan, tongkol
jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk penutup tanah karena
pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan pada permukaan tanah di
sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini diantaranya :
Dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan pengairan
1. Mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut dan
terbawa air
2. Menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
3. Menjaga tekstur tanah tetap remah
4. Menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
5. Memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan tanah
dan sumber humus.(Pilar Lima,2014)
Penggunaan pupuk organik pada dasarnya untuk mengimbangi penggunaan pupuk
anorganik dan berfungsi sebagai penambah unsur hara dan sekaligus memperbaiki
struktur tanah. Adapun penggunaannya adalah pada waktu pengolahan tanah, yaitu
dengan cara dihamparkan atau disebar di permukaan tanah kemudian tanah dibajak atau

19
dicangkul sehingga pupuk organik tercampur dengan tanah.Penggunaan pupuk organik
di lahan pertanian mutlak diperlukan untuk menjaga agar kesuburan tanah dapat
dipertahankan secara berkelanjutan. Fungsi pupuk organik sangat penting dalam hal
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, agar komponen udara, air, mineral,
dan bahan organik selalu dalam keadaan seimbang sehingga keseimbangan ekosistem
pada lahan pertanian akan terkendali. Pupuk organik (kompos) merupakan pupuk alami
hasil proses penguraian bahan organik oleh mikroba pengurai secara aerob (butuh
udara). Proses penguraian bahan organik dapat dilakukan dengan beberapa cara antara
lain: memanfaatkan mikroba pengurai secara alami, menambahkan starter mikroba ke
dalam bahan kompos dan dengan bantuan biota pengurai cacing tanah. (Admin, 2014)

3. Penjelasan AAS ( Atomic Adsorption Spectrometer)


Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada
tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya
elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil,
elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi
seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi
ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan
emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena
mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset,
1994).
Spektrofotometri molekuler pita absopsi inframerah dan UV-tampak yang di
pertimbangkan melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga menyerap
radiasi yang menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi. Spectra absorpsi lebih
sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya karena keadaan energi elektronik
tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi spectra absopsi atom terdiri dari garis-
garis yang jauh lebih tajam daripada pita-pita yang diamati dalam spektrokopi molekul
(Underwood, 2001).
Spektrrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari
unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb), dapat dengan

20
mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa sangat cepat dan
mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, teknik
AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan karena
kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan,
asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk
mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber cahaya
dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan
ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian radiasi
tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk
membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah
arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi
atau sampel. Atom dari suatu unsur padakeadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom
tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke
tingkat energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa
sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi
pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom
tersebut (Basset, 1994).
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
1. Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu
1700 C atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan
cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu
nyala yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat
ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan
bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:
Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
Gas cukup murni dan bersih (UHP)

21
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala
1900 2000 C), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 3000 C), Udara : propana (suhu
nyala 1700 1900 C). Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu
nyala tergantung perbandingan gas bahan bakar dan oksidan.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :
1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur
yang dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
Tidak mudah meledak bila kena panas
Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
Mempunyai titik didih > 100 C
Mempunyai titik nyala yang tinggi
Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
2. Atomisasi tanpa nyala
Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang
karbon (CRA Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA Graphite Tube
Atomizer) yang mempunyai 2 elektroda. Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA.
Arus listrik dialirkan sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi
tinggi) dan unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 C.
pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :
Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut
Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi
dekomposisi dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga
diperoleh garam atau oksida logam
Pengatoman (atomization)
3. Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se,
Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 C sehingga
atomisasi dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih
terurai menjadi atom-atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4,
contohnya merkuri (Hg).

22
Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi unsur
yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis unsur-
unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat energi dasar
yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini biasanya berasal dari
nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-udara atau asetilen-N2O, tergantung
suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur analit menjadi uap atom bebas pada tingkat
energi dasar (ground state). Disini berlaku hubungan yang dikenal dengan hukum
Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara SSA. Hubungan
tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut (Ristina, 2006).
I = Io . a.b.c
Atau,
Log I/Io = a.b.c
A = a.b.c
dengan,
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan
Pada persamaan diatas ditunjukkan bahwa besarnya absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi atom-atom pada tingkat tenaga dasar dalam medium nyala.
Banyaknya konsentrasi atom-atom dalam nyala tersebut sebanding dengan konsentrasi
unsur dalam larutan cuplikan. Dengan demikian, dari pemplotan serapan dan
konsentrasi unsur dalam larutan standar diperoleh kurva kalibrasi. Dengan
menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan pada kurva standar akan diperoleh
konsentrasi dalam larutan cuplikan. Bagian-bagian AAS adalah sebgai berikut (Day,
1986)

4. Bagian dan Fungsi AAS (Atomic Adsorpstion Spectrometer)

23
Gambar 1. Alat Instrumen AAS (Atomic Adsorption Spectrometer)

a. Sumber Radiasi Resonansi


Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (Hollow
Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube (EDT). Elektroda lampu katoda
berongga biasanya terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan unsur
murni atau campuran dari unsur murni yang dikehendaki.
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi dengan
gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang biasanya
digunakan ialah Ne, Ar atau He.
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan, arus
listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas yang bermuatan
positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada katoda yang menyebabkan
tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil

24
dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk
radiasi. Radiasi ini yang dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.
b. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan burner
Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut
dengan ukuran partikel 15 20 m) dengan cara menarik larutan melalui kapiler (akibat
efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan
ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran
campuran gas bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar
dialirkan melalui saluran pembuangan.
Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas
oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh sebelum memasuki burner.
Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap
garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala.
c. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom di
dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi
radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan
radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah
mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya berasal dari
lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga atau logam pengotor dalam
lampu katoda berongga. Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan
kisi.
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
e. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
f. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda
Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam :Digunakan untuk mengukur 1 unsur

25
Lampu Katoda Multilogam :Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus
namun harganya lebih mahal
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan
untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam
soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari
ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi
sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan,
agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari
dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada
lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu
dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di
dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai
penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.
g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20.000K, dan ada juga tabung
gas yang berisi gas N2 yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu
30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas
yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian
kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu
dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk
pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas
bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan
memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada
gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan
dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena
disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat
gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

