Anda di halaman 1dari 21

6

B. Kepustakaan

1. Travel medicine

a. Definisi

Menurut Peraturan Pemerintah no 67 tahun 1996 tentang

Penyelenggaraan Kepariwisataan, wisata merupakan kegiatan

perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara

sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik

wisata. Menurut peraturan ini, pariwisata juga diartikan sebagai segala

sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan

objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang

tersebut. Memahami kedua definisi tersebut menjadi penting

mengingat ilmu pengetahuan dan praktik yang terkait dengan

kedokteran dan kesehatan di daerah pariwisata sudah berkembang

sangat pesat. Hal ini juga bisa digunakan sebagai dasar dalam

memberikan batasan-batasan yang sesuai dan ruang lingkup yang tepat

untuk masing-masing sub-disiplin ilmu yang ada. Salah satu ruang

lingkup keilmuan yang paling awal muncul adalah kedokteran wisata

(travel medicine).10

Travel medicine didefinisikan sebagai suatu cabang atau

spesialisasi ilmu kedokteran yang secara khusus mempelajari penyakit

dan kondisi kesehatan akibat perjalanan wisata dan upaya

penanganannya. Cabang ilmu ini mencakup berbagai disiplin ilmu

termasuk epidemiologi, penyakit menular, kesehatan masyarakat,


7

kedokteran tropis, fisiologi , mikrobiologi psikiatri, kedokteran kerja

dan sebagainya. Bidang ilmu ini semakin berkembang dalam tiga

dekade terakhir sebagai respons terhadap peningkatan arus perjalanan

internasional di seluruh dunia.11

b. Tujuan

Adapun tujuan dari travel medicine adalah meminimalisir

timbulnya risiko kesehatan yang dapat mengancam para traveller yang

berhubungan dengan dengan kebutuhan kesehatan serta jenis

pariwisata yang dilakukan. Sebab dengan perencanaan yang lebih dini,

dapat dilakukan pencegahan atau pengobatan preventif sehingga dapat

melindungi dan meminimalisasi faktor risiko kecelakaan maupun

terjadinya penyakit.11

c. Risiko terkait wisata

Faktor utama yang dapat menjadi risiko untuk terjangkitnya

penyakit bagi traveler antara lain;


1)
Jenis transportasi
2)
Tujuan
3)
Durasi perjalanan dan iklim tujuan
4)
Daerah tujuan wisata
5)
Tempat tinggal, kebersihan makanan dan sanitasi
6)
Perilaku
7)
Kondisi kesehatan traveler.2
8

Daerah tujuan dengan akomodasi, kebersihan dan sanitasi,

layanan kesehatan, dan kualitas air yang memenuhi standar tinggi

relative kecil memberikan risiko terhadap kesehatan wisatawan,

kecuali wisatawan yang mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.

Epidemiologi penyakit infeksi di Negara tujuan juga penting diketahui

wisatawan. Adanya wabah di negara tujuan hendaknya diketahui oleh

wisatawan dan kedokteran wisata.2,5

Model transportasi, lama kunjungan, dan prilakuk wisatawan

menentukan kemungkinan terpapar infeksi; dan ini mempengaruhi

keputusan tentang kebutuhan pencegahan, misalnya vaksinasi tertentu

atau pengobatan anti-malaria. Lama kunjungan juga memungkinkan

terpapar dengan perubahan suhu dan kelembaban atau polusi atmosfer

yang berkepanjangan. 2,5

Tujuan kunjungan juga merupakan hal penting terkait risiko

kesehatan. Perjalanan bisnis ke kota, dimana wisatawan

menghabiskan waktunya di dalam hotel atau pusat pertemuan dengan

standar akomodasi tinggi atau perjalanan wisata yang diorganisir

dengan baik memiliki risiko kecil daripada berwisata ke daerah

terpencil, baik untuk tujuan bekerja meupun kesenangan. 2,5

Perilaku juga berperan besar, misalnya pergi keluar pada malam

hari di daerah endemic malaria tanpa persiapan pencegahan akan

menyebabkan terkena infeksi malaria. 2,5


9

d. Jenis Kegiatan

1) Konsultasi medis sebelum wisata


Setiap wisatawan yang akan berpergian ke negara sedang

berkembang harus berkonsultasi dengan dokter sebelum

perjalanan. Sebaiknya konsultasi dilakukan 4 minggu sebelum

berpergian atau lebih awal jika tujuannya adalah untuk bekerja di

luar negeri. Tujuan konsultasi adalah untuk menentukan akan

keperluan vaksinasi atau pemberian obat malaria untuk

pencegahan. Pemeriksaan gigi dan ginekologi untuk perempuan

mungkin diperlukan terutama bagi mereka yang bepergian jangka

panjang atau tujuannya ke daerah terpencil.2,7


2) Penilaian risiko kesehatan terkait wisata
Tenaga medis akan memberikan rekomendasi meliputi

