Anda di halaman 1dari 9

ANALISA CEKUNGAN SEDIMEN

Para ahli sedimentologi mempelajari batuan sedimen untuk mengetahui sejarah geologi dan potensi
ekonomi dari batuan tersebut. Untuk itu, diperlukan studi yang bersifat terpadu dari berbagai cabang ilmu
geologi, termasuk di dalamnya sedimentologi, stratigrafi, dan tektonik. Dengan demikian dapat diketahui secara
menyeluruh batuan sedimen yang mengisi suatu cekungan sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk
menginterpretasi sejarah geologi dan membuat evalusasi potensi ekonominya (Boggs, 1995; 2001). Studi
terpadu seperti ini dikenal dengan sebutan analisa cekungan sedimen (basin analysis).
Pada perkembangan teori geosinklin, sebagian para ahli geologi berpikir bahwa batuan sedimen yang
umumnya diendapkan di laut dangkal pada suatu geosinklin, dan terus mengalami subsiden. Sejalan dengan
berkembangnya teori tektonik lempeng pada awal 1960an, pendapat itu mulai tersisih. Saat ini para ahli geologi
menemukan berbagai jenis cekungan dengan berbagai mekanisme pembentukannya. Secara umum, titik berat
perhatian pada analisa cekungan sedimen adalah pada tektonik global pembentukan cekungan dan berbagai
proses yang mengontrolnya (termasuk perubahan muka laut, pasokan sedimen, dan penurunan cekungan).
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh proses tektonik, dimana
sedimen terendapkan. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi sehingga sedimen terjebak di
dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu proses nendatan (subsidence) dari permukaan bagian atas suatu
kerak. Berbagai penyebab yang menghasilkan nendatan, di antaranya adalah: penipisan kerak, penebalan mantel
litosper, pembebanan batuan sedimen dan gunungapi, pembebanan tektonik, pembebanan subkerak, aliran
atenosper dan penambahan berat kerak. Dickinson (1993) dan Ingersol dan Busby (1995) yang disarikan oleh
Boggs (2001) memberikan kemungkinan mekanisme nendatan kerak sebagai tertera dalam Tabel 10.1.

10.1. KLASIFIKASI CEKUNGAN SEDIMEN


Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak dan proses tektonik yang
dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995) menunjukkan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4
(empat) tataan tektonik: divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut Dickinson, 1974 dan Miall,
1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan pada:
1. tipe dari kerak dimana cekungan berada,
2. posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
3. untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi lempeng yang terjadi selama
sedimentasi,
4. Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang berlangsung,
5. Bentuk cekungan.

Selley (1988) memberikan klasifikasi cekungan sedimen secara sederhana seperti dalam Tabel 10.2. , sedang
Boggs (2001) membagi cekungan sedimen lebih rinci dan lebih komplit (Tabel 10.3).
Tabel 10.1: Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993)
dan Ingersol dan Busby (1995)
Penipisan kerak (crustal Perenggangan, erosi selama pengangkatan, dan penarikan akibat
thinning): magmatisme

Penebalan mantel litosper Pendinginan litosper yang diikuti penghentian perenggangan atau
(mantle-lithospheric pemanasan akibat peleburan adiabatik atau naiknya lelehan astenosper
thickening):
Pembebanan batuan sedimen Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan litosper regional,
dan gunungapi (sedimentary tergantung kegetasan litosper, selama sedimentasi dan kegiatan gunungapi
and volcanic loading):
Pembenan tektonik (tectonic Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan litosper regional,
loading): tergantung kegetasan dibawah litosper, selama pensesaran naik
(overthrusting) dan/atau tarikan (underpulling)

Pembenan subkerak kelenturan litosper selama underthrusting dari litosper padat


(subcrustal loading):
Aliran astenosper pengaruh dinamik aliran astenosper, umumnya karena penunjaman litosper
(asthenospheric flow):
Penambahan berat kerak Peningkatan berat jenis kerak akibat perubahan tekanan/ temperatur
(crustal densification): dan/atau pengalihan tempat kerak berberat-jenis tinggi ke kerak berberat-
jenis rendah