26
h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar
pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah
sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau
binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau
binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting
tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring,
karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi
untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya
melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting
i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada
waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada
bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah
merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur
tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk mengatur
banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang
kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang
dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi
basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya
ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
j. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur

27
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal
dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini
merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian.
Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan
standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna
oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat
pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi
rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api
yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur.
Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api
paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas.
k. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian
rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi
dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel,
sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen)
ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu
indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian
menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu,
papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki.
Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan
sedikit, agar tidak kering.
Keunggulan/ Kelebihan AAS Spesifik
Batas (limit) deteksi rendah
Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur

28
Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh
sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)

5. Unsur Hara Mikro


Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit .
Walaupun hanya diserap dalam jumlah kecil , tetapi amat penting untuk menunjang
keberhasilan proses-proses dalam tumbuhan. Unsur Hara Mikro antara lain sebagai
berikut :
1. Besi (Fe)
Besi berperan dalam proses pembentukan protein , sebagai katalisator
pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis
dan respirasi , sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah
bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan
atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu , maka Fe sering
dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid).
EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya
EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh.
a. Kekurangan Besi (Fe)
Kekurangan besi ditunjukkan dengan gejala klorosis dan daun menguning atau
nekrosa. Daun muda tampak putih karena kurang klorofil. Selain itu terjadi karena
kerusakan akar. Jika adenium dikeluarkan dari potnya akan terlihat potongan-potongan
akar yang mati.
b. Kelebihan Besi (Fe)
Pemberian pupuk dengan kandungan Fe tinggi menyebabkan nekrosis yang
ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam pada daun.
2. Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa enzim. Dia
juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil , dan
berperan dalam funsi reproduksi.
a. Kekurangan Tembaga (Cu)
Daun berwarna hijau kebiruan , tunas daun menguncup dan tumbuh kecil,
pertumbuhan bunga terhambat.
b. Kelebihan Tembaga (Cu)

29
Tanaman tumbuh kerdil , percabangan terbatas , pembentukan akar terhambat,
akar menebal dan berwarna gelap.
3. Seng (Zn)
Hampir mirip dengan Mn dan Mg , sengat berperan dalam aktivator enzim,
pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan biasanya terjadi
pada media yang sudah lama digunakan.

b Kekurangan Seng (Zn)

Pertumbuhan lambat , jarak antar buku pendek , daun kerdil ,


mengkerut , atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan.
Bakal buah menguning, terbuka, dan akhirnya gugur. Buah pun akan lebih
lemas sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.

b Kelebihan Seng (Zn)

Kelebihan seng tidak menunjukkan dampak nyata.

4. Mangan (Mn)
a Kelebihan Mangan
Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan
sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme
nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase
sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam
bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron
dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen. Fungsi unsur hara Mangan
(Mn) bagi tanaman ialah:
Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin
terutama vitaminC
Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada
daun yang tua
Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-
macam enzim
Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah
pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo

30
dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem
enzym tertentu.
b Kekurangan Mangan
Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa menyebabkan
pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu
atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik. Mn
merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein,
karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs,
dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada indikasi
dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain : pada tanaman
berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih
banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna
keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun
muda, split seed pada tanaman lupin.
Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif, seringkali defisiensi satu
unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan tidak mudah
membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan penyakit
menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai
macam sebab.
Gejala dari defisiensi mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada daun.
Mobilitas dari mangan adalah kompleks dan tergantung pada spesies dan umur
tumbuhan sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih
tua.. Kekurangan mangan ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang-
tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.

BAB III
METODE PENELITIAN

1. Standarisasi Mineral Mikro


Pada percobaan ini bertujuan untuk mengukur kadar mineral dalam contoh sampel
pupuk cair organik kode-127 dengan menggunakan instrumen AAS yang digunakan

31
sebagai Analisis Mineral Laboratorium Proximat Balai Penelitian Ternak (BPT) Bogor
Jawa Barat.

2. Tempat dan Waktu


Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan mulai tanggal 25 Januari 2016
sampai dengan 25 Februari 2016 di Laboratorium Proximat Balai Penelitian Ternak
(BPT) Jawa Barat yang berlokasi di Cibedug, Ciawi Bogor Jawa Barat.

3. Alat dan Bahan


1 Alat
Alat yang digunakan untuk penetapan kadar air meliputi Neraca Analitik merk
Ohaus, cawan porselin, oven listrik merk Memmert, dan deksikator merk Memmert, dan
alat Instrumen AAS merk Varian.
2 Bahan
Bahan uji yang digunakan sebagai sampel contoh dalam percobaan ini adalah
sampel pupuk organik kode-127. Sedangkan bahan yang lain digunakan adalah aquades,
larutan HNO3 p.a , H3PO4 p.a dan Larutan Standar Mix.

4. Metode Percobaan
Percobaan yang dilakukan terdiri dari preparasi, pengukuran, dan analisis data.
Dalam tahap preparasi dilakukan dengan cara persiapan sampel pupuk cair organik
kode-127 dan pendekstruksi pupuk cair organik kode-127.
5. Cara Kerja
1 Persiapan Sample
Sample pupuk diaduk hingga homogen dan diamil 1 ml dengan menggunakan
pipet.
2 Cara Pembuatan Larutan Standar
Larutan standar merupakan larutan yang digunakan sebagai acuan atau dasar
batasan hasil regresi lineritas dari grafik yang akan digunakan. Pada analisis sampel
mikro digunakan larutan standar Mix yang merupakan larutan standar yang sudah
mengandung logam-logam yang akan dianalisis. Larutan standar Mix yang digunakan
dengan konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, dan 5. Dalam membuat larutan standar Mix dengan
berbagai konsentrasi yaitu :
a Larutan Standar Mix dengan konsentrasi 0 dapat dibuat dengan cara memipet
larutan standar 0 ml dan dilarutkan dalam 100 ml aquades dan tambahkan 3 tetes
HCl p.a.

