Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling


sering menyebabkan disabilitas, dimana keseluruhan struktur dari sendi
mengalami perubahan patologis.1-3 Osteoartritis dikarakterisasi oleh deteriorisasi
progresif dan hilangnya kartilago hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta
sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi,
meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot
yang menghubungkan sendi.1,3 Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama
pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban.3

Penyakit radang sendi ini mulai dikenal sejak abad ke-19, dan pada saat
itu dipandang sebagai akibat dari suatu proses aus karena dipakai selama hidup.
Menjelang abad ke-20, penyakit kelainan sendi adalah penyebab utama gangguan
muskuloskeletal di seluruh dunia, dan dianggap sebagai kecacatan yang kedua di
Amerika Serikat setelah penyakit jantung rematik.4

Manifestasi klinis osteoarthritis ditandai oleh nyeri sendi yang muncul


perlahan, kekakuan, dan pembengkakkan sendi dengan keterbatasan pergerakan.1
Osteoartritis lutut merupakan jenis penyakit sendi terbanyak dijumpai di seluruh
dunia dan penyebab nyeri serta kecacatan pada usia lanjut dibandingkan dengan
penyakit lain.5

Etiologi osteoartritis lutut masih belum jelas sepenuhnya, tapi


insidensnya meningkat seiring usia dan lebih banyak pada wanita setelah usia 50
tahun.1,5 Osteoartritis lutut merupakan akibat dari faktor mekanik dan idiopatik
yang mengubah keseimbangan antara degradasi dan sintesis kartilago sendi dan
tulang subkondral.1

Penderita osteoartritis lutut datang dengan keluhan nyeri hilang timbul


yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang,
tidak mampu untuk naik tangga, serta sulit jongkok.4 Jika proses ini terjadi secara

1
berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat sehingga penderita akan
mengalami gangguan aktifitas sehari-hari.6

Dari aspek rehabilitasi medik, penyakit sendi degeneratif, dapat


menimbulkan kecacatan fisik dalam beberapa tingkat, yaitu, tingkat impairmen
(kerusakan sendi, terutama yang menyebabkan keluhan nyeri), tingkat disabilitas
(adanya kecacatan fisik, sehingga terganggunyaactivity of daily living), dan
handikap (tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, akibat hambatan
psikologis, sosial, dan vokasional oleh karena kecacatan fisik yang dideritanya).3

Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang
rehabilitasi medik pada osteoartritis genu bilateral.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Osteoartritis berasal dari kata yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi.4 Definisi osteoarthritis
menurut American Rheumatism Association (ARA) adalah sekelompok kondisi
heterogen yang menyebabkan timbulnya gejala dan tanda pada lutut yang
berhubungan dengan defek integritas kartilgo, dan perubahan pada tulang di
bawahnya dan pada batas sendi.5 Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi
degeneratif pada kartilago sendi dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi,
seperti pembentukan osteofit, perubahan tulang subkondral, perubahan sumsum
tulang, reaksi fibrous pada sinovium, dan penebalan kapsul sendi. Sendi yang bisa
terkena OA adalah sendi-sendi benar (true joint atau diarthrosis), yaitu sendi-
sendi yang mempunyai kapsul sendi, membran sinovialis, cairan sinovialis, dan
kartilago sendi.7 Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan sendi kronis (jangka
lama) dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi
yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi.
Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai
satu atau lebih sendi. Daerah yang paling sering terserang OA yaitu lutut, panggul,
vertebra dan pergelangan kaki.3

B. Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di


dunia, termasuk di Indonesia.Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada
penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales,
sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami gejala OA. Di Amerika, 1 dari 7
penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit
kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan
menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 15% orang.8

3
Prevalensi osteoartritis secara jelas meningkat sesuai dengan
pertambahan usia. Kondisi ini jarang ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda.Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kegemaran, ras, dan hereditas seluruhnya
bisa berperan dalam manifestasi klinis osteoartritis.5

Data di Indonesia yang didapat dari Malang dimana prevalensinya sekitar


10-13,5%, di pedesaan Jawa tengah prevalensi osteoartritis klinis sekitar 5,1%. Di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan 43,8% (1991-1994)
35% (2000) merupakan penderita osteoartritis.6 Sedangkan sesuai data di Rumah
Sakit Prof. DR. Kandou Manado menunjukkan bahwa penderita osteoarthritis
sebanyak 22 % (2010), 20 % (2011), 19 % (2012).