Tabel 10.2: Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)

PROSES PENYEBAB TIPE CEKUNGAN TATAAN TEKTONIK


TERBENTUKNYA LEMPENG
Crustal sag Cekungan intrakraton Intra-plate collapse

Puntir (tension) Epicratonic downward Tepian lempeng pasif (passive


Rift plate margin)
Sea-floor spreading

Tekanan (compression) Palung (trench) Subduksi (tepian lempeng aktif)


Busur depan (fore-arc)
Busur belakang (back-arc)

Wrenching Strike-slip Gerakan mendatar lempeng


Table 10.3: Klasifikasi cekungan menurut Boggs (2001)

TATAAN TIPE CEKUNGAN


TECTONIK

Divergen Rift: terrestrial rift valleys; proto-oceanic rift valleys

Antar-lempeng Cekungan beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan intrakraton, paparan benua,


sembulan benua (continental rises) dan undak, pematang benua.
Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samodra aktif, kepulauan samodra,
dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde and plateau)

Konvergen Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung, cekungan busur depan,
cekungan intra-busur, cekungan busur belakang.
Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac forels, peripheral foreland basin,
cekungan punggung babi (piggyback basin), broken forland

Tranform Cekungan akibat sesar mendatar: cekungan transextensional, transpressional,


transrotaional
Hybrid Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-cekungan intracontinental wrench,
aulacogen, impactogen, successor
Buku ini tidak membahas secara rinci semua jenis cekungan sedimen, akan tetapi beberapa cekungan
yang dianggap penting di Indonesia akan dibahas secara singkat di bawah ini (sebagian besar disarikan dari
Boggs, 2001).

Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)


Cekungan intrakraton (Gambar 10.1A) umumnya cukup besar terletak di tengah suatu benua yang jauh
dari tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini umumnya disebabkan oleh penebalan mantel-litosfir dan
bembebanan oleh batuan sedimen atau gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa cekungan intrakraton ini diisi oleh
endapan klastika laut, karbonat, atau sedimen evaporit yang diendapkan mulai dari laut epikontinental sampai
darat. Cekungan tua jenis ini di antaranya adalah Cekungan Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan
Parana di Amerika Latin, dan Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis ini adalah
Cekungan Chad di Afrika.

Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang, dibatasi oleh lembah patahan (Gambar
10.1B).. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat lebar seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur,
dimana mempunyai lebar 30-40 km dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai
tataan tektonik, namun yang paling umum oleh divergen. Perenggangan lempeng benua seperti antara Amerika
Utara dan Eropa terjadi pada Trias menghasilkan Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem
renggangan pada Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.

Aulakogen (Aulacogen)
Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap tepian benua, dimana
umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan kemudian diaktifkan kembali selama tektonik
konvergen (Gambar 10.1C). Palung yang sempit tapi panjang dapat menggapai sampai kraton benua dengan
sudut besar dari lajur sesar. Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat (misalnya
kipas aluvium), endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam seperti endapan turbit. Contoh aulakogen di
antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur Paleozoik dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung Benue
yang berumur Kapur dimana Sungai Niger membelahnya.

Cekungan tepian benua


Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari sedimen yang ke arah laut
dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan. Ketidakterusan struktur dijumpai di bawah sistem ini,
antara kerak benua normal dan kerak peralihan (Gambar 10.1D). Sedimen terendapkan pada sistem ini: pada
paparan berupa pasir neritik dangkal, lumpur, kabonat dan endapan evaporasi; pada lerengan terdiri atas lumpur
hemipelagik; dan pada sembulan benua berupa endapan turbit. Cekungan renggangan (rift basin) dapat
berhubungan dengan cekungan tepian benua. Contoh yang baik dari cekungan jenis ini adalah pantai Amerika
dan bagian selatan-timur Kanada (Cekungan Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor, Cekungan George Bank
dan Cekungan Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh renggangan dan terpisahnya
Pangea. Beberapa cekungan itu terpisahkan dari laut membentuk lapisan tebal dari endapan klastik arkosik dan
endapan lakustrin; berselingan dengan batuan gunungapi basa. Cekungan yang lain berhubungan dengan laut,
membentuk sedimen yang berkisar dari endapan evaporit sampai delta, turbit, dan serpih hitam.