vaksinasi dan pengobatan lainnya berdasarkan penilaian risiko dari

wisatawan, tergantung dari penyakit yang diperoleh di daerah

tujuan. Pengumpulan informasi dan penilaian risiko secara rinci

hendaknya ditanyakan kepada wisatawan. 2,7


3) Perlengkapan kesehatan
Perlengkapan kesehatan perlu disediakan selama perjalanan,

trutama bagi mereka yang berpergian ke negara sedang

berkembang atau daerah dengan layanan kesehatan tidak jelas.

Perlengkapan ini meliputi obat-obatan dasar untuk mengobati

penyakit umum, bantuan pertama, dan berbagai alat medis lainnya

seperti semprit dan jarum, yang mungkin diperlukan oleh

wisatawan selama perjalanan. 2,7


4) Wisatawan dengan keadaan medis sebelumnya dan kebutuhan

khusus
10

Risiko kesehatan terkait wisata adalah lebih besar pada

kelompok wisatawan tertentu, misalnya bayi, anak-anak,

perempuan hamil, usia lanjut, cacat dan yang mempunyai penyakit.

Risiko kesehatan bervariasi tergantung tujuan wisata, seperti

betujuan untuk mengunjungi teman atau keluarga atau tujuan

keagamaan, untuk bekerja atau bisnis, semua wisatawan

memerlukan saran medis umu dan kesehatan wisata khusus,

termaksud pencegahan(precaution) khusus. 2,7


Perjalanan udara mungkin menyebabkan ketidaknyamanan

bagi bayi dan kontraindikasi untuk bayi yang berusia kurang dari

48jam. Bayi dan anak-anak sensitif terhadap perubahan ketinggian

dan radiasi uv. Selain itu, bayi dan anak-anak mempunyai

kebutuhan khusus untuk vaksinasi dan pencegahan malaria.

Kelompok ini juga mudah mengalami dehidrasi dan terjangkit

infeksi dibandingkan orang dewasa. Para lanjut usia memerlukan

saran medis sebelum berpergian jarak jauh. 2,7


Secara umum, perempuan hamil tidak dilaranf untuk

bepergian, kecual perkiraan waktu persalinan sudah dekat. Waktu

berpergian paling aman pada wanita hamil adalah pada trimester

kedua. Perjalanan ke ketinggian dan daerah terpencil tidak

dianjurkan selama kehamilan. 2,7


Kecatatan fisik umumny akan bukan halangan untuk

berpergan sepanjang kesehatannya baik. Jasa penerbangan

umumnya menyediakan bantuan untuk orang cacat. Orang yang


11

menderita penyakit kronik hendaknya meminta saran medis

sebelum merencanakan perjalanan. 2,7


5) Asuransi untuk wisatawan
Semua wisatawan dianjurkan mempunyai asurasi selama

wisata, biaya pengobatan mungkin lebih mahal di negara tujuan.

Asuransi hendaknya meliputi perubahan tujuan perjalanan,

pemulangan balik mendadak karena alas an kesehatan, rawat inap

di rumah sakit, perawatan medis jika sakit atau kecelakaan dan

pemulangan balik jenazah jik terjadi kematian. 2,7


6) Peran professional industri wisata
Operator perjalanan, agen wisata, perusahaan penerbangan

dan angkutan laut masing-masing bertanggung jawab terhadap

keselamatan wisatawan. Agen atau operator wisata hendaknya

memberikan wisatawan panduan terkait kesehatan seperti:

menganjurkan pemeriksaan kesehatan begitu ada rencana berwisata

terutama ke daerah yang mempunyai risiko kesehatan, sebaiknya

dilakukan 4-8minggu sebelum berpergian; saran dokter wisata

sebelum berpergian, informasi tentang bahaya dan keamanan

pribadi, mengingatkan menggunakan asuransi, memberikan

informasi tentang vaksinasi wajib untuk demam kuning,

pencegahan malaria, bahaya kesehatan penting lainnya di daerah

tujuan, dan ada-tidaknya fasilitas layanan medis yang baik di

tujuan wisata.
7) Pemeriksaan medis setelah wisata
Wisatawan dianjurkan untuk melaksanakan pemeriksaan

