SITI KARIMAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Siti Karimah
NIM H151150346
RINGKASAN
SITI KARIMAH. Kajian Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-
faktor yang Memengaruhinya. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan JAENAL
EFFENDI.
Indonesia has imposed a dual banking system since 2007. Islamic banks has
grown quite rapidly in Indonesia. However, Islamic banks still have many
obstacles. Small market share of Islamic banking is one of them. There are various
ways that can be done to increase the market share of Islamic banking, one of
them by improving the efficiency of Islamic banks. Efficiency can be generally
defined as an Islamic bank in producing a number of output with a number of
inputs. This study aimed to estimate the efficiency of Islamic Banks in Indonesia
and analyzed the factors that influence it. The object of this study consisted of ten
Islamic Banks in Indonesia the second quarter of 2012 until the first quarter of
2016. There are two steps done in this study. First, the estimation of efficiency by
parametric method, Data Envelopment Analysis (DEA) and non-parametric
methods, Stochastic Frontier Approach (SFA). Second, analysis of factors that
affect the estimation of efficiency with Tobit regression model.
Generally, the results showed that Islamic Banks in Indonesia has not been
operating efficiently when based on score estimation of efficiency with DEA and
SFA method that is less than one. The estimation results of Tobit regression
model showed total financing, CAR, and ROE have positive and significant
impact on the efficiency of Islamic Banks in Indonesia. The study results also
showed that the deposits and other operational costs have significant negative
effect to the efficiency of Islamic Banks in Indonesia. Based on the research
results, Islamic Banks should be able to increase the amount of financing that has
good quality and evaluating the operational costs incurred. In addition, the Islamic
Banks should maintain its financial performance by monitoring the minimum
capital adequacy ratio.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KAJIAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
SITI KARIMAH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Lukytawati Anggraeni, SP MSi
Judul Tesis : Kajian Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-
faktor yang Memengaruhinya
Nama : Siti Karimah
NIM : H151150346
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Kajian Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya ini
berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suri teladan dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua
dan keluarga penulis, yaitu ayah Lukman Hakim, ibu Nurhayati, kakak Eva
Maulidah, serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Selain itu, penulis juga megucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Tanti Novianti, SP, MSi dan Bapak Dr Jaenal Effendi, Sag, MA selaku
dosen pembimbing atas arahan, masukan, dan bimbingannya dalam penulisan
karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, MSi selaku dosen penguji luar komisi dan
Ibu Dr. Wiwiek Rindayati, Msi selaku penguji dari wakil program studi atas
kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi,
Sekolah Pascasarjana IPB yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
4. Teman-teman Fast track Ilmu Ekonomi Angkatan 3 atas dukungan, doa, dan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.
5. Teman seperjuangan penyelesaian studi di Departemen Ilmu Ekonomi yaitu
Zulva Ajizah dan Faizal Amir atas waktu, dukungan, dan doa yang telah
diberikan kepada penulis.
6. Keluarga Ekonomi Syariah 48 Yulya Ariyani, Siti Nur Mu`minah, Dessy Nur
Hasanah, Diniyah Ginung Pratina, Sarah Nabilah, Zara Fathia, Ghina Khalida,
Vita Nayunda, Salma Siti Salamah atas bantuan, dukungan, dan kasih
sayangnya.
7. Teman seperjuangan sejak masa Tingkat Persiapan Bersama hingga selesai
mengikuti program Fast track, Murni Anggraeni atas dukungan dan
motivasinya.