Cekungan berhubungan dengan subduksi


Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya dicirikan oleh adanya palung
laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-busur (arc-trench gap) yang memisahkan ke duanya (Gambar
10.2). Tataan subduksi terjadi lebih banyak pada tepian benua dibandingkan pada besur samodra.
Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan silisiklastik yang umumnya
berupa batuan gunungapi berasal dari busur gunungapi. Endapan ini dapat berupa pasir dan lumpur yang
terendapkan pada paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan dalam air yang lebih dapam pada lereng,
cekungan, dan parit (Gambar 10.2). Sedimen pada parit dapat berupa endapan terigen yang terangkut oleh arus
turbit dari daratan, bersamaan dengan sedimen dari lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya
membentuk kompleks akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini, yang
dicirikan oleh percampuran dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada masa dasar yang mengkilap (sheared
matrix).
Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang, Peru, Chili dan Amerika
Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya adalah cekungan busur muka Great Valley,
Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di antaranya
terjadi pada Jura Akhir Awal Kapur terbentuk di belakang Busur Andean di Chili selatan.

Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform


Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar yang menoreh dalam kerak
sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu
lempeng dan hanya menoreh bagian atas kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang berhubungan dengan patahan
mendatar regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran, sepanjang batas patahan antar lempeng, pada
tepian benua dan daratan dalam lempeng benua. Gerakan sepanjang patahan mendatar regional dapat
membentuk berbagai cekungan nendatar (pull-apart basin). Cekungan yang dibentuk karena patahan mendatar
umumnya kecil, garis tengahnya hanya beberapa puluh kilometer, walaupun ada beberapa yang sampai 50 km.
Karena patahan mendatar terbentuk pada berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut maupun
darat. Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan sedimentasi yang tinggi yang dihasilkan
oleh erosi dari daerah sekitarnya yang berelevasi tinggi, dan boleh jadi ditandai dengan banyaknya perubahan
fasies secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat sepanjang Patahan Sumatra
(Cekungan ....................................).

10.4. TEKNIK ANALISA CEKUNGAN

Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat penting untuk dipelajari dalam analisa
cekungan sedimen yang bersangkutan. Sedimen tersebut dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan
dan aspek ekonominya. Proses pembentukan sedimen meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan,
sifat-sifat fisik, kimia dan biologi batuan; lingkungan pengendapan, dan posisi stratigrafi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pengendapan dan sifat sedimen adalah:
a. litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi sedimen yang berasal dari batuan
tersebut;
b. topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi kecepatan denudasi yang
menghasilkan sedimen yang kemudian diendapkan dalam cekungan;
c. kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan kenaikan/penurunan muka laut; dan
d. ukuran dan bentuk dari cekungan.

Analisa cekungan merupakan hasil interpretasi yang berdasarkan pada proses sedimentasi, stratigrafi, fasies dan
sistem pengendapan, peleoseanografi, paleogeografi, iklim purba, analisa muka laut, dan petrografi/mineralogi
(Klein, 1995; Boggs, 2001). Penelitian sedimentologi dan analisa cekungan sekarang ini ditikberatkan pada
analisa fasies sedimen, siklus subsiden, perubahan muka laut, pola sirkulasi air laut, iklim purba, dan sejarah
kehidupan.

Model pengendapan semakin meningkat digunakan untuk mengetahui lebih baik tentang pengisian cekungan
dan pengaruh berbagai parameter pengisian cekungan seperti pasokan sedimen, besar butir, kecepatan
penurunan cekungan, dan perubahan muka laut.

