Anda di halaman 1dari 3

Efek Perubahan Panas dari Graphene Aerogel dalam Perubahan Fasa Material untuk Pengatur

Panas
Ervan Bagus Haditya (4311414035)
Universitas Negeri Semarang
Pendahuluan
Pengaturan suhu telah menjadi pemberitaan yang sangat krusial untuk program yang
berkelanjutan pada industri elektronik. Perubahan fasa material (PCMs) untuk penyimpanan
energi panas (TES) telah digunakan termasuk didalamnya aplikasi peralatan elektronik
penggunana panas dan penyimpanan energi solar. Semua itu terbukti dengan cara effektif
yang seharusnya untuk TES dengan kapasitas penyimpanan energi panas yang tinggi dan
variasi temperatur yang kecil (A.Abhat, 1983).
Konduksivitas panas dari graphene lebih dari 5000 W/m K hampir sama dengan suhu kamar.
Sifat konduksi panas dari raphene ini membuat material graphene ini bagus untuk pengaturan
panas (A.A.Balandin, 2011). Kenaikan konduktivitas panas graphene dapat hadir dalam
komposit menjadikannya untuk dapat diamati jarak dari material matriknya yang digunakan
untuk industri (K.M.F.Shahil, 2012). Konduktivitas panas dari metal hybrid graphene
nanomicrocomposit bertambah 500% pada jarak suhu dari 300 K sampai 400 K pada
graphene yang kecil dengan volume 5 % (A.Abhat, 1983).
Pembahasan
Menurut (Yajuan Zhong, 2013) menyatakan struktur kristalin dari sampel yang digunakan
yaitu sampel GA dan GA/OA komposit menggunakan difraksi X-ray (XRD, Brucker D8
ADVANCE, Cu-K radiasi). Morfologi dari sampel di teliti menggunakan mikroskop
elektron. (FESEM, MAGELLAN 400 FEI). Konduktivitas panas dari material k, dihitung
dengan menggunakan rumus hubungan k = cp dimana adalah difusi panas, adalah
densitas, cp adalah kapasitas panas. Berikut tabel karakterisasi sampel.

Gambar Tabel Karakterisasi Thermophysical dari sampel.

Gambar Pengamatan dengan XRD dari

Kekuatan kompresi dari GA dan GA/OA komposit adalah 0.200 dan 3.801 Mpa. Meskipun
kekuatan kompresi dari GA tidak bagus untuk busa logam (busa Nikel 0.35 Mpa; Busa
Nikel/asam oktadekanoic, 5,25 MPa) hubungankekuatannya sangat lemah, OA mengisi
sampai busa tersebut dapat meningkat kekuatan kompresi dari GA sebanyak 18 kali. Material
tersebut dapat mengatur bagian struktural dari peralatan TES. Disisi lain, material tersebut
dapat dijadikan bagian dari pengatur sistem panas.

Gambar Hubungan Panas dengan Suhu

Dibandingkan dengan busa graphit, dari siklus pendek pengatur panas, busa graphit dapat
bekerja pada transfer panas. Sedangkan pada siklus yang panjang pengatur panas, GA sesuai
dengan konduktifitas panas untuk melindungi peralatan elektronik dari panas yang berlebih
pada operasi power tinggi atau frostbiting pada aplikasi suhu yang rendah. Selain itu,
keefektifan pengatur material, GA memiliki takaran yang rendah dan persiapannya sangat
sesuai daripada busa graphit. Ukuran pori-pori dari GA sangat kecil daripada busa graphit,
dimana efektifan dapat mencegah tirisan dari peluruhan PCM dengan kekuatan
kapilaritasnya.
Kesimpulan
Pemanasan dan pendinginan yang sementara jawaban dari material yang telah diteliti dari
penyimpanan energi panasnya. GA memiliki densitas yang kecil sehingga persentase berat
dari GA hanya sekitar 15%. Ukuran pori-pori dari GA sangat kecil daripada busa graphit,
dimana efektifan dapat mencegah tirisan dari peluruhan PCM dengan kekuatan
kapilaritasnya. Sehingga GA dapat dijadikan bagian dari pengatur sistem panas.

Daftar Pustaka

A.A.Balandin. (2011). Thermal Properties of Graphene and Nanostructured


Carbon. Natural Materials, 569-581.
A.Abhat. (1983). Low Temperature Laten The Atthermal Energy Storage : Heat
Storage. Solar Energy, 313-332.
K.M.F.Shahil, A. (2012). Thermal Properties of Graphene and Multilayer Graphene:
Applications in Thermal Interface Materials. Solid State Communication,
1331-1340.
Yajuan Zhong, M. F. (2013). Effect ofGrapheneaerogel on Thermal Behavior of
Phase Change Materials for Thermal Management. Solar Energy Materials
& Solar Cells, 195-200.

Anda mungkin juga menyukai