medis, jika: menderita penyakit kronik (seperti PKV, DM, penyakit

paru kronik), menderita sakit dalam seminggu setelah pulang

(terutama demam, diare menetap, muntah, ikterus, kelainana


12

saluran kmih, infeksi genital), menerima pengobatan malaria

selama wisata, terpapar dengan penyakit serius selama perjalanan,

menghabiskan waktu lebih dari 3 bulan di negara sedang

berkembang. 2,7

2. Profil Kabupaten Konawe Selatan

a. Letak wilayah

Gambar 1. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Konawe Selatan

Kabupaten Konawe Selatan merupakan salah satu bagian daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di Jazirah Tenggara Pulau

Sulawesi dengan Ibu Kabupaten adalah Andoolo. Secara geografis,

Kabupaten Konawe Selatan terletak di bagian selatan garis

khatulistiwa, melintang dari utara ke selatan di antara 3.58.56' dan

4.31.52 lintang selatan dan membujur dari barat ke timur di antara


13

121.58' dan 123.16 bujur timur. Batas Wilayah Kabupaten Konawe

Selatan adalah sebagai berikut:8

1) Utara : Kabupaten Konawe dan Kota Kendari


2) Selatan : Kabupaten Muna dan Kabupaten Bombana
3) Timur : Laut Banda dan Laut Maluku
4) Barat : Kabupaten Kolaka
b. Luas wilayah

Luas wilayah daratan Konawe Selatan 451,420 Ha atau 11,83

persen dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas

wilayah perairan (laut) 9.368 km2.

Wilayah administrasi Pemerintahan Daerah Konawe Selatan

terdiri dari 25 kecamatan. Kecamatan dengan luas terbesar adalah

kecamatan Laonti seluas 406,63 km2. Sedangkan kecamatan dengan

luas terkecil adalah kecamatan Sabulakoa seluas 68,5 km2 9.

c. Iklim

Konawe Selatan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau

dan penghujan. Musim kemarau terjadi antara Juni sampai dengan

September. Sebaliknya musim hujan terjadi antara Desember sampai

dengan Maret. Bulan April-Mei dan Oktober- November merupakan

masa peralihan atau lebih dikenal sebagai musim pancaroba. Akan

tetapi akhir-akhir ini akibat dari perubahan kondisi alam yang sering

tidak menentu, keadaan musim juga menyimpang dari kebiasaan. 9


14

d. Topografi

Permukaan tanah di Konawe Selatan umumnya daratan yang

sangat potensial untuk pengembangan pertanian, yaitu terdapat 320

desa, selain itu 35 desa yang merupakan lereng, serta 6 desa yang

merupakan daerah aliran sungai. Berdasarkan jenis, tanah di

Kabupaten ini sebagian besar merupakan tipe grumosol. Berdasarkan

ketinggian tanahnya, wilayah terluas merupakan tanah dengan tingkat

kemiringan 1,8-13,5 derajat.

e. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan berdasarkan

proyeksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016

adalah 295.326 Jiwa dengan rata kepadatan penduduk adalah 65 jiwa

per km2 9.

3. Pariwisata Kabupaten Konawe Selatan

Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai banyak potensi wisata

menarik yang patut untuk di jelajahi. Potensi wisata di Sulawesi Tenggara

menyimpan pesona keindahan alam daratan maupun lautan, peradapan

budaya serta sejarah.

Konawa Selatan adalah salah satu kabupaten di Sulawesi tenggara

yang saat ini gencar melakukan pengembangan pusat pertumbuhan

kawasan strategi di wilayahnya. Salah satunya adalah kawasan yang


15

diperuntukan untuk pariwisata yang terdiri dari pariwisata alam/bahari,

pariwisata alam pengunungan, pariwisata budaya dan sejarah, antara lain;13

a. Air Terjun Moramo

Gambar 2. Air Terjun Moramo


Air Terjun Moramo merupakan air terjun terindah di

Indonesia. Keberadaannya masih berada di kaw asan hutan Suaka

Alam Tanjung Peropa, yang jaraknya kurang lebih 60 km dari pusat

Kota Kendari. Air terjun ini tergolong jenis air terjun cascade

(bertigkat), kondisi airnya yang jernih dan suasana di sekitarnya

masih alami memberi kesan tersendiri bagi pengunjungnya.14

Keunikan Air Terjun Moramo adalah batu marmer yang di

aliri air tidak licin, dikarenakan lokasi Air Terjun Maremo berada

di daerah bebatuan kapur (airnya megandung sulful dan alkali)