Sebagai bahan untuk analisa cekungan, dibutuhkan berbagai data, mulai data dari singkapan sampai data bawah
permukaan. Data tersebut termasuk data hasil pemboran dalam, studi polarisasi magnetik dan eksplorasi
geofisika. Pembahasan berikut ini secara singkat akan diketengahkan teknik analisa cekungan yang umum
dilakukan.

10.4.A. Penampang Stratigrafi


Data lengkap dan akurat tentang sedimen dari singkapan maupun inti bor, baik ketebalan maupun
litologi setiap himpunan sedimen, merupakan hal yang sangat penting untuk interpretasi sejarah bumi. Untuk
menghimpun data tersebut diperlukan pengukuran dan pemerian secara teliti dan akurat pada singkapan
dan/atau inti bor. Kegiatan menghimpun data ini jamak disebut pembuatan penampang stratigrafi terukur, yang
meliputi pemerian litologi, sufat-sifat perlapisan, dan kenampakan lainnya dari batuan. Pemakaian teknik
tertentu dalam melakukan pengukuran penampang stratigrafi sangat tergantung pada kegunaan hasil pengukuran
dan keadaan singkapan diukur di alam. Kottlowski (1965) menunjukkan beberapa cara dan peralatan untuk
melakukan pembuatan penampang stratigrafi.

Sejumlah penampang stratigrafi dapat dipakai dalam pembuatan penampang melintang stratigrafi yang
sangat bermanfaat dalam korelasi stratigrafi, interpretasi struktur dan perubahan fasies yang boleh jadi diikuti
oleh perubahan dari lingkungan dan arti ekonomis. Penampang melintang digambarkan segai ilustrasi yang
menggambarkan keadaan lokal dari suatu cekungan, sering pula disiapkan dalam rangka pembuatan peta fasies,
atau bahkan menggambarkan runtunan stratigrafi seluruh cekungan. Pada umumnya penampang stratigrafi
menggambarkan dua demensi dari litologi dan/atau ciri struktur dari suatu unit stratigrafi atau unit yang
memotong suatu wilayah geografi.

Diagram Pagar
Informasi stratigrafi dapat pula disajikan dalam diagram pagar yang menggambarkan pandangan tiga
dimensi stratigrafi dari suatu daerah atau wilayah tertentu (Gambar 10.4). Dengan cara ini hubungan antar
satuan stratigrafi dapat dilihat dengan jelas. Sayangnya, bagian pagar depan akan menutup sebagian
belakangnya; sehingga menyulitkan pembuat untuk menyuguhkan gambar yang baik dan jelas.

Peta Struktur
Untuk menggambarkan bentuk dan orientasi cekungan serta geometri pengisian cekungan diperlukan
peta struktur. Pada dasarnya, kontur pada peta ini adalah kumpulan titik-titik yang mempunyai elevasi sama dari
bagian atas atau bawah suatu datum tertentu. Struktur lokal seperti antiklin dan sinklin dapat dengan mudah
dikenali pada peta jenis ini (Gambar 10.5). Peta struktur ini sangat berguna dalam eksplorasi baik hidrokarbon
maupun mineral dan batubara. Dasar cekungan dapat digambarkan dengan peta ini, apabila menggunakan
datum bagian bawah lapisan tertua pengisi cekungan yang bersangkutan. Dengan begitu topografi purba dapat
diinterpretasi dengan mudah.

Peta Isopak
Peta isopak adalah suatu peta yang konturnya menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketebalan
sama dari suatu lapisan atau satuan batuan (Gambar 10.6). Ketebalan suatu satuan batuan tergantung dari
kecepatan pasokan sedimen dan ruang yang tersedia pada cekungan. Ruang pada cekungan merupakan fungsi
dari geometri cekungan dan kecepatan subsiden cekungan. Bagian yang menebal secara abnormal merupakan
pusat pengendapan, sebaliknya yang menipis abnormal adalah daerah yang sebelum pengendapan merupakan
tinggian atau sudah lebih banyak tererosi setelah pengendapan. Dengan peta jenis ini dapat digambarkan
keadaan cekungan sebelum dan selama pengendapan, sehingga apabila dilakukan analisa peta isopak untuk
setiap satuan pada cekungan dimana mereka diendapkan, akan mendapatkan informasi perubahan struktur
cekungan dari waktu ke waktu.

