Anda di halaman 1dari 14

Notulensi Rapat

Temu Formatores Regio Jawa-Bali


Bogor, 4-6 Oktober 2011
Laporan Tahap II Perkembangan Tiap Seminari

1. Stella Maris, Bogor


Data Perkembangan Jumlah Seminaris

Pada tahun ini jumlah seminaris Stella Maris meningkat dibandingkan


dengan tahun ajaran lalu, bahkan sampai melebihi 100 orang. Seminaris di
Stella Maris kebanyakan berasal dari Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan
Bogor, dan Keuskupan Tanjung Karang.

Mengenai hal milenial dan urusan teknologi di Seminari Stella Maris jika
dilihat dari profilnya kebanyakan para seminarisnya yang mendaftar berasal
dari kelas ekonomi menengah ke bawah, bahkan banyak seminaris yang
sampai kelas 3 belum membayar biaya pendidikan, namun karena Stella Maris
memiliki motto crescat et floreat maka yang dilihat adalah aspek
perkembangan personal seminaris.

Seminari Stella Maris menerima seminaris dengan seleksi yang kurang


ketat namun melihat juga kesungguhan panggilan dan niat untuk menjadi
imam serta harus mencapai standar minimal. Yang terpenting dalam hal ini
adalah perkembangan panggilan selama proses formatio, sebab masalah
intelektual bisa dikembangkan selama proses tersebut, asalkan dijalankan
sesuai niat dan panggilan seminaris. Tetapi banyak persoalan ketika seminaris
yang diterima justru ada yang anak adopsi, berasal dari keluarga broken
home,dan memiliki orangtua yang telah bercerai. Kendalanya adalah ketika
orangtua tersebut kurang memperhatikan perkembangan anaknya di seminari
sehingga menghambat perkembangan panggilan seminaris menuju imamat
suci.

Permasalah berikutnya adalah biaya pendidikan bagi seminaris yang


kurang mampu. Seminari bekerja sama dengan pastor paroki asal senimaris
dan berusaha mencarikan orangtua asuh bagi mereka. Selain itu seminari juga
berusaha mencari dana lewat para donatur. Para pastor paroki dan Dewan
Paroki yang menitipkan seminaris serta para orangtua asuh juga senantiasa
diwajibkan untuk memperhatikan perkembangan seminaris.

Saat ini Seminari Stella Maris juga mulai menegakkan aturan dan lebih
disiplin. Bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi berupa mendapat surat
peringatan, skorsing, pemanggilan orangtua, dan bahkan jika pelanggarannya
berat dapat langsung dikeluarkan.
Tanggapan mengenai masalah tersebut :

Rm. Sarjo : Bagaimana proses dan prosedurnya sampai seminaris bisa


dikeluarkan? Bagaimana proses formatio di Stella Maris?

Rm. Iko : Jika melanggar aturan seminari untuk pertama kalinya


seminaris dipanggil dan diberi surat peringatan pertama. Jika sudah melanggar
untuk kedua kalinya seminaris dipulangkan dan dipanggil orangtuanya serta
mendapat surat peringatan kedua, dan jika tiga kali melanggar seminaris
dipanggil orangtuanya dan langsung dikeluarkan.

Lalu yang pertama tentang proses formatio yang dibahas adalah soal
akademis yaitu soal nilai. Seminari Stella Maris menggunakan sistem gugur
yaitu jika di SMA Budi Mulia seminaris dinyatakan tidak naik maka otomatis di
seminari juga dinyatakan tidak naik dan langsung dikeluarkan. Jika seminaris
dalam bidang studinya kurang tetapi memiliki kepribadian yang baik maka
seminaris bisa dipertahankan,namun bila seminaris baik dalam hal studi
namun kurang dalam hal etiket, tingkah laku dan spiritualitas maka seminaris
bisa saja dikeluarkan.

Sebagai peraturan baru, karena banyak seminaris yang tidak


melanjutkan ke seminari tinggi maka seminari membuat aturan bahwa
seminaris yang sudah kelas 3 diwajibkan membuat surat pernyataan diatas
materai tentang kelanjutannya ke tingkat akhir seminari menengah dan
diwajibkan menentukan tarekat atau diosesan tujuan. Jika seminaris tidak ingin
melanjutkan ke tingkat akhir seminari menengah maka ia harus keluar pada
saat itu. Tetapi jika ia ingin melanjutkannya hanya sampai kelas 3, maka
ijasahnya ditahan satu tahun oleh seminari.

