PENDAHULUAN
Penyakit radang sendi ini mulai dikenal sejak abad ke-19, dan pada saat
itu dipandang sebagai akibat dari suatu proses aus karena dipakai selama hidup.
Menjelang abad ke-20, penyakit kelainan sendi adalah penyebab utama gangguan
muskuloskeletal di seluruh dunia, dan dianggap sebagai kecacatan yang kedua di
Amerika Serikat setelah penyakit jantung rematik.4
1
berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat sehingga penderita akan
mengalami gangguan aktifitas sehari-hari.6
Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang
rehabilitasi medik pada osteoartritis genu bilateral.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoartritis berasal dari kata yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi.4 Definisi osteoarthritis
menurut American Rheumatism Association (ARA) adalah sekelompok kondisi
heterogen yang menyebabkan timbulnya gejala dan tanda pada lutut yang
berhubungan dengan defek integritas kartilgo, dan perubahan pada tulang di
bawahnya dan pada batas sendi.5 Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi
degeneratif pada kartilago sendi dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi,
seperti pembentukan osteofit, perubahan tulang subkondral, perubahan sumsum
tulang, reaksi fibrous pada sinovium, dan penebalan kapsul sendi. Sendi yang bisa
terkena OA adalah sendi-sendi benar (true joint atau diarthrosis), yaitu sendi-
sendi yang mempunyai kapsul sendi, membran sinovialis, cairan sinovialis, dan
kartilago sendi.7 Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan sendi kronis (jangka
lama) dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi
yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi.
Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai
satu atau lebih sendi. Daerah yang paling sering terserang OA yaitu lutut, panggul,
vertebra dan pergelangan kaki.3
B. Epidemiologi
3
Prevalensi osteoartritis secara jelas meningkat sesuai dengan
pertambahan usia. Kondisi ini jarang ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda.Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kegemaran, ras, dan hereditas seluruhnya
bisa berperan dalam manifestasi klinis osteoartritis.5
C. Etiologi
Etiologi pasti dari osteoarthritis sampai saat ini tidak diketahui, akan tetapi
beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoarthritis dipengaruhi oleh:8,9
- Umur
- Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan baik pada pria maupun wanita, dimana osteoatritis
primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca menopause, sedangkan
osteoarthritis sekunder lebih banyak pada laki-laki
- Ras
- Faktor Keturunan
- Faktor metabolik/endokrin
4
- Trauma dan faktor okupasi
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu
bergerak.Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya
berjalan.8,9
E. Patofisiologi
1. Tulang rawan sendi
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan oleh
gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan
metabolisme kondrosit.Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah,
tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan derajat agregasi proteoglikan
menurun.
Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.
Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
berproliferasi.Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, dan meningkatkan volume kartilago.Respon ini
dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk
menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan
tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan respon
kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun
5
diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan
kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.5
2. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subkondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan
sendi meliputi peningkatan densitas tulang subkondral, pembentukan
rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan miksoid,
fibrosa, atau kartilago.Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi
tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit
(crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subkondral, tapi
pada beberapa sendi rongga-rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subkondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
(denuded) dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan
tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
ketidakstabilan tungkai yang terlibat.5
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan
perubahan tulang rawan sendi serta tulang subkondral dan
metafiseal.Permukaan yang keras, fibrosa, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi.Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler).Tonjolan tulang intraartikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral.Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi.Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoartritis biasanya
6
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degenerasi
tulang rawan sendi dan remodelling tulang subkondral, termasuk
pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan
pembentukan sel tulang dan matriks kartilago.5
3. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari
sinovial, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat.Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan
sampai sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan
sendi.Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan
atrofi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi
dan kelemahan tungkai.5
F. Diagnosis
7
Kekakuan sendi (stiffness), sering timbul pagi hari, dan keluhan dapat
hilang dalam 15 menit. Kekakuan dapat berubah permanen, yang diduga
disebabkan oleh karena terjadinya kerusakan permukaan sendi dan fibrosis kapsul.
Edema persendian dapat berasal dari efusi cairan sinovial serta dapat disertai
dengan eritema ringan.3,12
1. Tes McMurray
8
2. Anterior Drawer Test
9
4. Appley Compresion Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh
robeknya meniskus.Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai
bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit
pasien.Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi)
dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau
lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat
mungkin ada.11
Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada
persendian lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley
Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai
bawah keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi.Apabila pada distraksi eksorotasi
dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di
ligamen.11
(a) (b)
10
Pemeriksaan penunjang:3,4,8
Pemeriksaan Radiologis
Nyeri lutut + minimal 5 dari Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3
9 berikut : dari 3 berikut dari 6 berikut :
11
- krepitasi - krepitasi + osteofit - krepitasi
Tujuan:8,12,13
1. Fisioterapi12-14
a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah,mengurangi
peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendisehingga dapat
mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yangdikompreskan pada
sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupacryotherapy, kompres es dan
masase es.