32
b Larutan Standar Mix dengan konsentrasi 1 dapat dibuat dengan cara memipet
Larutan Standar Mix 1,00 ml dan dilarutkan dalam labu takar 100 ml sampai tanda
batas dengan aquades dan tambahkan 3 tetes HCl p.a.
c Larutan Standar Mix dengan konsentrasi 2 dapat dibuat dengan cara memipet
Larutan Standar Mix 2,00 ml dan dilarutkan dalam labu takar 100 ml sampai tanda
batas dengan aquades dan tambahkan 3 tetes HCl p.a.
d Larutan Standar Mix dengan konsentrasi 3 dapat dibuat dengan cara memipet
Larutan Standar Mix 3,00 ml dan dilarutkan dalam labu takar 100 ml sampai tanda
batas dengan aquades dan tambahkan 3 tetes HCl p.a.
e Larutan Standar Mix dengan konsentrasi 4 dapat dibuat dengan cara memipet
Larutan Standar Mix 4,00 ml dan dilarutkan dalam labu takar 100 ml sampai tanda
batas dengan aquades dan tambahkan 3 tetes HCl p.a.
f Larutan Standar Mix dengan konsentrasi 5 dapat dibuat dengan cara memipet
Larutan Standar Mix 5,00 ml dan dilarutkan dalam labu takar 100 ml sampai tanda
batas dengan aquades dan tambahkan 3 tetes HCl p.a.
Setelah Larutan Standar Mix tersebut sudah dibuat dengan berbagai konsentrasi
yaitu 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 maka tahap selanjutnya yaitu memvalidasi dari Larutan Standar
Mix tersebut apakan dapat digunakan atau tidak. Memvalidasi larutan tersebut dapat
dilakukan dengan cara mengukur besarnya nilai absorbansi sehingga akan muncul
perssamaan regresi lineritas atau akan muncul grafik regresi antara konsentrasi Vs
Adsorbansi. Dimana besarnya angka regresi lineritas dari Larutan Standar Mix tersebut
haruslah minimal adalah R2 = 0,9997 sehingga harus liner terhadap besarnya adsorbansi.
3 Cara Kerja Penetapan Kadar Mineral dengan AAS
Dalam memulai analisis ini sebelumnya 1 mL sampel pupuk cair 127
ditambahkan dengan 10 mL H3PO4 dan 1 mL HNO3. Kemudian sampel tersebut
didestruksi selama 24 jam. Hasil destruksi kemudian dilarutkan dengan akuades 10 mL
dan disaring. Filtrat yang diperoleh didiamkan selama 12 jam agar endapannya
mengendap. Residu yang telah mengendap dalam filtrat hasil destruksi, kemudian
dilakukan analisis mineral dengan menggunakan AAS.
a Penetapan Kadar Mineral Besi (Fe) pada sampel 127
Mengambil filtrat hasil destruksi yang telah diendapkan dengan diluter
dengan perbandingan 0,5 mL filtrat hasil destruksi dan 9 mL akuabidest serta
menambahkan 9,5 mL larutan Stronsium. Kemudian dilakukan analisis kadar mineral
dengan menggunakan konsentrasi larutan standar Mix 0, 1, 2, 3, 4, dan 5.
b Penetapan Kadar Tembaga (Cu) pada sampel 127

33
Mengambil filtrat hasil destruksi yang telah diendapkan dengan diluter dengan
perbandingan 0,5 mL filtrat hasil destruksi dan 9 mL akuabidest serta menambahkan
9,5 mL larutan Stronsium. Kemudian dilakukan analisis kadar mineral menggunakan
konsentrasi larutan standar Mix 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan menggunakan instrumen
AAS.
c Penetapan Kadar Seng (Zn) pada Sampel 127
Mengambil filtrat hasil destruksi yang telah diendapkan dengan diluter dengan
perbandingan 0,5 mL filtrat hasil destruksi dan 9 mL akuabidest serta menambahkan
9,5 mL larutan Stronsium. Kemudian dilakukan analisis kadar mineral menggunakan
konsentrasi larutan standar Mix 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan menggunakan instrumen
AAS.
d Penetapan Kadar Mangan (Mn) pada sampel 127
Mengambil filtrat hasil destruksi yang telah diendapkan dengan diluter dengan
perbandingan 0,5 mL filtrat hasil destruksi dan 9 mL akuabidest serta menambahkan
9,5 mL larutan Stronsium. Kemudian dilakukan analisis kadar mineral menggunakan
konsentrasi larutan standar Mix 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan menggunakan instrumen
AAS.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan
1. Kadar Besi (Fe) pada Sampel 127

34
2. Kadar Tembaga (Cu) pada Sampel 127
UNSUR
UNSUR
NO Cu
NO Fe
2 OPTICAL Konsentrasi Asorbansi
1 OPTICAL Konsentrasi Asorbansi
Standard
Standard
Lamp 1 0 0.0003
Lamp 2 0 0.0001
Wave 324.8 1 0.0590
Wave 248.3 1 0.0331
Lenght
Length
Lamp 10 2 0.1194
Lamp 10 2 0.0664
Current
Current
Slit 0.5 3 0.1709
Slit 0.5 3 0.0962
4 0.2248
4 0.1278
5 0.2779
5 0.1578
Sempel Pengenceran Absorbansi Konsentrasi Rerata -
Sempel Pengenceran Absorbansi Konsentrasi Rerata -
rata
rata
Blanko - 0.0000 0.00 0.00
Blanko - 0.0000 0.00 0.00
100 x 0,0384 0.64
100 x 0.0302 0.91
Diet 100 x - - 0.64
Diet 100 x 0.0306 0.93 0.92
- 0.0049 0.08
Sampel 10 x 0.0063 0.19 0.26
Sampel - 0.0030 0,06 0.070
10 x 0.0106 0.32

