Anda di halaman 1dari 9

SUMMARY

UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA MIE BASAH YANG DIJUAL DI


LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2013

RISNA DJ POMA
NIM 811409129
Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK
Risna Dj Poma. 2013. Uji Kandungan Formalin Pada Mie Basah Yang Dijual
Di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013. Skripsi,
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan
Keolahragaan. Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Ramly
Abudi, S.Psi, M.Kes Pembimbing II.
Penggunaan BTP (bahan tambahan pangan) dapat meningkatkan atau
mempertahankan kualitas daya simpan, sehingga penggunaan bahan tambahan
pangan masih tinggi. Salah satunya yaitu penggunaan bahan tambahan pangan
yang di larang, yakni penggunaan Formalin. Formalin adalah pengawet yang
merupakan bahan kimia beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan Formalin pada
Mie Basah yang dijual di lingkungan Kampus UNG (Universitas Negeri
Gorontalo).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi adalah Mie
Basah pada seluruh penjual Mie Bakso dan Mie Pangsit yang berada di
lingkungan Kampus UNG. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
diambil secara accidental sampling sehingga didapatkan 15 sampel mie basah di
lingkungan Kampus UNG. Pemeriksaan kandungan Formalin pada mie basah
diuji dengan metode kolorimetri di LPPMHP (Laboratorium Pembinaan dan
Pengujian Mutu Hasil Perikanan) Kota Gorontalo. Hasil penelitian dianalisis
kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil penelitian pada 15 sampel mie basah memberikan hasil negatif yang
menunjukkan bahwa mie basah yang dijual di lingkungan Kampus UNG tidak
mengandung formalin. Hal ini dapat didukung oleh Permenkes RI
No.722/menkes/per/IX/88 yang menyatakan bahwa formalin tidak diperbolehkan
ditambahkan dalam makanan.
Kesimpulan bahwa mie basah yang dijual di lingkungan Kampus
Universitas Negeri Gorontalo tidak mengandung formalin. Adapun saran yang
dapat diberikan yaitu untuk pihak terkait agar selalu memberikan penyuluhan dan
penyebaran ilmu pengetahuan mengenai formalin dan bahayanya. Dan untuk
masyarakat tetap berhati-hati, hal ini mengingat karena kandungan formalin
pernah ditemukan di kota gorontalo di dalam makanan Mie.
Kata Kunci: Formalin, Mie Basah
PENDAHULUAN yang diambil dengan teknik
accidental sampling.
Penggunaan bahan tambahan pangan Untuk pengumpulan data dalam
(BTP) khusunya Formalin dalam penelitian ini dilakukan dengan uji
pangan perlu diwaspadai bersama, laboratorium. Dan data yang
baik oleh produsen maupun terkumpul dalam penelitian ini
konsumen. Formalin merupakan dianalisis secara univariat.
bahan beracun dan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Penggunaan
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
formalin pada makanan tidak
2.1 Hasil Penelitian
diperbolehkan karena akan
2.1.1 Gambaran Umum Lokasi
berdampak pada kesehatan
Penelitian
masyarakat.Formalin adalah bahan Kampus Universitas Negeri
kimia yang kegunaannya untuk Gorontalo merupakan salah satu
keperluan luar tubuh. Formalin Kampus perguruan tinggi yang
biasanya digunakan sebagai berada di Provinsi Gorontalo.
pengawet mayat dan organ-organ Kampus Universitas Negeri
makhluk hidup, pembunuh hama, Gorontalo terbagi atas 3 Lokasi,
bahan desinfektan dalam industri yaitu kampus 1 atau dikenal dengan
plastik dan busa, serta untuk kampus induk/Pusat yang terletak di
sterilisasi ruang. Jalan Jendral Sudirman yang terdiri