b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis ataujaringan
sub kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat,paraffin bath)
Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapatmenembus sampai ke
12
jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,tulang, dansendi(Diatermi
gelombang mikro (MWD), Diatermigelombang pendek (SWD), Diatermi
gelombang suara ultra(USD).Pada kasus OA digunakan SWD (short wave
diathermi) danUSD (ultra sound diathermi).
c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakanmodalitas
yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui
peningkatan ambangrangsang nyeri.
d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan
membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehinggasendi
lebih mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantumengurangi
nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.
e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan
danmempertahankan pergerakan sendi, menguatkan otot,
meningkatkanketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang
menyeluruh.Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan
danrekreasi.
2. Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-
hari(AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita
bisa melakukan kembali kegiatan/perkerjaan normalnya.13,14
3. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi,mencegah dan
mengoreksi kecacatan,menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh
yang sakit. Pada penderita OAbiasa dilakukan rencana penggunaan knee brace
atau knee support.13
4. Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah sosial
yang berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam
keluarga maupun lingkungan masyarakat.14-16
13
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. MR
Umur : 59 Tahun
Alamat : Ranomut Lingkungan II
Pekerjaan : Buruh
Agama : KristenProtestan
Suku : Minahasa
Tanggal Periksa : 18 Maret 2014
2. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pada lutut kanan dan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri lutut dialami sejak + 6 bulan yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul
seperti ditusuk-tusuk, nyeri hanya dirasakan pada lutut. Nyeri awalnya hanya
dirasakan pada lutut kiri, tetapi + 3 bulan yang lalu nyeri juga mulai dirasakan
pada lutut kanan. Selama ini penderita hanya meminum obat penghilang nyeri,
yaitu mefinal. Sejak + 1 minggu yang lalu nyeri dirasakan makin hebat,
terutama saat penderita beraktivitas seperti naik turun tangga atau merubah
posisi dari duduk ke berdiri, dan berkurang saat penderita beristirahat.
Terdapat bengkak dan kemerahan pada lutut. Pada pagi hari penderita merasa
lututnya kaku selama + 15 menit, dan menghilang setelah berusaha
digerakkan. Saat penderita berjalan, kadang-kadang terdengar suara klek
dari lutut penderita. Penderita pernah berobat ke dokter umum dan diberi obat
penghilang nyeri, tetapi karena tidak ada perubahan penderita memutuskan
datang berobat ke RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. BAB/BAK normal.
14
Riwayat penyakit dahulu :
- Asam urat + 2 tahun dan minum obat teratur. Penderita meminum obat
alopurinol.
Riwayat Keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat Psikologis :
Penderita merasa cemas dan terganggu dengan penyakit yang dialami.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis GCS: E4M6V5
Tekanan darah : 130/80 mmHg Respirasi: 20x/m
Nadi : 84x/menit Suhu : 36,30C
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 85 kg
Indeks massa tubuh : 29,41kg/m2 (Obesitas tingkat 1).
Kepala : Normocephal
15
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik. Pupil bulat isokor 3 mm, refleks
cahaya kiri dan kanan ada, refleks cahaya
tidak langsung kiri dan kanan ada.
Leher : Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar
getah bening tidak ada.
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Cor/Pulmo: dalam batas normal.
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, bising usus (+) normal.
5 5
L2 ( Hip Flexor)
5 5
L3 ( knee Extensor)
5 5
L4 (Ankle Dorsoflexor)
5 5
L5 ( Long Toe Extensor)
5 5
S1 (Plantarflexor Ankle)
16
Visual Analog Scale:
18-3-2014
0 5(sinistra et dextra) 10
Dextra Sinistra
87 87
ALL
81 81
TLL
13 13
Q Angle
Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra
Dextra Sinistra Normal
17
Normal Normal Normal Normal
Tonus otot
Normal Normal Normal Normal
Refleks Fisiologis
Negatif Negatif Negatif Negatif
Refleks Patologis
Normal Normal Normal Normal
Sensibilitas
TesProvokasi :
Jenis tes Dextra Sinistra
- -
Anterior drawer
- -
Posterior drawer
- -
McMurray
- -
Apley compression
- -
Apley distraction
18
Kesan: Osteoartritis genu bilateral
RESUME
Seorang pria 59 tahun datang dengan keluhan utama nyeri pada kedua lutut
sejak 6 bulan yang lalu dan makin menghebat sejak + 1 minggu yang lalu.
Rasa kaku pada pagi hari (+) dan nyeri saat beraktivitas seperti naik turun
tangga, berjalan jauh, serta perubahan posisi dari duduk ke berdiri. Bengkak
(+), kemerahan (+), rasa hangat pada lutut (+). Riwayat asam urat (+) sejak 2
tahun lalu. Gambaran X Foto genu memberi kesan osteoarthritis genu
bilateral.
