Adenoiditis
Disusun oleh
Manggala a. J510155049
Pembimbing:
RSUD SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
2015
1
DAFTAR ISI
Halaman
judul................1
Daftar
isi....................2
BAB I
PENDAHULUAN..................3
A. Latar belakang
masalah.....3
B. Tujuan penulisan
........4
C. Manfaat penulisan...
......4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......... . .
....5
DAFTAR PUSTAKA .
................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan terdapat
jaringan ikat serta kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil
faringeal (adenoid).Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid
pada dinding posterior nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam
cincin waldeyer. Secara fisiologi, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi pada
usia 3 tahun dan akan mengecil serta menghilang pada usia 14 tahun.
Masalah kesehatan dari penyakit telinga, hidung dan tenggorok terutama
pada tonsil dan adenoid termasuk penyakit yang paling banyak ditemukan pada
masyarakat. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran napas bagian atas
yang sering disertai dengan masalah pada telinga adalah jumlah terbesar dari
pasien yang datang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan terutama anak-
anak.
Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan
membunuh patogen asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi
karena terinfeksi bakteri ataupun virus dan menyebabkan adenoiditis.Penyebab
adenoiditis, hampir 50% disebabkan oleh bakteri streptococcus hemolitikus.
Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas atas maka terjadi
hipertrofi adenoid yang menyebabkan sumbatan di koana dan tuba
eustachius.Akibat sumbatan koana, pasien akan bernapas melalui mulut sehingga
terjadi fasies adenoid, faringitis dan bronkitis. Akibat sumbatan tuba eustachius
akan terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya menjadi otitis media supuratif
kronik. Oleh karena itu infeksi pada adenoid (adenoiditis) harus segera ditangani
agar tidak menimbulkan komplikasi ke jaringan atau organ lain disekitarnya.
3
B. Tujuan penelitian
Memahami adenoiditis secara menyeluruh yang meliputi
pemahaman yang lengkap mengenai defisisi, anatomi dan fisiologi,
patogenesis, patofisiologi, faktor resiko, klasifikasi, diagnosa, pemeriksaan
fisik dan penunjang, diagnosa banding, komplikasi dan penatalaksanaan
C. Manfaat penelitian
1. Diharapkan tinjauan pustaka ini dapat menambah wawasan tentang
adenoiditis, mulai dari definisi sampai pengobatan.
2. Sebagai referensi untuk dapat memberikan informasi tentang
adenoiditis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
(hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir(mucous blanket)
dan otot.
Mukosa
Mukosa faring bervariasi tergantung letaknya.Pada nasofaring mukosa
bersilia dengan epitel torak berlapis denga sel goblet karena berfungsi sebagai
saluran respirasi.Orofaring dan laringofaring berfungsi sebagai saluran cerna
terdiri dari epitel berlaping gepeng tanpa silia. Faring sering disebut daerah
pertahanan tubuh terdepan karena di sepanjang faring banyaj ditemukan sel
jaringan limfoid yang termasuk dalam system retikuloendotelial.
PalutLendir(Mucous Blanket)
Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas
silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir
berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang masuk
ke hidung.Palut lendir mengandung enzim lysozyme yang penting untuk proteksi.
Otot
Otot-otot faring tersusun secara sirkuler dan longitudinal.Otot-otot yang
sirkular terdiri dari m. konstriktor faring superior, media dan inferior.Otot
konstriktor berfungsi untuk mengecilkan lumen faring.Otot ini dipersarafi oleh
nervus vagus (n.X).
Otot-otot yang longitudinal terdiri dari m. stilofaring dan m.
palatofaring.Otot ini terletak di bagian dalam dari otot sirkular.M. stilofaring
berfungsi untuk melebarkan lumen faring dan menarik laring, sedangkan
m.palatofaring berfungsi sebagai elevator terutama saat menelan.M.stilofaring
dipersarafi oleh n.IX dan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X.
Pada paltum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan 1 dalam satu
fasia dari mukosa yaitu m.levator veli palatine, m.tensor veli palatini,
m.palatoglosus, m.palatofaring dan m.azigos uvula.
Aliran Darah, Persarafan dan Aliran Limfatik
Aliran darah faring berasal dari beberapa sumber dan tidak beraturan, yang
utama berasal dari a.karotis eksterna(cabang faring asendens dan cabang fausial)
serta cabang a.maksila interna yaitu cabang palatina superior.
6
Persarafan motorik dan sensorik faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif yang dibentuk oleh cabang faring dari n. vagus, cabang dari n.
glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut
motorik.
Aliran limfa dinding faring melalui 3 saluran, yakni superior, media dan
inferior.Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofiring dan
kelenjar getah bening servikal dalam atas.Saluran limfa media mengair ke kelenjar
getah bening jugulodigastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran
limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.
7
Tonsil
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang
terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan
tonsilpalatina.
A) Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
terletak di lateral orofaring diibatasioleh:
Anterior m. palatoglosus
Posterior m. palatofaringeus
8
Inferior tonsil lingual
Pendarahan
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah
beningservikal profunda ( deep jugular node) bagian superior di bawah
m.sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju
duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getahbening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.
Persarafan
9
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX
(n.glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatinenerves.
Imunologi Tonsil
Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu
epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat
germinal pada folikel ilmfoid. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang
diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel
limfosit T dengan antigen spesifik.
10
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring
terutama ditemukanpada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke
fosaRosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuranmaksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
C) Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata.
2.3`Fisiologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoepitel yang berperan penting sebagai
sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein asing yang masuk ke saluran
11
makanan atau masuk ke saluran nafas. Mekanisme pertahanan dapat bersifat
spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan epitel maka sel - sel
fagositik mononuklear yang akan mengenal dan mengeliminasi antigen.
12
Proses imunologi adenoid dimulai ketika bakter,virus atau antigen
makanan memasuki nasofaring mengenai epitel krpte yang merupakan
kompartemen adenoid sebagai barrier pertahanan pertama. Kemudian akan di
kenali secara selektif oleh makrofag, sel HLA, dan sel M dari tepi adenoid.
Kemudian dipresentasikan oleh sel T pada ekstrafolikuler dan oleh sel B pada
sentrum germinativum oleh follicular dendritic cells.
Interaksi antara sel T dengan antigen yang dipresentasikan oleh APC
bersama IL-1 mengakibatkan aktifasi sel T yang ditandai oleh pelepasan IL-2 dan
ekspresi reseptor IL-2. Antigen bersama-sama dengan sel Th dan IL-2,IL-4,IL-6
sebagai aktifator dan promotor bagi sel B untuk berkembang menjadi sel plasma.
Sel plasma pada zona ekstrafolikuler akan menghasilkan immunoglobulin (IgG
65%, IgA20%, sisanya IgM dan IgE) untuk memelihara flora normal dalam kripte
individu yang sehat.
13
didapatkan dari RSUPNCM pada tahun 2003 didapatkan 152 kasus dengan
tonsiloadenoidektomi.
14
akan terjadi otitis media akut berulang, otitis media kronik dan dapat terjadi otitis
media supuratif kronik. Pada adenoiditis dan tonsillitis kronis karena proses
radang yang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid berubah menjadi
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.
15
Pemeriksaan digital untuk meraba adanya adenoid. Pemeriksaan sampel dari swab
tenggorok untuk mengetahui bakteri atau mikroorganisme lain yang menginfeksi
adenoid. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui organisme tersebut ada di
darah. Pemeriksaan radiologic X-Ray dengan foto adenoid lateral untuk
mengetahui ukuran dan sudah meluas sampai ke jaringan atau organ mana infeksi
adenoidnya. Ct-scan.
2.12 Komplikasi
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerokan
adenoid kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan
dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan
rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan akan timbul tuli
konduktif.
Komplikasi yang dapat terjadi pada adenoiditis antara lain:
16
- Infeksi telinga Infeksi adenoid dapat berlanjut ke tuba eustachius
kemudian ke telinga tengah. Gejala adenoiditis meningkat karena tuba
terbuka dan infeksi mudah masuk ke telinga tengah dan bisa menyebabkan
gangguan pendengaran
- Sinusitis
- Infeksi di rongga dada pneumonia atau bronkitis, jika infeksi adenoid
yang disebabkan oleh virus atau bakteri bertambah berat. Infeksi bisa
menyebar ke paru, bronkiolus, dan sistemrespirasi lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
17
Akibat sumbatan koana, pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi
fasies adenoid, faringitis dan bronkitis. Akibat sumbatan tuba eustachius akan
terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya menjadi otitis media supuratif
kronik. Oleh karena itu infeksi pada adenoid(adenoiditis) harus segera ditangani
agar tidak menimbulkan komplikasi ke jaringan atau organ lain disekitarnya
Tatalaksana adenoiditis dapat dilakukan adenoidektomi apabila dengan
tatalaksana antibiotik profilaksis adekuat tidak ada perubahan, adenoiditis
berulang, obstruksi jalan napas yang menyebabkan sleep apnea, gangguan
menelan, gangguan berbicara, fasies adenoid dan didapatkan kecurigaan ke arah
neoplasma baik jinak ataupun ganas.
DAFTAR PUSTAKA
Garjito., tindakan bedah organ dan sistem organ kepala dan leher. Dalam :
buku ajar ilmu bedah edisi 2, oleh r sjamsuhidat, 368 jakarta : penerbit buku
kedokteran egc 2004
18
shnayder, yelizaveta., et al. Current diagnosis and treatment in
otolaryngology-head and neck surgery: management of adenotonsillar diasease.
New york university school of medicine departement of otolaryngology mc.
Graw hill. 2005. 340
Pr medika mentosa.
Jenis obat sprai
19