Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat mengerjakan tugas Makalah
Kebijakan Kesehatan Nasional
Melalui tugas ini di harapkan para mahasiswa dapat memahami tentang Posyandu
dan Desa Siaga. Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, demi
kesempurnaan makalah ini kami membutuhkan masukan-masukan dari teman-teman.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Cessnasari. 2005).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelanggraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemmudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar/social dasar untuk mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006 ). Posyandu adalah
sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya
yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya
program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989)
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga
lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak
kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali
berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit
baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta belum
hilangnya penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah merupakan masalah
utama kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa bangsa
Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan
kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelasakan Posyandu
2. Menjelaskan Desa Siaga
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Posyandu
1.1 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Cessnasari.
2005). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelanggraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemmudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/social dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006 ).
Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan
program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan
dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan
teknis dari petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud
dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini
yaitu dalam peningkat mutu manusia di masa yang akan datang dan akibat dari
proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu :
Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk
menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai
usia balita.
Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk
membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun
mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan
bangsa dan negara.
4
Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat
dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan
pengembangan Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi
ini. Intervensi ke 3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek
Poleksosbud.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan S1.
Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan.
Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana dengan pemberian pelayanan
secara terpadu.
5
4. Bagi Sektor Lain
Lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah.
Meningkatkan efiseiansi pemberian pelayanan sesuai tupoksi masing-masing.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5
orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu <
50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat
6
cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang
atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program
tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di
wilayah kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang
atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan
termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.
7
- Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD
- Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes.
2. Pokjanal Posyandu
Pokjanal Posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan terdiri
dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam pembinaan
Posyandu yaitu :
Tingkat Propinsi : BKKBN, BKKBN tingkat provinsi terdiri dari PMD
(Pembinaan Masyarakat Desa), Bappeda, dan Tim Penggerak PKK.
Tingkat Kab/Kodya : Kantor Depkes/Kantor Dinkes, BKKBN, PMD,
Bappeda.
Tingkat Kecamatan : Tingkat Pembina LKMD Kec ( puskesmas, Pembina
petugas Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan), dan
KPD (Kader Pembangunan Desa)
8
Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan
peranan kader pembangunan.
Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/ di daerah masing-
masing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes
dan BKKBN.
Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara
paripurna.
2. Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan
perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena
melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
3. Immunisasi
Imunisasi Tetanus Toksoid 2 kali pada ibu hamil. Pada bayi
umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali,
Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali. Bayi 6-11 bulan
9
memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru (100.000 SI). Anak 12-59
bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) setiap 6
bulan (Februari dan Agustus).
4. Peningkatan gizi
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan
kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada
ibu yang menyusui.
Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5
tahun.
5. Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh
kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
Kesehatan Ibu dan Anak
Keluarga Berencana
Immunisasi
Peningkatan gizi
Penanggulangan Diare
Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran
dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman.
Penyediaan Obat essensial
Berdasarkan hal diatas adapun kegiatan pokok yang dilakukan dalam
pelaksanaan Posyandu yaitu :
KIA
KB
Lmunisasi
Gizi.
Penanggulangan Diare
10
Pos immunisasi
Pos keluarga berencana desa
Pos kesehatan
Pos lainnya yang dibentuk baru
Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam
upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan
KB.
Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat,
sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya
dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).
11
kembang anak dan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak yang meliputi
cakupan program, pencapaian program, kontinuitas penimbangan, hasil
penimbangan dan partisipasi masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan secara
tepat guna dan tepat waktu bagi pengelola Posyandu. Oleh sebab itu Sistem
Informasi Posyandu (SIP) merupakan bagian penting dari pembinaan
Posyandu secara keseluruhan. Konkritnya, pembinaan akan lebih terarah
apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual. Dengan
kata lain pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi
karena didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas
maupun lingkup yang lebih luas.
Adapun manfaat System Informasi Posyandu (SIP) yaitu sebagai bahan
kader Posyandu untuk memahami permasalahan sehingga dapat
mengembangkan kegiatan yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan
sasaran dan sebagai bahan informasi yang tepat guna dan tepat waktu mengenai
pengelolaan posyandu, agar berbagai pihak yang berperan dalam pengelolaan
Posyandu dapat menggunakannya untuk membina posyandu demi kepentingan
masyarakat.
Macam-macam format System Informasi Posyandu (SIP) seperti:
Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan kematian ibu hamil,
melahirkan nifas. Berisi catatan dasar mengenai sasaran posyandu.
Registrasi bayi dan balita di wilayah kerja posyandu. Berisi catatan
pemberian tablet besi, vitamin A, pemberian oralit, tanggal imunisasi, dan
apabila bayi meninggal, maka perlu dicatat tanggal bayi meninggal
diwilayah kerja posyandu tersebut.
