Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana


keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis.Ditandai dengan
kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta
sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi,
meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot
yang menghubungkan sendi.Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama
pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban dan
secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi oleh hambatan
gerak.1
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling sering menyerang
manusia dan dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua.Osteoartritis
lututmerupakan jenis penyakit sendi terbanyak dijumpai di seluruh dunia dan
penyebab nyeri serta kecacatan pada usia lanjut dibandingkan dengan penyakit
lain. Osteoartritis lutut lebih banyak pada wanita setelah usia 50 tahun.2
Pada penderita osteoartritis lutut datang dengan keluhan nyeri
hilangtimbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan
otot berkurang,tidak mampu untuk naik tangga, serta sulit jongkok. 3Jika proses ini
terjadi secara berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat sehingga
penderita akan mengalami gangguan aktifitas sehari-hari.4
Penyakit radang sendi ini mulai dikenal sejak abad ke-19, dan pada saat
itu dipandang sebagai akibat dari suatu proses aus karena dipakai selama hidup.
Menjelang abad ke-20, penyakit kelainan sendi adalah penyebab utama gangguan
muskuloskeletal di seluruh dunia, dan dianggap sebagai kecacatan yang kedua di
Amerika Serikat setelah penyakit jantung rematik.3
Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang
rehabilitasi medik pada osteoartritis genu bilateral.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Osteoartritis berasal dari kata yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi.Osteoartritis (OA) adalah
suatu kelainan sendi kronis (jangka lama) dimana terjadi proses pelemahandan
disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan
tulang rawanbaru pada sendi. Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif
pada sendi yang dapat mengenai satuatau lebih sendi. Setiap sendi memiliki resiko
untuk terserang OA. Daerah yang paling sering terserang OA yaitu lutut, panggul,
vertebra dan pergelangan kaki.3

B. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia, termasuk di Indonesia.Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada
penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales,
sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami gejala OA. Di Amerika, 1 dari 7
penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit
kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan
menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 15% orang.5
Prevalensi osteoartritis secara jelas meningkat sesuai dengan
pertambahan usia. Kondisi ini jarang ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda.Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kegemaran, ras, dan hereditas seluruhnya
bisa berperan dalam manifestasi klinis osteoartritis.2
Data di Indonesia yang didapat dari Malang dimana prevalensinya sekitar
10-13,5%, di pedesaan Jawa tengah prevalensi osteoartritis klinis sekitar 5,1%. Di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan 43,8% (1991-1994)
35% (2000) merupakan penderita osteoartritis.4 Sedangkan sesuai data di Rumah
Sakit Prof. DR. Kandou Manado menunjukkan bahwa penderita osteoarthritis
sebanyak 22 % (2010), 20 % (2011), 19 % (2012).

2
C. Etiologi
Etiologi pasti dari osteoartritis sampai saat ini tidak diketahui, akan tetapi
beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh:5,6
- Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50 tahun)
- Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan baik pada pria maupun wanita, dimana
osteoartritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca
menopause, sedangkan osteoartritis sekunder lebih banyak pada laki-laki.
- Ras
Lebih sering pada orang Asia khususnya China, Eropa, dan Amerika.
- Faktor Keturunan
- Faktor metabolik/endokrin
Pada penderita obesitas, hipertensi, hiperurisemia dan diabetes lebih
rentan.
- Trauma dan faktor okupasi

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu
bergerak.Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya
berjalan.5,6
Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang.Tempat
predileksi osteoartritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I,
apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi
tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya
sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan kemerahan.7,8

E. Patofisiologi
1. Tulang rawan sendi

3
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan oleh
gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan
metabolisme kondrosit.Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah,
tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan derajat agregasi proteoglikan
menurun.
Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.
Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
berproliferasi.Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, dan meningkatkan volume kartilago.Respon ini
dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk
menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan
tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan respon
kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun
diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan
kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.2

2. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subkondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan
sendi meliputi peningkatan densitas tulang subkondral, pembentukan
rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan miksoid,
fibrosa, atau kartilago.Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi
tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit
(crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subkondral, tapi
pada beberapa sendi rongga-rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subkondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
(denuded) dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan

4
tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
ketidakstabilan tungkai yang terlibat.2
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan
perubahan tulang rawan sendi serta tulang subkondral dan
metafiseal.Permukaan yang keras, fibrosa, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi.Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler).Tonjolan tulang intraartikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral.Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi.Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoartritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degenerasi
tulang rawan sendi dan remodelling tulang subkondral, termasuk
pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan
pembentukan sel tulang dan matriks kartilago.2
3. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari
sinovial, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat.Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan
sampai sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan
sendi.Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan
atrofi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi
dan kelemahan tungkai.2

F. Diagnosis

5
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala
yang sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.2 Gejala
utama adalah nyeri pada sendi yang terkena, terutama pada waktu bergerak.Awal
mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan
istirahat.Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin bertambah berat
sejalan dengan bertambanya rasa nyeri.Kaku pada pagi hari dapat timbul setelah
imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun
tidur. Krepitasi atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan
dari penderita osteoarttritis.6
Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara
lain:
1. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi
meniskus.Pada tes ini penderita berbaring terlentang.Dengan satu tangan
pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang
lutut.Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut.Tungkai bawah eksorotasi/
endorotasidan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi klek
atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian
posteriornya yang mungkin terobek.8

Gambar 1.Pemeriksaan McMurray

6
2. Anterior Drawer Test
Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum
lutut.Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45.Lutut
fleksi dan kedua kaki sejajar.Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas
maka akan terjadi gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa
kendor. Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari
normal, artinya tes drawer positif.8

Gambar 2.Anterior Drawer Test11

3. Posterior Drawer Test


Posterior Drawer Testsama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya
saja menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.8

Gambar3.Posterior Drawer Test11

7
4. Appley Compresion Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh
robeknya meniskus.Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai
bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit
pasien.Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi)
dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau
lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat
mungkin ada.8

5. Appley Distraction Test


Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada
persendian lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley
Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai
bawah keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi.Apabila pada distraksi eksorotasi
dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di
ligamen.8

(a) (b)
Gambar 4. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test11

8
Pemeriksaan penunjang:1,3,5
a. Pemeriksaan radiologi foto polos lutut

b. Pemeriksaan laboratorium darah

c. Analisa cairan sendi

Pemeriksaan Radiologis
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren
&Lawrence :
Derajat 0 : radiologi normal.
Derajat1 : penyempitan celah sendi meragukan.
Derajat2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
Derajat3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis
sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
Derajat4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata,
sklerosis yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut


idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:1

Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis


Nyeri lutut + minimal 5 Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3
dari 9 berikut : dari 3 berikut dari 6 berikut :
- umur > 50 tahun - umur > 50 tahun - umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit - stiffness < 30 menit - stiffness < 30 menit
- krepitasi - krepitasi + osteofit - krepitasi
- nyeri pada tulang - nyeri pada tulang
- pelebaran tulang - pelebaran tulang
-tidak hangat pada perabaan -tidak hangat pada
- LED < 40mm/jam
perabaan
- Rheumatoid factor <1:40
- Cairan sinovial : jernih,
viscous,leukosit<2000/mm
3

G. Rehabilitasi medik pada osteoartritis

9
Tujuan:5,9,10
1. Mengurangi nyeri dan spasme
2. Memperbaiki lingkup gerak sendi
3. Meningkatkan kekuatan otot
4. Memperbaiki fungsi
5. Meningkatkan kualitas hidup

Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarthtritis antara lain:


1. Fisioterapi9,10,12
a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah,mengurangi
peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendisehingga dapat
mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yangdikompreskan pada
sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupacryotherapy, kompres es dan
masase es.
b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis ataujaringan sub
kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat,paraffin bath)
Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapatmenembus sampai ke
jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,tulang, dansendi(Diatermi
gelombang mikro (MWD), Diatermigelombang pendek (SWD), Diatermi
gelombang suara ultra(USD).Pada kasus OA digunakan SWD (short wave
diathermi) danUSD (ultra sound diathermi).
c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakanmodalitas
yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui
peningkatan ambangrangsang nyeri.
d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan
membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehinggasendi
lebih mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantumengurangi
nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.
e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan
danmempertahankan pergerakan sendi, menguatkan otot,
meningkatkanketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang
menyeluruh.Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan
danrekreasi.

