Anda di halaman 1dari 6

1.

Antiseptik

Tindakan pertama yang harus diperhatikan pada pencegahan infeksi


terhadap luka adalah keadaan aseptis, yaitu dengan menggunakan obat yang
berkhasiat sebagai antiseptik. Antiseptik adalah obat yang digunakan untuk
membunuh pertumbuhan mikroorganisme, biasanya digunakan pada jaringan
kulit (Gunawan, 2007).

Syarat suatu sediaan antiseptik yaitu dapat digunakan untuk


menghilangkan mikroorganisme tanpa menyebabkan rusaknya atau
teriritasinya kulit atau selaput lendir. Banyak bahan kimia yang memenuhi
syarat sebagai antiseptik. Berdasarkan sifat kimia, antiseptik digolongkan
dalam golongan fenol, alkohol, aldehid asam, halogen, peroksidan dan logam
berat (Tjay dan Raharjadja, 2007).

Tinctura iodium merupakan salah satu antiseptik kulit tertua yang


pernah digunakan, tetapi mempunyai efek samping yang dapat mengiritasi
kulit dan memiliki insiden alergi yang cukup tinggi. Penggunaan iodium mulai
populer kembali pada dasawarsa terakhir, dengan dibuktikannya bahwa
iodium dapat mengikat komponen polivinilpirolidin untuk mendapat aksi
antibakteri yang baik. Kompleks iodofor yang terbentuk memiliki frekuensi
reaksi alergi dari tinctura iodium yang rendah, sehingga apabila lapisan
iodofor tetap dibiarkan pada kulit, pengeluaran iodium yang lambat tetap
berlangsung untuk beberapa jam (Sabiston, 1995).

Nama : Povidone iodine


Bentuk Sediaan : Liquid
Komposisi : PVP iodine 10%
Rute pemberian : Topikal
Fungsi :
Pengobatan awal luka dan mencegah
infeksi, melindungi luka operasi
terhadap kemungkinan timbulnya
infeksi.
Golongan : Antiseptik
Perubahan fisik obat :
Tidak ada perubahan spesifik.
2. Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh berbagai


spesies mikroorganisme dan bersifat toksik terhadap spesies mikroorganisme
lain. Sifat toksik senyawa-senyawa yang terbentuk mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri (efek bakteriostatik) dan bahkan ada yang
langsung membunuh bakteri (efek bakterisid) yang kontak dengan antiobiotik
tersebut (Sumardjo 2008).

Antibiotik, yang juga dikenal sebagai obat antiinfeksi yang manjur


memegang peranan penting dalam klinis karena dapat mencegah dan
menyembuhkan berbagai macam penyakit infeksi yan disebabkan oleh
mikroorganisme yang rentan terhadap antibiotik ini. Penelitian dan para ahli
membuktikan bahwa antibiotik berbeda dalam kemampuannya
menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Antibiotik
ternyata tidak dapat memengaruhi semua mikroorganisme patogen, tetapi
mempunyai spektrum tertentu, yaitu kumpulan mikroorgansme yang peka
atau rentan terhadap antibiotik tersebut. Dengan demikian, dalam
memerigaruhi mikroorganisme, suatu antibiotik mempunyai luas kerja yang
terbatas.

Nama : Doxycycline
Bentuk Sediaan : Solid (Capsule)
Komposisi : Doxycycline 100 mg
Rute pemberian : Peroral
Fungsi :
Memiliki pengaruh bakteriostatik,
digunakan sebagai bagian dari terapi
kombinasi, untuk mencegah penggunaan
berisiko mengembangkan komplikasi
septic pasca operasi setelah operasi, obat
aborsi. Hal ini juga digunakan untuk
mencegah perjalanan jangka pendek ke
daerah-daerah di mana strain umum
menunjukkan resistensi terhadap
pirimetamin-sulfadoksin dan klorokuin.
Golongan : Antibiotik tetrasiklin
Perubahan fisik obat :
Tidak ada perubahan spesifik
Nama : Amoxicillin 500
Bentuk Sediaan : Solid (Kaplet)
Komposisi : Amoxicillin 500 mg
Rute pemberian : Peroral
Fungsi :
Amoxicillin efektif terhadap penyakit
infeksi saluran pernafasan kronik dan
akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk
faringitis gonore), bronkitis, langritis.
Infeksi sluran cerna: disentri basiler.
Infeksi saluran kemih: gonore tidak
terkomplikasi, uretritis, sistitis,
pielonefritis. Infeksi lain: septikemia,
endokarditis
Golongan : Antibiotik penisillin
Perubahan fisik obat :
Tidak ada perubahan spesifik
.