Pada tahun 2011 Badan Pengawasan atas beberapa Fakultas, yakni
Obat dan Makanan (BPOM) Kota diantaranya adalah Fakultas Ilmu
Gorontalo melakukan pengujian Sosial, Fakultas Sastra dan Budaya,
kandungan Formalin pada Mie siap Fakultas MIPA, Fakultas Teknik,
saji sebanyak 12 sampel dan melalui Fakultas Pertanian dan Fakultas
proses pengujian ditemukan satu Ekonomi. Kampus 2 terletak di Jalan
sampel mie siap saji yang Raden Saleh yang hanya terdapat
mengandung Formalin. satu Fakultas yakni Fakultas Ilmu
Pendidikan, dan kampus 3 terletak di
1. METODE PENELITIAN Jalan John A. Katili yang terdapat
satu Fakultas juga yakni Fakultas
Penelitian ini adalah penelitian
Ilmu-ilmu Kesehatan dan
deskriptif yang menggambarkan
Keolahragaan.
kandungan formalin pada Mie Basah
Penelitian dilakukan di
yang dijual di Lingkungan Kampus
Lingkungan Kampus Universitas
UNG (Universitas Negeri
Negeri Gorontalo yaitu pada penjual
Gorontalo). Kandungan Formalin
Mie Bakso dan Mie Pangsit, baik
pada penelitian ini di uji dengan
yang berada di dalam lingkungan
melakukan pemeriksaan
Kampus Universitas Negeri
Laboratorium. Populasi dalam
Gorontalo maupun yang berada di
penelitian ini yaitu Mie Basah pada
luar kampus Universitas Negeri
seluruh penjual Mie Bakso dan Mie
Gorontalo dengan Radius 50 Meter.
Pangsit yang berada di Lingkungan
Sampel dalam penelitian ini
Kampus UNG. Sedangkan sampel
adalah mie basah yang berada di
yang diambil sebanyak 15 sampel
lingkungan kampus Universitas
Negeri Gorontalo yang berjumlah 15 kondisi jualannya menetap/kantin
sampel. Dimana sampel yang di sebanyak 5 penjual (33%).
ambil pada saat penelitian di kampus b. Lama Penyimpanan Mie Basah
satu UNG yang terletak di Jalan
Jendral Sudirman sebanyak 10 Tabel 2.2
sampel yakni 7 sampel yang berada Distribusi Lama Penyimpanan
di dalam lingkungan kampus dan 3 Mie Basah di Lingkungan Kampus
sampel berada di luar lingkungan UNG Tahun 2013
kampus, selanjutnya sampel yang
diambil pada saat penelitian di Lama Jumlah Penjual
lingkungan kampus 2 yang terletak penyimpanan Mie Basah
di Jalan Raden Saleh sebanyak 3 n %
sampel yakni 1 sampel berada di Habis terjual 7 47
dalam kampus dan 2 sampel berada 1 Hari 6 40
di luar lingkungan kampus 2 UNG, 2 Hari 2 13
dan yang terakhir kampus 3 UNG Jumlah 15 100
yang terletak di Jalan John A. Katili Sumber : Data Primer 2013
dimana sampel yang di ambil pada
saat penelitian sebanyak 2 sampel Tabel 2.2 menunjukkan bahwa
yang terdiri 1 sampel di dalam lama penyimpanan mie yang paling
lingkungan kampus dan 1 sampel lama yaitu 2 hari dengan jumlah 2
berada di luar lingkungan kampus 3 responden (13%), 1hari dengan
UNG. jumlah 6 penjual (40%), dan mie
basah yang biasanya habis terjual
2.1.2 Hasil Analisa Univariat yakni 7 penjual (47%).
a. Kondisi Penjual Mie Basah
c. Jumlah Produksi Mie Basah
Tabel 2.1
Untuk jumlah produksi mie
Distribusi Kondisi
Penjual Mie Basah di Lingkungan basah yang dijual di lingkungan
kampus tergantung dari laku
Kampus UNG Tahun 2013
tidaknya mie basah yang dijual. Jika
mie yang dijual laku terjual biasanya
Jumlah Penjual mie basah yang digunakan mencakup
Kondisi Jualan 1-2 Kg per hari. Jika mie yang dijual
Mie Basah
n % tidak habis terjual, maka mie yang
Menetap/Kantin 5 33 digunakan untuk keesokan harinya
ditambahkan biasanya hanya -1
Pindah-
10 67 kg.
pindah/Gerobak
Jumlah 15 100
Sumber : Data Primer 2013
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa
penjual mie basah yang kondisi
jualannya pindah-pindah/gerobak