Diagnosis klinis : Osteoartritis genu bilateral akut
Diagnosis etiologi : Degeneratif + obesitas
Diagnosis topis : Subkhondral genu bilateral
Diagnosis fungsional : Impairment : OA genu bilateral
Disability : Keterbatasan LGS,
gangguan AKS toileting, dressing,
gangguan ambulasi
Handicap : (-)
Problem :
Penatalaksanaan :
- Medikamentosa :
Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
- Non medikamentosa :
Rehabilitasi medik
19
Fisioterapi
- Evaluasi :
Nyeri genu sinistra (VAS 5)
Nyeri genu dextra (VAS 5)
Keterbatasan LGS regio genu bilateral
Gangguan AKS toileting, dressing, naik turun tangga
Gangguan ambulasi
- Program:
Kompres dingin pada region genu dextra dan sinistra
Latihan isometric pada muskulus quadriceps femoris dan
muskulus hamstring dextra dan sinistra
Rencana latihan sepeda statis jika nyeri dan bengkak sudah
menghilang
Okupasi terapi
- Evaluasi :
Nyeri genu sinistra (VAS 5)
Nyeri genu dextra (VAS 5)
Keterbatasan LGS regio genu bilateral
Gangguan AKS toileting, dressing, naik turun tangga
Gangguan ambulasi
- Program:
Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari dengan prinsip mengurangi beban pada sendi
lutut (joint protection).
Ortotik Prostetik
- Evaluasi :
Nyeri genu sinistra (VAS 5)
Nyeri genu dextra (VAS 5)
Keterbatasan LGS regio genu bilateral
gangguan AKS toileting, dressing, naik turun tangga
gangguan ambulasi
- Program:
20
Untuk sementara belum diperlukan
Psikolog
- Evaluasi : penderita merasa cemas dengan sakitnya.
- Program: memberi dukungan kepada penderita agar rajin
berlatih di rumah dan kontrol secara teratur, memberi dukungan
mental kepada penderita dan keluarga agar tidak cemas dengan
penyakit yang dideritanya.
Sosial medik
- Evaluasi: Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan
ditanggung oleh pemerintah menggunakan jaminan kesehatan
masyarakat
- Program: mengevaluasi faktor-faktor risiko keadaaan di
lingkungan rumah, dan modifikasi WC penderita.
Home program / edukasi
- Mengurangi berat badan
- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti
naik turun tangga, berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang
lama.
- Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin.
4. ANJURAN
5. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad Bonam
Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Deyle GD, Allison SC, Matekel RL, et al. Physical therapy treatment
effectiveness for osteoarthritis of the knee: A randomized comparison of
supervised clinical exercise and manual therapy procedures versus a home
exercise program. Phys Ther. 2005;85:1301-17.
2. Lozada CJ, Diamond HS. Osteoarthritis. [Online]. 2014 [cited 2014 March
19]; Available from http://emedicine.medscape.com/article/330487
3. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif.
SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK
UNAIR. PKBRehabilitasi Medik, Surabaya: 2005.
4. Garison SJ. Osteoartritis. Dalam : Wijaya AC, alih bahasa. Dasar-Dasar
Terapi dan Rehabilitasi Fisik.Jakarta : Hipokrates, 1996;70-2.
5. Brandt KD, Doherty M, Lohmander LS. Osteoartritis. 2nd ed. Oxford
University Press. New York: 2003;299-308.
6. Broto R. Manfaat Glukosamin dan Kondroitin Sulfate untuk
terapiOsteoartritis. Dalam: Setyohadi B, Kasjmir YI, editor. Naskah
lengkap TemuIlmiah Reumatologi. Jakarta: 2002.
7. Schumacher JH, Ralph, Klippel JH, Koopman WJ. Osteoarthritis :
Epidemiology, Pathology, and Pathogenesis. In : Primer on the Rheumatic
Diseases. 10th ed. Arthritis Foundation.Atlanta. 1993:184-190
8. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar
IlmuBedah Ortopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue; 197-235
9. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar
Operasional Prosedur .DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18
10. Anonymous.Osteoartritis. [Online]. 2004 [cited 2013 November 25];
Available from:www.arthritis.com/types%of%20arthritis/osteoartritis.
11. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrisons
manual of medicine 15th ed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
12. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan Ilmiah
Tahunan PERDOSRI 2002. Bidang Pendidikan da LAtihan Pengurus
BesarPERDOSRI. Jakarta, 2002;53-63.
22
13. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik
padaTatalaksana Osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran
EthicalDigest. Februari 2006;46-54.
14. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran.
Jakarta:Media Aesculapius FKUI, 1999;525-6 .
15. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,
2nd edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
16. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT
Manado: 2010.
23