Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

Adenoiditis

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Stase Ilmu


THT Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh

Manggala a. J510155049

Taufik budiman j510155014

Pembimbing:

dr. Doni hartantom m. Kes Sp. THT


KEPANITERAAN KLINIK THT

RSUD SUKOHARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

1
DAFTAR ISI

Halaman
judul................1

Daftar
isi....................2

BAB I
PENDAHULUAN..................3

A. Latar belakang
masalah.....3
B. Tujuan penulisan
........4
C. Manfaat penulisan...
......4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......... . .
....5

A. Anatomi dan Fisiologi Faring .5


B. Anatomi Tonsil
......7
C. Fisiologi Tonsil
........12
D. Fisiologi Adenoid ......12
E. Definisi Adenoiditis ....13
F. Epidemiologi Adenoiditis ...14
G. Etiologi Adenoiditis . 14
H. Patofisiologi Adenoiditis ..14
I. Gejala dan Tanda Adenoiditis ............15
J. Diagnosis Adenoiditis ....16
K. Tatalaksana Adenoiditis...............................................16
L. Komplikasi.....................................................................17
BAB III KESIMPULAN.........................
............18

DAFTAR PUSTAKA .
................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan terdapat
jaringan ikat serta kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil
faringeal (adenoid).Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid
pada dinding posterior nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam
cincin waldeyer. Secara fisiologi, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi pada
usia 3 tahun dan akan mengecil serta menghilang pada usia 14 tahun.
Masalah kesehatan dari penyakit telinga, hidung dan tenggorok terutama
pada tonsil dan adenoid termasuk penyakit yang paling banyak ditemukan pada
masyarakat. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran napas bagian atas
yang sering disertai dengan masalah pada telinga adalah jumlah terbesar dari
pasien yang datang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan terutama anak-
anak.
Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan
membunuh patogen asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi
karena terinfeksi bakteri ataupun virus dan menyebabkan adenoiditis.Penyebab
adenoiditis, hampir 50% disebabkan oleh bakteri streptococcus hemolitikus.
Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas atas maka terjadi
hipertrofi adenoid yang menyebabkan sumbatan di koana dan tuba
eustachius.Akibat sumbatan koana, pasien akan bernapas melalui mulut sehingga
terjadi fasies adenoid, faringitis dan bronkitis. Akibat sumbatan tuba eustachius
akan terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya menjadi otitis media supuratif
kronik. Oleh karena itu infeksi pada adenoid (adenoiditis) harus segera ditangani
agar tidak menimbulkan komplikasi ke jaringan atau organ lain disekitarnya.

3
B. Tujuan penelitian
Memahami adenoiditis secara menyeluruh yang meliputi
pemahaman yang lengkap mengenai defisisi, anatomi dan fisiologi,
patogenesis, patofisiologi, faktor resiko, klasifikasi, diagnosa, pemeriksaan
fisik dan penunjang, diagnosa banding, komplikasi dan penatalaksanaan
C. Manfaat penelitian
1. Diharapkan tinjauan pustaka ini dapat menambah wawasan tentang
adenoiditis, mulai dari definisi sampai pengobatan.
2. Sebagai referensi untuk dapat memberikan informasi tentang
adenoiditis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,


yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah.Kantong ini mulai dari
dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6.
Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut melalui istmus orofaring, sedangkan dengan
laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus.Bagian atas, adenoid terletak pada mukosa atap nasofaring.
Disamping, muar tuba eustachius kartilaginosa terdapat di depan lekukan yang
disebut fosa Rossenmuller yang terletak di atas otot konstriktor faringis superior.
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa 14 cm. bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.Dinding faring dibentuk oleh
selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal.Faring terdiri dari nasofaring, orofaring dan laringofaring

5
(hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir(mucous blanket)
dan otot.

