Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari mulai berkecambah

hingga kemudian menghasilkan buah atau bagian lainnya yang dipanen, tanaman

membutuhkan unsur-unsur hara atau zat makanan tanaman (Plant nutrients).

Unsur hara tanaman adalah unsur kimia tertentu yang dibutuhkan oleh tanaman

untuk pertumbuhannya yang normal, apabila kebutuhan unsur hara tanaman tidak

terpenuhi maka pertumbuhan tanaman akan terganggu, tampaknya gejala-gejala

kekurangan (defisiansi) dan menurunnya hasil produksi.

Tanaman dalam kelangsungan hidupnya memerlukan nutrisi atau makanan

yang seimbang sesuai dengan kebutuhannya. Nutrisi atau makanan bagi tanaman

yang disebut dengan unsur hara secara garis besar dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu

unsur hara makro dan unsur hara makro. Unsur hara makro yang berperan dalam

laju pertumbuhan tanaman diantaranya adalah Kalium (K), Kalsium (Ca),

Natrium (Na), dan Magnesium (Mg).

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman

untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu

berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun

non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan

baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara

suplemen berarti hormone tumbuhan yang membantu kelancaran proses


metabolism. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan,

dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut,

agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau

terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat

diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk

organic adalah kompos.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara menganalisis kadar mineral pupuk cair dengan AAS?

2. Apakah kadar mineral sampel pupuk cair 127 telah memenuhi standar?

C. Tujuan dan Manfaat PKL

Tujuan dilakukannya analisis kadar mineral makro dalam sampel pupuk

organik kode-127 adalah untuk mengetahui kadar mineral makro K, Ca, Na, dan

Mg dalam sampel pupuk organik127 menggunakan AAS dan membandingkan

hasilnya dengan batas acuan kadar mineral standar.

Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

memberikan informasi tentang mineral pupuk organik dengan metode SSA,

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL

Kegiatan PKL bertempatan di Laboratorium Balai Penelitian Ternak

(BPT) Ciawi yang berlokasi di desa Banjarwaru Ciawi Bogor Jawa Barat.
Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2016 sampai dengan 25

Februari 2016.

E. Metode Pelaksanaan PKL

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Kimia

Analitik, Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi, antara lain :

1. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel pupuk

organik kode-02 yang meruakan samel dari luar

2. Preparasi Sampel

Preparasi sampel merupakan tahap persiapan sampel sebelum

dilakukan analisis. Preparasi sampel dilakukan sesuai dengan petunjuk

teknis analisis sampel pupuk organik yang telah ada.

3. Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu

Penetapan kadar air dilakukan pada tanggal 10 Februari 2016. Dari

tahap ini, ditentukan juga data-data yang digunakan dalam validasi metode

penetapan kadar mineral.

Penetapan kadar mineral dilakukan pada tanggal 12 Februari 2016.

4. Analisis Data

Analisi data dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif dari metode

masing-masing unsur.

5. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan keterangan dan informasi

mengenai gambaran umum Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi, yang


mencakup sejarah, visi dan misi, tugas dan fungsi, program, struktur

organisasi, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh Balai

Penelitian Ternak (BPT) Ciawi. Selain itu, studi pustaka juga diperoleh dari

buku-buku literatur, jurnal-jurnal penelitian serta informasi dari internet.

F. Sistematika Laporan

Laporan praktik kerja lapangan ini tersusun dalam sistematika penyusunan

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini memuat Latar Belakang, Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat, Tempat dan Waktu pelaksanaan, Metode

Pelaksanaan dan Sistematika Peyusun Laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang gambaran secara umum tentang balai serta

tinjauan-tinjauan pustaka yang berubungan dengan kegiatan Praktik Kerja

Lapangan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan alat, bahan, dan metode yang digunakan dalam

penetapan kadar air dan kadar abu pada sampel pupuk organik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil dan pembahasan dari kegiatan Praktik

Kerja Lapagan (PKL) yang telah dilakukan.

BAB V PENUTUP

Bagian ini berisikan simpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi Bogor Jawa Barat

1. Sejarah

Balai Penelitian Ternak (Balitnak) merupakan gabungan dua Unit Kerja

bidang peternakan yaitu Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) di jalan Raya

Pajajaranm, Bogor dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) di

Ciawi, Bogor pada tahun 1981. Sejalan dengan perkembangannya, sejak

didirikan masing-masing unit kerja tersebut telah beberapa kali mengalami

perubahan nama.