Nama : Terramycin
Bentuk Sediaan : Liquid (Vial)
Komposisi : Oksitetrasiklin
Rute pemberian : Injeksi intramuskular
Fungsi :
Efektif terhadap infeksi pernafasan,
saluran kemih dan kelamin, kulit dan
jaringan lunak, serebrospinal, mata,
saluran pencernaan, infeksi sistemik dan
pembedahan.
Golongan : Antibiotik tetrasiklin
Perubahan fisik obat :
Warna asli sediaan kuning dan dapat
berubah menjadi coklat atau lebih gelap.
Nama : Oxytetracycline
Bentuk Sediaan : Liquid (Vial)
Komposisi :
Oxytetracycline dehydrate setara dengan
Oxytetracycline anhydrate 50 mg
Rute pemberian : Injeksi
Fungsi :
Efektif terhadap infeksi pernafasan,
saluran kemih dan kelamin, kulit dan
jaringan lunak, serebrospinal, mata,
saluran pencernaan, infeksi sistemik dan
pembedahan.
Golongan : Antibiotik tetrasiklin
Perubahan fisik obat :
Warna asli sediaan kuning dan dapat
berubah menjadi coklat atau lebih gelap.

Nama :
Benzatin Benzil Penisillin
Bentuk Sediaan : Serbuk injeksi (Vial)
Komposisi :
Benzathine Benzylpenicilin 1.200.000
IU
Rute pemberian : Injeksi
Fungsi :
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri
yang peka terhadap Penisilin kadar
rendah dan sangat lama dalam serum,
Sifilis, treponematosis lainnya
(frambusia, pinta), Tonsilitis
akut, demam Scarlet, erisipelas, infeksi
pada luka, pencegahan infeksi pada
tonsilektomi dan pencabutan gigi :
dianjurkan diberikan bersama preparat
Penisilin yang diabsorpsi dengan cepat
(Natrium Penisilin G kristal).
Golongan : Antibiotik penisilin
Perubahan fisik obat :
Tidak ada perubahan spesifik
Nama :
Erlamycetin Chloramphenicol
Bentuk Sediaan : Semisolid (Salep)
Komposisi :
Chloramphenicol base 1%
Rute pemberian : Topikal
Fungsi :
Pengobatan konjungtivitis bakteri
disebebkan oleh E. coli, Haemophilus
influenza, staphylococcus aereus,
streptococcus haemolyticus.
Golongan : Antibiotik
Perubahan fisik obat :
Tidak ada perubahan spesifik.

Nama : Genoint
Bentuk Sediaan : Semisolid (Salep)
Komposisi : Gentamicin Sulfate
Rute pemberian : Topikal
Fungsi :
Untuk pengobatan infeksi topikal baik
infeksi kulit primer maupun sekunder
yang disebebkan oleh bakteri yang peka
terhadap Gentamicin.
Golongan : Antibiotik
Perubahan fisik obat :
Tidak ada perubahan spesifik.

Penislin G adalah penisilin pertama yang diberikan per oral dan injeksi.
Dengan pemberian oral, hanya kira-kira sepertiga dan dosis diabsorpsi. Karena
absorpsinya yang buruk, maka penisilin G yang diberikan perinjeksi
(intramuskular dan intravena) lebih efektif dalam mencapai kadar penisilin serum
terapeutik. Penisilin G mempunyai masa kerja yang singkat, dan injeksi
intramuskularnya menimbulkan rasa nyeri akibat larutan obat dalam air. Oleh
karena itu, penisilin dengan masa kerja yang Iebih panjang, prokain penisum
(berwarna seperti susu) dihasilkan untuk memperpanjang aktivitasnya. Prokain
dalam penisilin mengurangi nyeri akibat injeksi dan pengobatan ini (Kee 1996).

Tetrasikilin bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri dan


mempunyai efek bakteriostatik. Tetrasklin tidak efektif untuk melawan
Staphylococcus aureus (kecuali untuk tetrasikiin yang lebih baru), pseudomonas,
atau proteua. Obat ini dapat dipakai untuk melawan Mycoplasma pneumoniae.

Tetrasiklin seringkali diresepkan untuk pemakaian oral meskipun obat ini


juga tersedia untuk pemakaian intraniuskular dan intravena. Karena pemberian
tetrasiklin intramuskular menimbulkan nyeri pada tempat injeksi dan iritasi pada
jaringan, maka rute pemberian ini jarang dipakai. Rute intravena dipakai untuk
mengobati infeksi yang berat. Preparat oral tetrasikiin yang lebih baru, doksisiklin
dan minosiklin, lebih cepat dan lebih lengkap diabsorpsi. Tetrasiklin tidak boleh
diminum bersama preparat magnesium dan alumunium (antasid), produk susu
yang mengandung kalsium, atau obat yang mengandung besi, karena semua
substansi ini berikatan dengan tetrasiklin dan mencegah absorpsi obat. Disarankan
agar tetrasiklin, kecuali doksisiklin dan minosiklin, diminum dalam keadaan
lambung kosoeng 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan (Kee 1996).

DAFTAR PUSTAKA

Sumardjo D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC.

Kee JL, Hayes ER. 1996. Farmakologi: Pendekatan proses Keperawatan.


Anugerah P, penerjemah. Asih Y, editor. Terjemahan dari: Pharmacology.
A nurding process approach. Jakarta: EGC.

Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Departemen


Farmakologi Kedokteran. UI. Jakarta.

Sabiston. 1995. Buku ajar Bedah Bagian 1. EGC. Jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal: 242-245.

Anda mungkin juga menyukai