Tujuan:
Pembahasan Materi
Sudah menjadi hal umum dalam studi geopolitik dan geostrategi bahwa geostrategi
suatu negara di suatu wilayah sangat ditentukan oleh dinamika geopolitik di kawasan
tersebut. Afrika, misalnya, China telah menjalin hubungan dengan Afrika sejak
berlabuhnya kapal China yang dipimpin oleh Zheng He di pantai timur Afrika pada
1418. Pada awal abad 20, awalnya China masuk dengan ide-ide imperialisme.
Misalnya pada 1950-1960, China menjalin hubungan dengan Afrika melalui
pemberian bantuan militer dan isu ideologi. Pada 1980, China mengirim teknisi untuk
pembangungan jalan kereta api antara Tanzania dengan Zambia Dar Es Salaam. Pada
1996, China menjadi investor minyak utama bagi Sudan melalui perusahaan
minyaknya CNPC (China National Petroleum Corporation) dans aat ini saham China
di persuahaan Greater Nile Petroleum sebesar 40%.
Hubungan China di kawasan Afrika juga menjadi semakin erat sejak 2004
diadakannya Konverensi Tingkat Tinggi antara China dan negara-negara Afrika. Pada
2006, China mengumumkan adanya hubungan Strategic Partnership China dan
Afrika dalam Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC) di bidang politik dan
ekonomi yang dihadiri oleh 48 negara. Dengan demikian, secara umum dapat kita
peroleh gambaran posisi strategis China bagi negara-negara di Afrika sangat kuat
(Dw-World, 2007).
Berbeda dengan Afrika, strategi China di Asia Tengah berdasarkan kondisi terkait
jaringan pipa Asia tengah misalnya di Kazakshtan terdapat jalur Pipa gas yang
terhubung hingga ke provinsi Xin Jiang di china. Berdirinya Shanghai
Cooperation Organisation pada 2001 dengan keanggotaan sebagian besar berasal dari
negara-negara Asia Tengah disinyalir sebagai proyeksi strategis China di kawasan
tersebut sebagai usaha turut mengisi kekosongan kekuasaan pasca runtuhnya Soviet.
Ketiga hal tersebut merupakan implikasi dari proyeksi geopolitik saat ini antara lain:
(1) dari jalur perdagangan barang internasional, misalnya tercatat terdapat 94.000
kapal termasuk kapal pengangkut minyak melewati Selat Malaka, dan (2) 30%
transportasi minyak dilakukan setiap harinya melalui Teluk Arab.
KESIMPULAN
Geostrategi suatu negara di suatu wilayah sangat ditentukan oleh dinamika dan fakta-
fakta geopolitik di kawasan tersebut. Afrika, misalnya, China telah menjalin
hubungan dengan Afrika sejak 1418. Pemberian bantuan militer, bantuan ekonomi,
dan mendukung hubungan strategis antara China dan Afrika dalam keanggotaan
organisasi internasional seperti PBB. Hubungan China di kawasan Afrika juga
menjadi semakin erat sejak 2004 diadakannya Konverensi Tingkat Tinggi antara
China dan negara-negara Afrika (Dw-World, 2007).
Motivasi strategis China di Afrika antara lain: (1) faktor ekonomi Afrika sebagai
kawasan strategis dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan energi minyak
sekaligus potensi pasar besar bagi produk-produk industri China, (2) faktor politik,
memperkuat bargaining position China dalam berbagai keanggotaan rezim
internasional, organisasi internasional, institusi internasional dan lainnya, (3) proyeksi
China terhadap kawasan-kawasan lain yang dinilai mengalami tren stagnasi (Gross,
1988). Berbeda dengan Afrika, strategi China di Asia Tengah berdasarkan kondisi
terkait jaringan pipa Asia tengah misalnya di Kazakshtan terdapat jalur Pipa gas yang
terhubung hingga ke provinsi Xin Jiang di China. Shanghai
Cooperation Organisation pada 2001 konsekuensi proyeksi strategis China di
kawasan tersebut. Secara keseluruhan geopolitik dan geostrategi China di berbagai
kawasan terkait dengan sumberdaya alam sebagai komoditas ekonomi dunia (minyak
dan gas) di berbagai kawasan dapat dirangkum dalam pemahaman strategi String of
Pearl China. String of Pearlmerupakan manifestasi peningkatan pengaruh geopolitik
China melalui usaha untuk meningkatkan akses pelabuhannya dan bantuan udara,
mengembangkan hubungan diplomatis khusus, dan modernisasi kekuatan militer
yang memanjang dari Laut China Selatan melewati Selat Malaka, Samudra Hindia,
hingga ke Teluk Arab (Pherson, 2011). Ketiga hal tersebut merupakan implikasi dari
proyeksi geopolitik saat ini yakni jalur perdagangan barang internasional sebagian
besar dilakukan melalui laut. Kepentingan dominan China di Semenanjung Korea
selalu ditujukan menjaga sphere of influencenya dari campur tangan pengaruh
Amerika Serikat di kawasan tersebut sekaligus tidak memihak salah satu sisi tetapi
tetap berpendirian tampil sebagai negara yang egois yang selalu lebih mementingkan
negaranya sendiri daripada mengurusi negara lain, hal ini berbeda dengan prinsip
politik luar negeri Amerika Serikat yang selalu ingin menanamkan pengaruhnya pada
suatu kawasan dengan mencampuri urusan internalnya. China muncul dengan
mengedepankan strategi diplomasi untuk tidak mencampuri urusan internal kawasan
tertentu dan mengedepankan keuntungan yang bisa diperoleh dari pengaruh yang
ditanamkan melalui hubungan bisnis, ikatan ekonomi, dan persamaan haluan politik.