Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan pembuatan ikan asin (Suhartini dan Hidayat, 2005). keamanan pangan pada produk perikanan perlu di perhatikan karna ikan merupakan salah satu sumber protein hewaniyang paling banyak di konsumsi, hal ini di karenakan ikan mudah di dapat dan harga nya relatif murah, selain itu ikan banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan produk perikanan. namun ikan mudah mengalami proses pembusukan karna di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kandungan air yang tinggi, komponen gizi seperti lemak,protein, karbohidrat yang sanagt di sukai oleh mikroba. akibatnya ikan mudah mengalami kerusakan sehingga umur simpan produk perikanan tidak dapat bertahan lama. Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan makanan, bahkan merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan. Memang orang yang mengkonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan bahkan permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja belum merasakan akibatnya. Tapi efek dari bahan pangan (makanan) berformalin baru bisa terasa beberapa tahun kemudian. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau kegagalan peredaran darah (Effendi, 2009). Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam makanan terutama makanan olahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi di Indonesia Yang di maksud dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau punbentuk makanan, bisa memiliki nilai gizi tetapi bisa pula tidak. Ada pun jenis-jenis BTP yaitu pengawet, pewarna, penyedap, pemanis, pemutih, pengental, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam praktek penggunaannya BTP sering tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. produsen menggunakan BTP yang diizinkan pengunaannya tetapi penggunaannya melebihi dosis yang telah ditetapkan, produsen menggunakan BTP yang dilarang penggunaannya untuk digunakan dalam makanan. Untuk itu penulis ingin mengidentifikasi kandungan bahan tambahan pangan berupa pengawet yang di gunakan dalam industri kecil menengah pada olahan ikan asin di sui kakap guna meningkat kan kepercayaan masyarakat terhadap produk olahan ikan asin yang di produksi sehingga meningkatkan pendapatan pengelola atau pengusaha bahwa produk yang di hasil kan terhindar dari pengawet yang membahayakan kesehatan. 1.2 Rumusan masalah Di kaliamantan barat khususnya di kota pontianak banyak terdapat produk perikanan yang sangat diminati oleh konsumen seperti ikan asin, namun masyarakat belum mengetahui produk yang di konsumsi aman atau tidak. produk tersebut berpeluang ditambahkan dengan bahan bahan pengawet seperti formalin. pembuktian adanya penambahan formalin dalam produk perikanan, perlu di lakukan pengujian formalin pada produk perikanan dengan metode yang tepat di lakukan. 1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya pengujian kadar formalin di pasar teradisional
di Kalimantan barat ini untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui kandungan formalin pada makanan secara
sederhana
b. Untuk mengetahui bahaya formalin bagi kesehatan
c. Untuk mengetahui berapa tingkat keparahan tersebarnya formalin
pada makanan 1.4 Manfaat
Berikut adalah beberapa manfaat yang bisa di dapat pada pengujian
kandungan formalin sebagai berikut:
a. Masyarakat bisa mendekteksi sendiri bagaimana makanan yang
mengandung formalin atau tidak
b. Dapat mengurangi tingginya pengkonsumsi formalin
c. Menjadi pertimbangan bagi pedagang untuk menggunakan formalin