Mukosa
Mukosa faring bervariasi tergantung letaknya.Pada nasofaring mukosa
bersilia dengan epitel torak berlapis denga sel goblet karena berfungsi sebagai
saluran respirasi.Orofaring dan laringofaring berfungsi sebagai saluran cerna
terdiri dari epitel berlaping gepeng tanpa silia. Faring sering disebut daerah
pertahanan tubuh terdepan karena di sepanjang faring banyaj ditemukan sel
jaringan limfoid yang termasuk dalam system retikuloendotelial.
PalutLendir(Mucous Blanket)
Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas
silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir
berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang masuk
ke hidung.Palut lendir mengandung enzim lysozyme yang penting untuk proteksi.
Otot
Otot-otot faring tersusun secara sirkuler dan longitudinal.Otot-otot yang
sirkular terdiri dari m. konstriktor faring superior, media dan inferior.Otot
konstriktor berfungsi untuk mengecilkan lumen faring.Otot ini dipersarafi oleh
nervus vagus (n.X).
Otot-otot yang longitudinal terdiri dari m. stilofaring dan m.
palatofaring.Otot ini terletak di bagian dalam dari otot sirkular.M. stilofaring
berfungsi untuk melebarkan lumen faring dan menarik laring, sedangkan
m.palatofaring berfungsi sebagai elevator terutama saat menelan.M.stilofaring
dipersarafi oleh n.IX dan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X.
Pada paltum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan 1 dalam satu
fasia dari mukosa yaitu m.levator veli palatine, m.tensor veli palatini,
m.palatoglosus, m.palatofaring dan m.azigos uvula.
Aliran Darah, Persarafan dan Aliran Limfatik
Aliran darah faring berasal dari beberapa sumber dan tidak beraturan, yang
utama berasal dari a.karotis eksterna(cabang faring asendens dan cabang fausial)
serta cabang a.maksila interna yaitu cabang palatina superior.

6
Persarafan motorik dan sensorik faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif yang dibentuk oleh cabang faring dari n. vagus, cabang dari n.
glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut
motorik.
Aliran limfa dinding faring melalui 3 saluran, yakni superior, media dan
inferior.Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofiring dan
kelenjar getah bening servikal dalam atas.Saluran limfa media mengair ke kelenjar
getah bening jugulodigastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran
limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.

Berdasarkan letaknya faring dibagi atas:


1. Nasofaring
Batas nasofaring bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah
palatum mole, ke depan rongga hidung dan ke belakang adalah vertebra servikal.
Nasofaring berhubungan erat dengan adenoid, jaringan limfoid dan fossa
Rossenmuller, kantong rathke yang merupakan invaginasi hipofisis serebri, tonus
tubarius yang dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus, v.jugularis dan foramen laserum
dan muara tuba eustachius.
2. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batasnya adalah palatum mole,
batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan rongga mulut dan kebelakang
adalah vertebra servikal.
Struktur yang tedapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring,
tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil
lingua dan foramen sekum.

2.2 Anatomi Tonsil


Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior.Batas
lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas(upper pole)
terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supra tonsil. Fosa ini berisi
jaringan ikat jarag dan biasanya tempat nanah pecah keluar jika terjadi abses.Fosa
tonsil terdiri dari fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring.

7
Tonsil

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang
terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan
tonsilpalatina.

A) Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
terletak di lateral orofaring diibatasioleh:

Lateral m. konstriktor faring superior

Anterior m. palatoglosus

Posterior m. palatofaringeus

Superior palatum mole

8
Inferior tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang


jugamelapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah
jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam
stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan
bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh
sepanjang jalur pembuluh limfatik. Nodulisering saling menyatu dan umumnya
memperlihatkan pusat germinal.

Pendarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna,


yaitu 1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri
tonsilaris dan arteri palatina asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan
cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri
lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterioroleh arteri palatina
asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub
atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden.
Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan
pleksus faringeal.

Aliran getah bening

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah
beningservikal profunda ( deep jugular node) bagian superior di bawah
m.sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju
duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getahbening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.

Persarafan

9
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX
(n.glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatinenerves.

Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.


Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit
T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang Limfosit B
berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD),
komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan
tonsilar.

Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu
epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat
germinal pada folikel ilmfoid. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang
diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel
limfosit T dengan antigen spesifik.

B) Tonsil Faringeal (Adenoid)

10
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring
terutama ditemukanpada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke
fosaRosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuranmaksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.

C) Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata.

2.3`Fisiologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoepitel yang berperan penting sebagai
sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein asing yang masuk ke saluran

11
makanan atau masuk ke saluran nafas. Mekanisme pertahanan dapat bersifat
spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan epitel maka sel - sel
fagositik mononuklear yang akan mengenal dan mengeliminasi antigen.

Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap danmengumpulkan


bahan asing dengan efektif dan sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel
limfosit T dengan antigen spesifik.Tonsil merupakan jaringan kelenjar limfa yang
berbentuk oval yang terletak pada kedua sisi belakang tenggorokan. Dalam
keadaan normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi. Tonsil bertindak
seperti filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui
mulut dan sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi
antibodi untuk melawan infeksi. Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar
benda asing dan patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil
tidak mampu melindungi tubuh, maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi
infeksi. Aktivitas imunologi terbesar tonsil ditemukan pada usia 3 tahun.

2.4 Fisiologi Adenoid


Adenoid merupakan suatu bagian sistem kekebalan tubuh pada anak,
berfungsi untu menangkap penyebab infeksi berupa bakteri atau virus.Adenoid
memproduksi antibodi sebagai benteng yang melindungi tubuh dari penyakit
terutama yang berasal dari udara yang masuk melalui hidung.Adenoid terletak di
dinding belakang tengah nasofaring di sebelah kanan dan kirinya.Adenoid terus
membesar hingga anak berusia 3-4tahun. Setelah itu dia akan mengecil dan
akhirya hilang sama sekali ketika anak berusia 12-13tahun.
Adenoid akan membantu menjaga kesehatan tubuh dengan cara
menangkap bakteri dan virus berbahaya yang masuk melalui udara. Adenoid juga
mengandung sel-sel yang membuat antibodi untuk melawan infeksi. Tetapi peran
ini akan berkurang ketika anak tumbuh besar dan sudah membentukantibodi untuk
melawan penyakitnya.
Adenoid merupakan jaringan limfoid yang dalam keadaan normal
membantu system imunitas tetapi bila telah terjadi infeksi kronis maka akan
terjadi pengikisan dan fibrosis dari jaringan limfoid. Pada penyembuhannya
jaringan limfoid tersebut akan digantikan oleh jaringan parut.

12
Proses imunologi adenoid dimulai ketika bakter,virus atau antigen
makanan memasuki nasofaring mengenai epitel krpte yang merupakan
kompartemen adenoid sebagai barrier pertahanan pertama. Kemudian akan di
kenali secara selektif oleh makrofag, sel HLA, dan sel M dari tepi adenoid.
Kemudian dipresentasikan oleh sel T pada ekstrafolikuler dan oleh sel B pada
sentrum germinativum oleh follicular dendritic cells.
Interaksi antara sel T dengan antigen yang dipresentasikan oleh APC
bersama IL-1 mengakibatkan aktifasi sel T yang ditandai oleh pelepasan IL-2 dan
ekspresi reseptor IL-2. Antigen bersama-sama dengan sel Th dan IL-2,IL-4,IL-6
sebagai aktifator dan promotor bagi sel B untuk berkembang menjadi sel plasma.
Sel plasma pada zona ekstrafolikuler akan menghasilkan immunoglobulin (IgG
65%, IgA20%, sisanya IgM dan IgE) untuk memelihara flora normal dalam kripte
individu yang sehat.

2.5 Definisi Adenoiditis


Adenoiditis adalah peradangan yang terjadi pada adenoid.Peradangan
tersebut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus serta alergi. Peradangan
adenoid berhubungan juga pembengkakan pembesaran kelenjar limfa yang dapat
mempengaruhi pernapasan khususnya selama tidur.
Adenoiditis adalah gangguan yang ditandai dengan hidung tersumbat,
sekret hidung dan nyeri tenggorok.Kondisi ini disebabkan karena peradangan
pada adenoid, suatu jaringan yang dapat ditemukan di tenggorokan (faring) dan
dibelakang hidung.

2.6 Epidemiologi Adenoiditis


Radang kronik pada adenoid (tonsila faringeal) dan tonsil (tonsila palatina)
masih menjadi problem kesehatan dunia. Di Indonesia data nasional mengenai
jumlah operasi adenoidektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada.Data yang

13
didapatkan dari RSUPNCM pada tahun 2003 didapatkan 152 kasus dengan
tonsiloadenoidektomi.

Tonsilitis kronik pada anak hampir selalu terjadi bersama adenoiditis


kronik, karena adenoid dan tonsil merupakan jaringan limfoid yang saling
berhubungan membentuk suatu cincin yang dikenal dengan waldeyer ring.

