Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Eksperimen dalam ilmu fisika merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajarannya.
Eksperimen selalu mampu memberikan pengalaman yang unik dan sangat mengesankan sehingga mampu
memaksa otak untuk mengingat dan memahami dalam jangka panjang. Konversi energi dari panas menjadi listrik,
ataupun panas menjadi mekanik adalah hal yang biasa dipelajari. Namun konversi energi panas menjadi dingin
merupakan hal yang baru. Pada umunya sistem pendingin saat ini bekerja dengan sistem kompresi uap
menggunakan energi listrik dan referigran sintetik. Hal ini berarti terjadi pemborosan energi listrik yang besar.
Untuk itu, diperlukan adanya sistem pendingin alternatif yang dapat meminimalkan dampak negatif sistem
pendingin yang sudah ada. Sistem refrigerasi dengan metode adsorpsi merupakan sistem pendingin alternatif
yang ramah lingkungan dan efisien terhadap energi.
Sistem referigasi dengan menggunakan pasangan karbon aktif-methanol ini hanya memerlukan energi
panas untuk dapat bekerja. Di samping itu, sistem referigasi ini termasuk ramah lingkungan karena tidak
menghasilkan gas buang yang dapat merusak lapisan ozon seperti halnya pada sistem pendingin yang banyak
digunakan saat ini. Li et al (2004b) melakukan penelitian mengenai efektivitas pasangan adsorber karbon aktif-
methanol dan karbon aktif-ethanol terhadap penurunan suhu yang dihasilkan oleh sistem referigasi. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil terbaik adalah pada adsorberpair karbon aktif-metanol yang mampu
menghasilkan 3.45 kg es dengan energi radiasi 15.2 MJ. Penggunaan adsorber-pair yang tepat akan mampu
meningkatkan performa dari SIM sehingga efisiensinya meningkat (COP-Coefficient of Performance).
Berdasarkan kajian tersebut, maka rancang bangun eksperimen ini ditujukan untuk menganalisis
kemampuan adsorpsi karbon aktif terhadap metanol serta penurunan temperatur yang dihasilkan oleh sistem
referigasi ini. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah temperatur generator (Tgen), temperatur evaporator
(Tevap), temperatur wadah (Tchiller) dan temperatur lingkungan (Tlingk). Dari data berupa temperatur tersebut dapat
diukur nilai COP (Coeffisien Of Performance) yang dihasilkan oleh sistem refrigerasi menggunakan pasangan
karbon aktif-metanol. Nilai COP tersebut menggambarkan efisiensi sistem. Semakin tinggi nilai COP, maka sistem
tersebut semakin efisien. Selain itu, juga diukur volume metanol yang dapat diserap oleh karbon-aktif. Data ini
dapat digunakan untuk menggambarkan daya serap karbon aktif terhadap metanol.

Kajian Teori
1. Refrigerasi

Merupakan suatu system pengambilan kalor yang lebih tinggi dari suatu benda atau juga ruangan,
dari temperatur yang lebih tinggi menjadi lebih rendah misalnya dari temperatur 30 derajat celcius
menjadi 20 derajat celcius atau yang lebih rendah minus 16 derajat celcius. Pada pengaplikasian suhu
ruangan atau bisa disebut tata udara, pada tata udara, kalor yang berasal di ruangan atau udara, maka
untuk prosesnya memerlukan sebuah media atau benda yang suhunya lebih rendah. Suatu mesin
refrigerasi terbagi pada beberapa bagian diantaranya:

Evaburator di dukung juga kipas atau fan sebagai alat untuk mempercepat prosesnya
Pembatas suhu atau thermostat untuk mengontrol dan mengendalikannya
Kondensor serta peralatan pendukungnya misalnya kompresor kapiler atu lainnya
Refrigerant ada juga yang menggunakan ammonia