Register WUS dan PUS diwilayah kerja posyandu. Berisi daftar ibu hamil,
catatan umur kehamilan, pemberian tablet tambah darah, imunisasi,
pemeriksaan kehamilan, tanggal dan penolong kelahiran, data bayi yang
hidup dan meninggal, serta data ibu meninggalndi wilayah kerja posyandu.
Register ibu hamil dan nifas di wilayah kerja posyandu. Berisi daftar
wanita dan suami istri usia produktif yang memiliki kemungkinan
mempunyai anak ( hamil ).
12
Data posyandu. Berisi catatn jumlah pengunjung (bayi, balita, WUS, PUS,
ibu hamil, menyusui, bayi lahir dan meninggal), jumlah petugas yang hadir
(kader posyandu, kader PKK, PKB/PLKB, paramedic dan sebagainya).
Data hasil kegiatan posyandu. Berisi catatan jumlah ibu hamil yang
diperiksa dan mendapat tablet tambah darah, jumlah ibu menyusui, peserta
KB ulang yang dilayani, penimbangan balita, semua balita yang
mempunyai KMS, balita yang timbangannya naik dan di Bawah Garis
Merah (BGM), balita yang mendapatkan vitamin A, KMS yang
dikeluarkan (dibagikan), balita yang mendapat sirup besi, dan imunisasi
(DPT, Polio, campak, hepatitis B) serta balita yang menderita diare.
13
1.13 Pembiayaan Posyandu
Adapun beberapa pembiayaan yang didapatkan untuk melakukan posyandu
didapatkan dari:
1. Sumber Daya Masyarakat
Iuran Pengguna Posyandu
Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat
Sumbangan dari perorangan atau kelompok masyarakat
Dana social keagamaa, misalnya zakat, infak dsb
2. Swasta/ Dunia Usaha
Misalnya dengan menjadikan Posyandu sebagai anak angkat
perusahaan dan bantuannya dapat berupa dana, prasarana atau tenaga
sukarelawan.
3. Hasil Usaha
Pengurus dan kader Posyandu dapat melakukan usaha dimana
hasilnya dapat disumbangkab untuk pengelolaan Posyandu, contohnya
Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Taman Obat Keluarga (TOGA).
4. Pemerintah
Bantuannya berupa dana stimulant atau dalam bentuk sarana dan
prasarana Posyandu.
B. Desa Siaga
1. Pengertian Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau
istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adapt-istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
14
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
15
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi
(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa
proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya
masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa,
Dana Sahat, Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal
pengembangan menuju Desa Siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi
Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
Kegiatan Poskendes
Poskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa, sekurang-kurangnya:
Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan
faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil
yang beresiko.
Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor resikonya (termasuk
kurang gizi).
16
Kesiapsiagaan dan penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan
keluarga sadar gizi, peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), penyehatan lingkungan, dan lain-lain, merupakan kegiatan
pengembangan.
Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan atau
revitalisasi berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa
(misalnya Warung Obat Desa, Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban
Keluarga dan lain-lain). Dengan demikian, Poskesdes sekaligus
berperan sebagai coordinator dan UKBM-UKBM tersebut.
17
Penyusunan pedoman.
Pembuatan modul-modul pelatihan.
Penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih atau Training of Trainers
(TOT).
Provinsi:
Penyelenggaraan TOT (tenaga kabupaten / Kota).
Kabupaten / Kota:
Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan.
Penyelenggaraan pelatihan kader.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
Pusat:
Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
Provinsi:
Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
Kabupaten / Kota:
Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka
penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
Kecamatan:
Pengembangan dan Pembinaan Desa Siaga.
18
Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak, merencanakan
dan melaksanakannya.
Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang
telah dilakukan.
19
Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral,
dukungan financial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan
persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau
Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta
organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikut
sertakan dalam setiap persemuan dan kesepakatan.
20
perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin
dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan
Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan,
utamanya dalah daftar masalah kesehatan, data potensial, serta harapan
masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan
prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh
masing-masing individu / institusi yang diwakilinya, serta langkah-langkah
solusi untuk pembangunan Poskesdes dan pengembangan masing-masing
Desa Siaga.
8. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut:
Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan
khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa
wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat,
sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh
Puskesmas.
21
penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan
pemukiman (PAB-PLP), kegawatdaruratan sehari-hari, kesiap-siagaan
bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), dversifikasi
pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman
Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.
22
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan
pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
23
Dalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung
tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan
penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan
masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih Provinsi.
Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut:
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan
desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
DAFTAR PUSTAKA
http://novithasari03.blogspot.co.id/2013/10/makalah-posyandu.html
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Pusat Promosi
Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
http://www.google.co.id/gwt/n?u=http%3A%2F%2Fcatatanetja.wordpress.com...
26