2. Marianum, Probolinggo
Pokok-pokok refleksi Seminari Marianum antara lain; seminari
membutuhkan sistem pembinaan yang dinamis, seminari memerlukan ilmu
sosial dalam proses pembinaan, seminari harus meningkatkan budaya literer
pada seminaris dan melatih formator agar memiliki kemampuan berpikir
holistik.

Kondisi fisik Seminari Marianum saat ini antara lain; buku-buku di


perpustakaannya mulai lapuk dimakan rayap, maka untuk mengatasi hal
tersebut seminari merenovasi perpustakaan supaya rayap tidak naik ke atas.
Untuk pengembangan formator agar memiliki kemampuan berpikir holistik
dilakukan dengan mengirim Rm.Dwi untuk belajar di Girisonta.

Untuk jumlah seminaris yang masuk sendiri rata-rata dalam satu tahun
ada 10-15 orang. Tahun ini seminarisnya berjumlah 16 orang. Sampai Juni
2011 lulusan dan jebolan seminari ini berjumlah 859 siswa, belum termasuk
KPA. Profil lulusannya antara lain; ada yang menjadi uskup, lalu imam dan
tokoh awam lainnya. Prosentase lulusan yang menjadi imam sekitar 6%. Para
alumni umumnya merasa bangga pernah sekolah di marianum. Antusiasme
para alumni untuk mengadakan reuni dan refleksi bersama cukup besar dan
harapan mereka dari tahun ke tahun ingin agar Marianum semakin maju dan
bersinar.

Hal-hal pokok lainnya yang ditanamkan supaya seminaris memiliki bekal


di era globalisasi antara lain dengan menambah pengetahuan agar seminaris
mampu mengerti hal aktual. Lalu seminaris juga diberi keterampilan
humaniora supaya mereka terampil dan mampu berbuat nyata bagi
kehidupan bermasyarakat nantinya. Lalu seminaris ditanamkan juga
kebijaksanaan agar mengerti skala prioritas. Seminaris juga dibangun
karakternya agar mampu bekerjasama, tekun dihormati, dan dapat dipercaya.

Kesimpulan

Tidak mudah menyimpulkannya. Pada masa tertentu seminari seperti


berhenti di tempat, misalnya seperti tidak adanya perubahan fisik.Terkadang
seminari seperti berputar di tempat seolah tidak ada tujuan dan sudah merasa
puas dengan apa yang sudah ada. Ada saatnya juga seperti sedang
mengembara, misalnya ketika banyak muncul usaha-usaha pembaruan.
Banyak program yang dicanangkan untuk membaharui seminari tetapi sedikit
yang terlaksana.

Prioritas pengembangan Marianum saat ini antara lain dalam


pembangunan fisik, salah satunya dari renovasi fisik. Seminari telah
merenovasi perpustakaan, mengembangkan kelengkapan sarana-prasarana
seperti alat musik, fasilitas olahraga, dan media pembelajaran. Dalam
pendidikan ada terobosan baru seperti dari SMAK Mater Dei yang memberi
dukungan. Lalu seminari juga diberi kecakapan untuk mengelola waktu,
misalnya seusai sekolah para formator dan seminaris harus mengatur waktu
sefleksibel mungkin untuk belajar tentang hal-hal keseminarian diluar jam
sekolah. Seminari juga mulai membangun sistem pendidikan untuk pengayaan
seminaris demi kemajuan bersama.
Tanggapan

Rm Sarjo : Seminari mesti merekonstruksi seperti program yang


direncanakan,tidak hanya mengalir tetapi mesti ada kerangka yang jelas
seperti tentang pengembangan karakter,personalia. Lalu mesti ada kerangka
yang sistematik jika mengadakan pertemuan.

