seperti pneumonia.
Trus... kalau antidiare dan antimuntah? Hmmm.... saya tidak akan menyebut merek
dagangnya. Tapi menyebut isinya saja (coba Ibu-ibu, Bapak-bapak, dilihat obat mencretmuntah anaknya isinya apa).
Ada yang istilahnya adsorben, macamnya: kaolin-pektin, attapulgite, smectite, karbon,
dan kolestiramin. Obat-obat ini digunakan karena mampu mengikat dan menonaktifkan
racun (toksin) bakteri atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan diare, dan
kemampuannya untuk "melindungi" mukosa usus halus. Penelitian tidak menunjukkan
kegunaan obat jenis ini.
Obat antimuntah seperti chlorpromazine, metoclopramide, dan domperidone malah dapat
menimbulkan efek mengantuk, gangguan keseimbangan, dan berinteraksi secara kimiawi
dengan oralit. Muntah akan berhenti dengan sendirinya jika diare hilang.
Obat antimotilitas, misalnya: loperamide, hyoscine, dll diberikan untuk mengurangi gerakan
usus, sehingga tinja tidak cair, dan diare mereda. Padahal ini dapat menyebabkan ileus
paralitik (usus berhenti bergerak/berkontraksi sama sekali), dan berakibat mengancam nyawa
(kematian). Penyakit pun tidak bisa dikeluarkan jika usus tidak mau mengeluarkan.
Ada beberapa obat lain yang saya dapati dalam survei yang saya lakukan: ada nifuroxazide
(antibiotika), ini juga tidak perlu, dan ada juga antijamur. Padahal diare yang timbul akibat
jamur hanya pada anak dengan gangguan sistem daya tahan tubuh (HIV/AIDS, lupus, kanker,
terapi steroid jangka panjang).
Sudah cukup paham Bapak dan Ibu? Anak mencret dan muntah: jangan panik dulu, pikirkan
penyebabnya (kebanyakan makan sambel kali...), amati anaknya: ada dehidrasi/tidak. Masih
mau minum kan? Nggak terlalu lemes kan? Mau makan walau sedikit tapi sering kan? Masih
ada pipisnya kan? Masih mau netek kan? Berarti sekedar diare akut. Delapan puluh persen
akan sembuh sendiri.