Lembaga Penelitian Peternakan di Bogor, awal didirikannya bernama

Balai Penelitian Umum (BPU 1950, Palai Penyidikan Peternakan (BPP) 1952,

Pusat Balai Penyelidikan Peternakan (PBPP) 1956, Lembaga Penelitian

Peternakan (1961), Lembaga Peternakan (1966), Lembaga Penelitian Peternakan

(1967).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) di Ciawi Bogor.

Lembaga ini adalah lembaga penelitian Indonesia-Australia berdasarkan

memorandum persetujuan tanggal 4 Desember 1974, kerjasama Direktorat

Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Indonesia dengan Colombo Plan,

CSIRO (Commonwealth Scientific and Industri Research

Organization) Australia. Direncanakan berlangsung selama 10 tahun. Semula

bernama B.A.R.I. (Bogor Animal Husbandry Research Institute) kemudian

berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (P4). Pada

tanggal 13 Nopember 1978 berubah menjadi P3T dan diresmikan pengunaannya


oleh Presiden Soeharto dan dihadiri oleh Perdana Menteri Australia serta pejabat

tinggi kedua negara Penggabungan LPP dan P3T tahun 1981 secara resmi

menjadi Balai Penelitian Ternak (Balitnak) SK Mentan No.

71/KPts/OT.210/1/2002 dan sekaligus pelimpahan kedudukan yang semula

dibawah Direktorat Jenderal Peternakan menjadi Unit Kerja Badan Litbang

Pertanian.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Visi Balitnak mengikuti visi Badan Litbang Pertanian yaitu menjadi

lembaga penelitian peternakan berkelas dunia dalam menghasilkan inovasi

teknologi peternakan mendukung terwujudnya sistem pertanian industrial.

b. Misi

1. Menghasilkan inovasi teknologi peternakan yang berdaya saing dan

berwawasan lingkungan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan

mendukung program strategis Departemen Pertanian

2. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya yang berkaitan dengan

sistem produksi peternakan

3. Mendiseminasikan hasil-hasil inovasi teknologi peternakan

4. Membangun jaringan kerjasama dan pertukaran informasi teknologi

peternakan

5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sarana dan prasarana

penunjang kegiatan penelitian peternakan

3. Tugas Pokok dan Fungsi


Sesuai dengan SK MENTAN No. 71/Kpts/OT.210/1/2002. Untuk menjalankan

tugas Balai Penelitian Ternak mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, identifikasi, karakterisasi, evaluasi serta

pemanfaatan plasma nutfah ternak dan hijauan.

b. Pelaksanaan penelitian pemuliaan, reproduksi dan nutrisi pada ternak unggas,

sapi perah dan dwi guna, kerbau, domba, kambing perah, serta aneka ternak.

c. Pelaksanaan penelitian bioteknologi ternak dan agrostologi.

d. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi, system dan usaha agribisnis

ternak.

e. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil penelitian ternak.

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

4. Sumber daya manusia

Seluruh karyawan Balai Penelitian Ternak pada tahun 2012, sebanyak 416 orang

yang terdiri dari 356 orang pegawai negeri dan 60 orang honorer. Berdasarkan

pendidikan, sejumlah 35 orang berpendidikan S3 (Doktor), 34 orang S2

(Magister), 27 orang S1 (Sarjana), 11 orang setingkat Diploma dan 256 orang

SLTA kebawah. Berdasarkan jabatan fungsional, 23 Ahli Peneliti, 20 orang

Peneliti Madya, 16 Peneliti Muda, 11 Peneliti Pertama, 4 orang Peneliti Non

Kelas, 114 orang Teknisi Litkayasa, 4 orang Pustakawan, dan 1 orang Analisis

Kepegawaian. Tenaga penggerak utama dalam inovasi teknologi pertanian adalah

peneliti.