3. Wacana Bhakti, Jakarta


PERSONALIA

Staff SMWB

1. Pastor : 6 orang
2. Bruder : 2 orang
3. Suster : 2 orang
4. Frater : 2 orang +
Jumlah : 12 orang

Karyawan Unit
1. Rektorat : 5 orang
2. Musik/WBSO : 1 orang
3. Perpustakaan : 3 orang
4. Asrama/Refter : 2 orang
5. Dapur : 6 orang
6. Pengemudi : 1 orang
7. Wash : 2 orang
8. Bangunan : 3 orang
9. Taman : 3 orang
10. Satpam : 6 orang +
Jumlah : 32 orang

Guru / Tutor
1. Guru : 8 orang
2. Tutor : 17 orang +
Jumlah : 25 orang

Data Jumlah Seminaris

KPP : 17 orang
Kelas 1 : 18 orang
Kelas 2 : 20 orang
Kelas 3 : 17 orang
KPA : 2 orang +
Jumlah : 74 orang

KEGIATAN PENTING SEMINARI MENENGAH WACANA BHAKTI

1. Sekolah
1. SMA Gonzaga
2. Kelas Khusus SMWB
3. Kegiatan Kurikuler maupun ekstra kurikuler

2. Bakat Minat
1. Musik sebagai prioritas
2. Kegiatan Akademi untuk membentuk kebiasaan berpikir kritis
sistematik.
3. Olah Raga dan Beladiri

3. Pembinaan Rohani
1. Harian : Ibadat, misa, bacaan rohani.
2. Berkala : bimbingan, rekoleksi, retret

4. Kemasyarakatan
1. Live in di tengah keluarga sederhana
2. Kegiatan amal di kampung Pejaten Barat

5. Lingkungan Hidup
1. Amazon Pencinta Alam
2. Camping Ground Jambore

6. Kegiatan penting diagendakan dalam kalender sekolah dan


kalender seminari

KEGIATAN PASTORAL KEMASYARAKATAN


1.Hari Orang Tua Seminaris.
2.Misa bersama umat setempat dan umat internasional.
3.Fasilitas kelompok-kelompok apostolik.
4.Expo ke gereja-gereja dengan misa dan diiringi musik dari seminari.

PERAN ORANGTUA SEMINARIS


1. Membangun keluarga yang harmonis dan sejahtera, tempat
seminaris diberi bekal BALITA.
2. Dalam keluarga membentuk pola kebiasaan religius yang
mendukung panggilan.
3. Bertanggung jawab secara proporsional, hidup, studi dan masa
depan seminaris bersama Staf Seminari Menengah Wacana Bhakti.
4. Membentuk forum pertemuan antara orang tua seminaris lewat
HOTS dan GOTAUS.

FINANSIAL
1. Pada prinsipnya biaya Seminaris ditanggung orang tua masing-
masing.
2. Mengingat bahwa Seminari Wacana Bhakti menjadi milik
Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), maka kekurangan biaya
keseluruhan ditanggung oleh KAJ.
3. Ada Tim Finansial dari Seminari Menengah Wacana Bhakti Kolese
St. Aloysius Gonzaga, yang membantu pencarian dana dari Orang
Tua siswa.
4. Donatur regular yang diperoleh dari expo seminaris dengan misa
iringan musik seminaris.
5. Dalam kerjasama Seminari Menengah Wacana Bhakti dan Kolese
St. Aloysius Gonzaga, ada kesepakatan untuk kerja sama finansial
yang sifatnya proporsional dan komplementer.
6. Direncanakan mulai Tahun Ajaran 2012 2013 akan disediakan
beasiswa bagi siswa yang berprestasi.

KEUNGGULAN SEBAGAI TANTANGAN DAN PELUANG


1. Menyiapkan calon Imam yang sesuai kualifikasi cerdas, beriman
dan terlibat.
2. Promosi panggilan yang lebih komprehensif.
3. Seminaris di tengah kota metropolitan dengan konteks Jakarta.
4. Menyiapkan infrastruktur yang prima untuk asrama, pembinaan
kerohanian dan seminaris sebagai pelajar / siswa.
5. Menjaga dan Meningkatkan fasilitas studi dan bakat minat yang
sudah terlanjur mahal.
Permasalahan pokok seminari ini adalah bagaimana membuat seleksi
KPP yang mencapai imamat sekitar 25 orang, sedangkan dari KPA yang hanya
1 tahun saja yang jadi sekitar 20 orang. Seminaris yang berasal dari SMP biaya
pendidikan seminarinya sangat mahal dan yang jadi untuk masuk tarekat
ataupun diosesan pun sangat minim. Kebanyakan tarekat lebih mimilih
seminaris yang berasal dari KPA, bahkan memilih dari luar seminari, karena
tarekat sekarang sudah banyak yang memiliki postulat dan novisiat sendiri.
Saat ini seminari memikirkan bagaimana supaya pendampingan seminaris
tidak melelahkan, maka harus ada sesuatu yang dirubah. Dengan
memperhatikan pola pengembangan di seminari, saat ini KPA lebih prospek
untuk menjadi imam.