10
2. Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-
hari(AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita
bisa melakukan kembali kegiatan/perkerjaan normalnya.10,12

3. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi,mencegah dan


mengoreksi kecacatan,menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh
yang sakit. Pada penderita OAbiasa dilakukan rencana penggunaan knee
brace atau knee support.10

4. Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah sosial


yang berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam
keluarga maupun lingkungan masyarakat.12-14

BAB III
LAPORAN KASUS

11
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. OT
Umur : 63 Tahun
Alamat : Ranotana Weru Ling III
Pekerjaan : Pensiunan Perawat
Agama : Kristen
Suku : Minahasa
Tanggal Periksa : 11 April 1950

2. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pada lutut kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri lutut pada kiri dialami sejak + 6 bulan yang lalu, dan menghebat sejak 2
minggu yang lalu. Penderita sudah diberikan obat antinyeri oleh dokter
keluarga tetapi nyerinya hanya berkurang sedikit. Nyeri paling sering
dirasakan setelah berdiri dan duduk lama. Pasien merasa kaku pada waktu
pagi hari yang dirasakan selama kurang dari 15 menit. Nyeri juga dirasakan
penderita disaat naik dan turun tangga. Riwayat trauma disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu :


- hipertensi disangkal oleh penderita
- asam urat (+) 1 tahun yang lalu terkontrol dengan obat aluperinol
- penyakit jantung, , ginjal, dan penyakit gula disangkal oleh penderita.

Riwayat Keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Penderita tinggal dirumah permanen, 1 lantai, lantai ubin, 1 anak tangga ke
dapur, sumber penerangan dari Perusahaan Listrik Negara, sumber air dari
Perusahaan Air Minum, WC duduk dan jongkok. Penderita memiliki 3 orang
anak dan biaya pengobatan ditanggung pemerintah melalui askes.

Riwayat kebiasaan dan aktifitas :


Penderita merupakan pensiunan perawat. Saat ini penderita lebih banyak
menghabiskan waktu dengan cucu-cucu

Riwayat Psikologis :
Penderita merasa cemas dan terganggu dengan penyakit yang dialami.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang

12
Kesadaran : Compos Mentis GCS: E4M6V5
Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi: 22x/m
Nadi : 88x/menit Suhu : 36,50C
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 54 kg
Indeks massa tubuh : 24 kg/m2 (normal).
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik. Pupil bulat isokor 3 mm, refleks
cahaya kiri dan kanan ada, refleks cahaya
tidak langsung kiri dan kanan ada.
Leher : Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar
getah bening tidak ada.
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Cor/Pulmo: dalam batas normal.
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, bising usus (+) normal.

Status lokalis: Regio genu sinistra


Inspeksi : Deformitas (+)
Palpasi : Hangat (-), nyeri tekan (+)
Movement: Nyeri posisi flexi (+)

Visual Analog Scale:

16 Maret 2014

0 7 (sinistra) 10

Dextra Sinistra
ALL
TLL
Q angle 150 200

Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra

Dextra Sinistra Normal


Fleksi 0-1100 0-1100 1350
Ekstensi 0-00 0-200 00

13
Pemeriksaan Neuromuskular

Ekstremitas superior Ekstremitas inferior


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Refleks Fisiologis Normal Normal Normal Normal
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

TesProvokasi :

Jenis tes Dextra Sinistra


Anterior drawer - -
Posterior drawer - -
McMurray - -
Apley compression - -
Apley distraction - -

Hasil X-Foto genu dextra dan sinistra AP/lateral :

14
Kesan : Osteoartritis genu sinistra

Problem :

- Nyeri lutut (VAS Genu sinistra : 7)


- Keterbatasan LGS lutut
- Gangguan Aktivitas Kegiatan Sehari-hari (AKS), seperti berdiri, berjalan,
jongkok, naik-turun tangga.