C. Etiologi

Etiologi pasti dari osteoarthritis sampai saat ini tidak diketahui, akan tetapi
beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoarthritis dipengaruhi oleh:8,9

- Umur

Umumnya ditemukan pada usia lanjut (di atas 50 tahun)

- Jenis Kelamin

Kelainan ini ditemukan baik pada pria maupun wanita, dimana osteoatritis
primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca menopause, sedangkan
osteoarthritis sekunder lebih banyak pada laki-laki

- Ras

Lebih sering pada ras mongoloid dan kaukasia

- Faktor Keturunan

- Faktor metabolik/endokrin

Pada penderita obesitas, hipertensi, hiperurisemua dan diabetes lebih


rentan

4
- Trauma dan faktor okupasi

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu
bergerak.Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya
berjalan.8,9

Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang.Tempat


predileksi osteoartritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I,
apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi
tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya
sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan kemerahan.10,11

E. Patofisiologi
1. Tulang rawan sendi
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan oleh
gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan
metabolisme kondrosit.Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah,
tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan derajat agregasi proteoglikan
menurun.
Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.
Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
berproliferasi.Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, dan meningkatkan volume kartilago.Respon ini
dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk
menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan
tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan respon
kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun

5
diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan
kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.5

2. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subkondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan
sendi meliputi peningkatan densitas tulang subkondral, pembentukan
rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan miksoid,
fibrosa, atau kartilago.Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi
tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit
(crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subkondral, tapi
pada beberapa sendi rongga-rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subkondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
(denuded) dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan
tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
ketidakstabilan tungkai yang terlibat.5
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan
perubahan tulang rawan sendi serta tulang subkondral dan
metafiseal.Permukaan yang keras, fibrosa, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi.Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler).Tonjolan tulang intraartikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral.Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi.Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoartritis biasanya

6
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degenerasi
tulang rawan sendi dan remodelling tulang subkondral, termasuk
pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan
pembentukan sel tulang dan matriks kartilago.5
3. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari
sinovial, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat.Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan
sampai sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan
sendi.Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan
atrofi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi
dan kelemahan tungkai.5

F. Diagnosis

Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan


fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala
yang sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.5 Nyeri
merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada penderita penyakit sendi
degeneratif yang menyebabkan penderita datang berobat. Nyeri dipicu oleh
pergerakan, dan berkurang dengan istirahat, kecuali pada tahap lanjut, rasa nyeri
tetap terasa pada saat tidur. Tahap dini pada umumnya tidak terasa nyeri, oleh
karena rawan sendi adalah aneural. Nyeri timbul dari mikrofraktur tulang
subkhondral dan inflamasi pada membran sinovium. Struktur artikuler yang
sensitif terhadap nyeri adalah kapsul sendi, bantalan lemak sendi, dan tulang
subkhondral, sedangkan dari struktur ekstra artikuler adalah ligamen, tendon, dan
bursa. Pada tahap lanjut, pada umumnya nyeri disebabkan oleh karena fibrosis
kapsuler, kontraktur sendi, dan kelelahan otot.3,5,12

7
Kekakuan sendi (stiffness), sering timbul pagi hari, dan keluhan dapat
hilang dalam 15 menit. Kekakuan dapat berubah permanen, yang diduga
disebabkan oleh karena terjadinya kerusakan permukaan sendi dan fibrosis kapsul.
Edema persendian dapat berasal dari efusi cairan sinovial serta dapat disertai
dengan eritema ringan.3,12

Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara


lain:

1. Tes McMurray

Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi


meniskus.Pada tes ini penderita berbaring terlentang.Dengan satu tangan
pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang
lutut.Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut.Tungkai bawah eksorotasi/
endorotasidan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi klek
atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian
posteriornya yang mungkin terobek.11

Gambar 1.Pemeriksaan McMurray

8
2. Anterior Drawer Test

Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum


lutut.Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45.Lutut
fleksi dan kedua kaki sejajar.Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas
maka akan terjadi gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa
kendor. Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari
normal, artinya tes drawer positif.11

Gambar 2.Anterior Drawer Test11

3. Posterior Drawer Test

Posterior Drawer Testsama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya


saja menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.11

Gambar3.Posterior Drawer Test11

9
4. Appley Compresion Test

Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh
robeknya meniskus.Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai
bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit
pasien.Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi)
dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau
lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat
mungkin ada.11

5. Appley Distraction Test

Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada
persendian lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley
Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai
bawah keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi.Apabila pada distraksi eksorotasi
dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di
ligamen.11

(a) (b)

Gambar 4. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test11

10
Pemeriksaan penunjang:3,4,8

a. Pemeriksaan radiologi foto polos lutut

b. Pemeriksaan laboratorium darah

c. Analisa cairan sendi

Pemeriksaan Radiologis

Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren &


Lawrence :

Derajat 0 : radiologi normal.