8. Teman terbaik sejak SMA, Adhi Prima Arkham Putranda atas dukungan dan
doa selama penulis menyelesaikan studinya di Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Siti Karimah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
2 TINJAUAN PUSTAKA 5
Frontier 5
Efisiensi 6
Metode dalam pengukuran efisiensi 7
Pendekatan dalam Pengukuran Efisiensi 10
Penelitian Terdahulu 10
Kerangka Pemikiran Konseptual 15
Hipotesis Penelitian 17
3 METODE 17
Jenis dan Sumber Data 17
Metode Analisis dan Pengolahan Data 17
Model Penelitian 18
Sampel Penelitian 22
4 ANALISIS DESKRIPTIF 22
Gambaran umum variabel input dan output pada kegiatan operasional
Bank Umum Syariah 22
Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Periode 20122016 24
Perkembangan Modal Inti Bank Umum Syariah Periode 20122016 25
Perkembangan Return on Asset (ROE) Modal Bank Umum Syariah
Periode 20122016 26
Perkembangan Rasio Kecukupan Modal Bank Umum Syariah
Periode 20122016 27
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 27
6 SIMPULAN DAN SARAN 36
Simpulan 36
Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 40
RIWAYAT HIDUP 55
DAFTAR TABEL
1 Indikator perkembangan Bank Umum Syariah periode 20122016 1
2 Penelitian terdahulu dengan metode DEA, SFA, dan Tobit 14
3 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian 17
4 Input-output model DEA 18
5 Deskripsi variabel model SFA 19
6 Definisi operasional variabel independen pada model tobit 21
7 Daftar sampel penelitian 22
8 Statistik deskriptif input dan output penelitian periode 20122016
(triliun rupiah) 23
9 Efisiensi teknis BUS periode Q2.2012Q1.2016 28
10 Efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012Q1.2016 29
11 Peringkat kinerja efisiensi teknis BUS periode Q2.2012Q1.2016 31
12 Peringkat kinerja efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012
Q1.2016 31
13 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS 34
DAFTAR GAMBAR
1 ROA dan BOPO BUS periode 20092016 3
2 Aset dan DPK BUS tahun 20122016 4
3 Garis frontier 5
4 Efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi 6
5 Hubungan input-output pada BUS (pendekatan intermediasi) 10
6 Kerangka pemikiran 16
7 Perkembangan input dan output operasional BUS periode
Q2.2012Q1.2016 23
8 Perkembangan aset BUS periode Q2.2012Q1.2016 24
9 Perkembangan modal inti BUS periode Q2.2012Q1.2016 25
10 Perkembangan ROE periode Q2.2012Q1.2016 26
11 Perkembangan CAR BUS periode Q2.2012 Q1.2016 27
12 Tren pergerakan skor efisiensi BUS periode Q2.2012Q1.2016 30
13 Perbandingan kinerja efisiensi teknis dan efisiensi keuntungan alternatif
BUS di Indonesia periode Q2.2012Q1.2016 32
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil estimasi skor efisiensi teknis dan efisiensi teknis murni dengan
metode DEA menggunakan software Banxia Frontier Analysis 4.1 41
2 Hasil estimasi Model Tobit I menggunakan software Eviews 9 51
3 Hasil estimasi Model Tobit II menggunakan software Eviews 9 52
4 Hasil estimasi Model Tobit III menggunakan software Eviews 9 53
5 Hasil estimasi Model Tobit IV menggunakan software Eviews 9 54
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Bank Umum Syariah di Indonesia telah beroperasi sejak tahun 1991 namun
menurut Bank Indonesia (2016) pangsa pasar BUS sampai April 2016 hanya
sebesar 3.8% dari pangsa pasar perbankan nasional. Kondisi ini mungkin
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, pertama, kurangnya kemampuan bank
syariah dalam menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan pada Gambar 1. ROA
(Return on Assets) BUS yang merupakan rasio keuntungan sebelum pajak dibagi
3
total aset mengalami penurunan sejak tahun 2012 dan penurunan paling curam
terdapat pada periode 2013-2014. Kemudian ROA kembali meningkat namun
dengan besarnya tidak mencapai ROA tahun sebelumnya
Berbeda dengan ROA, dari Gambar 1 terlihat bahwa BOPO (Biaya
Operasional Pendapatan Operasional) terus meningkat dari tahun 2012-2015
kemudian mengalami penurunan di tahun 2016 namun besar BOPO masih lebih
tinggi dari kondisi tahun sebelum terjadi peningkatan (2011). BOPO merupakan
rasio beban operasional dengan pendapatan operasional. Peningkatan BOPO
menandakan bank syariah belum bisa beroperasi secara efisien. Artinya, BUS
belum bisa meminimumkan beban operasional dengan sejumlah pendapatan
operasional tertentu atau dengan kata lain, menciptakan pendapatan operasional
maksimal dengan beban operasional tertentu.
2.5 120
100
BOPO (%)
2
ROA (%)
1.5 80
60
1 40
0.5 20
0 0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
ROA BOPO
Sumber: Bank Indonesia (2016, diolah)
Gambar 1 ROA dan BOPO BUS periode 20092016
Dari Gambar 1 terlihat bahwa terdapat korelasi negatif antara ROA dengan
BOPO. Ketika BOPO menurun, ROA cenderung akan meningkat. BOPO yang
rendah dan ROA yang tinggi adalah best practice dari perbankan syariah.
Implikasi dari rendahnya ROA adalah tingkat imbal hasil yang diberikan kepada
nasabah menurun menyebabkan minat nasabah untuk menyalurkan dananya
melalui bank syariah menurun. Kondisi ini tercermin dari Gambar 2, pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga (DPK) terus menurun. Pertumbuhan DPK yang terus menurun
menyebabkan dana yang dapat disalurkan pada pembiayaan pun menurun. Oleh
karena itu keuntungan yang diperoleh BUS pun kembali menurun dan
menyebabkan pertumbuhan aset juga menurun.