Diagnosis klinis : Osteoartritis genu sinistra


Diagnosis etiologi : Degeneratif
Diagnosis topis : Genu bilateral
Diagnosis fungsional : Impairment : OA genu sinistra
Disability : Gangguan AKS (berdiri dan
berjalan), sulit jongkok
Handicap : (-)
Penatalaksanaan :
- Medikamentosa :
Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
- Non medikamentosa :
Rehabilitasi medik
Fisioterapi

15
- Evaluasi :
Nyeri lutut (VAS genu sinistra 7)
gangguan AKS (berdiri, berjalan, dan jongkok)
- Program:
CryotherapyAlat rusak diganti dengan kompres es di
rumah
Latihan isometrik untuk ekstremitas inferior sinistra
Setelah fase akut terlewati,diberikan latihan penguatan
m.quadriceps bertahap dengan sepeda statis.
Kompres es + 15-30 menit selama 3 hari, 2-3x/hari

Okupasi terapi
- Evaluasi :
Nyeri lutut (VAS genu sinistra 7)
gangguan AKS (berdiri, berjalan, dan jongkok)
Program:
latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari dengan prinsip mengurangi beban pada sendi
lutut (joint protection).

Ortotik Prostetik
- Evaluasi :
nyeri lutut (VAS genu sinistra 7)
gangguan AKS (berdiri, berjalan, dan jongkok)
- Program:
rencana penggunaan knee brace untuk genu sinistra
Psikolog
- Evaluasi : penderita merasa cemas dengan sakitnya.
- Program: memberi dukungan kepada penderita agar rajin
berlatih di rumah dan kontrol secara teratur, memberi dukungan
mental kepada penderita dan keluarga agar tidak cemas dengan
penyakit yang dideritanya.
Sosial medik
- Evaluasi: Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan
ditanggung oleh pemerintah menggunakan askes
- Program: Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga
mengenai penyakit penderita dan memberikan dukungan agar
penderita rajin melakukan terapi dan home program.
Home program atau edukasi

16
- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti
naik turun tangga, berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang
lama.
- Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan ditekuk).
- Kompres dengan es pada lutut atau daerah yang bengkak
- Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungtionam : Dubia
Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam

Daftar Pustaka

1. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif.


SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK
UNAIR. PKBRehabilitasi Medik, Surabaya: 2005.
2. Brandt KD, Doherty M, Lohmander LS. Osteoarthritis. 2 ed. Oxford
University Press. New York: 2003;299-308.

17
3. Garison SJ. Osteoartritis. Dalam : Wijaya AC, alih bahasa. Dasar-Dasar
Terapi dan Rehabilitasi Fisik.Jakarta : Hipokrates, 1996;70-2.
4. Broto R. Manfaat Glukosamin dan Kondroitin Sulfate untuk
terapiOsteoartritis. Dalam: Setyohadi B, Kasjmir YI, editor. Naskah
lengkap TemuIlmiah Reumatologi. Jakarta: 2002.
5. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar
IlmuBedah Ortopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue; 197-235
6. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar
Operasional Prosedur .DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18
7. Anonymous.Osteoartritis. [Online]. 2004 [cited 2013 November 25];
Availablefrom:www.arthritis.com/types%of%20arthritis/osteoartritis.
8. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrisons
manual of medicine 15 thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
9. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan Ilmiah
Tahunan PERDOSRI 2002. Bidang Pendidikan da LAtihan Pengurus
BesarPERDOSRI. Jakarta, 2002;53-63.
10. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik
padaTatalaksana Osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran
EthicalDigest. Februari 2006;46-54.
11. Pain exercises. Knee Pain Exercise. (online). Available
from:http//Painexercise.net
12. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran.
Jakarta:Media Aesculapius FKUI, 1999;525-6 .
13. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,
2nd edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
14. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT
Manado: 2010.

18

Anda mungkin juga menyukai