Keadaan Pegawai Per Oktober 2015


Status Jumlah Total

PNS 255

316
Honorer 61

Berdasarkan Tingkat Pendidikan :

S3 S2 S1 Diploma SLTA ke Bawah

24 22 28 9 172

Sampai per oktober 2015: 9 orang Profesor Riset

5. Kedudukan Balitnak

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 71/ ktps/ OT. 210/ 1/ 2002, Balai

Penelitian Ternak (Balitnak) merupakan unit kerja sama pelaksanaan teknis di

bidang penelitian dan pengembangan peternakan yang mempunyai tugas pokok

melaksanakan penelitian ternak unggas, perah dan dwi guna, kerbau, domba,

kambing perah, serta aneka ternak. Balitnak disamping menjalankan fungsi teknis

juga melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga. Lembaga ini didirikan

pada area seluas 28 hektar di Desa Banjar Waru, Kecamatan Ciawi, Kabupaten

Bogor.
6. Struktur organisasi

Balai Penelitian Ternak mempunyai beberapa bagian yang terdiri dari Sub Bagian

Tata Usaha, Seksi Pelayanan Teknis dan Seksi Jasa Penelitian.

1. Sub Bagian Tata Usaha :

Penanggung jawab kepegawaian.

Penanggung jawab rumah tangga.

Penanggung jawab keuangan.

Penanggung jawab bengkel.

2. Seksi Pelayanan Teknis :

Penanggung jawab pelaksanaan SIMROG.

Penanggung jawab pelaporan dan monev.

Penanggung jawab kandang dan kebun percobaan.

Penanggung jawab laboratorium kimia

Penanggung jawab laboratorium Keswan.

3. Seksi Jasa Penelitian :

Penanggung jawab komunikasi, informasi dan publikasi.

Penanggung jawab kerjasama.

Penanggung jawab perpustakaan.

Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut :

1. Kepala Balai berwenang atas semua kegiatan yang ada di balai.

2. Sub Bagian Tata Usaha bertugas mengkoordinasi urusan kepegawaian dan

rumah tangga serta urusan keuangan.


3. Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga bertugas mengatur status pegawai,

kenaikan jenjang jabatan fungsional serta semua yang menyangkut rumah

tangga.

4. Urusan Keuangan bertugas melakukan pengaturan anggaran belanja rutin dan

anggaran belanja pembangunan.

5. Seksi Pelayanan Teknis bertugas kan pemelakungaturan penggunaan dan

pemeliharaan sarana penelitian di instalasi kandang percobaan dan lapangan

percobaan.

6. Seksi Rencana Kerja bertugas membantu koordinator penelitian untuk

mengkoordinasikan perencanaan pelaksanaan penelitian dan bekerja sama

dengan koordinator peneliti, melakukan evaluasi serta monitoring penelitian di

lingkup program komoditas masing-masing.

7. Sub Seksi Sarana Laboratorium bertugas melakukan pengaturan, penggunaan

dan pemeliharaan sarana laboratorium.

8. Sub Seksi Sarana Lapangan bertugas melakukan pengaturan, penggunaan dan

pemeliharaan sarana lapangan.

9. Sub Seksi Kerjasama bertugas menjalin kerja sama di luar lembaga untuk

kepentingan balai.

10. Sub Seksi Informasi mempunyai tugas penyiapan bahan rumusan informasi dan

penyebaran hasil penelitian juga melakukan koordinasi dengan instalasi

perpustakaan.

Pupuk

Pupuk adalah material ditambahkan pada media

tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan


tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat

berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda

dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen

sepertihormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.

Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat

ditambahkan sejumlah material suplemen.

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan

tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu

sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan.

Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu

jenis pupuk organik adalah kompos (Wikipedia, 2016).

Macam-macam pupuk

Dalam praktik sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan

untuk kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan

pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.

Pupuk berdasarkan sumber bahan

Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar

pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (misal pupuk

kandang dan kompos) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan. Pupuk

organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau

organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses

pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya


lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat

dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari

sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah

karena membantu pengikatan air secara efektif.

Pupuk berdasarkan bentuk fisik

Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat

dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan,

remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk

konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media

tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.

Pupuk berdasarkan kandungannya

Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal

dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur,

sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang

diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena

mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk

modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya

untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan (Wikipedia,

2016).