Kemudian masalah selanjutnya adalah sebagian besar berasal seminaris


berasal dari kelas menengah kebawah bahkan ada yang berada dibawah garis
kemiskinan. Sebagai contoh, ada anak kondektur yang sudah diterima di
seminari. Tetapi walaupun sudah diterima, orangtuanya tidak mempunyai
biaya sama sekali. Sehingga masalah pembiayaan dilakukan oleh parokinya.
Paroki bisa membantu sebesar 2 juta sebulan. Namun permasalahan
selanjutnya adalah mengenai perkembangan pribadi seminaris tersebut. Anak
tersebut menjadi merasa rendah diri dan minder karena merasa miskin
sehingga terjadi krisis identitas. Seminaris yang minder juga menjadi
terhambat dalam prestasi akademik dan intelegensinya. Yang menjadi
pemikiran bersama adalah bagaimana mengatasi tipe anak seperti agar
mampu menjadi imam yang bagus dari sisi kepribadian dan intelegensinya.

Tanggapan
Rm.Iko : Bagaimana penanganan KPA yang hanya dua orang?

Rm.Sarjo : Untuk pelajaran seminari dibuat seperti privat berdua.

Rm.Iko :Kalau pagi apakah sekolah formal? Apakah KPA


digabung?

Rm.Sarjo :Untuk kelas KPP tidakdigabung dengan sma. Karena mereka


belajar pelajaran khusus seminari dan juga beberapa melanjutkan pelajaran
smp. Kemudian untuk kelas 1-3 digabung dengan sma di Kolose Gonzaga.

Jika hanya ada 1 calon seminaris dari KPA biasanya akan ditolak atau
dititipkan ke Mertoyudan. Karena bila dibiarkan nantinya akan menghambat
perkembangannya.

4. St. Vinsensius a Paulo, Garum


DATA SISWA TAHUN AJARAN 2010/2011

Jumlah Jumlah
Kelas Pada Keluar Bulan Keluar Pada Keterangan
Awal Akhir
Tahun Tahun
Ajaran Ajaran

XA 15 1 September 14 Tidak kerasan,


2010 kemauan orang
tua

XB 15 - - 15 1 calon
mengulang dari
TA.2009/2010

XI IPA 12 - - 12

XI IPS 12 1 Januari 2011 11 Tidak ingin jadi


imam

XII IPA 11 - - 11 4 tidak ke kelas


IV

XII IPS 16 - - 16 1 tidak lanjut ke


kelas IV

KK 3 - - 3

IV 19 3 Oktober 2010 16 Ketiganya ragu-


ragu ketika
masuk kelas IV.
Jumla 103 5 98
h

Data formator seminari:

a. Romo-romo formator:
Pada awal tahun ajaran 2010-2011 RD. Stefanus Cahyono, mulai
menjabat sebagai rektor Seminari Garum bersama dengan 3 romo formator
yang lainnya, yaitu:
1. Rm. Triwardoyo, CM (Kepala sekolah),
2. Rm. Laurentius Rony, Pr ( Animator Domus/asrama)
3. Rm. Sebastianus Wawancara Buulolo, CM (Ekonom)
Kemudian, pada bulan Agustus ada kebijakan dari konggregasi misi(CM)
untuk menarik romo Triwardoyo,CM ke novisiat CM ke malang, menjadi romo
pendamping novis sekaligus menjalani persiapan untuk studi Kitab Suci di
Roma. Profinsial CM menjanjikan akan memberi penggantinya.
Oleh karena kebutuhan mendesak akan adanya pengajar bahasa Latin
maka Romo Kusdi, Pr diajukan untuk bisa ditugaskan di seminari Garum
sebagai pengajar bahasa latin, dan disetujui oleh bapak Uskup. Tidak lama
kemudian ada berita bahwa Rm. Iswandir CM akan ditugaskan ke Seminari
Garum sebagai pengganti dari Rm. Triwardoyo, CM.

Maka komposisi jabatan para romo yang berhasil disusun adalah sebagai
berikut:
1. Rm Rony Pr saya minta untuk menjadi kepala sekolah dengan
harapan bisa menemani para guru dengan karakternya yang
lembut dan sabar.
2. Romo Wawancara Buulolo, CM saya minta untuk menjadi
Animator domus karena sudah lebih lama mengenal para
seminaris.
3. Rm. Iswandir CM menjadi romo ekonom dengan pertimbangan
tipenya yang kelihatan tenang dan teliti, dan ternyata memang
benar-benar bisa menjalankan tugasnya dengan sangat baik.
4. Romo Kusdi, Pr fokus kepada mengajar bahasa latin untuk
beberapa kelas.
5. RD. Stefanus Cahyono menjadi rektor dan animator spiritual.