Untuk mengatasi kondisi ini dibutuhkan kajian yang mendalam mengenai
BUS salah satunya merupakan kajian dari sisi efisiensi yang erat kaitannya
dengan biaya dan output operasional perbankan. Melalui kajian efisiensi
diharapkan dapat meningkatkan performa BUS sehingga BUS dapat memberikan
manfaat yang optimal bagi masyarakat dan industri keuangan di Indonesia.
Penelitian sebelumnya mengenai kinerja efisiensi BUS di Indonesia yang
dilakukan oleh Afiatun dan Wiryono (2010) membuktikan bahwa BUS di
Indonesia memiliki cenderung inefisien dibandingkan dengan bank konvensional.
BUS yang disertakan dalam pengamatan adalah Bank Syariah Mandiri (BSM),
Bank Muamalat, dan Bank Mega Syariah periode 20042009. BSM merupakan
bank dengan nilai efisiensi tertinggi disusul Bank Muamalat dan Bank Mega
Syariah. Kajian efisiensi BUS di Indonesia dengan objek pengamatan BSM, Bank
4
Muamalat, dan Bank Mega Syariah periode 20092012 dilakukan Azaroh (2014).
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian Afiatun dan Wiryono (2010), Azaroh
(2014) membuktikan bahwa Bank Muamalat memiliki kinerja efisiensi tertinggi,
disusul BSM dan Bank Mega Syariah.
250000
(juta rupiah)
200000
150000
100000
50000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Aset DPK
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
5
Penelitian ini meliputi analisis efisiensi teknis, efsiensi teknis murni, skala
efisiensi, dan efisiensi keuntungan alternatif serta faktor-faktor yang
memengaruhinya. Sampel penelitian mencakup 10 dari 12 Bank Umum Syariah
(BUS) yang ada di Indonesia. Terdapat dua BUS yang tidak diikutsertakan pada
penelitian ini yaitu BTPN Syariah dan BJB Syariah karena adanya keterbatasan
data. Penelitian ini menggunakan data triwulan periode Juni 2012Maret 2016
(Q2.2012Q1.2016).
2 TINJAUAN PUSTAKA
Frontier
Efisiensi
=1
Penelitian Terdahulu
adalah efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi menggunakan
metode non-parametrik Data Envelopment Analysis. Input yang digunakan adalah
biaya tenaga kerja, deposito, dan biaya operasional lainnya sedangkan output yang
digunakan adalah total pembiayaan, pendapatan operasional lainnya, dan aset
lancar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat inefisiensi bank
syariah pada periode pengamatan adalah 10 % dan bank syariah di kawasan Timur
Tengah memiliki tingkat inefisiensi lebih tinggi relatif terhadap bank di kawasan
lainnya.
Hassan (2006) menganalisis kinerja efisiensi perbankan syariah di dunia
dengan menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA) untuk mengestimasi
efisiensi biaya dan efisiensi keuntungan serta Data Envelopment Analysis (DEA)
untuk mengestimasi efisiensi biaya, efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi
teknis murni, dan skala efisiensi. Untuk mengestimasi efisiensi biaya dan
keuntungan digunakan harga input yaitu harga dari deposito, tenaga kerja, dan
modal sedangkan output yaitu total pembiayaan, pendapatan dari aset lainnya, dan
investasi portofolio.Secara keseluruhan kinerja efisiensi perbankan syariah masih
relatif inefisien dibandingkan dengan perbankan konvensional di dunia.
Hassan (2006) juga menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada
efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efisiensi biaya dan efisiensi teknis. ROA dan ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi alokatif. Total aset dan ROA
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap efisiensi murni dan total aset,
ROA, dan ROE berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap skala efisiensi.
Selain itu ditemukan juga bahwa ROA dan ROE memiliki korelasi yang tinggi
dengan tingkat efisiensi suatu perbankan.
Penelitian mengenai kajian efisiensi bank konvensional dan bank syariah di
Indonesia periode 20042009 dilakukan oleh Afiatun dan Wiryono (2010)
menggunakan metode DEA dengan pendekatan intermediasi. Input yang
digunakan adalah total deposito sedangkan output yang digunakan adalah total
pinjaman dan pendapatan operasional lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bank syariah yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega
Syariah di Indonesia relatif beroperasi secara inefisien dibandingkan bank
konvensional di Indonesia.