Derajat1 : penyempitan celah sendi meragukan.

Derajat2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.

Derajat3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis


sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.

Derajat4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata,


sklerosis yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut


idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:3

Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis

Nyeri lutut + minimal 5 dari Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3
9 berikut : dari 3 berikut dari 6 berikut :

- umur > 50 tahun - umur > 50 tahun - umur > 50 tahun

- stiffness < 30 menit - stiffness < 30 menit - stiffness < 30 menit

11
- krepitasi - krepitasi + osteofit - krepitasi

- nyeri pada tulang - nyeri pada tulang

- pelebaran tulang - pelebaran tulang

-tidak hangat pada perabaan -tidak hangat pada

- LED < 40mm/jam perabaan

- Rheumatoid factor <1:40

- Cairan sinovial : jernih,


viscous,leukosit<2000/mm3

G. Rehabilitasi Medik pada Osteoartritis

Tujuan:8,12,13

1. Mengurangi nyeri dan spasme


2. Memperbaiki lingkup gerak sendi
3. Meningkatkan kekuatan otot
4. Memperbaiki fungsi
5. Meningkatkan kualitas hidup

Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarthtritis antara lain:

1. Fisioterapi12-14
a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah,mengurangi
peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendisehingga dapat
mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yangdikompreskan pada
sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupacryotherapy, kompres es dan
masase es.
b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis ataujaringan
sub kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat,paraffin bath)
Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapatmenembus sampai ke

12
jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,tulang, dansendi(Diatermi
gelombang mikro (MWD), Diatermigelombang pendek (SWD), Diatermi
gelombang suara ultra(USD).Pada kasus OA digunakan SWD (short wave
diathermi) danUSD (ultra sound diathermi).
c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakanmodalitas
yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui
peningkatan ambangrangsang nyeri.
d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan
membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehinggasendi
lebih mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantumengurangi
nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.
e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan
danmempertahankan pergerakan sendi, menguatkan otot,
meningkatkanketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang
menyeluruh.Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan
danrekreasi.
2. Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-
hari(AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita
bisa melakukan kembali kegiatan/perkerjaan normalnya.13,14
3. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi,mencegah dan
mengoreksi kecacatan,menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh
yang sakit. Pada penderita OAbiasa dilakukan rencana penggunaan knee brace
atau knee support.13
4. Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah sosial
yang berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam
keluarga maupun lingkungan masyarakat.14-16

13
BAB III

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. MR
Umur : 59 Tahun
Alamat : Ranomut Lingkungan II
Pekerjaan : Buruh
Agama : KristenProtestan
Suku : Minahasa
Tanggal Periksa : 18 Maret 2014

2. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pada lutut kanan dan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri lutut dialami sejak + 6 bulan yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul
seperti ditusuk-tusuk, nyeri hanya dirasakan pada lutut. Nyeri awalnya hanya
dirasakan pada lutut kiri, tetapi + 3 bulan yang lalu nyeri juga mulai dirasakan
pada lutut kanan. Selama ini penderita hanya meminum obat penghilang nyeri,
yaitu mefinal. Sejak + 1 minggu yang lalu nyeri dirasakan makin hebat,
terutama saat penderita beraktivitas seperti naik turun tangga atau merubah
posisi dari duduk ke berdiri, dan berkurang saat penderita beristirahat.
Terdapat bengkak dan kemerahan pada lutut. Pada pagi hari penderita merasa
lututnya kaku selama + 15 menit, dan menghilang setelah berusaha
digerakkan. Saat penderita berjalan, kadang-kadang terdengar suara klek
dari lutut penderita. Penderita pernah berobat ke dokter umum dan diberi obat
penghilang nyeri, tetapi karena tidak ada perubahan penderita memutuskan
datang berobat ke RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. BAB/BAK normal.

