Anda di halaman 1dari 1

Ketika bermain bola bersama para frater, saya menjadi seorang keeper hampir di setiap

pertandingan. Awalnya menjadi seorang keeper bagi saya adalah keterpaksaan dan beban,
sehingga tidak ada ketulusan dan totalitas dalam menjaga gawang. Sebelumnya juga saya
menganggap lebih membanggakan bila bisa mencetak gol daripada hanya sekedar menjaga
gawang. Namun, setelah melalui berbagai proses, saya sadar ternyata pandangan saya selama ini
salah.

Lalu, saya mencoba membayangkan sebuah pertandingan sepakbola tanpa seorang penjaga
gawang. Tentu saja akan lebih mudah bagi para pemain lain untuk mencetak gol-gol, dan
pertandingan akan berlangsung tidak begitu seru. Kini saya sadar posisi seorang penjaga gawang
dalam sebuah pertandingan sepakbola sangat istimewa. Mengapa? Karena dalam setiap
permainan sepakbola hanya boleh ada seorang penjaga gawang saja, dan hanya ia yang boleh
bermain dengan menggunakan tangannya. Selain itu peran seorang penjaga gawang dalam
sebuah tim sepakbola sangat vital, ia adalah benteng terakhir dan tumpuan harapan tim dalam
menghalau setiap serangan lawan. Seorang penjaga gawang rela jatuh-bangun mati-matian untuk
mempertahankan gawangnya.

Lebih jauh lagi, saya merefleksikan menjadi seorang keeper itu adalah bagian dari pembelajaran
diri untuk menjadi lebih sadar, fokus, waspada, totalitas, rendah hati, dan mau berkorban. Itulah
sejatinya semangat seorang keeper. Dengan menjadi keeper saya juga belajar mengendalikan diri
dan memahami orang lain. Dalam konteks hidup panggilan, seorang calon imam harus tetap
menjaga kemurnian dan ketaatannya terhadap pimpinan, seperti seorang keeper menjaga gawang
dari serangan lawan dan loyal terhadap timnya. Pengalaman menemukan sapaan Allah juga
sering saya dapatkan ketika menjadi keeper, yakni ketika saya mulai ragu dan putus asa saat
tidak mampu menghadang bola, teman-teman frater tetap menyemangati saya dan meyakinkan
saya.

Dalam pergumulan hidup sehari-hari saya juga dapat belajar banyak dari seorang penjaga
gawang. Seperti seorang keeper yang mampu menangkap bola, lalu mengoper kepada pemain
lain agar nantinya pemain lain bisa menciptakan gol dan membawa tim menuju kemenangan.
Saya mau belajar agar mampu menangkap rahmat, kasih, kebaikan, dan kehendak Allah lalu
membagikannya kepada orang lain agar nantinya hal-hal tersebut menghasilkan buah berlimpah
bagi kemuliaan dan kemenangan Allah semata. Tentu saja hal itu sulit pada awalnya, tetapi
bukannya tidak mungkin untuk dilakukan. Melalui proses jatuh-bangun yang kadang seringkali
menyakitkan setiap orang harus mau bangkit dan mencoba lagi. Proses tersebut tentunya akan
lebih mendewasakan seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih baik dari
sebelumnya, seperti seorang keeper yang tetap setia menjaga gawangnya dan walau jatuh
berulangkali dan sudah kemasukkan banyak gol tetap mau bangkit untuk mempertahankan
gawangnya demi kemenangan timnya.

Anda mungkin juga menyukai