Peta Paleogeologi
Peta paleogeologi adalah peta yang menggambarkan kondisi geologi tertentu di bawah atau di atas
suatu unit tertentu. Sebagai contoh, kita dapat mengupas semua satuan batuan mulai dari unit stratigrafi tertentu
untuk melihat satuan batuan di bawah unit stratigrafi tertentu tersebut. Kemudian kita gambarkan peta geologi
di atas alas satauan batuan tersebut. Peta semacam ini disebut peta superkrop (supercrop map). Dengan yang
cara sama, satuan batuan di atas suatu formasi atau tubuh batuan tertentu dapat pula digambarkan. Peta
superkrop umumnya dibuat pada batas ketidakselarasan, tetapi dapat pula dibuat pada suatu satuan batuan yang
mempunyai ciri tertentu. Manfaat peta jenis ini adalah untuk interpretasi pola aliran purba, pola pengisian
cekungan, pergeseran garis pantai, penimbunan secara gradual dari paleotopografi.

Peta Litofasies
Peta fasies menggambarkan vareasi sifat litologi atau biolofi dari satuan stratigrafi tertentu (Boggs,
2001). Peta fasies yang umum dipakai adalah peta litofasies dimana menyajikan beberapa aspek komposisi dan
tekstur batuan. Peta litofasies yang umum dipakai adalah:
a. peta perbandingan klastik (clastic-ratio map) dan
b. peta litofasies tiga komponen.
Peta perbadingan klastik menunjukkan kontur dari perbandingan klastik yang sebanding. Sedangkan
perbandingan klastik adalah perbandingan dari jumlah kumulatif ketebalan endapan klastik dan jumlah
kumulatif endapan non-klastik, sebagai contoh:

(konglomerat + batupasir + serpih)


------------------------------------------
(batugamping + dolomit + evaporit + batubara)

Peta jenis ini sangat bermafaat untuk melihat hubungan litologi dengan tepi cekungan dimana sedimen tersebut
diendapkan. Tentu saja bagian yang nilai perbandingan klastiknya relatif tinggi menunjukan bagian tersebut
dekat dengan asal batuan atau sangat mungkin tepi cekungan. Sedangkan bagian yang nilai perbandingan
klastiknya rendah menunjukkan bagian tersebut relatif jauh dari tepi cekungan. Dengan peta ini juga dapat
diketahui arah tranportasi sedimen secara regional dalam cekungan itu (Gambar 10.7).
Peta litofasies tiga komponen menyajikan rata-rata atau pola kelimpahan relatif dalam suatu satuan stratigrafi
dari tiga komponen litofasies (Boggs, 2001).

Analisa Arus Purba


Analisa arus purba adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui arah aliran dari arus purba
pembawa sedimen ke dalam suatu cekungan pengendapan (Boggs, 2001). Tentu saja, dengan teknik ini akan
diketahui juga arah kemiringan lereng purba baik lokal maupun secara regional dan sekaligus asal dari sedimen
yang terendapkan.

Analisa arus purba dapat dilakukan dengan mempelajari secara mendalam dari berbagai struktur sedimen,
seperti silang siur, alur sungai, dan ripple mark. Geometri dan kecenderungan dari suatu unit batuan sering
dapat membantu untuk interpretasi lingkungan pengendapan dan arah arus purba. Orientasi dari kepingan
batuan berbutir besar (seperti kerakal dan brangkal), ketebalan lapisan, vareasi litologi dalam suatu lapisan
dapat dipakai untuk interpretasi arah arus purba dan lokasi asal atau sumber batuan.