3. Kadar Seng (Zn) pada sampel 127


UNSUR
NO Zn

4 OPTICAL Konsentrasi Asorbansi


Standard
Lamp 4 0 0.0004

Wave Lenght 213.9 1 0.0868

35
Lamp 10 2 0.1453
Current
Slit 0.5 3 0.1945

4 0.2348

5 0.2786

Sempel Pengencera Absorbansi Konsentrasi Rerata -


n rata
Blanko - 0.0000 0.00 0.00

100 x 0.1251 1.62


Diet 100 x 0.1643 2.28 1.95

10 x 0.0138 0.16
Sampel 10 x 0.0103 0.12 0.14

4. Kadar Mangan (Mn) pada sampel 127


UNSUR
NO Mn

3 OPTICAL Konsentrasi Asorbansi


Standard
Lamp 3 0 0.0014

Wave 279.5 1 0.0769


Lenght
Lamp 10 2 0.1514
Current
Slit 0.2 3 0.2102

4 0.2719

5 0.3295

Sempel Pengenceran Absorbansi Konsentrasi Rerata -


rata
Blanko - 0.0000 0.00 0.00

100 x 0.1169 1.55

36
Diet 100 x 0.1237 1.60 1.57

- 0.0372 0.48
Sampel - 0.0249 0.32 0.40

5. Data Hasil Analisa


Konsentrasi
NO Unsur (ppm)
2. P
1 Fe 2,6
2 Mn 0,40 e
3 Cu 0,07
m
4 Zn 1,4
b
ahasan
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik
(mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen berarti
hormone tumbuhan yang membantu kelancaran proses metabolism. Meskipun
demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah
material suplemen.
Pupuk cair dapat berupa pupuk kandang cair, biogas, pupuk cair dari lombah
organik atau pupuk cair dari limbah manusia. Pupuk kandang cair dapat dibuat dengan
mencampurkan kotoran hewan dengan air lalu diaduk. Sebelum digunakan, pupuk cair
sebagiknya didiamkan terlebih dahulu dalam kondisi tertutup dan terlindung dari sinar
matahari sehingga akan terjadi fermentasi. Penutupan dilakukan untuk mencegah
keluarnya unsur nitrogen dalam bentuk gas ammonia yang menguap. Penyimpanan akan
membuat kandungan unsur hara pada pupuk kandang cair lebih seimbang.
Penggunaannya pada tanaman akan mengefisienkan penggunaan fosfat oleh tanaman.
Untuk mencegah adanya gulma atau organisme penyebab penyakit pada pupuk kandang
cair, hindari penggunaannya secara langsung setelah dibuat.
Pupuk Organik Cair berperan sebagai bahan pembenah tanah, meningkatkan
kemampuan tanah untuk mengikat kelembaban juga memperbaiki struktur tanah dan

37
pengatusan tanah. Pupuk kandang cair dapat pula terbuat dari urine sapi maupun
kambing. Urine sapi mengandung banyak unsur yang dibutuhkan oleh tanaman seperti
nitrogen, fosfor dan potassium, juga seng, besi, mangan.Untuk membuat pupuk cair dari
urine sapi, perlu ditambahkan bakteri pengurai untuk menguraikan senyawa-senyawa
organik yang terkandung di dalam urine sehingga dapat langsung dimanfaatkan oleh
tanaman.
Bakteri pengurai yang umumnya digunakan adalah EM4 (Effective
Microorganism 4) atau botani dan molasses sebagai energi yang digunakan oleh bakteri.
EM4 akan mempercepat proses pengomposan atau pembuatan pupuk cair. Urine sapi
yang digunakan adalah urine sapi segar yang tidak tercemar feses, sisa pakan atau sisa
air minum. Pupuk cair dari urine sapi lebih baik digunakan kurnag dari 24 jam setelah
urine dihasilkan.
Jenis pupuk cair lainnya adalah biogas yang merupakan gabungan dari fermentasi
bahan organik cair dengan bahan organik padat yang dikenal dengan istilah biogas.
Bahan baku pembuatannya berasal dari hewan atau tumbuhan. Pada biogasm akan
dihasilkan gas metana sebagai sumber energi sedangkan limbah cair dan padat yang
dihasilkan sebagai residu dapat digunakan sebagai pupuk.
Pupuk organik padat dapat berasal dari kotoran ternak, tanaman, maupun
campuran sisa makanan dan urine hewan ternak. Pupuk organik padat dapat berupa
pupuk kandang, humus, kompos dan pupuk hijau. Pupuk kandang terbuat dari kotoran
hewan. Hampir semua kotoran hewan ternak dapat digunakan sebagai pupuk organik,
namun karakteristik pupuk pun dipengaruhi oleh jenis hewan yang digunakan
kotorannya. Sapi, kambing juga ayam adalah beberapa hewan yang kotorannya
digunakan dalam pembuatan pupuk. Ada tidaknya campuran urine hewan dalam pupuk
juga sangat memperngaruhi kandungan yang terdapat dalam pupuk. Pupuk kandang
tidak hanya dapat menutrisi tanah dan tanaman, namun juga dapat menetralkan logam
berat di dalam tanah.
Sama seperti pupuk organik lainnya, pupuk kandang dapat memperbaiki struktur
tanah, termasuk untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyediakan nutrisi yang
dibutuhkan tanaman. Pupuk kandang yang telah siap digunakan biasanya terasa dingin,
gembur, berbentuk menyerupai tanah dan baunya telah berkurang. Penggunaan pupuk
kandang dapat dilakukan dengan menyebarkan dan membenamkan pupuk pada tanah,

