Disusun oleh :
Kelompok 5
Reny Marlina 22030114140082
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
I. PENDAHULUAN
WHO (1999) menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan
kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita,
anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat gizi merupakan
kebutuhan utama untuk pertahanan hidup, pertumbuhan fisik, perkembangan mental,
prestasi kerja, kesehatan dan kesejahteraan(Supariasa et al. 2001). Terbentuknya sumber
daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan
produktif ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat esensial adalah
terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi (Syarief 2004). (1)
Masalah gizi dibagi menjadi dua kelompok yaitu masalah gizi kurang (under
nutrition) dan masalah gizi lebih (Supariasa et al. 2001). Masalah gizi disebabkan oleh
faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang
salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh berkurangnya penyediaan
pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang
salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-
zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya, faktor-
faktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan, faktor-faktor yang mengganggu
absorbsi dan metabolisme serta utilisasi zat-zat (Almatsier 2001). (1)
Gizi kurang adalah semua hal yang berkaitan dengan ketidakcukupan makanan
(diet), termasuk penyerapan dan pencernaan makanan yang tidak sempurna sehingga
mengakibatkan timbulnya peyakit yang muncul sebagai gejala klinis serta makanan yang
tidak mencukupi secara kualitas atau kuantitas (Khumadi 1989). Kekurangan gizi dapat
berakibat negatif terhadap kesejahteraan perorangan, keluarga, dan masyarakat sehingga
dapat merugikan pembangunan nasional suatu bangsa. (1)
Konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan aspek gizi dan kesehatan.
Konsumsi makanan yang selalu kurang dari kecukupan dalam jangka waktu tertentu dapat
mengakibatkan kurang gizi walaupun tidak menderita penyakit. Akan tetapi, konsumsi
makanan yang cukup apabila terdapat penyakit, dapat pula berakibat kurang gizi (Riyadi
2006).Soekirman (2000) menyatakan bahwa kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan
penyebab tidak langsung terjadinya status gizi kurang atau buruk. Balita merupakan
salah satu kelompok yang termasuk sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap
kekurangan gizi. Kekurangan gizi (KEP) ini adalah suatu bentuk masalah gizi yang
disebabkan oleh berbagai faktor terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan
anak akan energi protein serta karena infeksi, yang berdampak pada penurunan status gizi
anak dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia
(Syarief 2004).
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak di olah yang diperuntukkan bagi manusia sebagai konsumen. Pangan
merupakan makanan dan minuman yang merupakan sumber energi bagi yang
mengkonsumsinya. Termasuk di dalam pengertian pangan adalah bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman. Pengertian pangan di atas
merupakan definisi pangan yang dikeluarkan oleh badan dunia untuk urusan pangan, yaitu
Food and Agricultural Organization(FAO). (2)
Menurut pandangan ahli gizi, diversifikasi konsumsi pangan
merupakan salah satu dari diversifikasi pangan yang pada prinsipnya
merupakan landasan bagi terciptanya ketahanan pangan. Pangan yang
beragam akan dapat memenuhi kebutuhan gizi manusia, disamping itu
diversifikasi konsumsi pangan juga memiliki dimensi lain bagi ketahanan
pangan. Ditinjau dari kepentingan kemandirian pangan, diversifikasi
konsumsi pangan juga dapat mengurangi ketergantungan konsumen pada
(3)
satu jenis bahan pangan.
Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam
mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak
hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga
upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi. Diversifikasi pangan saat ini adalah
kunci keberhasilan dalam mempertahankan ketahanan pangan. Karena itu
makalah ini mencoba membahas tentang diversifikasi pangan dan
peranannya terhadap ketahanan pangan masyarakat
II. ISI
Diversifikasi pangan menjadi salah satu faktor penting dalam mengatasi permasalahan gizi
mengingat ketidakseimbangan gizi akibat konsumsi pangan yang kurang terdiversifikasi
berakibat pada timbulnya masalah gizi baik, gizi kurang, maupun gizi lebih. (4)
Program diversifikasi pangan bertujuan untuk menggali dan meningkatkan
penyediaan berbagai komoditas pangan sehingga terjadi penganekaragaman konsumsi
pangan masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain dengan meningkatkan
usaha diversifikasi secara horizontal melalui pemanfaatan sumber daya yang beraneka
ragam, dan diversifikasi vertikal melalui pengembangan berbagai hasil olahan pertanian.
(7)
III. PENUTUP
(Kesimpulan)