Studi Provenan (Asalmuasal) Batuan


Komposisi dari suatu batuan sedimen klastika yang mengisi suatu cekungan sangat dipengaruhi oleh
komposisi batuan sumbernya. Komposisi itu tentu saja juga dipengaruhi oleh pelapukan dan iklim daerah yang
bersangkutan. Studi provenan meliputi: (a) Komposisi litologi dari asal batuan, (b) tataan tektonik dari daerah
asal batuan, dan (c) iklim, topografi, dan kemiringan daerah asal batuan (Boggs, 2001).

VarIasi litologi dari batuan asal dipelajari dari berbagai jenis mineral dan kepingan batuan yang dijumpai pada
suatu batuan sedimen klastika.

Anda mungkin juga menyukai

  • Toba Mengubah Dunia
    Toba Mengubah Dunia
    Dokumen7 halaman
    Toba Mengubah Dunia
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Perawatan Ibu Hamil
    Leaflet Perawatan Ibu Hamil
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Perawatan Ibu Hamil
    brantas pamungkas
    100% (1)
  • Studi Keperawatan
    Studi Keperawatan
    Dokumen3 halaman
    Studi Keperawatan
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Manfaat ASI
    Leaflet Manfaat ASI
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Manfaat ASI
    Yeni Purwanti
    Belum ada peringkat
  • Stratigrafi Sequence Terapan
    Stratigrafi Sequence Terapan
    Dokumen106 halaman
    Stratigrafi Sequence Terapan
    bella_ds
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen4 halaman
    Gizi
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Modul 3 - Anatomi Bumi
    Modul 3 - Anatomi Bumi
    Dokumen17 halaman
    Modul 3 - Anatomi Bumi
    يفيو زيمينيس
    100% (1)
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen4 halaman
    Gizi
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Faktor Intersepsi
    Faktor Intersepsi
    Dokumen7 halaman
    Faktor Intersepsi
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Petrografi Alda
    Petrografi Alda
    Dokumen10 halaman
    Petrografi Alda
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen4 halaman
    Penda Hulu An
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Hnediyanto
    Hnediyanto
    Dokumen16 halaman
    Hnediyanto
    Hendiyanto
    Belum ada peringkat
  • BAB VI - Kesimpulan
    BAB VI - Kesimpulan
    Dokumen5 halaman
    BAB VI - Kesimpulan
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Doa Rosario
    Doa Rosario
    Dokumen3 halaman
    Doa Rosario
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • TERANG]Doa Rosario Peristiwa Terang
    TERANG]Doa Rosario Peristiwa Terang
    Dokumen5 halaman
    TERANG]Doa Rosario Peristiwa Terang
    Yulius Radian Galih Hastanto
    100% (1)
  • Konsep Wilayah
    Konsep Wilayah
    Dokumen7 halaman
    Konsep Wilayah
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Geowista Karangsambung
    Geowista Karangsambung
    Dokumen23 halaman
    Geowista Karangsambung
    يفيو زيمينيس
    100% (1)
  • Isi
    Isi
    Dokumen6 halaman
    Isi
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Petrografi Alda
    Petrografi Alda
    Dokumen10 halaman
    Petrografi Alda
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • PENGENALAN EOR
    PENGENALAN EOR
    Dokumen23 halaman
    PENGENALAN EOR
    Julian Pangestika
    Belum ada peringkat
  • Makalah Individu 2
    Makalah Individu 2
    Dokumen9 halaman
    Makalah Individu 2
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Geologi Dasar.01
    Geologi Dasar.01
    Dokumen19 halaman
    Geologi Dasar.01
    Nicko Satya Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Pemetaan Mangan Gunung Watangan
    Pemetaan Mangan Gunung Watangan
    Dokumen2 halaman
    Pemetaan Mangan Gunung Watangan
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar New
    Daftar Gambar New
    Dokumen4 halaman
    Daftar Gambar New
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Petrografi Alda
    Petrografi Alda
    Dokumen10 halaman
    Petrografi Alda
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    يفيو زيمينيس
    Belum ada peringkat