Pupuk merupakan bahan yang dapat menyediakan unsur hara pada

tanamankemudian digunakan oleh tanaman untuk melakukan proses

metabolisme sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang. Pupuk sangat

dibutuhkan oleh tanaman, karena ketersediaan unsur hara di tanah tidak


selamanya cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Pupuk dapat di

bedakan menjadi dua yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk

anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik atau hasil industri dan

mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman. Sedangkan pupuk organik

adalahpupuk yang merupakan hasil penguraian mikroba dekomposer

sehingga membentuk senyawa-senyawa sederhana yang siap diserap oleh

tanaman. (Admin, 2014)

Keuntungan penambahan pupuk organic pada tanah adalah

Menyediakan sebagian besar unsur N dan Cu serta setengah dari unsur P

perlahan-lahan. Meningkatkan KTK tanah masam yang telah mengalami

pelapukan lanjut. Dapat membentuk komplek dengan oksida amorf sehingga

oksida amorf tidak mengkristal dan menurunkan fiksasi fosfor. Memantapkan

agregat tanah dan memperbaiki sifat fisika tanahsehingga menurunkan erosi

pada tanah. Meningkatkan kapasitas penahan air. Dapat membentuk

komplekdengsanunsure mikro sehingga mencegah pencucian (sanchez,

1976).

Pupuk organik ada berbagai macam, diantaranya adalah:

1. Pupuk hijau

Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke

dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia

Leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah).

Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap
haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen

dari udara.

Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain:

1. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air

2. Mencegah adanya erosi

3. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari

tanah dan gulma jika ditanam pada waktu tanah bero

4. Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai

pupuk anorganik.

Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu:

Tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air

pada pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat

mengundang hama ataupun penyakit dapat menimbulkan persaingan dengan

tanaman pokok dalam hal tempa, air dan hara pada pola pertanaman tumpang sari.

(Pilar Lima,2014)

2. Pupuk Kompos

Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami

pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk

kotoran hewan. Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebagai

pupuk kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifisikasi mengenai

kompos.(Pilar Lima,2014)

Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui yang
tidak tercampur logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat menanggulangi

adanya timbunan sampah yang menggunung serta mengurangi polusi dan

pencemaran di perkotaan. (Pilar Lima,2014)

3. Pupuk Kandang

Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai

pupuk karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap

tanaman. Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian

dan peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian.

Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk

organik lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu pupuk kandang merupakan

humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah.

Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan

banyak mengandung oksigen.

Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi

pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara

akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh buluh akar. Sumber hara makro dan

mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa

disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain. Pupuk

kandang banyak mengandung mikroorganisme yang dapat membanrupembetukan

humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi

tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat


diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat

digantikan oleh pupuk lain. (Pilar Lima,2014).

4. Pupuk Seresah

Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen

tanaman yang sudah tidak terpakai. Misal jerami kering, bonggol jerami, rumput

tebasan, tongkol jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk

penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan

pada permukaan tanah di sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini diantaranya

Dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan

pengairan

1. Mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut

dan terbawa air

2. Menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan

3. Menjaga tekstur tanah tetap remah

4. Menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan

5. Memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu

menyuburkan tanah dan sumber humus.(Pilar Lima,2014)

Penggunaan pupuk organik pada dasarnya untuk mengimbangi

penggunaan pupuk anorganik dan berfungsi sebagai penambah unsur hara

dan sekaligus memperbaiki struktur tanah. Adapun penggunaannya adalah

pada waktu pengolahan tanah, yaitu dengan cara dihamparkan atau disebar di

permukaan tanah kemudian tanah dibajak atau dicangkul sehingga pupuk

organik tercampur dengan tanah.Penggunaan pupuk organik di lahan


pertanian mutlak diperlukan untuk menjaga agar kesuburan tanah dapat

dipertahankan secara berkelanjutan. Fungsi pupuk organik sangat penting

dalam hal memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, agar komponen

udara, air, mineral, dan bahan organik selalu dalam keadaan seimbang

sehingga keseimbangan ekosistem pada lahan pertanian akan terkendali.

Pupuk organik (kompos) merupakan pupuk alami hasil proses penguraian

bahan organik oleh mikroba pengurai secara aerob (butuh udara). Proses

penguraian bahan organik dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

memanfaatkan mikroba pengurai secara alami, menambahkan starter mikroba

ke dalam bahan kompos dan dengan bantuan biota pengurai cacing tanah.

(Admin, 2014)

Metode AAS

Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang

didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada

tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan

tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil

mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi

dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi

kimia dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas

yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang

dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang yang

karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset, 1994).


