Anda di halaman 1dari 2

Teologi Sabda

Oleh Karl Barth

Teologi Sabda (Word Theology)


Teologi sabda yang menggunakan eksgese pneumatik yang dikembangkan oleh Karl Barth
merupakan pendekatan studi Kitab Suci yang menerima "Sabda Allah" bukan sebagai kata-
kata yang mati seperti tercantum pada Kitab Suci namun adalah Allah yang hidup, yang
berbicara pada manusia di sini dan sekarang hic et nunc melalui kata-kata yang diinspirasi
dalam Kitab Suci. "Sabda Allah" bagi Karl Barth bukan sekedar teks, namun lebih dari itu.
Sabda Allah merupakan peristiwa perjumpaan dengan Allah. Gereja mendengar Allah
berbicara di masa lampau dalam buku-buku yang termasuk dalam Kanon Kitab Suci. Gereja
menantikan Allah untuk berbicara kembali lewat buku-buku tersebut di masa sekarang.
"Sabda Allah" memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan yang bisa diterima
seseorang secara personal. Pesan tersebut relevan tanpa dibatasi oleh waktu.
Bagi Barth, seorang exeget atau interpreter haruslah seorang yang percaya terhadap Sabda
Allah tersebut. Hubungan kedekatan dengan Allah merupakan esensi utama, melalui iman
memungkinkan seseorang untuk memahami pesan yang disampaikan dalam Kitab Suci dan
memahami Allah yang berbicara kepadanya. Roh Kudus tidak pernah berhenti menginspirasi,
tidak hanya kepada penulis Kitab Suci, tetapi juga pembaca yang membacanya dalam gereja
saat ini.
Karena semuanya berawal dari inisiatif Roh Kudus atau Allah sendiri, seseorang tidak bisa
menetapkan kondisi-kondisi atau metode-metode tertentu untuk mengalami perjumpaan
dengan Allah melalui Sabda.
Lebih lanjut oleh Barth, berdasarkan Kitab Suci, Pewahyuan diri Allah secara mendasar
terjadi melalui Yesus Kristus, Sang Sabda yang berinkarnasi. Melalui kejadian kehadiran
Kristus, Allah secara pribadi berjumpa dengan umat manusia. Teologi, dalam usahanya untuk
menjelaskan Allah yang berperan aktif, mendengarkan Allah yang melalui Kitab Suci
berbicara pada Gereja.
Teologi Sabda oleh Barth yang Protestan sejalanan dengan kecenderungan-kecenderungan
dalam teologi biblis dan exegesis spiritual yang Katolik. Perbedaannya terletak pada
pemisahan antara Sabda Allah dengan pengertian manusia, atau dalam bentuk lain antara
otoritas Kitab Suci dengan otoritas yang dimiliki Gereja. Yang bisa dikritisi dari pendekatan
ini adalah apakah Barth sendiri berhasil mencapai pemahaman menyeluruh akan Kitab Suci
tanpa adanya interpretasi dan pemahaman pribadi atau mungkin pengaruh tradisi dalam
memahaminya, bisa jadi justru bukan Allah yang berbicara melainkan pendapat pribadi
interpreter atau ekseget sendiri? Barth sendiri hanya memerintahkan untuk tetap
memperhatikan penuh Sabda Allah untuk menghindari pemaksaan kehendak pribadi supaya
ketepatan apa pesan sabda tersebut tidak hilang atau melenceng.
Poin utama yang bisa ditarik dari pendekatan ini adalah perhatian istimewa pada Sabda Allah
dan menghindari meletakkan makna-makna yang berasal dari pribadi pada Sabda Allah.
PendekatanygdimunculkanolehKarlBarth(eksegesepneumatik)ini
merupakanreaksiProtestanterhadappendekataneksegesespiritual.KalauBarth
bicaratentangSabdaAllah,iabermaksudbukansuatutulisanmatiKS,tetapi
Kristusyghidupkinidanygsekarangberbicarakepadakita.

SabdaAllahtheevent,suatuperistiwaketikapembacaKSberjumpa
denganAllah.Disini,GerejainginmendengarlagiAllahygbersabda.Maka,seorang
eksegetharuslahseorangygberiman!IamestipunyarelasiygkuatdenganAllah,
supayadapatmemahamipesanbiblisdantentangAllahsendiri.

MelaluiChristevent,seorangteolog(a)mendengarkanAllah,padasaat(b)
AllahberbicarakepadamanusiamelaluiKS.Ygdiperhatikanialah:polanaratifbiblis,
termasukkisahdanlegendaygdipandangmemediasisetiapperjumpaan.

BarthsebetulnyacocokdenganpendekatandantendensiKatolik,meskipun
tetapbersikukuhdalamhalmembedakanantara(1)sabdaAllah&pemahaman
manusia,(2)otoritasKS&otoritasGereja.

Kelebihan(+):perhatianpadakaraktersabdaAllahmenghindarkan
pemaknaankitasendiriatasnya.Kritik()atasBarthditujukanpadapraanggapan
filosofisnyasendiridantradisigerejanyasendiriterhadappenafsiranKS.

Anda mungkin juga menyukai