38
untuk mengurangi penguapan unsur hara akibat proses kimia yang terjadi di dalam
tanah.
Pupuk organik lainnya adalah pupuk hijp au yang berasal dari tanaman atau
bagian tanaman tertentu yang maish segar, yang ditanam di dalam tanah. Semua jenis
tanaman dapat digunakan sebagai pupuk hijau, namun untuk memaksimalkan
kandungan unsur hara yang dikandungnya, pilihan tanaman terbaik adalah tanaman
dengan sistem perakaran yang bersimbiosis dengan mikroorganisme pengikat nitrogen.
Pupuk hijau mirip dengan humus karena proses pembentukannya dilakukan denga cara
yang sama. Hanya saja, humus terbentuk secara alamai sementara pupuk hijau harus
dibuat oleh manusia.
Selain pupuk kandang dan pupuk hijau, pupuk kompos juga merupakan pupuk
organik padat. Berbeda dengan pupuk hijau yang hanya dbuat dengan membenamkan
tanaman-tanaman di dalam tanah, pada pembuatan pupuk kompos disertai dengan
penambahan mikroorganisme dekomposer untuk mendekomposisi atau memfermentasi.
Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah jerami, sekam padi, pelepah pisang,
gulma, sayuran busuk, sisa tanaman jagung juga sabuk kelapa.
Pada analisis yang dilakukan digunakanya Pupuk Organik Cair sampel kode-127,
pada pupuk organik cair tersebut memiliki karakteristik yaitu berwarna cream, tak
berbau dan memiliki kekentalan yang tinggi. Pada analisis kandungan mineral mikro
pada sampel pupuk cair tersebut dengan mengunakan intrumentasi yaitu AAS ( Atomic
Adsorpstion Spectroscopy).
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada
tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya
elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil,
elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi
seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi
ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan
emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena
mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset,
1994).

39
Spektrofotometri molekuler pita absopsi inframerah dan UV-tampak yang di
pertimbangkan melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga menyerap
radiasi yang menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi. Spectra absorpsi lebih
sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya karena keadaan energi elektronik
tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi spectra absopsi atom terdiri dari garis-
garis yang jauh lebih tajam daripada pita-pita yang diamati dalam spektrokopi molekul
(Underwood, 2001).
Spektrrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari
unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb), dapat dengan
mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa sangat cepat dan
mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, teknik
AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan karena
kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan,
asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk
mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber cahaya
dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan
ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian radiasi
tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk
membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah
arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi
atau sampel. Atom dari suatu unsur padakeadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom
tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke
tingkat energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa
sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi
pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom
tersebut (Basset, 1994).
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
1 Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu
1700 C atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan

40
cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu
nyala yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat
ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan
bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:
Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang
akan dianalisa
Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
Gas cukup murni dan bersih (UHP)
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala
1900 2000 C), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 3000 C), Udara : propana (suhu
nyala 1700 1900 C). Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu
nyala tergantung perbandingan gas bahan bakar dan oksidan.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :
1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah
korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur
yang dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
Tidak mudah meledak bila kena panas
Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
Mempunyai titik didih > 100 C
Mempunyai titik nyala yang tinggi
Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
2 Atomisasi tanpa nyala
Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang
karbon (CRA Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA Graphite Tube
Atomizer) yang mempunyai 2 elektroda.
Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan sehingga
batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa

41
akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 C. pemanasan larutan sampel melalui
tiga tahapan yaitu :
Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut
Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi
dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh
garam atau oksida logam
Pengatoman (atomization)
3 Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se,
Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 C sehingga
atomisasi dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih
terurai menjadi atom-atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4,
contohnya merkuri (Hg).
Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi unsur
yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis unsur-
unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat energi dasar
yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini biasanya berasal dari
nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-udara atau asetilen-N2O, tergantung
suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur analit menjadi uap atom bebas pada tingkat
energi dasar (ground state). Disini berlaku hubungan yang dikenal dengan hukum
Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara SSA. Hubungan
tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut (Ristina, 2006).

I = Io . a.b.c
Atau,
Log I/Io = a.b.c
A = a.b.c
dengan,
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan

42
Pada persamaan diatas ditunjukkan bahwa besarnya absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi atom-atom pada tingkat tenaga dasar dalam medium nyala.
Banyaknya konsentrasi atom-atom dalam nyala tersebut sebanding dengan konsentrasi
unsur dalam larutan cuplikan. Dengan demikian, dari pemplotan serapan dan
konsentrasi unsur dalam larutan standar diperoleh kurva kalibrasi. Dengan
menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan pada kurva standar akan diperoleh
konsentrasi dalam larutan cuplikan. Bagian-bagian AAS adalah sebgai berikut (Day,
1986)

Bagian Bagian dari AAS (Atomic Adsorpstion Spectroscopy) :

Gambar 3. Bagian Bagian AAS (Atomic Adsopstion Spectoscopy)

1. Sumber Radiasi Resonansi


Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga
(Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube (EDT). Elektroda lampu
katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan
unsur murni atau campuran dari unsur murni yang dikehendaki.
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi
dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang
biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He.
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan,
arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas yang
bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada katoda yang

43
menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang tereksitasi ini
bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan energy
eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang dilewatkan melalui atom yang
berada dalam nyala.
2. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan burner
Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir
kabut dengan ukuran partikel 15 20 m) dengan cara menarik larutan
melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas bahan
bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut
yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan bakar,
masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui
saluran pembuangan.
Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara
gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh sebelum
memasuki burner.
Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan
kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal
dalam nyala.
3. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom di
dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi
radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan
radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah
mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya berasal dari
lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga atau logam pengotor dalam
lampu katoda berongga. Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan
kisi.
4. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
5. Rekorder

44
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
6. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda
Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus namun harganya lebih mahal
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan
untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam
soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari
ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi
sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan,
agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari
dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada
lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat
busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya
setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.
7. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20.000K, dan ada juga tabung
gas yang berisi gas N2 yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu
30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas
yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian
kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu
dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk

45
pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas
bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan
memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada
gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan
dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena
disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat
gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
8. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar
pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah
sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal,
agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang
lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang
lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring,
karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi
untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya
melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting
9. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada
waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada
bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah
merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur
tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk mengatur
banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang
kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS.