Pembesaran adenoid meningkat secara cepat setelah lahir dan mencapai


ukuran maksimum pada saat usia 4 6 tahun kemudian menetap sampai usia 8 9
tahun dan setelah usia 14 tahun bertahap mengalami involusi / regresi.

2.7 Etiologi Adenoiditis


Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan
membunuh patogen asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi
karena terinfeksi bakteri ataupun virus dan menyebabkan adenoiditis.
Penyebab adenoiditis hampir 50% kasus disebabkan oleh infeksi bakteri
Streptococcus Hemolitikus.Beberapa jenis bakteri lain yang dapat ditemukan
adalah Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus influenza, bakteri anaerob
dan virus (Epstein-Barr Virus).

2.8 Patofisiologi Adenoiditis


Pada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sangat kecil.Pada anak
berusia 4 tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena adenoid merupakan
jaringan limfoid pertama di dalam tubuh yang memfagosit kuman-kuman
patogen.Hipertrofi adenoid merupakan respon terhadap kolonisasi dari flora
normal jaringan tersebut dan mikroorganisme patogen.Jika terjadi invasi bakteri
melalui hidung menuju nasofaring maka terjadi invasi system pertahanan berupa
sel-sel leukosit.Apabila sering terjadi invasi kuman maka adenoid semakin lama
semakin membesar sebagai kompensasi bagian atas maka dapat terjadi hipertrofi
dan hiperplasi adenoid.
Selain itu, bila sering terjadi infeksi saluran napas bagian atas maka dapat
terjadi hipertrofi adenoid. Akibat dari hipetrofi adenoid maka akan timbul
sumbatan koana dan sumbatan tuba eustachius. Akibat sumbatan tuba eustachius

14
akan terjadi otitis media akut berulang, otitis media kronik dan dapat terjadi otitis
media supuratif kronik. Pada adenoiditis dan tonsillitis kronis karena proses
radang yang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid berubah menjadi
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.

2.9 Gejala dan Tanda Adenoiditis


Adenoiditis Akut
Demam tinggi sampai kejang
Hidung tersumbat
Anak rewel
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan adanya oedem pada
adenoid disertai hiperemis dan terkadang tertutup sekret
Biasanya gejala terjadi bersama tonsillitis akut
Adenoiditis kronis
Nafsu makan menurun
Rinolalia oklusa
Facies adenoid
Pilek dan hidung tersumbat
Sakit kepala
Pendengaran berkurang
Hipertrofi adenoid dapat menimbulkan gangguan:
1. Obstruksi Cavum nasi
Hipertrofi adenoid dapat menyumbat parsial atau total respirasi hidung
sehingga terjadi suara ngorok, suara hiponasal dan membuat anak
bernapas dari mulut.
2. Facies Adenoid
Tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen), arkus faring
yang tinggi menyebabkan kesan wajah seperti orang yang bodoh.
Sering juga muncul pada anak-anak yang minum susu dengan
menghisap dari botol dalam jangka panjang.
3. Faringitis dan Eronchitis
4. Gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sehingga
menimbulkan sinusitis kronik.

2.10 Diagnosis Adenoiditis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinik, pemeriksaan
rhinoskopi anterior dengan melihat tertahannya gerakan velum palatum mole pada
waktu fonasi, pemeriksaan rhinoskopi posterior ( pada anak biasanya sulit).

15
Pemeriksaan digital untuk meraba adanya adenoid. Pemeriksaan sampel dari swab
tenggorok untuk mengetahui bakteri atau mikroorganisme lain yang menginfeksi
adenoid. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui organisme tersebut ada di
darah. Pemeriksaan radiologic X-Ray dengan foto adenoid lateral untuk
mengetahui ukuran dan sudah meluas sampai ke jaringan atau organ mana infeksi
adenoidnya. Ct-scan.