sebanyak 10 penjual (67%) dan
d. Hasil Pemeriksaan Laboratorium penelitian. Jumlah sampel penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini
Tabel 2.3
sebanyak 15 sampel Mie Basah yang
Hasil Pemeriksaan Formalin Pada
diperoleh dari penjual Mie Bakso
Mie Basah yang Dijual Di
dan Mie Pangsit yang diambil
Lingkungan Kampus UNG
dengan cara Acidental Sampling.
Tahun 2013
Hasil
Kode 2.2.1 Kondisi Penjual Mie Basah
No Pengujian
Sampel Berdasakan data deskriptif
Positif/Negatif
1 A Negatif pada tabel 2.1 menunjukan bahwa
2 B Negatif penjual Mie Basah yang kondisi
3 C Negatif jualannya pindah-pindah yakni
penjual yang menggunakan gerobak
4 D Negatif
merupakan penjual mie basah yang
5 E Negatif
terbanyak yaitu sebanyak 10 orang
6 F Negatif
dan yang paling sedikit yakni penjual
7 G Negatif yang kondisi jualannya menetap atau
8 H Negatif yang menjual di kantin yaitu 5 orang.
9 I Negatif
10 J Negatif 2.2.2 Lama Penyimpanan Mie
11 K Negatif
12 L Negatif Basah
13 M Negatif Berdasakan data deskriptif
14 N Negatif pada tabel 2.2 menunjukan bahwa
15 O Negatif lama penyimpanan mie basah yang
Sumber: Data Primer 2013 dijual dilingkungan kampus UNG
dimana mie basah yang sering habis
Pada tabel 2.3 yakni hasil terjual yang paling banyak yakni
pemeriksaan kandungan Formalin sebanyak 7 penjual, 1 hari
pada Mie basah yang dijual di penyimpanan sebanyak 6 penjual dan
Lingkungan Kampus Universitas yang paling sedikit yakni untuki 2
Negeri Gorontalo Tahun 2013 hari penyimpanan sebanyak 2
diketahui bahwa sampel penjual.
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N DAN Pada penjual mie basah
O tidak teradapat kandungan berdasarkan lama penyimpanan
Formalin pada sampel Mie Basah diketahui bahwa penjual yang
yang diuji. Dalam hal ini 15 sampel kondisi jualannya menggunakan
Mie Basah yang diperiksa hasilnya gerobak yang sering mie basahnya
100% Negatif. habis terjual. Dan untuk mie basah
yang penyimpanannya sampai 2 hari
2.2 Pembahasan yakni mie basah yang kondisi
jualannya di kantin dimana
Sampel dalam penelitian ini penjualnya menggunakan Lemari Es
adalah Mie Basah pada penjual Mie sebagai tempat penyimpanan. Dan
Bakso dan Mie Pangsit yang pada sebagian besar untuk lama
saat penelitian berada pada lokasi penyimpanan mie basah 1 hari
berdasarkan wawancara dimana (Effendi, 2012 : 160). Penggunaan
penjualnya mengawetkan mie basah formalin pada makanan tidak
tersebut dengan cara memanaskan diperbolehkan karena akan
sehingga masih bisa untuk dijual berdampak pada kesehatan
kembali pada keesokan harinya. masyarakat.
Berdasarkan Keputusan
2.2.3 Hasil Pemeriksaan Menteri Kesehatan Repiblik
Laboratorium Indonesia No.
942/Menkes/SK/VII/2003 dijelaskan
Berdasakan data deskriptif pada pasal 6 yakni penggunaan
pada tabel 2.3 menunjukan Uji bahan tambahan makanan yang
kandungan Formalin pada 15 sampel digunakan dalam mengelola
Mie Basah yang dilakukan pengujian makanan jajanan harus sesuai dengan
di Laboratorium Pembinaan dan ketentuan perundang-undangan yang
Pengujian Mutu Hasil Perikanan berlaku.
Gorontalo, dimana Mie Basah
dikatakan mengandung formalin jika Bahan tambahan pangan yang
dalam uji tersebut timbul warna berbahaya dilarang digunakan dalam
Ungu Pada Kertas Lakmus yang di makanan, hal ini diatur dalam
celupkan. Hasil pemeriksaan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI
semua sampel Mie Basah yang dijual Nomor: 1161/Menkes/ PER/X/1991
di lingkungan kampus Universitas (Aminah dan Himawan, 2009: 7).