Selain para romo formator, juga ada dua frater yang menjalani tahun
pastoral, yairu Fr. Gregorius Kukuh, CM dan Fr. Paulus Febrianto, pr.
Kehadiran para frater sangat membantu dalam pendampingan para seminaris.

b. Para suster
Selama satu tahun ini, ada 4 suster Puteri kasih (PK) yang bertugas,
yaitu:
1. Sr. Imelda, PK (Sr. Abdi/pimpinan komunitas)
2. Sr. Yosepha, PK ( masa purna tugas)
3. Sr. Valentin, PK (bag. Dapur)
4. Sr. Yovita, PK ( bag. Kesehatan).
Kehadiran para suster Puteri Kasih sangat membantu kami dalam
pengelolaan seminari dan pendampingan para seminaris. Khususnya suster
bagian dapur yang sangat total dalam bekerja dan sangat perhatian kepada
para seminaris. Juga, suster bagian kesehatan yang sangat perhatian kepada
kesehatan para seminaris, serta menyayangi para seminaris seperti cucunya
sendiri. Keempat suster yang ditugaskan di seminari Garum adalah para suster
senior.

c. Para guru:
Pada awal tahun ajaran 2010-2011 seminari Garum memiliki 6 guru
tetap yayasan dan 2 pegawai tetap yayasan, yaitu:
1. Bp. Antonius Boyni, guru agama dan sosiologi
2. Bp. Aris Quinstranta, guru PPKN dan Sejarah
3. Bp. I.L. Parsudi, guru bahasa Indonesia
4. Ibu. Yohana Rosalina Nirmala, guru Biologi
5. Ibu Katarina Widanigsih, guru Ekonomi dan geografi
6. Bp. AMP. Nugroho, S, guru bahasa Inggris
7. Bp. H. pristiwanto, Tenaga Tata usaha
8. Bp. Iwan setiaji, Pesuruh
Selain guru tetap Yayasan, seminari juga memiliki 5 guru tidak tetap
yaitu :
1. Ibu Rochwandani Jatiningsih (guru fisika)
2. Ibu Yudith Siskaningtiyas(guru kimia).
3. Ibu Kartika Paramita Klara(guru Bp/konseling)
4. Bp. Andreas Setyo(guru TIK/tekhnisi computer)
5. Ibu Sisilia Wahyu(Pustakawan)

Di akhir tahun ajaran, untuk persiapan tahun ajaran baru(2011-2012),


saya menambah lagi 3 orang guru tidak tetap, (GTT full timer)yaitu:
1. Bp. Yosi Akrabia(guru matematika), yang sebelumnya menjadi
guru honorer
2. Bp. Stefanus Setyo Wibowo (guru agama). Diproyeksikan
sebagai pengganti Bp. Boyni yang setahun lagi akan pensiun.
3. Bp. Ade agung Pribadi (guru bahasa Inggrs). Penambahan guru
bahasa Inggris sangat penting karena melihat kenyataan bahwa, selama ini
guru bahasa Inggris yang ada merasa terlalu berat ketika harus mengajar
semua kelas.

Selain guru tidak tetap yang full time, seminari juga masih memiliki guru
tidak tetap part time(GTT part timer). Mereka adalah guru yang dipinjam dari
sekolah luar, untuk mengajar beberapa mata pelajaran. Total ada 8 guru tidak
tetap yang part time. Mereka berasal dari SMAK Diponegoro dan SMAN Garum,
yaitu:
1. Ibu Sri mahanani dari SMAN Garum(guru kimia), sudah
bertahun-tahun mengajar di seminiari.
2. Bp. Yosi Akrabia(guru matematika), akan menjadi guru GTT
seminari di Tahun ajaran baru.
3. Bp Eko Wijanarko dari SMAN Garum(guru olah raga), sudah
bertahun-tahun mengajar di seminari
4. Bp. Samsoeri dari SMPN I(guru seni musik), guru sangat senior,
alumni seminari garum
5. Bp. Y. Sudarto dari SMAK dari SMAK Diponegoro, (guru
matematika)
6. Ibu Sutarnik (guru les bahasa Inggris)
7. Bp. Andik (guru seni lukis)
8. Ibu Sunaryati (guru matematika)
9. Bp. Wandono (guru budaya Jawa merangkap sebagai guru
extrakurikuler karawitan)