sehingga lumut sulit tumbuh. Obyek wisata yang indah ini berlokasi

di Desa Sumber Sari, Kecamatan Moramo,Kabupaten Konawe

Selatan. Yang bisa di akses dari Kota Kendari dengan cara

menyewa kendaraan menuju kawasan Suaka Alam Tanjung Peropa.


16

Setelah sampai di Kaw asan Suaka Alam Tanjung Peropa,

perjalanan hanya bisa dilanjut dengan berjalan kaki sejauh 2 km. 14

b. Pulau Hari
Pulau Hari merupakan pulau kecil dengan luas 5 Ha yang

terletak di Dusun Baho, desa Labuan Beropa, Kecamatan Laonti,

Konawe Selatan. Untuk mencapai Pulau Hari, pengunjung dapat

berangkat dari Kota Kendari dengan menggunakan speedboat di

Banyan Harbor, Central Market Complex, Kendari. Berjarak sekitar 20

kilometer dari pusat kota dan akan memakan waktu antara 1,5-2 jam

untuk sampai ke Pulau Hari, tergantung pada cuaca dan kondisi

perahu. Semakin siang, gelombang laut akan semakin besar. Jika

kondisi tersebut terjadi, kemungkinan transportasi akan ditunda hingga

laut tenang kembali. Oleh karena itu, jika ingin pergi ke Pulau Hari,

disarankan untuk berangkat antara jam 9-12 pagi.15

Gambar 3.Pulau Hari15


Ada banyak hal yang bisa dilakukan di pulau ini, terutama adalah

kegiatan wisata bahari. Lautnya sangat bening, sangat cocok untuk


17

melakukan snorkeling atau diving. Bahkan pada kedalaman tujuh

hingga delapan meter mata telanjang mampu menembus pemandangan

taman laut pulau ini. Ada 15 diving site di pulau ini, yang masing-

masing jaraknya hanya berkisar 50 meter. Dari atas kapal pun

pengunjung dapat melihat pemandangan di bawah laut disebabkan

jernihnya air. 15
c. Pulau Lara

Gambar 4. Pulau Lara.16


Pulau Lara adalah pulau yang terletak di Desa Wawatu, Kec.

Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan. Pulau ini mempunyai

panorama alam. Panorama yang ditawarkan sangat bagus, dengan

kejernihan air sehingga sangat bagus untuk snorkling. Karang yang

masih terjaga serta arus ombak yang tenang karena berada dalam

kawasan teluk staring. 16

Minimnya pengetahuan wisatawan, membuat pulau ini

jarang dikunjungi. Kurangnya promosi, fasilitas yang tidak

memadai sehingga orang tidak pernah tau dan tidak ingin

kesini. Walaupun secara administrasi pulau ini berada di


18

daerah pemerintahan Konawe selatan tapi akses dari

kendari termasuk akses yang paling dekat. 16


d. Pulau Senja

Gambar 5. Pulau Senja.16


Pantai yang berada di desa Wawatu, Kecamatan Moramo, Kab.

Konawe selatan Prov. Sulawesi Tenggara. berjarak 30 KM dari kota

kendari dan 2 KM menggunakan kapal kecil untuk sampai ke pantai

senja. perjalanan akan memakan waktu sampai 45 menit diatas kapal.

Akses lain bisa berangkat menuju Desa Wawatu, Kabupaten Konawe

Selatan. Dari sini, perjalanan dilanjutkan dengan speedboat selama 15

menit ke Pulau Senja. 16


e. Pantai Torobulu
19

Gambar 6.Pantai Torobulu17


Torobulu adalah sebuah desa di Kecamatan Laeya, Kabupaten

Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Di tempat ini terdapat pelabuhan

torobulu. Pantai ini pernah dijadikan tempat syuting film Garuda 19

Movie. 17
f. Teluk Kolono
Teluk Kolono terletak di Kecamatan Kolono. Kecamatan Kolono