46
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang
dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi
basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya
ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
10. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal
dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan
proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator
digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji.
Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan
burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen.
Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan
terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di
dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api
yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur.
Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api
paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas.
11. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa,
agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat
mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga
kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan
pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala,
menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan
sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut

47
juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan
sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar
tidak kering.
Cara Kerja AAS (Atomic Adsorption Spectroscopy)

Gambar 4. Skema Analisis AAS ( Atomic Adsorpstion Specroscopy)


Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian molekul
menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada dalam
keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar, pada tahap
ini atom akan berada pada keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan
diteruskan dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang
terukur. Panjang gelombang sinar bergantung pada konfigurasi elektron dari atom
sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam keadaan dasar, dengan
demikian AAS dapat digunakan baik untuk analisa kuantitatif maupun kualitatif.

Keunggulan atau Kelebihan AAS


Spesifik
Batas (limit) deteksi rendah
Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh
sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)

Kelemahan Metode AAS


Analisis menggunakan AAS ini terdapat kelemahan, karena terdapat beberapa
sumber kesalahan, diantaranya: Sumber kesalahan pengukuran yang dapat terjadi pada
pengukuran menggunakan SSA dapat diprediksikan sebagai berikut :

48
1. Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti :
Proses destruksi yang kurang sempurna
Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama
Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan matriks
standar
2. Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada
jalannya aliran sampel.
3. Gangguan kimia berupa :
Disosiasi tidak sempurna
Ionisasi
Terbentuknya senyawa refrakto

Pengoprasian Alat Instrumen AAS (Atomic Absopstion Spectroscopy)


Pengoprasian dilakukan melalui beberapa tahap dalam menjalankan sistem kerja
AAS, pengoprasian dilakukan pada saat persiapan sebelum analisis sampel dilakukan.
Sehingga prosess pengesetan sistem dilakukan sebelum running berlangsung yang
bertujuan untuk mempermudah dari prosess berjalanya analisis atau running dari alat
tersebut. Adapun sistem atau cara kerja penggunaan alat AAS sebelum running sebagai
berikut :
1. Menyalak Blower pada stop kontak Blower
2. Menyalakan CPU komputer pada AAS
3. Menyalakan AAS
4. Menyalakan Komputer pada AAS
5. Memasang Lampu Katoda sesuai analisis yang digunakan
6. Menyeting Pemrograman Komputer :
1. Membuka aplikasi spektra
2. Pilih new wooksheet
3. Mengisi :
Analisa Sampel
Nama Analisis
Lalu Ok
4. Klik Add Metode
5. Pilih Unsur yang akan dianalisis
6. Pilih Edit Metode
7. Pilih Develope:
Klik manual pada sampling mode
Unit standar di isi sesuai keinginan (% atau ppm)
8. Pilih Measurement :
Pilih integration
Dan mengisi borang yang ada :

49
- Time Measurement :3
- Read delay :3
- Pengulangan standar :1
- Pengulangan sampel :1
9. Pilih Optical
Lampu Position
Lampu Current
Panjang Gelombang
Slit
10. Pilih Standar
Mengisi standar analisis yang dilakukan
Mengatur jumlah angka di belakang koma
11. Pilih Label
Mengisi laman yang terdapat atau tersedia dengan :
- Blangko
- Control (diet)
- Sampel
Ok
12. Pilih Instrumen
Klik/pilih optimize
- Pilih unsur yang akan dioptimize
- Klik ok
- Tunggu sampai pilihan keluar
- Pilih optimze lampu
- posisi lampu sampai pada posisi optimum
- Mengatur Lakukan hal tersebut untuk semua lampu yang akan digunakan
- Klik cancel
13. Membuka dan mengatur tekanan pada gas
14. Menyalakan stop kontak gas
15. Meyalakan burner dan mengatur besar kecilnya api atau gas
16. Klik atau pilih optimize pada layar komputer
Pilih unsur yang akan digunakan
Tunggu pilihan aktif muncul
Pilih optimize signal
Pilih Ins Zero
Masukan standar tertinggi
Cancel
17. Klik atau pilih instrument
18. Klik atau pilih calibration
19. Klik atau pilih unsur yang dianalisis
20. Masukan standar terendah
21. Prepare zero Ok
22. Call Zero Ok
23. Analisis standar 1 5
24. Analisis sampel dimulai dari :
Blangko

50
Control (diet)
Sampel
25. Catat nilai adsorbansi dan konsentrasi unsur yang di lakukan dan melakukan hal
yang serupa dengan unsur yang lain.
26. Jika sudah selesai analisis klik Stop.
27. Klik atau pilih filing
Klik save
Klik close
Cara mematikan alat setelah pengoprasian :
1. Klik exit pada spektra
2. Klik start lalu pilih start down
3. Matikan AAS
4. Matikan CPU pada komputer
5. Matikan komputer pada AAS
6. Matikan Blower
7. Menutup Gas
8. Selesai
Pada analisis sampel pupuk organik cair kode- 127 sebelum dilakukan analisis
terhadap AAS maka sampel perlu dilakukanya preparasi sampel terlebih dahulu.
Dimana preparasi dilakukan terlebih dahulu sebelum dianalisis dengan alat instrumen,
preparasi yang dilakukan dengan cara yaitu memipet 1 ml larutan sampel pupuk cair
organik dengan ditambahkan larutan asam perkorat dan asam nitrat pekat. Tujuan dari
penambahan larutan asam perkorat adalah untuk menyingkirkan unsur unsur logam
lain yang terdapat pada sampel seperti contohnya Cr, Cd, dan Mo sehingga tidak
mengganggu proses analisis. Penambahan Asam nitrat pekat adalah untuk mendegradasi
pembentukan senyawa kompleks lainnya. Setelah penambahan larutan tersebut
dilakukanya destruksi atau didigesting. Proses destruksi sampel selama 24 jam
dilakukan untuk menghilangkan asam perkorat yang terdapat pada sampel. Setelah 24
jam dilakukan destruksi maka sampel dilarutkan kedalam 10 ml aquades dan diluter.
Maka samper sudah siap untuk dilakukan analisis.
Berdasarkan dari hasil analisis kadar mineral mikro pada sampel pupuk cair
Konsentrasi
NO Unsur (ppm)
1 Fe 2,6
2 Mn 0,40
3 Cu 0,07
4 Zn 1,4
didapatkan hasil :