Efisiensi biaya dan keuntungan bank syariah di Afrika, Asia Tengah, Eropa,
dan Timur Tengah dengan menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA)
dikaji oleh Tahir dan Haron (2010). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
total biaya (biaya operasional, beban bunga, gaji karyawan, dan biaya overheads)
dan keuntungan sebelum pajak. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
total pendapatan dari aset bank (pinjaman, investasi, dan pendapatan aset lainnya),
price of capital (gaji karyawan dan biaya overhead lainnya dibagi dengan total
asset), dan price of deposits (imbal bagi hasil yang dibayarkan kepada depositor).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah di empat daerah tersebut
memiliki kontrol efisiensi biaya yang lebih baik daripada kontrol peningkatan
output. Bank syariah di Eropa terbukti memiliki kinerja yang efisien dari segi
biaya dan keuntungan daripada bank syariah di daerah lainnya.
Penelitian yang bertujuan menganalisis kinerja efisiensi bank syariah
sebelum dan sesudah krisis global berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA)
dengan pendekatan intermediasi dilakukan oleh Praktiko dan Sugiarto (2011).
12
Variabel output dalam penelitian ini adalah jumlah pembiayaan dan pendapatan
operasional sedangkan variabel inputnya adalah jumlah simpanan, jumlah aktiva
tetap, dan biaya tenaga kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja efisiensi
perbankan syariah, baik sebelum maupun sesudah masa krisis global, secara
umum termasuk dalam kondisi efisien. Terdapat perbedaan pada skala efisiensi
perbankan syariah saat sebelum dan sesudah krisis global. Perbedaan ini terjadi
karena masih terdapat Decision Making Unit (DMU) yang inefisien.
Qureshi dan Shaikh (2012) menganalisis kinerja efisiensi bank syariah dan
bank konvensional di Pakistan. Metode yang digunakan untuk mengestimasi skor
efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi adalah Data
Envelopment Analysis (DEA) melalui pendekatan intermediasi. Variabel input
dalam penelitian ini adalah total deposito dan total biaya operasional sedangkan
output yang digunakan adalah total revenue dan pendapatan lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bank syariah memiliki kinerja yang lebih efisiens
dibandingkan dengan bank konvensional di Pakistan.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja efisiensi perbankan syariah
dianalisis oleh Kablan dan Yousfi (2013) dengan menggunakan sampel dari 17
negara dari Timur Tengah, Asia, Afrika, dan Eropa. Estimasi skor efisiensi
dilakukan dengan metode Stochastic Frontier Approach (SFA) dengan
menggunakan pendekatan fungsi biaya. Regulasi, kekuatan pasar, keuntungan,
jumlah nasabah berpengaruh positif terhadap kinerja efisiensi suatu perbankan
syariah. Contoh negara dengan regulasi yang pro perbankan syariah dan memiliki
nilai efisiensi yang relatif lebih tinggi adalah Malaysia dan Pakistan.
Analisis komparatif kinerja efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala
efisiensi perbankan syariah di MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) dengan
perbankan syariah di Asia dilakukan oleh Rahman dan Rosman (2013). Penelitian
ini menggunakan 63 sampel bank syariah periode 20062009 dengan pendekatan
intermediasi. Variabel input pada penelitian ini adalah biaya tenaga kerja, biaya
tetap, dan total dana yang dimiliki bank dan variabel output yaitu total
pembiayaan dan pendapatan total dari aset lain yang dimiliki bank. Analisis
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) menunjukkan hasil bahwa
secara umum bank syariah di MENA dan Asia telah bekerja secara efisien.
Kinerja bank syariah di Asia lebih efisien daripada bank syariah di MENA.
Keadaan ekonomi suatu negara terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap
kinerja efisiensi suatu bank syariah.
Rahman dan Rosman (2013) juga menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja efisiensi perbankan syariah di MENA dan Asia. Terdapat
tiga model regresi berganda pada penelitian ini yang diestimasi dengan metode
Ordinary Least Square (OLS). Variabel dependen pada model pertama adalah
skor efisiensi secara keseluruhan, model kedua adalah skor efisiensi murni, dan
model ketiga adalah skala efisiensi. ROA dan total aset berpengaruh negatif
sedangkan total ekuitas dan GDP berpengaruh positif terhadap skor efisiensi
secara keseluruhan. Total aset, total ekuitas dan GDP berpengaruh positif
sedangkan ROA berpengaruh negatif terhadap skor efisiensi murni. ROA, total
sset, dan total ekuitas berpengaruh negatif sedangkan GDP berpengaruh positif
terhadap skala efisiensi.