mempunyai sumber daya alam yang sangat memadai, khususnya

cadangan batu marmer, energy panas bumi, kayu jati dan hasil-hasil

lautnya. Daerah ini merupakan penyumbang hasil-hasil mutiara laut

dan kopra. Sejak tahun 2014, setiap tahun diadakan festival Teluk

Kolono di tempat ini. 18


20

Gambar 7. Festival Teluk Kolono.18


g. Pantai Pasir Putih

Gambar 8. Pantai Pasir Putih Oloa dan pantai Bintang Laut.19


Pantai pasir putih terletak di Desa Namu, desa pesisir yang

eksotik dengan ragam keindahanalamnya. Letaknya di pesisir,

merupakan wilayah administrasi Kecamatan Laonti, Kabupaten

Konawe Selatan. Setidaknya ada 8 spot wisata pada wilayah ini, antara

lain; pantai pasir putih Oloa, pantai Bintang Laut, pantai Namu, pantai

Sunyi dan pantai Dusun Empat. Pantainya indah dengan hamparan

pasir putih. Bawah lautnya pun masih perawan, dengan keindahan


21

terumbu karangnya sehingga cocok menjadi lokasi spotpenyelaman,

snorkeling maupun diving.19

h. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai adalah taman nasional

yang terletak di provinsi Sulawesi Tenggara,Indonesia. Rawa Aopa

Watumohai ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1989, dan

memiliki wilayah seluas 1.050 km. Ketinggian taman ini bervariasi

dari di atas permukaan laut hingga ketinggian 981 m. 20

Gambar 9. Pintu Masuk Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.20

Gambar 10. Perkampungan Masyarakat Taman Nasional


Rawa Aopa Watumohai.20
Taman ini memiliki beragam vegetasi, seperti hutan mangrove.

Di taman nasional ini juga terdapat babirusa, anoadan 155 spesies


22

burung, 37 di antaranya endemik. Selain itu, di Taman Nasional Rawa

Aopa Watumohai terdapat 323 spesies tanaman. 20

Perjalanan menuju Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai dapat ditempuh malalui tiga jalur alternatif dengan

menggunakan mobil pribadi atau mobil sewaan. Pertama: perjalan

dimulai dari Kendari menuju Punggaluku, lalu menuju Tinanggea,

kemudian ke Lanowulu dengan jarak 120 km yang ditempuh sekitar 2

jam 30 menit. Kedua: perjalan dimulai dari Kota Kendari menuju

Motaha, lalu dilanjutkan ke Tinanggea, dan terakhir ke Lanowulu

dengan jarak 130 km yang ditempuh selama 3 jam. Ketiga: perjalan

dimulai dari Kota Kendari menuju Lambuya, kemudian dilanjutkan ke

Aopa, lalu menuju Lanowulu yang berjarak sekitar 145 km dengan

waktu tempuh sekitar 4 jam. 20


Kegiatan yang ditawarkan antara lain adalah rekreasi dan

pariwisata alam berupa lintas hutan, pengamatan satwa, berjemur di

pantai, hiking, berkemah dan sebagainya. 20

4. Kuliner Kabupaten Konawe Selatan

Sinonggi adalah makanan khas Sulawesi Tenggara yang dikonsumsi

sehari-hari khususnya oleh suku Tolaki yang sebagian besar mendiami

wilayah Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kota Kendari dan Konawe

Utara. Kata Sinonggi diambil dari bahasa tolaki yakni sagu. 21


23

Gambar 11. Sinonggi, makanan khas suku Tolaki.21


Makanan sinonggi ini berbahan baku dari sagu. Sinonggi disajikan

dengan cara, sagu yang sudah disiram air panas dan diaduk ditempatkan

secara terpisah dengan sayur dan lauknya. Kemudian dirajik disatukan

sesuai selera. Ikan yang sering dikonsumsi dengan sinonggi biasanya ikan

putih, ikan cakalang, kerapu atau ikan lainya dimasak berkuah. Sedangkan

isi sayuran antara lain : bayam, kangkung, kacang panjang, dan palola

(terong kecil), dan yang paling khas adalah okra/kopi gandu (bahasa

Tolaki) dan daun tawa huko-huko (melinjo), daun tawaoloho (kedondong).

Pengolahan makanan ini masih tradisional. 21

Sinonggi termasuk makanan yang menyegarkan dan sehat. Sagu

sebagai bahan baku utama dikenal memiliki kandungan karbohidrat sekitar

85,6%, serat 5% dan untuk 100 gr sagu kering setara dengan 355 kalori.