2.11 Tatalaksana Adenoiditis


Beberapa dokter menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi
adenoid.Penggunaan antibiotik sering memberikan keberhasilan pengobatan
terutama saat jaringan adenoid mengalami inflamasi.Terapi bedah merupakan
pilihan lain untuk penatalaksanaan adenoiditis. Terapi bedah digunakan jika:
- Tidak ada perbaikan dengan terapi antibiotik
- Infeksi adenoiditis berulang
- Curiga tumor atau keganasan pada tenggorokan dan leher
- Terdapat gangguan bernapas dan menelan
Indikasi Adenoidektomi, berdasarkan satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Obstruksi jalan napas bagian atas kronis dengan akibat gangguan tidur, kor
pulmonale atau sindrom apnea waktu tidur
2. Nasofaringitis purulent kronis walaupu penatalaksanaan medik adekuat
3. Adenoiditis kronis atau hipertrofi adenoid yang berhubungan dengan
produksi dan persistensi cairan telinga tengah (otitis media serosa atau
mukosa)
4. Otitis media supuratif akut rekuren yang tidak mempunyai respons
terhadap penatalaksanaan dengan antibiotik profilaksis
5. Kasus-kasus otitis media supuratif kronis tertentu pada anak-anak dengan
hipertrofi adenoid
6. Curiga keganasan nasofaring(dengan biopsi)

2.12 Komplikasi
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerokan
adenoid kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan
dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan
rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan akan timbul tuli
konduktif.
Komplikasi yang dapat terjadi pada adenoiditis antara lain:

16
- Infeksi telinga Infeksi adenoid dapat berlanjut ke tuba eustachius
kemudian ke telinga tengah. Gejala adenoiditis meningkat karena tuba
terbuka dan infeksi mudah masuk ke telinga tengah dan bisa menyebabkan
gangguan pendengaran
- Sinusitis
- Infeksi di rongga dada pneumonia atau bronkitis, jika infeksi adenoid
yang disebabkan oleh virus atau bakteri bertambah berat. Infeksi bisa
menyebar ke paru, bronkiolus, dan sistemrespirasi lainnya.

BAB III
KESIMPULAN

Adenoid merupakan suatu bagian sistem kekebalan tubuh pada anak,


berfungsi untu menangkap penyebab infeksi berupa bakteri atau virus.Adenoid
memproduksi antibodi sebagai benteng yang melindungi tubuh dari penyakit
terutama yang berasal dari udara yang masuk melalui hidung.Adenoid terletak di
dinding belakang tengah nasofaring di sebelah kanan dan kirinya.Adenoid terus
membesar hingga anak berusia 3-4tahun. Setelah itu dia akan mengecil dan
akhirya hilang sama sekali ketika anak berusia 12-13tahun.
Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan
membunuh patogen asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi
karena terinfeksi bakteri ataupun virus dan menyebabkan adenoiditis.Penyebab
adenoiditis, hampir 50% disebabkan oleh bakteri streptococcus hemolitikus.
Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas atas maka terjadi
hipertrofi adenoid yang menyebabkan sumbatan di koana dan tuba eustachius.

17
Akibat sumbatan koana, pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi
fasies adenoid, faringitis dan bronkitis. Akibat sumbatan tuba eustachius akan
terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya menjadi otitis media supuratif
kronik. Oleh karena itu infeksi pada adenoid(adenoiditis) harus segera ditangani
agar tidak menimbulkan komplikasi ke jaringan atau organ lain disekitarnya
Tatalaksana adenoiditis dapat dilakukan adenoidektomi apabila dengan
tatalaksana antibiotik profilaksis adekuat tidak ada perubahan, adenoiditis
berulang, obstruksi jalan napas yang menyebabkan sleep apnea, gangguan
menelan, gangguan berbicara, fasies adenoid dan didapatkan kecurigaan ke arah
neoplasma baik jinak ataupun ganas.

DAFTAR PUSTAKA

Rusmarjono., Efiati a., Faringitis, tonsilitis dan hipertrofi adenoid. Dalam :


Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher. Ed
7. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2012. 195-203

Garjito., tindakan bedah organ dan sistem organ kepala dan leher. Dalam :
buku ajar ilmu bedah edisi 2, oleh r sjamsuhidat, 368 jakarta : penerbit buku
kedokteran egc 2004

Adams., george l., penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring. In boies


buku ajar penyakit tht edisi 6, by lawrence rboies, peter a higler george l adams.
325-27. Jakarta : penerbit buku kedokteran egc 1994

Suseno., sigid., jurnal : hipertrofi adenoid. Semarang fakultas kedokteran


universitas diponerogo. 2012

18
shnayder, yelizaveta., et al. Current diagnosis and treatment in
otolaryngology-head and neck surgery: management of adenotonsillar diasease.
New york university school of medicine departement of otolaryngology mc.
Graw hill. 2005. 340

Pr medika mentosa.
Jenis obat sprai

19

Anda mungkin juga menyukai