Spektrofotometri molekuler pita absopsi inframerah dan UV-tampak yang

di pertimbangkan melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga

menyerap radiasi yang menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi. Spectra

absorpsi lebih sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya karena

keadaan energi elektronik tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi spectra

absopsi atom terdiri dari garis-garis yang jauh lebih tajam daripada pita-pita yang

diamati dalam spektrokopi molekul (Underwood, 2001).

Spektrrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis

kuantitatif dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang

karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi

(ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar,

waktu analisa sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya

digunakan untuk analisa unsur, teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam

analisis.ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerluka

pemisahan unsur yang ditetukan karena kemungkinan penentuan satu logam unsur

dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang

diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61

logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang

berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api

yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan

ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi

yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus ( DC ) dari

emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.

Atom dari suatu unsur padakeadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut
akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat

energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa

sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya

terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh

atom tersebut (Basset, 1994).

Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :

1. Atomisasi dengan nyala

Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada

suhu 1700 C atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan

atomisasi dengan cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas

bakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsure

berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang

berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan

memberikan sensitivitas yang berbeda pula.

Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:

Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang

akan dianalisa

Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.

Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan

Gas cukup murni dan bersih (UHP)


Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala

1900 2000 C), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 3000 C), Udara : propana

(suhu nyala 1700 1900 C). Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada

suhu nyala. Suhu nyala tergantung perbandingan gas bahan bakar dan oksidan.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :

1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.

Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah

korosi.

2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan

unsur yang dianalisa.

3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :

Tidak mudah meledak bila kena panas

Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL

Mempunyai titik didih > 100 C

Mempunyai titik nyala yang tinggi

Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon

2. Atomisasi tanpa nyala

Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada

batang karbon (CRA Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA

Graphite Tube Atomizer) yang mempunyai 2 elektroda.


Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan

sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan

unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 C.

pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :

Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut

Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi

dekomposisi dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel

sehingga diperoleh garam atau oksida logam

Pengatoman (atomization)

3. Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida

Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur

As, Se, Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 C

sehingga atomisasi dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk

gas atau yang lebih terurai menjadi atom-atomnya melalui reaksi reduksi oleh

SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).

Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan

konsentrasi unsur yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian

SSA untuk analisis unsur-unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral

dalam keadaan/tingkat energi dasar yang siap menyerap radiasi dibutuhkan

sejumlah energi. Energi ini biasanya berasal dari nyala hasil pembakaran

campuran gas asetilen-udara atau asetilen-N2O, tergantung suhu yang

dibutuhkan untuk membuat unsur analit menjadi uap atom bebas pada tingkat

energi dasar (ground state). Disini berlaku hubungan yang dikenal dengan
hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara SSA.

Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut (Ristina,

2006).

I = Io . a.b.c

Atau,

Log I/Io = a.b.c

A = a.b.c

dengan,

A = absorbansi, tanpa dimensi

a = koefisien serapan, L2/M

b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L

c = konsentrasi, M/L3

Io = intensitas sinar mula-mula

I = intensitas sinar yang diteruskan

Pada persamaan diatas ditunjukkan bahwa besarnya absorbansi

berbanding lurus dengan konsentrasi atom-atom pada tingkat tenaga dasar

dalam medium nyala. Banyaknya konsentrasi atom-atom dalam nyala tersebut

sebanding dengan konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan. Dengan demikian,

dari pemplotan serapan dan konsentrasi unsur dalam larutan standar diperoleh

kurva kalibrasi. Dengan menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan pada

kurva standar akan diperoleh konsentrasi dalam larutan cuplikan. Bagian-

bagian AAS adalah sebgai berikut (Day, 1986)

a. Sumber radiasi resonansi


Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga

(Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube (EDT).

Elektroda lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan katoda

berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur murni yang

dikehendaki.

Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi

dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi

yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He.

Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi

tegangan, arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi.

Ion-ion gas yang bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat

pada katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-

atom yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat

dasar dengan melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi

ini yang dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.

b. Atomizer

Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan

burner

Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-

butir kabut dengan ukuran partikel 15 20 m) dengan cara menarik

larutan melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan

pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang

pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama


aliran campuran gas bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan

titik kabut yang besar dialirkan melalui saluran pembuangan.

Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen

antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh

sebelum memasuki burner.

Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan

kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom

normal dalam nyala.

c. Monokromator

` Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui

populasi atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan

sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari

radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh

monokromator.

Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang

telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi

lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda

berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.

Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.

d. Detektor

Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel

dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.

e. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat

menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.

f. Lampu Katoda

Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda

memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu

katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur

yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk

pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :

Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur

Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa

logam sekaligus namun harganya lebih

mahal

Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol

digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu

dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan

bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.

Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan

energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi.

Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya

gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar

dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.

Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan,

maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan
pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan

ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu

pemakaian dicatat.

g. Tabung Gas

Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi

gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20.000K, dan

ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,

dengan kisaran suhu 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen

berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas

yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator

merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.

Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut,

yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit

air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan

bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa

dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas

regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada,

maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran,

jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan

saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena disebabkan

di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat

gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa

pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap

bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak

berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran

pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang

dihasilkan tidak berbahaya.

Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara

horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada

serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena

bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka

dapat menyebabkan ducting tersumbat.

Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah

miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.

Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada

AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan

ducting

i. Kompresor

Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini

berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh

AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol

pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol

ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang

akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan

tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk mengatur


banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada

belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah

usai penggunaan AAS.

Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke

kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi

tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat

mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada

saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar

lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.

j. Burner

Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena

burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides,

agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik

dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik

api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.

Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang

aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15

menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah

selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau

menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator

berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner.

Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas

asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan

harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat


pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari

energi rendah ke energi tinggi.

Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna

api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi

logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu

banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang

paling baik, dan paling panas.

k. Buangan pada AAS

Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada

AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar

sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas,

karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala

api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan

terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan

yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala,

menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian

menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api.

Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan

tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan

dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.

Keunggulan/ Kelebihan AAS

Spesifik

Batas (limit) deteksi rendah


Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur

Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi

contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat

pengganggu)

Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.

Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga

persen)

Unsur Hara Makro

Unsur Hara Makro adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah

yang relatif besar. Daftarnya adalah sebagai berikut :.

1. Kalium (K)

Unsur Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti

fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka

menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel.

Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur.

Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat

antagonisme antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium.

Sifat antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap

tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh

tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalium berlebih

gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab , sifat antagonisme antara

kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan
kalsium. Kendati demkian , pada beberapa kasus , kelebihan kalium gejalanya

mirip tanaman kekurangan kalsium.

Kekurangan Kalium

Kekurangan K terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak

hangus. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya

gugur. Bunga mudah rontok dan gugur. Tepi daun hangus, daun menggulung ke

bawah, dan rentan terhadap serangan penyakit.

Kelebihan Kalium

Kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu.

Pertumbuhan tanaman terhambat. sehingga tanaman mengalami defisiensI.

2. Magnesium (Mg)

Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi

beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di

daun , terutama untuk ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat

diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan

komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis

protein.

Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut

karena energi yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot

ringan seperti nitrogen. Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi

encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri-ciri ini persis

seperti gejala etiolasi-kekurangan cahaya pada tanaman.


Kekurangan Magnesium

Muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal ini terjadi

karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan akhirnya mudah

terserang penyakit terutama embun tepung (powdery mildew).

Kelebihan Magnesium

Kelebihan Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim.

3. Kalsium (Ca)

Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia komponen

yang menguatkan , dan mengatur daya tembus , serta merawat dinding sel.

Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca ,

pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu , dan berakibat penyerapan hara

terhambat. Ca berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel , dan

mengatur distribusi hasil fotosintesis.

Kekurangan Kalsium

Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah , terjadi perubahan

bentuk daun , mengeriting , kecil , dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan

tanaman tinggi tetapi tidak kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh

maka kekurangan unsur ini menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga

gugur juga efek kekurangan kalsium.

Kelebihan Kalsium

Kelebihan kalsium tidak berefek banyak , hanya mempengaruhi pH tanah.


4. Natrium (Na)

Kelebihan Natrium

Terlibat dalam osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan.

Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah bahwa dapat mengurangi ketersediaan

K.