Negeri Gorontalo memberikan hasil Penggunaan bahan tambahan
negatif (tidak timbul warna Ungu pangan adalah dapat meningkatkan
pada kertas lakmus) yang atau mempertahankan kualitas daya
menunjukkan bahwa Mie Basah yang simpan. Salah satunya yaitu
dijual di lingkungan Kampus penggunaan bahan tambahan
Universitas Negeri Gorontalo tidak makanan yang di larang oleh
mengandung formalin. Hal ini pemerintah, yakni penggunaan
dikarenakan penjual Mie Basah yang Formalin.
berada di lingkungan kampus
Universitas Negeri Gorontalo tidak Formalin merupakan bahan
ada yang menggunakan Formalin beracun dan berbahaya bagi
pada Mie Basah sebagai Bahan kesehatan manusia. Jika
Tambahan Makanan untuk kandungannya dalam tubuh tinggi,
Pengawet. Maka dapat dinyatakan akan bereaksi secara kimia dengan
bahwa kelayakan Mie Basah yang hampir semua zat di dalam sel
dijual di lingkungan Kampus sehingga menekan fungsi sel dan
Universitas Negeri Gorontalo aman menyebabkan kematian sel yang
dari kandungan Formalin. menyebabkan keracunan pada tubuh.
Hal ini juga didukung oleh Selain itu, kandungan formalin yang
Peraturan Menteri Kesehatan RI tinggi dalam tubuh juga
No.722/Menkes/Per/ IX/88 yang menyebabkan iritasi lambung, alergi,
menyatakan bahwa formalin bersifat karsinogek menyebabkan
merupakan salah satu bahan yang kanker (Cahyadi, 2009: 259).
dilarang digunakan dalam makanan.
Wijaya (2011: 67) menjelaskan Tambahan Pangan untuk
bahwa Formalin adalah bahan kimia pengawetan. Karena mengkonsumsi
yang kegunaannya untuk keperluan Formalin akan berdampak pada
luar tubuh. Formalin biasanya kesehatan Masyarakat yang
digunakan sebagai pengawet mayat menkonsumsi. Hal inilah yang
dan organ-organ makhluk hidup, menjadikan sampel mie basah yang
pembunuh hama, bahan desinfektan diambil di lingkungan kampus
dalam industri plastik dan busa, serta Universitas Negeri Gorontalo yang
untuk sterilisasi ruang. Dan pada diuji di Laboratorium LPPMHP
dasarnya formalin bukan untuk semuanya hasilnya menunjukkan
bahan tambahan makanan yang Negatif.
digunakan sebagai pengawet Hai ini juga dapat
makanan. mempengaruhi bahwa pada
Adapun Penjual Mie Basah pemeriksaan laboratorium
yang berada di lingkungan kampus kandungan Formalin dalam
Universitas Negeri Gorontalo tidak penelitian ini hanya menggunakan
ada yang menggunakan Formalin metode Kolorimetri dimana Metode
pada Mie Basah sebagai Bahan ini memiliki keunggulan dan
Tambahan Makanan untuk kelemahan. Adapun keunggulan dari
mengawetkan karena hal ini metode Kolorimetri tersebut yaitu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, metodenya cukup sederhana, tidak
yakni: Mie Basah yang dijual di memerlukan peralatan yang mahal
lingkungan kampus biasanya habis dan hanya didasarkan pada
terjual, Mie Basah yang dijual tidak perbandingan warna-warna
banyak sehingga Mie Basah tersebut sedangkan kelemahan dalam metode
kadang tersisa, jika Mie Basah yang ini adalah untuk membedakan warna
dijual tersisa banyak, penjualnya secara cermat, karena perbedaan
biasanya memakan sisa Mie Basah warna hanya berdasarkan
tersebut, Mie basah yang tidak laku pengamatan secara visual dengan
terjual biasanya diawetkan dengan penglihatan, sehingga ada faktor
cara dipanaskan sehingga dapat subjektif si pengamat adalah yang
dijual kembali dan apabila Mie menentukan.
Basah sudah rusak maka mie tersebut Adapun metode-metode lain
di buang, serta ada beberapa kantin yang dapat digunakan dalam
yang melakukan penyimpanan mie pemeriksaan uji kandungan formalin