14
Riwayat penyakit dahulu :
- Asam urat + 2 tahun dan minum obat teratur. Penderita meminum obat
alopurinol.

Riwayat Keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Penderita sehari-hari berprofesi sebagai buruh bangunan beton. Penderita
tinggal dirumah permanen, 1 lantai, lantai ubin, tidak ada anak tangga, sumber
penerangan dari Perusahaan Listrik Negara, sumber air dari Perusahaan Air
Minum/sumur pompa, WC jongkok dan berjarak 5 m dari kamar tidur. Biaya
pengobatan ditanggung oleh pemerintah lewat Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas).

Riwayat Kebiasaan dan Aktivitas:


Penderita bekerja sebagai buruh bangunan. Saat ini penderita sudah tidak
bekerja seperti biasanya dan hanya menerima pekerjaan kecil-kecilan seperti
membersihkan rumah dan lain-lain.

Riwayat Psikologis :
Penderita merasa cemas dan terganggu dengan penyakit yang dialami.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis GCS: E4M6V5
Tekanan darah : 130/80 mmHg Respirasi: 20x/m
Nadi : 84x/menit Suhu : 36,30C
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 85 kg
Indeks massa tubuh : 29,41kg/m2 (Obesitas tingkat 1).
Kepala : Normocephal

15
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik. Pupil bulat isokor 3 mm, refleks
cahaya kiri dan kanan ada, refleks cahaya
tidak langsung kiri dan kanan ada.
Leher : Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar
getah bening tidak ada.
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Cor/Pulmo: dalam batas normal.
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, bising usus (+) normal.

Status lokalis: Regio genu sinistraet dextra


Inspeksi : Edema(+/+), kemerahan (+/+), varus (-/-),
valgus (-/-), atrofi (-/-)
Palpasi : Hangat (+/+), nyeri tekan (+/+), krepitasi (+/+)
Movement: Nyeri gerak aktif (+/+), nyeri gerak pasif (+/+)

Manual Muscle Test


Myotom Dekstra Sinistra

5 5
L2 ( Hip Flexor)
5 5
L3 ( knee Extensor)
5 5
L4 (Ankle Dorsoflexor)
5 5
L5 ( Long Toe Extensor)
5 5
S1 (Plantarflexor Ankle)

16
Visual Analog Scale:

18-3-2014

0 5(sinistra et dextra) 10

Dextra Sinistra

87 87
ALL
81 81
TLL
13 13
Q Angle

Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra
Dextra Sinistra Normal

0-1250 0-1300 1350


Fleksi
0-00 0-00 00
Ekstensi

Pemeriksaan status motorik


Ekstremitas Ekstremitas
superior inferior

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Normal Normal Normal Normal


Gerakan
5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5
Kekuatan otot

17
Normal Normal Normal Normal
Tonus otot
Normal Normal Normal Normal
Refleks Fisiologis
Negatif Negatif Negatif Negatif
Refleks Patologis
Normal Normal Normal Normal
Sensibilitas

TesProvokasi :
Jenis tes Dextra Sinistra

- -
Anterior drawer
- -
Posterior drawer
- -
McMurray
- -
Apley compression
- -
Apley distraction

Gambar 5. Hasil X-Foto genu dextra dan sinistra AP/lateral

18
Kesan: Osteoartritis genu bilateral

RESUME
Seorang pria 59 tahun datang dengan keluhan utama nyeri pada kedua lutut
sejak 6 bulan yang lalu dan makin menghebat sejak + 1 minggu yang lalu.
Rasa kaku pada pagi hari (+) dan nyeri saat beraktivitas seperti naik turun
tangga, berjalan jauh, serta perubahan posisi dari duduk ke berdiri. Bengkak
(+), kemerahan (+), rasa hangat pada lutut (+). Riwayat asam urat (+) sejak 2
tahun lalu. Gambaran X Foto genu memberi kesan osteoarthritis genu
bilateral.
Diagnosis klinis : Osteoartritis genu bilateral akut
Diagnosis etiologi : Degeneratif + obesitas
Diagnosis topis : Subkhondral genu bilateral
Diagnosis fungsional : Impairment : OA genu bilateral
Disability : Keterbatasan LGS,
gangguan AKS toileting, dressing,
gangguan ambulasi
Handicap : (-)

Problem :

- Nyeri genu sinistra (VAS 5)


- Nyeri genu dextra (VAS 5)
- Keterbatasan LGS regio genu bilateral
- Gangguan Aktivitas Kegiatan Sehari-hari (AKS) Toileting, dressing, naik
turun tangga
- Gangguan Ambulasi
- Cemas terhadap penyakitnya