Selain guru tetap dan tidak tetap baik yang full time maupun yang part
time, seminari juga memiliki 4 guru extra kurikuler, yaitu:
1. Bp. Wandono, guru karawitan
2. Bp. Harry, guru teater
3. Bp. Andre saktiono, guru Bina Musika
4. Ibu Nunik, guru seni tari
Kini seminari tengah mempersiapkan formator dari awal. Seminari mulai
membahas tim supervisi pembinaan awal di seminari menengah, formator
disini dituntut mesti sepenuh hati, intens, dan totalitas. Seminari juga
melibatkan orangtua dan pastor paroki dalam proses formatio.

Seminari telah merenovasi dan merelokasi perpusatakaan dan


menghabiskan 45 juta, seminari juga menambah guru matematika dan fisika
agar tidak kewalahan. Guru-guru banyak yang masih muda sehingga di
backup guru senior dari sma katolik sekitar. Tahun ini pengembangan seminari
difokuskan pada peningkatan fasilitas dan pembangunan sarana-prasarana.
Pelatihan formator masih berlangsung hingga saat ini. Persoalan yang datang
justru ketika membangun seminari secara fisik cukup mudah untuk mencari
dana dari umat karena umat mudah untuk dimintai bantuan dan dana, tetapi
membangun pribadi dan mentalitas sumber daya manusianya yang sangatlah
sulit dan memerlukan sinergi demi kemajuan semua lini sehingga hasilnya
positif.

Seminari ini juga mengalami masalah keuangan seperti di Bogor yaitu


masalah penunggakan pembayaran biaya pendidikan dan ada anak yang
berasal dari keluarga broken home sehingga menghambat perkembangannya
menjadi terhambat. Beberapa anak yang berasal dari kelarga menengah
banyak yang ingin cepat keluar untuk mebantu orangtua dengan bekerja dan
mencari uang. Untuk itu seminari mengadakan program live in agar seminaris
memiliki ketrampilan hidup. Wali kelas membuat klasifikasi tentang nilai 4s
yang dihayati dan dikronkitkan setiap minggu. Wali kelas mendampingi dan
mengadakan evaluasi setiap minggu. Setiap hari seminari juga mengadakan
evaluasi kinerja tapi khusus hari kamis tentang aplikasi dan penghayatan nilai
komunitas. Seminari juga mengadakan workshop untuk memperluas wawasan
seminaris.Mulai tahun ini juga ada kebiasaan doa pagi dan membaca kitab
suci serta refleksi untuk memperkaya iman dan untuk mengembangkan
kehidupan rohani seminaris.
Untuk mengukur kualitas seminari, dari pihak seminari bekerjasama
dengan menukar soal dengan dengan universitas-universitas di Surabaya,
membentuk litbang di sekolah dan tim pengembangan kurikulum untuk
menyoroti perkembangan siswa. Seminari juga mengadakan program
remediasi serta program pengayaan. Untuk masalah pembinaaan personal
seminari mengadakan rekoleksi dan retret. Saat ini seminari menjalankan
hubungan yang baik dengan pemerintah. Seminari juga membuat kerjasama
dengan Widya Mandala dan Universitas Malang untuk meningkatkan kinerja,
dan mendatangkan tim dari Quantum Genius untuk mengembangkan metode
pembelajaran di kelas.

5. Cadas Hikmat, Bandung

Tidak ada data pasti tentang seminari dan jumlah seminaris dari awal
periode sampai saat ini. Dari 2009 ada 2 orang ,2010 ada 1 orang , dan 2011
ada 1 orang, sehingga pada tahun ajaran ini jumlah seminarisnya sebanyak 3
orang. Mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu maka seminari
mendapat bantuan dari donatur. Paroki asal seminaris dan paroki lain juga
mau membantu masalah pebiayaan dan memperhatikan perkembangan
seminarisnya.