Kajian efisiensi bank syariah di kawasan MENA pada periode krisis tahun
20072009 dilakukan oleh Said (2013) menggunakan pendekatan inermediasi
13
dengan metode DEA. Nilai efisiensi yang diestimasi adalah efisiensi teknis,
efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi. Input yang digunakan ialah biaya
tenaga kerja, biaya aset tetap, dan total dana pihak ketiga sedangkan output yang
digunakan adalah total pembiayaan, aset lancar, dan pendapatan operasional
lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum bank syariah di
kawasan MENA belum beroperasi secara efisien. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh sistem perbankan yang belum dirancang secara baik dan kurangnya
kemampuan bank syariah dalam mengalokasikan inputnya dengan optimal.
Penelitian dilakukan oleh Saeed et al. (2013) untuk menganalisis kinerja
efisiensi teknis, efisiensi teknis murni serta skala efisensi bank syariah dan bank
konvensional di Pakistan pada tahun 20112013 dengan pendekatan intermediasi
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Input yang digunakan
adalah modal dan dana pinjaman sedangkan outputnya adalah pembiayaan atau
kredit dan investasi portofolio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
keseluruhan kinerja efisiensi teknis, efisiensi murni, dan skala efisiensi perbankan
konvensional lebih baik daripada perbankan syariah di Pakistan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi
keuntungan bank syariah sebelum dan sesudah krisis di MENA dan Asia Selatan
pada tahun 2007-2008 dilakukan oleh Mghaieth dan Mehdi (2014). SFA
digunakan untuk mengestimasi efisiensi keuntungan dengan variabel dependen
total biaya berupa penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya bagi hasil, dan biaya
operasional lainnya, variabel independen berupa output yaitu total pembiayaan
dan total pendapatan lainnya serta input berupa biaya tenaga kerja, biaya bagi
hasil, dan biaya operasional lainnya. Hasil estimasi dengan metode GLS
menunjukkan bahwa ln aset, modal, ROA, dan biaya operasional berpengaruh
positif dan signifikan terhadap efisiensi keuntungan pada sebelum, saat, dan
sesudah krisis 2007-2008 terjadi.
Analisis komparatif kinerja efisiensi perbankan konvensional dan perbankan
syariah di Indonesia dilakukan oleh Havidz dan Setiawan (2015) dengan
menggunakan sampel 6 bank konvensional dan 3 bank syariah periode Januari
2008September 2013. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dengan variabel input total deposito, pengeluaran operasional,
dan aset tetap sedangkan variabel output adalah total kredit atau pembiayaan dan
pendapatan operasional. Hasil estimasi DEA menunjukkan bahwa secara umum
kinerja efisiensi perbankan konvensional di Indonesia relatif lebih tinggi dari
perbankan syariah.
Rahim et al. (2015) menganalisis efisiensi bank syariah di Malaysia periode
20082009 menggunakan metode DEA dengan pendekatan intermediasi. Input
yang digunakan adalah biaya tenaga kerja dan biaya bagi hasil sedangkan output
yang digunakan adalah total pembiyaan dan pendapatan operasional lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bank domestik yaitu Bank Muamalat dan BIMB
memiliki skor efisiensi tertinggi sebesar 1.00 dan beroperasi dalam Constant
Return to Scale (CRTS).
14
Hipotesis Penelitian
3 METODE
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam
bentuk panel data yaitu gabungan antara data kerat lintang berupa sepuluh Bank
Umum Syariah di Indonesia dan data deret waktu berupa data kuartal periode Juni
2012Maret 2016 (Q2.2012Q1.2016). Data pada penelitian ini diperoleh dari
situs Bank Indonesia berupa Statistik Perbankan Syariah dan dari situs BUS
berupa Laporan Keuangan Perbankan. Penelitian ini juga menggunakan data
pelengkap lainnya yang diperoleh dari literatur berkaitan, jurnal, buku serta media
internet.Selengkapnya mengenai data-data yang digunakan dalam penelitian
dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
No Data Satuan Sumber
1 Biaya tenaga kerja Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
2 Biaya operasional Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
3 Biaya bagi hasil Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
4 Dana simpanan wadiah Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
5 Pembiayaan Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
6 Pendapatan penyaluran dana Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
7 Pendapatan operasional lainya Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
8 Aset Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
9 Modal Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
10 Return on asset Persen Laporan Keuangan Perbankan
11 Capital Adequate Ratio Persen Laporan Keuangan Perbankan
Model Penelitian
Tobit
Tahapan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah estimasi skor
efisiensi dengan menggunakan metode DEA dan SFA. Skor efisiensi yang
dihasilkan adalah skor efisiensi teknis, skor efisiensi teknis murni, skala efisiensi
dengan DEA dan skor efisiensi keuntungan alternatif dengan SFA. Pada tahapan
kedua dalam penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap skor efisiensi yang telah dihasilkan pada tahap pertama.