Selain mengandung karbohidrat juga mengandung polimer alami yaitu

semacam zat yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia seperti

memperlambat peningkatan kadar glukosa dalam darah sehingga aman

dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus. 21


24

Selain itu, serat pada sagu juga mengandung zat yang berfungsi

sebagai probiotik, meningkatkan kekebalan tubuh, serta mengurangi resiko

terkena kanker usus dan paru-paru. Siononggi, makanan khas suku Tolaki

ini banyak digemari oleh masyarakat lain yang ada di Sulawesi Tenggara,

baik anak-anak, remaja dan orang dewasa. Bahkan kini sudah menjadi

pengganti makan siang beberapa warga kota Kendari. 21

Saat ini, Sinonggi telah masuk ke hotel-hotel sebagai menu khas

Sulawesi Tenggara sebagai salah satu menu dalam perjamuan tamu-tamu

pemerintah setempat. Di Kota Kendari, kini warung yang menawarkan

makanan khas suku tolaki ini sudah banyak, dan bahan bakunya tersedia di

pasar tradisional. 21

5. Masalah kesehatan Kabupaten Konawe Selatan

a. Acute Flaccid Paralysis (AFP)


Berdasarkan laporan hasil surveilans penyakit Dinas Kesehatan

Kabupaten Konawe Selatan, pada Tahun 2015 ditemukan (2 kasus).

Kejadian Accute Flaccid Paralysis (AFP) dilaporan ditemukan di

Kecamatan Wolasi dan Kecamatan Landono. Cakupan Penemuan

Acute Flacid Paralysis (AFP) per 100.000 penduduk usia <15 tahun di

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015 adalah 2,05.22


b. TB Paru
Jumlah kasus TB BTA (+) di Kabupaten Konawe Selatan

ditemukan pada Tahun 2015 sebanyak 254 kasus, lebih kurang dari

Tahun 2014 sebanyak 436 kasus, dan Tahun 2013 sebanyak 325 kasus.
22

c. Diare
25

Jumlah penderita diare yang ditemukan dan ditangani di

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015 sebanyak 5.342 orang atau

sebesar 89,90 % dari jumlah perkiraan kasus diare. 22


d. Pneumonia Balita
Berdasarkan laporan 23 Puskesmas se-Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2015, terdapat 715 penderita pneumonia balita yang

ditemukan dan ditangani. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa

pencapaian cakupan penemuan dan penanganan penderita pneumonia

balita di Kabupaten Konawe Selatan di Tahun 2015 ini mengalami

penurunan dibanding Tahun 2014. 22


e. HIV/AIDS
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan,

kasus HIV sebanyak 1 kasus pada umur 25 29 Tahun dan AIDS 4

kasus pada umur 4 49 Tahun. Pada Tahun 2015 dilaporkan ada 2

kasus kematian akibat AIDS. 22


f. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jumlah kasus DBD di temukan di Konawe Selatan pada Tahun

2015 sebanyak 48 kasus dan seluruhnya mendapat penanganan oleh

tenaga kesehatan. Kematian akibat kasus DBD Tahun 2015 sebanyak 2

orang. 22
g. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya

pengendalian dan penurunan kasusnya merupakan komitmen

internasional dalam Millenium Development Goals (MDGs). Jumlah

kasus malaria di Kabupaten Konawe Selatan yang dilaporkan Tahun

2015 sebanyak 45 kasus. Angka kesakitan malaria (Annual

MalariaIncidence/AMI) per 1.000 penduduk di Kabupaten Konawe

Selatan tahun 2015 yaitu 5,13%.22


h. Kusta
26

Di Kabupaten Konawe Selatan, angka prevalensi penyakit kusta

yang ditemukan pada Tahun 2015 tercatat sebesar 0,2 per 10.000

penduduk. Jenis kusta yang ditemukan yaitu kusta Multi Basiler (MB)

sebanyak 7 penderita.22
i. Filariasis
Jumlah penderita filariasis Tahun 2015 sebanyak 3 orang dengan

angka kesakitan filariasis sebesar 1,04 per 100.000 penduduk.22

4. Travel medicine Kabupaten Konawe Selatan

Leaflet penyuluhan travel medicine Kabupaten Konawe Selatan

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Anda mungkin juga menyukai