Permasalahan yang timbul saat ini adalah terjadinya komunikasi yang


kurang baik dan kurang sinergis antara pihak ordo yang mengelola dengan
keuskupan. Jika melihat perkembangan anak saat ini ada lompatan kualitas
yang terjadi setelah mereka masuk ke seminari dan bersekolah di SMA Santa
Maria 2, sebab ketika mereka sekolah di Santa Maria 1 mereka bersosialisasi
dengan siswa yang berasal dari kelas menengah keatas sehingga mereka
terpengaruh gaya hidup sekular, mengikuti gobalisasi, dan tidak ketinggalan
zaman. Seminaris juga diperbolehkan menggunakan fasilitas internet yang ada
namun dibatasi. Jika ada yang melanggar peraturan misalnya ada yang
membawa hp, mereka tidak dikeluarkan tetapi diberi pendampingan, dan
pengembalian motivasi awal.Mengenai masalah pendampingan oleh formator
lebih banyak pada pendampingan informal seperti lewat percakapan saat di
meja makan. Melihat lebih ke perkembangan manusianya,keuskupan masih
enggan belum ada kerjasama dengan pihak seminari /ordo. Hubungan
komunikasi dengan orangtua sudah berjalan.Kesimpulannya pihak seminari
masih menekankan hidup rohani, pendidikan dan kehidupan di masyarakat
agar menjadi imam yang berkualitas.

6. St. Petrus Kanisius, Mertoyudan


Data Jumlah Seminaris

KPP : 57 orang
Kelas 1 : 69 orang
Kelas 2 : 56 orang
Kelas 3 : 44 orang
KPA : 6 orang +
Jumlah : 252 orang

Usaha seminari untuk menindaklanjuti rekomendasi Blitar tentang pembinaan


formator antara lain; Uskup, provincial SJ dan Provinsial Suster CB telah bekerjasama
dengan baik selama ini. Pada tahun ini ter jadi beberapa imam mutasi. Selain itu
cukup banyak staff seminari Mertoyudan yang baru, baik frater toper atau imam baru.
Semua staf mempunyai perhatian terhadap proses formatio dan cukup pengalaman.
Staff baru bisa bekerjasama, berkomunikasi dengan baik, memberikan masukan-
masukan yang mengembangkan, serta mau belajar tradisi seminari. Kebetulan staff
baru adalah alumnus Seminari Mertoyudan sehingga bekal pengalamannya dirasa
cukup menjadi modal pendampingan dan relatif mudah mengikuti dinamaika dan
tradisi.
Formator zaman ini mempunyai tantangan yang cukup besar terutama
menyikapi dunia dan penanaman nilai-nilai imamat. Mertoyudan mencoba untuk setia
dengan tugas perutusan dan terutama mendengarkan pergulatan seminaris. Staff
kepamongan kerjasama dengan staff sekolah (guru dan karyawan) mencoba lebih
peka melihat perkembangan seminaris. Beberapa fenomena yang mencolok terjadi;
kopi bacaan dari film seronok, rambut gondrong, kurang berselera makan ala menu
seminari, dll. Menghadapi fenomena ini staff harus sabar (dowo ususe) mengurai
masalah dan mensikapi dengan baik.

Kerja sama orangtua, staff kepamongan dan wali kelas selama ini berjalan
dengan baik. Orangtua diajak kerjasama bukan hanya dalam pembiayaan. Bentuk
kerjasama lainnya: setiap minggu (minggu II) orangtua berkunjung dan berbincang-
bincang dengan pamong. Momentum 100 tahun Seminari Mertoyudan semakin
memacu orangtua berkunjung. Setiap tahun per angkatan mengadakan hari
orangtua. Saat HOT kepamongan menyampaikan visi pendampingan, situasi
perkembangan angkatan, RAPB pendampingan. Wali kelas diundang untuk
menyampaikan deskripsi situasi pendampingan kelas. Pada tahun ajaran 2011/2012
Seminari Mertoyudan merumuskan buku perwalian. Buku ini berisi usaha-usaha
pendampingan seminaris saat disekolah dan di asrama dengan melibatkan wali kelas,
guru, staff kepamongan, dan orangtua.

Kerjasama Seminari Mertoyudan dengan pastor paroki, pemimpin komunitas


religius, dan kepala sekolah berjalan cukup baik. Seminari Mertoyudanterus menerus
kerjasama dengan pastor paroki dalam bentuk: rekrutmen calon seminaris,
pendanaan seminaris, memfasilitasi live in misdinar dan mendanai, dan
pendampingan seminaris saat liburan. Kerjasama dengan komunitas religius sangat
tampak pada saat training for traines (TFT). Para Suter, Bruder, dan frater
mendampingi 300 remaja se-KAS di Mertoyudan. Selain itu Para suster dan bruder
kepala sekolah kooperatif untuk mengajak siswa-siswinya berkunjung ke Seminari
Mertoyudan. Hal ini sangat efektif untuk promosi panggilan dan rekrutmen seminaris.