Penatalaksanaan :
- Medikamentosa :
Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
- Non medikamentosa :
Rehabilitasi medik

19
Fisioterapi
- Evaluasi :
Nyeri genu sinistra (VAS 5)
Nyeri genu dextra (VAS 5)
Keterbatasan LGS regio genu bilateral
Gangguan AKS toileting, dressing, naik turun tangga
Gangguan ambulasi
- Program:
Kompres dingin pada region genu dextra dan sinistra
Latihan isometric pada muskulus quadriceps femoris dan
muskulus hamstring dextra dan sinistra
Rencana latihan sepeda statis jika nyeri dan bengkak sudah
menghilang
Okupasi terapi
- Evaluasi :
Nyeri genu sinistra (VAS 5)
Nyeri genu dextra (VAS 5)
Keterbatasan LGS regio genu bilateral
Gangguan AKS toileting, dressing, naik turun tangga
Gangguan ambulasi
- Program:
Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari dengan prinsip mengurangi beban pada sendi
lutut (joint protection).
Ortotik Prostetik
- Evaluasi :
Nyeri genu sinistra (VAS 5)
Nyeri genu dextra (VAS 5)
Keterbatasan LGS regio genu bilateral
gangguan AKS toileting, dressing, naik turun tangga
gangguan ambulasi
- Program:

20
Untuk sementara belum diperlukan
Psikolog
- Evaluasi : penderita merasa cemas dengan sakitnya.
- Program: memberi dukungan kepada penderita agar rajin
berlatih di rumah dan kontrol secara teratur, memberi dukungan
mental kepada penderita dan keluarga agar tidak cemas dengan
penyakit yang dideritanya.
Sosial medik
- Evaluasi: Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan
ditanggung oleh pemerintah menggunakan jaminan kesehatan
masyarakat
- Program: mengevaluasi faktor-faktor risiko keadaaan di
lingkungan rumah, dan modifikasi WC penderita.
Home program / edukasi
- Mengurangi berat badan
- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti
naik turun tangga, berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang
lama.
- Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin.

4. ANJURAN

Pemeriksaan laboratorium, Konsul Gizi

5. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad Bonam
Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Deyle GD, Allison SC, Matekel RL, et al. Physical therapy treatment
effectiveness for osteoarthritis of the knee: A randomized comparison of
supervised clinical exercise and manual therapy procedures versus a home
exercise program. Phys Ther. 2005;85:1301-17.
2. Lozada CJ, Diamond HS. Osteoarthritis. [Online]. 2014 [cited 2014 March
19]; Available from http://emedicine.medscape.com/article/330487
3. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif.
SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK
UNAIR. PKBRehabilitasi Medik, Surabaya: 2005.
4. Garison SJ. Osteoartritis. Dalam : Wijaya AC, alih bahasa. Dasar-Dasar
Terapi dan Rehabilitasi Fisik.Jakarta : Hipokrates, 1996;70-2.
5. Brandt KD, Doherty M, Lohmander LS. Osteoartritis. 2nd ed. Oxford
University Press. New York: 2003;299-308.
6. Broto R. Manfaat Glukosamin dan Kondroitin Sulfate untuk
terapiOsteoartritis. Dalam: Setyohadi B, Kasjmir YI, editor. Naskah
lengkap TemuIlmiah Reumatologi. Jakarta: 2002.
7. Schumacher JH, Ralph, Klippel JH, Koopman WJ. Osteoarthritis :
Epidemiology, Pathology, and Pathogenesis. In : Primer on the Rheumatic
Diseases. 10th ed. Arthritis Foundation.Atlanta. 1993:184-190
8. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar
IlmuBedah Ortopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue; 197-235
9. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar
Operasional Prosedur .DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18
10. Anonymous.Osteoartritis. [Online]. 2004 [cited 2013 November 25];
Available from:www.arthritis.com/types%of%20arthritis/osteoartritis.
11. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrisons
manual of medicine 15th ed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
12. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan Ilmiah
Tahunan PERDOSRI 2002. Bidang Pendidikan da LAtihan Pengurus
BesarPERDOSRI. Jakarta, 2002;53-63.

22
13. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik
padaTatalaksana Osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran
EthicalDigest. Februari 2006;46-54.
14. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran.
Jakarta:Media Aesculapius FKUI, 1999;525-6 .
15. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,
2nd edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
16. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT
Manado: 2010.

23

Anda mungkin juga menyukai