basah dengan cara pendinginan di yaitu metode Asam Kromatropat, Uji
dalam lemari es sehingga mie Basah Hehner-Fulton, Uji dengan Ferri
tersebut dapat bertahan, dan ini juga Klorida serta Uji dengan metode
dipengaruhi oleh letak penjualnya Spektrofometri (Cahyadi, 2009: 268-
yang berada di lingkungan kampus 269).
yang ramai sehingga Mie Basah
cepat habis terjual serta dipengaruhi Penelitian yang sama Hasilnya
juga oleh pengetahuan penjual Mie dimana semua sampel yang di Uji
Basah di lingkungan kampus UNG menunjukan Hasil Negatif tentang
yang mengetahui formalin dilarang kandungan Formalin pada makanan
penggunaannya sebagai bahan yang dilakukan oleh Rinda Indriya
Astuti yakni pada Tahu yang dijual digunakan pada makanan. Bahan
di pasar tradisional dan pasar modern pengawet pada dasarnya memang
Kota Semarang pada tahun 2006 oleh sangat dibutuhkan pada Makanan
mahasiswa FKM Undip. Pengujian khusunya Mie Basah yang memiliki
sampel tahu dilakukan di Kadar air yang cukup tinggi dengan
laboratorium kimia secara kualitatif tujuan untuk mencegah aktifitas
dimana Hasil pemeriksaan pada mikroorganisme sehingga Mie Basah
semua sampel tahu memberikan hasil dapat bertahan lama namun dengan
negatif yang menunjukkan bahwa demikian harus juga
tahu yang dijual di pasar tradisional dipertimbangkan keamanannya serta
dan pasar modern Kota Semarang pengaruhnya terhadap kesehatan
tidak mengandung formalin.Hal ini setiap orang yang menkonsumsinya.
dapat dipengaruhi oleh tahu yang
cepat habis terjual dan tingkat 3. SIMPULAN DAN SARAN
pengetahuan penjual mengenai 3.1 Simpulan
formalin yang masih rendah. Hasil pemeriksaan pada semua
sampel Mie Basah yang dijual di
Dan penelitian yang sama juga
lingkungan kampus Universitas
dilakukan oleh Pujita Hutabarat
Negeri Gorontalo memberikan hasil
yakni dilakukan di Pasar Tradisional
negatif yang menunjukkan bahwa
Medan pada tahun 2010, tentang
Mie Basah yang dijual di lingkungan
kandungan formalin pada mie basah,
Kampus Universitas Negeri
akan tetapi pada penelitian ini
Gorontalo tidak mengandung
ditemukan terdapat tiga sampel yang
formalin.
positif mengandung formalin dari
tujuh sampel yang diperiksa dan hal
itu dikarenakan penjual Mie basah di 3.2 Saran
Pasar Medan sudah ada yang 1) Kepada Dinas Kesehatan dan
menggunakan Formalin sebagai BPOM Kota Gorontalo agar
bahan tambahan pada Mie basah selalu dapat mengawasi makanan
dengan tujuan untuk mengawetkan. yang beredar di Provinsi
Mie Basah adalah makanan Gorontalo sehingga terjaga
yang memiliki kandungan air yang keamanan makanan, serta selalu
tinggi sehingga menyebabkan daya memberikan penyuluhan dan
simpan Mie Basah tidak lama penyebaran ilmu pengetahuan
sehingga tidak jarang penjual mengenai formalin dan bahayanya
menggunakan bahan kimia untuk kepada produsen, pedagang dan
menambah daya awet mie. Bahan masyarakat selaku konsumen.
yang digunakan kadang merupakan 2) Kepada masyarakat untuk tetap
bahan pengawet yang berbahaya bagi berhati-hati dalam mengkonsumsi
kesehatan, seperti formalin. Formalin mie basah karena mengingat
biasanya digunakan untuk kandungan formalin yang pernah
mengawetkan jasad makhluk hidup ditemukan di dalam mie siap saji
seperti Serangga yang disimpan di oleh BPOM Gorontalo.
dalam museum dan biasanya juga 3) Kepada Penjual Mie Basah agar
digunakan oleh para dokter untuk tidak menggunakan formalin
mengawetkan mayat, dan tidak untuk sebagai bahan tambahan pangan
karena berdampak negatif bagi Cahyadi, Wisnu. 2009. Bahan
kesehatan Tambahan Makanan. Jakarta :
Bumi Aksara.