51
Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Mikro
Berdasarkan dari data tersebut bahwa kandungan logam Besi (Fe) dalam sampel
pupuk cair sebesar 2,6 ppm, kadar Tembaga (Cu) dalam sampel pupuk cair yaitu sebesar
0,07 ppm, kadar Seng (Zn) dalam sampel pupuk cair yaitu sebesar 1,4 ppm, dan kadar
Mangan (Mn) pada sampel pupuk cair yaitu sebesar 0,40 ppm. Dengan hal tersebut
kandungan logam yang paling tinggi dalam sampel adalah logam Besi (Fe) yaitu sebesar
2,6 ppm, karena logam Besi (Fe) berperan dalam proses pembentukan protein , sebagai
katalisator pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses
fotosintetis dan respirasi , sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak
mudah bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering
bertentangan atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu , maka
Fe sering dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-
acetic Acid). EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion
metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh
Namun, kebutuhan kandungan hara mineral pada tumbuhan sangatlah sedikit
tidak terlalu banyak, karena jika tumbuhan memiliki kandungan unsur hara mikro yang
sangat tingga dapat menyebabkan mutasi genetik yang terjadi pada tumbuhan itu sendiri
dan juga dapat menyebabkan keracunan logam berat sehingga menyebabkan kematian
pada tumbuhan tersebut. Karena sifat tumbuhan berbeda beda ada yang resisten
terhadap logam logam berat ada pula yang tidak resisten terhadap logam logam
berat. Berdasarkan kandungan unsur hara mikro pada pupuk cair kode-127 sesuai
analisis yang sudah dilakukan bahwa kandungan yang terdapat dalam sampel tidak
melebihi kadar Baku Mutu yang ditetapkan oleh Badan Kementrian Pertanian Republik
Indonesia pada tahun 2011. Tabel Baku Mutu Badan Kementrian Pertanian Republik
Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 2 mengenai Baku Mutu standar kandungan unsur
Mikro.

52
NO. PARAMETER SATUAN STANDAR MUTU

1. C organik % min 6
2. Bahan ikutan : % maks 2
(plastik,kaca, kerikil)
3. Logam berat:
- As ppm ppm maks 2,5
- Hg ppm ppm maks
- Pb 0,25
- Cd maks
12,5
maks
0,5
4. pH 49
5. Hara makro:
- N % 3

- P 2O5 %
% -
- K 2O

36
6. Mikroba kontaminan:
- E.coli, - MPN/ml mak
Salmonella sp MPN/ml s
102
mak
s
102
7. Hara mikro :
- Fe total atau ppm 90 - 900
- Fe tersedia ppm 5 - 50
- Mn ppm 250 - 5000
- Cu ppm 250 5000
- Zn ppm 250 5000
- B ppm 125 2500
- Co ppm 5 20
- Mo ppm 2 10
53 ppm
8. Unsur lain :
- La ppm 0

- Ce ppm 0
Tabel 2. Standar Baku Mutu Unsur Hara Mikro dalam Pupuk Cair Organik
(Kementrian Pertanian RI, 2011)
Berdasarkan Standar Baku Mutu yang ditetapkan oleh Mentri Pertanian maka
sampel pupuk cair tersebut kadar unsur hara mikro kurang dari Standar Baku Mutu yang
ditetapkan. Untuk kadar Besi (Fe) pada sampel pupuk cair yaitu 2,6 ppm < 5 50 ppm ,
Tembaga (Cu) yaitu sebesar 0,07 ppm < 250 5000 ppm , Seng (Zn) yaitu 1,4 ppm <
250 2500 ppm dan sedangkan Mangan (Mn) yaitu 250 2500. Sehingga kadar unsur
hara mikro dalam sampel tidak terlalu tinggi. Sedangkan berdasarkan sampel kontrol
yang digunakan maka kadar Besi (Fe) dalam kontrol yaitu 92 ppm, Tembaga (Cu)
adalah 64 ppm, Seng (Zn) adalah 195 ppm dan Mangan (Mn) adalah sebesar 157 ppm.
Sampel pupuk cair jika dibandingkan dengan kontrol kadar unsur mineral mikro yang
terkandung sangatlah jauh kadarnya yang terdapat pada sampel dibandingkan dengan
kontrol. Kontrol yang digunakan hasil analisis hampir mendekati Standar Baku Mutu
yang ditetapkan. Terkecuali untuk Kadar Besi (Fe) dalam kontrol sangat tinggi melebihi
dari standar Baku Mutu yang ditetapkan yaitu 5 50 ppm namun kontrol melebihi
standar tersebut yaitu 92 ppm.
Hal tersebut dikarenakan kontrol yang digunakan kontrol dari semua uji dimana
kontrol tersebut standar kontrol dari Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi Bogor yang
digunakan untuk menganalisis semua uji kadar mineral pada laboratuarium Proximat.
Sedangkan analisis pupuk cair yang di uji kadar mineralnya dalam bentuk cair semi
padat sedangkan kontrol dalam bentuk padatan. Memungkinkan kurang signifikanya
antara uji sampel dengan kontrolnya.