Tobit mengasumsikan bahwa variabel-variabel independen pada model
tidak memiliki batasan nilai (non-censured) sedangkan variabel dependen pada
model memiliki batasan nilai (censured). Nilai skor efisiensi yang berkisar antara
01 membuat model Tobit merupakan metode yang tepat untuk mengestimasi
koefisien regresi dalam analisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja efisiensi
sebuah BUS.
Terdapat 4 (empat) model yang diestimasi pada penelitian ini. Model I
bertujuan mengestimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis
20
Model III
ESit = b0 + b1 Ln X1it + b2 Ln X2it + b3 Ln X3it + b4 Ln X4it + b5 Ln X5it
+ b6 X6it + b7 X7it + eit (13)
Model IV
APEit = b0 + b1 Ln X1it + b2 Ln X2it + b3 Ln X3it + b4 Ln X4it + b5 Ln X5it
+ b6 X6it + b7 X7it + eit (14)
Keterangan:
TEit : Skor efisiensi teknis BUS ke-i pada periode ke-t
PTEit : Skor efisiensi teknis murni BUS ke-i pada periode ke-t
ESit : Skor skala efisiensi BUS ke-i pada periode ke-t
APEit : Skor efisiensi keuntungan alternatif BUS ke-i pada periode ke-t
b0 : intersep
bi : koefisien variabel ke-i
X1it : Total pembiayaan BUS ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X2it : Modal inti BUS ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X3it : Dana simpanan wadiah BUS ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X4it : Biaya operasional ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X5it : Total aset BUS ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X6it : Rasio Return on Equity (ROE) ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X7it : Rasio Capital Adequancy Ratio (CAR) ke-i pada periode ke-t (dalam %)
eit : galat
Pengujian parameter hasil estimasi model regresi tobit
Terdapat dua uji yang digunakan pada parameter hasil estimasi model regresi tobit
yaitu:
1. Likelihood Ratio test
Likelihood Ratiotest dalam model tobit dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel bebas dalam model bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak
bebas secara nyata. Hipotesis untuk uji f adalah:
21
H0 : bo = b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0
H1 : Minimal ada satu bi yag tidak sama dengan nol
Jika nilai Likelihood Ratioyang didapatkan dari hasil estimasi> taraf nyata maka
tolak H0 yang artinya variabel-variabel bebas dalam model secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Jika nilai probabilitas Likelihood
Ratio yang didapatkan< taraf nyata maka tidak tolak H0 yang artinya variabel-
variabel bebas dalam model secara bersama-sama berpengaruh tidak nyata
terhadap variabel bebasnya.
2. Wald test
Wald test dalam model tobit dilakukan untuk mengetahui suatu variabel bebas
berpengaruh secara signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel tidak bebas.
Hipotesis untuk uji t adalah:
H0 : variabel bebas tidak signifikan
H1 : variabel bebas signifikan
Jika nilai probabilitas t-statistik suatu variabel yang didapatkan dari hasil
estimasi < taraf nyata maka tolak H0 yang artinya variabel bebas tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas dalam model.
Sebaliknya, jika nilai probabilitas t-statistik suatu variabel > taraf nyata maka
tidak tolak H0 yang artinya variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel tidak bebas dalam model.
Tabel 6 Definisi operasional variabel independen pada model tobit
Variabel Deskripsi Rujukan
Pembiayaan yang
disalurkan BUS yaitu
Total Hassan (2006), Widiarti et al.
mudharabah,
pembiayaan (2015)
musyarakah, ishtisna,
salam, murabahah
Modal inti
Dana simpanan Dana pihak ketiga dengan
Widiarti et al. (2015)
wadiah akad wadiah (titipan)
Biaya yang dikeluarkan
Biaya Mghaieth dan Mehdi (2014)
BUS untuk kegiatan
operasional
operasional
Hassan (2006), Gupta et al.
(2008), Viverita dan Ariff (2011),
Total aset yang dimiliki Firdaus dan Hosen (2013),
Aset
BUS Rahman dan Rosman (2013),
Mghaieth dan Mehdi (2014),
Widiarti et al. (2015)
Rasio total keuntungan Hassan (2006), Gupta et al.