Contoh contoh mesin refrigerasi yang sering kita jumpai di sekitar adalah

Freezer atau sebuah mesin yang dapat merubah dari cair menjadi membeku untuk suhu rata rata agar
bekerja maksimal biasanya harus mencapai suhu di bawah minus 14 derajat celcius
untuk bentuk atau model frezer ini juga bermacam macam contohnya freezer box, cold storage atau
walkin freezer Ice marker dan lain sebagainya
Chiller ini biasa untuk bekerja atau merubah kalor mencapai antara 20 derajat sampai 1 derajat celcius
contohnya show case, walkin chiller, upright chiller dan lain sebagainya
Ac atau air conditioner biasa normal di pakai antara suhu 26 derajat celcius sampai 16 derajat celcius
contohnya Ac split, Ac window, Ac cassete, Ac central, Water cooler dan lain lain

2. Arang aktif
Arang aktif merupakan suatu mineral yang ditemukan pada tahun 1755 oleh Freherr Alex Cronsted yang
berasal dari Swedia. Arang aktif berasal dari bahasa Yunani zhein yang berarti mendidih dan lithos yang berarti
batuan, dikarenakan oleh temuan Cronsted berupa uap yang dihasilkan dari batuan tersebut ketika dipanaskan.
Arang aktif yang berpori ini memiliki struktur dasar berupa silika alumina dan berbentuk tetrahedral (TO4) yang
merupakan unit bangun primer yang dijembatani oleh oksigen (Wang et al., 2007).
Arang aktif adalah mineral kristal alumina silikat berpori terhidrat yang mempunyai stuktur kerangka tiga
dimensi, terbentuk dari tetrahedral [SiO3]4- dan [AlO4]5-. Kedua tetrahedral diatas dihubungkan oleh atom-atom
oksigen, menghasilkan struktur tiga dimensi terbuka dan berongga yang didalamnya diisi oleh atom-atom logam
biasanya logam-logam alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas (Breck,1974).
Kekuatan Arang aktif sebagai adsorben, katalis, dan penukar ion sangat tergantung dari perbandingan Al
dan Si, sehingga dikelompokkan menjadi 3 yaitu (1) Arang aktif dengan kadar Si rendah dengan jenis ini banyak
mengandung Al (kaya Al), berpori, mempunyai nilai ekonomi tinggi karena efektif untuk pemisahan atau
pemurnian dengan kapasitas besar. Volume porinya dapat mencapai 0,5 cm3/cm3 volume Arang aktif. Kadar
maksimum Al dicapai jika perbandingan Si/Al mendekati 1 dan keadaan ini mengakibatkan daya penukaran ion
maksimum. (2) Arang aktif dengan kadar Si sedang dengan kerangka tetrahedral Al dari Arang aktif tidak stabil
terhadap pengaruh asam dan panas. Jenis Arang aktif mordenit mempunyai perbandingan Si/Al = 5 sangat stabil.
(3) Arang aktif dengan kadar Si tinggi dengan perbandingan Si/Al =10100 sehingga sifat permukaannya tidak dapat
diperkirakan lebih awal (Sutarti & Rahmawati, 1994: 285).
Arang aktif dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Arang aktif alam dan Arang aktif buatan. Arang aktif alam
terbentuk karena adanya perubahan alam (Arang aktifisasi) dari bahan vulkanik dan dapat digunakan secara
langsung untuk berbagai keperluan, namun daya jerap maupun daya tukar ion Arang aktif ini belum maksimal.
Arang aktif alam yang banyak pengotor dapat dihilangkan dengan dua cara yaitu secara fisik dan kimia, secara fisik
Arang aktif alam dipanaskan dengan suhu tinggi yang berguna untuk menghilangkan atau mengurangi kadar
senyawa organik atau anorganik yang dapat menguap ketika dipanaskan dan secara kimia Arang aktif alam dapat
diasamkan atau dibasakan untuk menghilangkan senyawa organik dan senyawa anorganik yang menyebabkan
peningkatan kristalinitas dan luas permukaan (Ulfah et al., 2006).
Arang aktif adalah silikat hidrat dengan struktur sel berpori dan mempunyai sisi aktif yang mengikat

kation yang dapat tertukar. Berdasarkan Zendelska et al. (2015), Arang aktif merupakan meneral berpori alami

dimana substitusi parsial Si4+ dan Al3+. Hasil dari kelebihan muatan negatif dari ion dikompensasi oleh kation

alkali dan alkali tanah ( Na+, K+, Ca2+ atau Mg2+) sehingga Arang aktif digunakan sebagai membran penyaring

molekul, penukar ion dan katalis. Struktur dasar Arang aktif terdiri atas unit-unit tetrahedral [AlO4] dan [SiO4]

yang saling berhubungan melalui atom O.