Kekurangan Natrium

Daun-daun tenaman bisa menjadi hijau tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu

Standarisasi mineral makro

Pada percobaan ini bertujuan memvalidasi dan menetapkan nilai ketidakpastian

pengukuran metode penetapan kadar air dan kadar abu dalam contoh sampel pupuk

organik kode-02 dengan menggunakan metode gravimetri sehingga metode ini valid

digunakan sebagai analisis rutin laboratorium kimia Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Jawa Tengah di Ungaran.

A. Tempat dan Waktu

Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan mulai tanggal 25 Januari

2016 sampai dengan 25 Februari 2016 di laboratorium kimia Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah yang berlokasi di Bukit Tegalepek

Sidomulyo Ungaran, Kabupaten Semarang.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan untuk penetapan kadar air meliputi Neraca Analitik

merk Ohaus, cawan porselin, oven listrik merk Memmert, dan deksikator merk

Memmert.

2. Bahan

Bahan uji yang digunakan sebagai sampel contoh dalam percobaan ini

adalah sampel pupuk organik kode-02.

C. Metode Percobaan

Percobaan yang dilakukan terdiri dari preparasi, pengukuran, dan pengolahan

data. Dalam tahap preparasi dilakukan dengan persiapan contoh dan

pengekstrakan contoh.

D. Cara Kerja

1. Persiapan Contoh

Contoh pupuk diaduk hingga homogen dan diamil 1 ml dengan

menggunakan pipet.

2. Cara Pembuatan Larutan Standar

a. Larutan Standar K

b. Larutan Standar Ca

c. Larutan Standar Na

d. Larutan Standar Mg

3. Cara Kerja Penetapan Kadar Mineral dengan AAS

Dalam memulai percobaan ini sebelumnya 1 mL sampel pupuk cair 127

ditambahkan dengan 10 mL H3PO4 dan 1 mL HNO3 kemudian didestruksi

selama 24 jam. Hasil destruksi kemudian dilarutkan dengan akuades 10 mL


dan disaring. Filtrat yang diperoleh didiamkan selama 12 jam agar

endapannya mengendap. Filtrat yang telah mengendap kemudian dilakukan

analisis mineral dengan menggunakan AAS.

a. Penetapan Kadar Mineral K pada sampel 127

Mengambil filtrat hasil destruksi yang telah diendapkan dengan diluter

dengan perbandingan 0,5 mL filtrat hasil destruksi dan 9 mL

akuabidest serta menambahkan 9,5 mL larutan Stronsium dan

kemudian 1 mL larutan pereaksi Na. Kemudian dilakukan analisis

kadar mineral dengan menggunakan larutan standar Na 0, 10, 20, 30,

40, dan 50.

b. Penetapan Kadar Natrium pada sampel 127

Mengambil filtrat hasil destruksi yang telah diendapkan dengan diluter

dengan perbandingan 0,5 mL filtrat hasil destruksi dan 9 mL

akuabidest serta menambahkan 9,5 mL larutan Stronsium dan

kemudian 1 mL larutan pereaksi K. Kemudian dilakukan analisis kadar

mineral menggunakan larutan standar Na 0, 10, 20, 30, 40, dan 50

dengan AAS.

c. Penetapan Kadar Kalsium pada Sampel 127

Mengambil filtrat hasil destruksi yang telah diendapkan dengan diluter

dengan perbandingan 0,5 mL filtrat hasil destruksi dan 9 mL

akuabidest serta menambahkan 9,5 mL larutan Stronsium dan

kemudian 1 mL larutan Natrium. Kemudian dilakukan analisis kadar

mineral menggunakan larutan standar Ca 0, 10, 20, 30, 40, dan 50

dengan AAS.
d. Penetapan Kadar Mg pada sampel 127

Mengambil filtrat hasil destruksi yang telah diendapkan dengan diluter

dengan perbandingan 0,5 mL filtrat hasil destruksi dan 9 mL

akuabidest serta menambahkan 9,5 mL larutan Stronsium dan

kemudian 1 mL larutan Natrium. Kemudian dilakukan analisis kadar

mineral menggunakan larutan standar Mg 0, 10, 20, 30, 40, dan 50

dengan AAS.

Data Hasil Pengamatan

1. Kadar K pada Sampel 127


2. Kadar Ca pada sampel 127

3. Kadar Na pada sampel 127


4. Kadar Mg pada sampe; 127

Anda mungkin juga menyukai