ROE BUS sebelum pajak (2008), Firdaus dan Hosen
dengan total ekuitas (2013), Kablan dan Yousfi (2013)
Gupta et al. (2008), Firdaus dan
Hosen (2013), Mghaieth dan
CAR Rasio kecukupan modal
Mehdi (2014), Widiarti et al.
(2015)
22
Sampel Penelitian
4 ANALISIS DESKRIPTIF
sebesar 177 731 triliun rupiah serta nilai minimum sebesar 100 813 triliun rupiah.
Pendapatan operasional menunjukkan nilai rata-rata 1 751 triliun rupiah pada
periode pengamatan Q2.2012Q1.2016 dengan standar deviasi 1 086 dan nilai
maksimum 4 900 triliun rupiah serta nilai minimum 506 triliun rupiah.
Tabel 8 Statistik deskriptif input dan output penelitian periode 20122016
(triliun rupiah)
Standar Nilai Nilai
Variabel Rata-rata
Deviasi Maksimum Minimum
Input
DPK 20174 2 601 25877 15 169
Biaya tenaga kerja 2 251 1 079 4299 766
Biaya operasional lainnya 3467 2290 8419 1018
Output
Pembiayaan 151 484 24 452 177 731 100 813
Pendapatan operasional 1 751 1 086 4 900 506
Sumber: Laporan Keuangan BUS (2016, diolah)
Perkembangan nilai input dan output BUS periode Q2.2012 Q1.2016
ditunjukkan oleh Gambar 7. Besarnya ketiga input BUS berfluktuasi di setiap
kuartal pada tiap tahunnya namun fluktuasi ini memiliki pola tertentu. Pola
tersebut adalah peningkatan jumlah input menjelang akhir tahun yaitu pada
kuartal ke-empat di tiap periode kemudian jumlah input kembali menurun di
kuartal pertama tahun berikutnya.
Beban TK, Beban operasional,
10000 200000
Pembiayaan, DPK
pendapatan operasional
8000
(triliun rupiah)
150000
6000
(triliun rupiah)
100000
4000
2000 50000
0 0
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014 2015 2016
Periode
Beban tenaga kerja Beban operasional lainnya
Pendapatan operasional DPK
Pembiayaan
memiliki pola yang sama. Salah satu penyebabnya adalah promosi yang banyak
dilakukan di akhir tahun karena banyaknya event yang dilakukan di akhir tahun.
Dari sisi output, besarnya pembiayaan mengalami peningkatan selama
periode pengamatan Q2.2012Q1.2016. Kondisi ini menunjukkan konsistensi
BUS dalam memaksimumkan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dengan
menyalurkan dana dari unit surplus ke unit defisit. Pembiayaan yang dimaksud di
sini adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, dan istishna. Tidak
adanya pemisahan jumlah pembiayaan berdasarkan jenis-jenis akad pada Laporan
Keuangan BUS sebelum periode Q2.2015.
Di sisi lain, pendapatan operasional memiliki pola yang sama dengan
ketiga variabel input yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada awal tahun, bank
umumnya fokus untuk menyalurkan pembiayaan sedangkan di akhir tahun,
pembiayaan yang disalurkan lebih sedikit, bank lebih fokus terhadap
pengembalian pembiayaan yang telah disalurkan sebelumnya. Hal ini dapat
menjadi penyebab peningkatan pendapatan operasional pada kuartal ke-empat
setiap tahunnya. Pada kuartal empat, bank semakin banyak mendapakan
pendapatan dari pembayaran yang disalurkan mulai dari awal tahun.
BNI Syariah
5000
Modal inti
BRI Syariah
4000 Bank Syariah Mandiri
3000 Bank Bukopin Syariah
Maybank Syariah
2000 Bank Mega Syariah
1000 Bank Panin Syariah
0 Bank Muamalat
Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1 Bank Victoria Syariah
perusahaannya, BSM, PT. Mandiri Tbk. memberikan tambahan modal inti kepada
BSM pada akhir tahun 2015 sehingga BSM berpindah kategori dari Bank Buku 2
menjadi Bank Buku 3.
Penambahan modal inti oleh induk perusahaan juga terjadi pada Bank
Muamalat pada akhir tahun 2013. Namun, beberapa hal diantaranya peningkatan
biaya operasional menyebabkan modal inti tersebut mengalami penurunan yang
dimulai dari periode Q2.2014. Akibatnya, Bank Muamalat yang diproyeksikan
dapat mencapai kategori Bank Buku 3 pada tahun 2015 masih berada pada
kategori Bank Buku 2 pada April 2016.