DAFTAR PUSTAKA Chandra, Budiman. 2007. Pengantar


Kesehatan Lingkungan. Jakarta
Adams, M dan Motarjemi. 2004. : Buku Kedokteran EGC
Dasar-dasar Keamanan
Makanan Untuk Petugas Effendi, Supli. 2012. Teknologi
Kesehatan. Jakarta : Buku Pengolahan dan Pengawetan
Kedokteran EGC. Pangan. Bandung : Alfabeta.

Aminah, Siti dan Candra Himawan. Hutabarat, Pujita. 2010. Analisa


2009. Bahan-bahan Berbahaya Kandungan Formalin Pada Mi
Dalam Kehidupan. Bandung : Basah Serta Ciri-Ciri Fisik Mi
Salamadani. Basah Yang Positif
Mengandung Formalin Dan
Anwar, dkk. 2005. Sanitasi Makanan Yang Negatif Mengandung
dan Minuman Pada Institusi Formalin Di Pasar Tradisional
Pendidikan Tenaga Sanitasi. Medan. Jurnal Fakultas
Jakarta : Pusat Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Departemen (Online), Abstrak.
Kesehatan RI. (http://repository. usu.ac.id,
diakses 9 Maret 2013).
Arisman, MB. 2009. Keracunan
Makanan. Jakarta : Buku Karyantina, Merkuria dan Linda
Kedokteran EGC. Kurniawati. 2009. Temu Putih
(Curcuma Zedoaria) Sebagai
Astuti, Rinda Andriya. 2006. Studi Bahan Tambahan Pangan
Identifikasi Kandungan Pada Mie Basah. Jurnal
Formalin Dalam Tahu Di Fakultas Teknologi Pertanian
Pasar Tradisional Dan Pasar (Online), Volume 8 No. 1.
Modern Kota Semarang. Jurnal (http://repository.ipb. ac.id,
Fakultas Kesehatan diakses 9 Maret 2013) : 99-
Masyarakat (Online), Abstrak. 109.
(http://eprints.undip.ac.id,
diakses 9 Maret 2013). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor:
Buckle, dkk. 2007. Ilmu Pangan. 942/Menkes/ SK/VII/2003.
Jakarta : Universitas Indonesia Pedoman Persyaratan Hygiene
Press Sanitasi Makanan Jajanan
Menteri Kesehatan Republik
BPOM RI. 2008. Formalin. Jakarta : Indonesia. Jakarta :
Badan Pengawasan Obat dan Depertemen Kesehatan RI.
Makanan RI.
Koswara, Sutrisno. 2005. Teknologi Kesehatan dan Keolahragaan
Pengolahan Mie. Universitas Negeri Gorontalo.
http://www.scribd.com/
doc/33759979/Teknologi- Undang-Undang RI. 2012. Undang-
Pengolahan-Mie-Teori-Dan- Undang Pangan. Jakarta :
Praktek, diakses 9 Maret 2013. Sinar Grafika.

Kurniawari, Ika. 2008. Zat Aditif Wijaya, Desi. 2011. Waspada Zat
Makanan. Jakarta : CV Sinar Adatif dalam Makanan.
Cemerlang Abadi. Jogjakarta : Buku Biru.

Mulia, Ricki. 2005. Kesehatan


Lingkungan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.


Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta

Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor:
1096/Menkes/ Per/VI/2011.
Higiene Sanitasi Jasaboga.
Jakarta : Depertemen
Kesehatan RI

Sartono. 2001. Racun dan


Keracunan. Jakarta : Widya
Medika.

SNI. 1992. Mie Basah.


http://www.scribd.com/doc/90
118580/SNI-Mi-Basah-New,
diakses 9 Maret 2013.

Surasri, Siti. 1989. Prinsip Sanitasi


Makanan. Jakarta : Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.

Tim Penyusun Kesmas UNG. 2012.


Panduan Penulisan Skripsi.
Gorontalo : Jurusan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu

Anda mungkin juga menyukai