Mengenai Informasi Situasi Aktual

Tahun ini Mertoyudan merayakan 100 tahun berdirinya seminari. Untuk


memeriahkan perayaan tersebut diadakan kegiatan refleksi panggilan dengan
mengumpulkan refleksi para alumni dan seminaris , bedah buku tentang pendidikan
calon imam di abad modern, serta lomba karikatur dan opini tingkat sekolah
menengah dan antar seminari menengah.

Promosi Panggilan Calon Imam

Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk promosi panggilan. Pastor paroki
selalu disapa agar menggerakkan dewan paroki untuk mendorong remaja-remaja
mengenal seminari. Seminari semakin terbuka bagi umat yang berkunjung. Kepala
sekolah disapa agar memberikan perhatian tentang pengenalan hidup seminari. Para
seminaris pun berkunjung ke sekolah-sekolah katolik dan ke paroki untuk promosi
panggilan. Komsos Keuskupan Agung Semarang disapa agar memfasilitasi seminari
untuk siaran mimbar agama Katolik di RRI atau stasiun radio swasta Katolik.

Usaha Pengembangan Persekolahan SMA Seminari Mertoyudan

a. Menciptakan situasi yang kondusif diatara para staff, guru, karyawan dan
seminaris. Tujuannya agar masing-masing menyadari perannya dan bisa
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Untuk kurikulum kelas KPP masih selalu mengalami perbaikan disesuaikan


dengan perkembangan dan situasi yang ada. Saat ini dalam proses
pembelajarannya juga dilakukan team teaching untuk beberapa mata
pelajaran. Dasarnya diadakan team teaching adalah kesadaran bahwa
kelas KPP merupakan kelas remidiasi, sehingga mapel yang dipelajari juga
disesuaikan dengan mapel SMP. Kemudian ada pula pelajaran 3S (Sanctitas,
Sanitas, dan Sciencia) diadakan karena melihat keprihatinan bahwa
seminaris dirasa masih belum mempunyai kecakapan hidup yang dapat
mereka selalu terapkan dalam hidup sehari-hari. Selain itu juga ada mapel
Metodologi Belajar yang mengajak siswa untuk menyadari gaya belajar
mereka agar mereka dapat memilih cara belajar yang terbaik.

c. SMA Seminari menerapkan 2 standar yaitu KKM (Kriteria Ketuntasan


Minimal) dan Passing Grade. KKM untuk masing-masing mapel berbeda
sedangkan untuk passing grade ditetapkan 65. KKM lebih diposisikan
sebagai target nilai, sedangkan untuk syarat kenaikan yang digunakan
adalah passing grade. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa input
Seminari Mertoyudan jika dilihat intelektualitasnya terjadi kesenjangan yang
cukup tinggi. Ada yang seminaris memiliki intelektualitas tinggi, namun ada
juga yang sungguh rendah. Karena syarat menjadi seminaris tidak hanya
daroi intelektualitas saja, namun juga dari sisi panggilan dan kepribadian.
Beberapa kasus yang ada, seminaris yang mempunyai intelektualitas
rendah, setelah mendapatkan pendampingan ternya juga mampu untuk
mengikuti pendidikan dengan hasil yang cukup baik.

d. Seminari juga selalu menjaga hubungan baik dengan Dinas Pendidikan.


Namun Seminari Mertoyudan tidak selalu mengikuti kebijakan yang
diberikan oleh dinas, untuk hal-hal tertentu Seminari Mertoyudan memiliki
kebebasan untuk melakukan sendiri misalnya untuk Tes Tengah Semester
dan Tes Akhir Semester dilakukan secara mandiri

e. Pada akhir presentasi Rm. Gandhi mengajak untuk Be Honest and More
Honest Man bagi para seminaris yaitu untuk menjadi pribadi yang lebih baik
dan lebih jujur dalam pilihan. Seminaris dididik agar mempunyai
kecondongan untuk memilih yang lebih baik. Menjadi lebih baik menjadi
pintu masuk menuju nilai-nilai lain. Kejujuran menjadi mahkota diri yang
selalu dikenakan dan mewarnai hati.

Anda mungkin juga menyukai