Gambar 2.1 Struktur utama Arang aktif


Dalam struktur tersebut Si4+ dapat diganti Al3+ (Gambar 2.2), sehingga rumus umum komposisi Arang aktif

dapat dinyatakan sebagai berikut :

Mx/n [(AlO2)x(SiO2)y] m H2O

Dimana :

n = Valensi kation M (alkali / alkali tanah)

x, y = Jumlah tetrahedron per unit sel

m = Jumlah molekul air per unit sel

M = Kation alkali / alkali tanah

-
O O
+4 +3
- Si - - Al
O O O O
-
O O

Gambar 2.2. Unit pembangun Arang aktif

Struktur penyusun Arang aktif dapat dilihat dari Gambar 2.3. Arang aktif mempunyai struktur berongga

dapat dilihat dari Gambar 2.4 yang biasanya diisi oleh air dan kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki

ukuran pori tertentu.

Gambar 2. 3 Struktur Penyusun Arang aktif

Gambar 2.4 Struktur Pori di dalam Arang aktif


(Weller, 1994)

Metode Percobaan
Percobaan yang akan dilakukan digunakan alat alat yaitu generator, kondensor, evaporator, chiller, kabel,
selang, termometer, ember kosong. Dimana generator, kondensator dan evaporator merupakan komponen
utama sebagai penyusunya. Termometer digunakan sebagai pengukur suhu pada perosess dan juga termokopel.
Percobaan tersebut digunakan bahan yaitu Arang aktif, aquadest, methanol dan vaselin. Dimana Arang
aktif merupakan serbuk adsorpsi yang akan di ujikan. Aqudest digunakan sebagai pengisi kondensator yang akan
di isikan. Sedangkan vaselin untuk mengeratkan pemasangan evaporasi, kondensator dan chiller. Methanol
digunakan sebagai penurunan titik beku atau pendinginan.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan praktikum sistem refrigerasi dan
merangkaikan sebagaimana Gambar 1. Tahap selanjutnya melakukan eksperimen sesuai langkah yang telah
dirancang. Data-data meliputi perubahan suhu setiap menit pada generator, kondensor, chiller, dan lingkungan
direkap ke dalam tabel. Tahapan terakhir melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh dari eksperimen.
Dari data tersebut diolah menjadi informasi berupa grafik perubahan suhu yang terjadi saat siklus desorpsi dan
adsorpsi. Selain itu Coeffisient of performance (COP) ditentukan dari perbandingan antara suhu yang dibuang pada
chiller dengan suhu generator.
1. Setting Eksperimen
Sistem pendingin adsoprsi tenaga panas ini terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. Generator
2. Kondensor
3. Evaporator
Pada penelitian ini, dirancang sistem refrigerasi berbasis proses evaporasi. Secara sederhana, sistem refrigerasi
dengan proses evaporasi ini digambarkan pada Gambar 1 :

Gambar 3.1 Rancangan Eksperimen Sistem


Refrigerasi

Tabung generator dan tabung evaporator, saling dihubungkan dengan pipa kondensor. Tabung generator
diletakkan di atas pemanas untuk menaikkan suhu dalam tabung tersebut saat siklus desorpsi. Sedangkan tabung
evaporator dimasukkan ke dalam air (chiller). Pada pipa kondensor terdapat dua saluran yang merupakan saluran
untuk air masuk (inlet) dan air keluar (outlet). Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap refrigrator sehingga
mengembun kembali. Pada masing-masing bagian dipasang termokopel untuk mendeteksi perubahan suhu tiap
menit.
2. Siklus Sistem Refrigerasi
Siklus sistem refrigerasi ini diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 3.2 Siklus Sistem Refrigerasi

Coefficient of Performance dengan persamaan :


m
=

Tamb adalah suhu lingkungan yang diserap (C), Tchiller adalah suhu chiller (C), dan Tgen adalah suhu generator yang
dibutuhkan (C).