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap uji sampel pupuk
cair kode-127 dengan menggunakan instrumentasi AAS ( Atomic Adsopstion
Spectroscopy) maka didapatkan kadar Unsur Hara Mikro yang terdapat pada Sampel
Pupuk Cair Kode-127 adalah kandungan Besi (Fe) yaitu 2,6 ppm ; Kandungan Tembaga
(Cu) yaitu 0,07 ppm ; kandungan Seng (Zn) yaitu 1,4 ppm ; dan pada kandungan
Mangan (Mn) yaitu sebesar 0,40 ppm. Berdasarkan data tersebut maka kadar unsur hara

54
mikro yang terkadung sangat sedikit kurang dari standar Baku Mutu yang ditetapkan
oleh Kementrian Pertanian pada tahun 2011. Dan juga tidak melebihi standar kontrol
yang digunakan oleh Balai penelitian Ternak (BPT) Ciawi Bogor.
2. Saran
Dalam menganalisis sampel, untuk uji kontrol digunakan fase uji kontrol sesuai
dengan sampel yang akan di analisis. Sehingga signifikan terkait dengan uji yang akan
dilakukan. Dalam menganalisis lebih baik sangat berhati hati dan selalu mencatat
pengenceran yang dilakukan agar tidak salah dalam menganalisis kadar yang terdapat
pada sampel tersebut

Daftar Pustaka

Afghanaus. 2011. Pupuk Organik Cair. http://afghanaus.com/pupuk-organikcair/.


Diakses tanggal 16 september 2016

Affandi. 2008. Pemanfatan Urine Sapi yang Difermentasi sebagai Nutrisis Makanan.
http://affandi21.xanga.com/644038359/pemanfaatan-urinesapi-yang-difermentasi-
sebagai-nutrisi-tanaman/. Diakses tanggal 16 september 2016

Alexander, M. 1994. Introduction to Soil Microbiology. Wiley Eastern Private Limited,


New York

Anonim. 2013. http://m.epetani.deptan.go.id. 2013. Urine Sapi Di Buang Sayang.


http://m.epetani.deptan.go.id/berita/urine-sapi-dibuangsayang-7753. Diakses
tanggal 16 september 2016

Astari, L. P. 2011. Kualitas Pupuk Kompos Bedding Kuda dengan menggunakan


aktivator mikroba yang berbeda. Skripsi S1. IPB. Bogor

BBPTU Sapi Perah Baturraden .2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah.
Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Peternakan. Baturaden.

Blakely, J. dan D. H Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi Keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono) Dairy
Sci. 83:1381 1386

55
Cahya. 2010. Pengaruh Waktu Fermentasi dan Penambahan Aktivator BMF Biofad
Terhadap Kualitas Pupuk organik. Teknik Kimia Undip: Semarang.

Djuarnani dan Setiawan. 2005 Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka:
Jakarta.

Direktorat Perbibitan Ternak. 2012. Pedoman Pelaksanaan Manajemen Perbibitan


Ternak Terpadu Tahun 2012. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Enda. 2009. Optimalisasi Fermentasi Urine Sapi dengan Aditif Tetes Tebu (Mollases)
untuk Menghasilkan Pupuk Organik Cair Yang Berkualitas Tinggi. Universitas
Negeri Malang: Malang

Hadisuwito,S. 2007. Tata Cara Pembuatan Kompos Cair.


http://www.mailarchive.com/bursa-buku@ yahoogroups.com /info.html. Diakses
tanggal 6 Mei 2016

Hakim, L., G. Ciptadi dan V.M. A. Nurgiartiningsih. 2010. Model Rekording data
performans sapi potong di Indonesia. Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal
Ternak Tropika. 2 (11) : 61-73

Hannayuri. 2011. Pembuatan Pupuk Cair dari Urine Sapi.http://hannayuri.


wordpress.com. Diakses tanggal 6 Mei 2016

Hardjosubroto, W. dan J.M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Hartati, S. 2009. Rekording Sapi Siregar, S. B. 1998. Sapi Perah: Jenis, Teknik
Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Kementan-BPS. 2011. Rilis Hasil Awal Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau
(PSPK). 2011. Bogor.

lactation curves of Holstein cows from the Balikesir Province of Turkey. J.

Makin, M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu, Yogyakarta.

56
Miller, J. K., N. Ramsey and F. C. Madson. 1998. The Trace Elements. In : Church, D.
C. (Ed). The Ruminal Animal : Digestive, Physiology and Nutrition. Prentice
Hall, New Jersey.

Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS Press. Surakarta.

Nugroho. 1986. Penyakit Kekurangan Mineral pada Sapi. Penerbit Eka Offset.
Semarang.

Nurdin, E.2011. Manajemen Sapi Perah.Graha Ilmu.Yogyakarta

Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogarstrik Vol IB . Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Perry, T. W., A. E. Cullison and R.S. Lowrey. 2003. Feeds and Feeding. Sixth Edition.
Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.

Piliang, W. G. 2002. Nutrisi Mineral. Edisi Kelima. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prihadi. 1996. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Santoso, U. 2006. Manajemen Usaha Ternak Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, S. B. 1995. Sapi Perah, Jenis, Taknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudono et al, A., F. Rosdiana dan B. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Sudono et al, A.1999. Ilmu Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo. 1984. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.

Tekerli, M., Z. Akinci, I. Dogan, dan A. Akean. 2000. Factors affecting the shape of

57
Tillman, A. D., H. Hartadi, S Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosukujo.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke- 6. Fakultas Peternakan.
Universitas Gajah Mada. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Underwood, E. J. 1981. The Mineral Nutrition of Livestock. Second Edition.


Commonweath Agricultural Bureaux, London.

Underwood, E. J. and N. F. Suttle. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock. Third


Edition. CABI Publishing, London.

Utomo, R., Budi P.W., dan R. A. Rihastuti.2009. Formulasi Pakan Komplit Plus untuk
Memproduksi Susu Sehat yang Berkualitas: 2. Efek Penggunaan Pakan Komplit
Plus pada Sapi terhadap Produksi dan Kualitas Susu. LPPM-UGM. Yogyakarta.

Widjiati. 2007. Penanganan Gangguan Reproduksi untuk Meningkatkan Produktivitas


Sapi Perah di Desa Wringin Anom Kabupaten Gresik. Universitas Airlangga.
Surabaya.

Yani, A. dan B.P. Purwanto. 2006. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis
Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan
Produktivitasnya. MedPet. 20 (1): 25-46.
Zein, R.A. 2011.Pupuk Cair Organik (Pco). http://www.kampoengternak.or.id. Diakses
tanggal 6 Mei 2016

58
Lampiran.

59

Anda mungkin juga menyukai