Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

OBAT SEDATIF, TRANQUILIZER, ANALGESIK, DAN


HUBUNGAN DOSIS-RESPONS

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2 KAMIS PAGI


1. Aliyya Az Zahra Nurjaman (1406557592)
2. Antik Raisca Arnedy (1406544841)
3. Eriska Dara Funna (1406577745)
4. Fitri Marsya (1406545125)
5. Hanifa Aristia (1406578211)
6. Pingkan Lestari (1406545062)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017

Judul Percobaan : Obat sedatif, Tranquilizer, Analgesik, dan Hubungan Dosis-respons


Waktu Percobaan : Kamis, 02 Maret 2017/08.00-09.40
Tempat Percobaan : Laboratorium DDL (Drug Development an Laboratory), Rumpun
Ilmu Kesehatan

I. TUJUAN
1.1 Tujuan Percobaan Obat Sedativ dan Transquilizer
1. Praktikan mampu menjelaskan cara penetapan perubahan aktivitas spontan tikus
dengan alat rotarod sebagai salah satu cara pengujian obat penekan saraf pusat
dan tranquilizer.
2. Praktikan mampu mengevaluasi perbedaan efek Klorpromazin dan Ketamin pada
perubahan aktivitas spontan tikus.
1.2 Tujuan Percobaan Obat Analgetik dan Hubungan Dosis - Respon
1. Mahasiswa mampu mengobservasi dan menyimpulkan perubahan respon
akibat pemberian berbagai dosis Metampiron dan Tramadol pada tikus yang
diberi rangsang nyeri.
2. Mahasiswa mampu membuat kurva dosis-respon.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengujian efek analgetik narkotik dan non
narkotik dengan metode Hot-Plate dan metode geliat (Writhing Reflex Test atau
Abdominal Constriction Test).

II. TEORI DASAR


Obat Sedatif dan Transquilizer
Tranquilizer adalah obat penekan sistem saraf pusat yang diklasifikasikan sebagai
sedatif-hipnotik. Tranquilizer dibagi menjadi dua, yaitu tranquilizer mayor
(neuroleptik) dan tranquilizer minor (anxiolytic atau anti-anxiety) yang digunakan
untuk mengatasi penyakit mental (antipsikotik). Tranquilizer minor digunakan
dalam terapi kecemasan, panik, dan insomnia. Neuroleptik secara spesifik
digunakan untuk mengatasi gejala penyakit mental, namun dapat juga digunakan
sebagai sedatif sebelum operasi dan prosedur medis lainnya.
Ketamin termasuk anastetik umum dengan bentuk sediaan larutan yang tidak
berwarna dan stabil pada suhu kamar. Disosiasi anastesi yang ditimbulkan oleh
ketamin berupa dilatasi pupil gerakan-gerakan tungkai spontan dan peningkatan
tonus otot. Ketamin juga dapat digolongkan sebagai obat hipnotik/sedatif dimana
obat ini dapat menimbulkan kantuk (dapat mempermudah tidur). Sebaliknya,
Klopromazin tidak dapat menimbulkan efek kantuk karena obat ini hanya
termasuk golongan tranquillizer/obat penenang mayor. Klopromazin hanya
memberi efek menenangkan. Dosis Ketamin sebagai hipnotik/sedatif adalah 1-
2mg/kg bb IV atau 3-5 mg/kg bb IM dan dosis Klorpromazin sebagai tranquillizer
adalah 50 mg/manusia.
Analgetik dan Hubungan Dosis Respon
Analgesik merupakan obat yang dapat meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.
Analgesik ini dapat dibedakan menajdi analgesik opiod dan analgesik non opioid.
Perbedaan keduanya terletak pada seberapa kuat analgesik dalam memberikan
efek pereda rasa nyeri. Pada analgesik non opioid, sifat analgesik lebih lemah
daripada efek analgesik opioid, tetapi tidak menimbulkan adiksi seperti golongan
obat analgesik opioid.
Analgesik opioid merupakan kelompok obat analgesik yang dapat meredakan
bahkan menghilangkan rasa nyeri, serta menimbulkan adiksi dalam
penggunaannya. Yang termasuk golongan analgesik opioid adalah alkaloid
opium, derivat semisintetik alkaloid opium, senyawa sintetik dengan sifat
farmakologik yang menyerupai morfin.
Analgesik opioid bekerja pada tiga reseptor opioid yaitu reseptor mu (),
kappa() dan delta (). Berdasarkan kerjanya pada ketiga reseptor tersebut,
maka obat yang tergolong opioid dibagi menjadi:
a. Agonis opioid menyerupai morfin, yaitu yang bekerja sebagai agonis terutama
pada reseptor , dan mungkin pada reseptor .
b. Antagonis opioid, yaitu yang tidak memiliki aktivitas agonis pada semua
reseptor.
c. Opioid dengan kerja campur, yaitu:
Agonis-antagonis opioid, yaitu yang bekerja sebagai agonis pada beberapa
reseptor dan sebagai antagonis atau agonis lemah pada reseptor lain.
Agonis parsial.

Tramadol termasuk agonis parsial, merupakan analog kodein sintetik yang


merupakan agonis reseptor yang lemah. Tramadol sama efektif dengan morfin
atau meperidin untuk nyeri ringan sampai sedang tetapi untuk nyeri berat atau
kronik lebih lemah. Dosis maksimum yang dianjurkan per hari 400g/kg bb
manusia.
Metampiron merupakan analgesik non opioid, termasuk analgesik golongan
AINS (Anti- Inflamasi Non Steroid) bekerja dengan menghambat enzim
siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) sehingga mengurangi produksi
prostaglandin sebagai mediator inflamasi dan juga rasa nyeri.

Anda mungkin juga menyukai