Mulai

Kondensator Chiller Generator Evaporator

Dirangkai peralatan sesuai


Gambar 3.1

Masukan arang aktif


permukaan kompresor

Lakukan Proses

Selesai
Hasil dan Pembahasan
Pasangan penyerap padat yang sering digunakan dalam pembuatan sistem refrigerasi dengan sistem
evaporasi, diantaranya yaitu, Arang aktif-Metanol. Penyerapan panas dari pasangan Arang aktif lebih rendah
dibandingkan pasangan padatan yang lain. Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini
dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap Arang aktif tersebut dilakukan aktivasi dengan aktif faktor bahan-bahan
kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku,
pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi etanol industri. Pada sistem refrigerasi ini, pemakaian kompressor
digantikan dengan Arang aktif. Untuk menaikkan tekanan refrigeran yang teradsorpsi agar mencapai tekanan kondensasinya,
Arang aktif dipanaskan sampai pada temperatur tertentu.
Pembuatan Arang aktif dengan ukuran kecil terlibah dahulu dan juga diaktivasi agar lebih efektif. Minggu
selanjutnya merancang alat yang akan digunakan. Selanjutnya adalah memproses alat sesuai dengan uji coba
sampel tersebut. Pemprosesan telah selesai dapat dilakukan penghitungan besar nilainya COP koefisien kalornya.

Penutup

Rancang bangun alat praktikum konversi energi panas ke dingin menggunakan metode evaporasi dapat terpenuhi. Proses
refrigerasi ini berlangsung dengan menggunakan sistem adsorpsi adsorbent-pair Arang aktif-metanol. Di harapkan diperoleh
nilai COP Sistem eksperimen yang kecil dengan yaitu sebesar sekitar 0,25. Dengan kemampuan serapan Arang aktif terhadap
methanol sebesar lebih dari 30%.
Daftar Pustaka

Alva, L.H. and Gonzlez J.E., 2001. Simulation Of An Air-Cooled Solar-Assisted Absorption Air Conditioning
System, Proceedings of Forum 2001 Solar Energy: The Power to Choose, April 21-25, Washington, DC.

Ambarita, N. 2008. Modifikasi Mesin Pendingin. Jakarta : Universitas Indonesia

Critoph, RE. 1996. Evaluation of alternative refrigerantadsorbent pairs for refrigeration cycles. Applied Thermal
Engineering 16(11), pp.891900

Dai, Y.J., Wang, R.Z., dan Xu, Y.X. 2002. Study of a solar powered solid adsorptiondesiccant cooling system used
for grain storage. Renewable Energy 25, pp. 417430.

Dieng, A., dan Wang, R.Z., 2001. Literature review on solar adsorption technologies for icemaking and air-
conditioning purposes and recent developments in solar technology, Renewable & Sustainable Energy Reviews
5 (4), pp. 313342.

Ginting, F.D., 2008. Pengujian Alat Pendingin. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hussein, W.K.S., 2008. Solar Energy Refrigeration by Liquid-Solid Adsorption. Technique, Master Thesis, An-Najah
University, Palestine.

Jayaswabowo, N., 2008. Desain Sistem Pendingin. Jakarta : Universitas Indonesia

Li, G., Hwang, Y., dan Radermacher, R., 2012. Review of cold storage materials for air conditioning application,
International Journal of Refrigeration 35(8), pp. 2053-2077.

Sutresna, N. 2008. Kimia. Jakarta : Grafindo Media Pratama

Suzuki, M. 1990. Adsorption Engineering. Tokyo : Kodansha Ltd.

Wang, L.W., Wang, R.Z., dan Oliveira, R.G., 2009. A review on adsorption working pairs for refrigeration. Renewable
and Sustainable Energy Reviews. 13(3), pp. 518-534.

Zhang, YH. 1989. Adsorption function. Shanghai, China: Publishing House of Scientific and Technological Literature
in Shanghai.

Anda mungkin juga menyukai