80 BCA Syariah
60 BNI Syariah
40 BRI Syariah
Bank Syariah Mandiri
ROE (%)
20
Bank Bukopin Syariah
0 Maybank Syariah
Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1 Bank Mega Syariah
-20
-40 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Panin Syariah
Bank Muamalat
-60 Periode Bank Victoria Syariah
Capital Adequancy Ratio atau CAR adalah rasio kinerja bank yang
berfungsi mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang
aktiva yang memiliki atau menyebabkan risiko. Bank Indonesia menyatakan
bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 % dari ATMR atau
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko melalui Surat Edaran Bank Indonesia
No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. Berdasarkan Gambar 11 Rasio
kecukupan modal minimum perbankan syariah di Indonesia pada tahun 20114
hingga 2016 cenderung mengalami penurunan akan tetapi rasio CAR tersebut
masih berada diatas batas minimum sehingga dapat dikatakan masih aman. Bank
syariah diharapkan dapat terus mengendalikan nilai CAR untuk diatas 8 % dengan
cara bertahan untuk tidak menyalurkan pembiayaan yang akan menambah aset
berisiko sehingga mengharuskan bank untuk menambah modal.
80 BCA Syariah
70 BNI Syariah
60 BRI Syariah
50
CAR (%)
dengan skala efisiensi. Kondisi ini disebabkan oleh perhitungan skala efisiensi
diperoleh dari pembagian nilai efisiensi teknis oleh nilai efisiensi teknis murni dan
nilai efisiensi murni cenderung memiliki pergerakan yang stabil sehingga nilai
skala efisiensi mengikuti pola nilai efisiensi teknis.
1.2
1 TE
0.8 PTE
(%)
0.6
0.4 ES
0.2
0 APE
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015 2016
Periode
Sumber: output DEA dan SFA (2016, diolah)
Gambar 12 Tren pergerakan skor efisiensi BUS periode Q2.2012Q1.2016
Skor efisiensi keuntungan alternatif pun berfluktuasi dari Q2.2012 sampai
Q1.2016. Peningkatan skor efisiensi keuntungan alternatif terjadi periode Q3.2012
ke Q4.2012 kemudian stabil sampai Q1.2013 dan kembali menurun di kuartal
selanjutnya. Pola ini terulang kembali pada Q1.2015. Kemampuan
mempertahankan efisiensi keuntungan alternatif dengan skor optimal hanya dapat
terjadi di satu kuartal kemudian menurun pada kuartal berikutnya. Hal ini
disebabkan banyak faktor diantaranya beban operasional yang terus berfluktuasi,
begitu juga dengan pendapatan operasional yang didapatkan oleh BUS.
akan menghasilkan peningkatan output sebesar 1%, ceteris paribus. Bank Panin
Syariah merupakan BUS ke-enam yang berdiri di Indonesia pada tahun 2009.
Setelah tujuh tahun beroperasi, Bank Panin Syariah telah mampu mencapai tahap
mature. BUS lainnya, selain Bank Panin Syariah, masih beroperasi pada kodisi
Increasing Return to Scale (IRTS) yang ditandai dengan skor skala efisiensi
kurang dari satu. Implikasinya, peningkatan 1% input yang digunakan oleh BUS
akan menghasilkan peningkatan output lebih dari 1%, ceteris paribus.
Tabel 11 Peringkat kinerja efisiensi teknis BUS periode Q2.2012Q1.2016
No BUS TE PTE ES RTS
1 Panin Syariah 1.00 1.00 1.00 CRTS
2 Maybank Syariah 0.96 0.97 0.98 IRTS
3 Bukopin Syariah 0.97 0.99 0.97 IRTS
4 BCA Syariah 0.88 0.92 0.94 IRTS
5 Victoria Syariah 0.86 1.00 0.86 IRTS
6 BNI Syariah 0.85 0.99 0.85 IRTS
7 Syariah Mandiri 0.84 1.00 0.84 IRTS
8 Muamalat 0.81 1.00 0.81 IRTS
9 BRI Syariah 0.79 0.96 0.83 IRTS
10 Mega Syariah 0.64 0.88 0.71 IRTS
Sumber: output DEA (2016, diolah)
Efisiensi Keuntungan Alternatif
Tabel 12 menunjukkan bahwa belum ada BUS yang terbukti dapat
menghasilkan keuntungan yang maksimal, kondisi ini dibuktikan dengan skor
efisiensi keuntungan alternatif yang hanya mendekati 1. Jika dari sisi efisiensi
teknis, Bank Panin Syariah berhasil mendapatkan nilai tertinggi, pada sisi efisiensi
keuntungan alternatif, BNI Syariah merupakan BUS yang terbukti paling mampu
memaksimumkan keuntungan dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai efisiensi keuntungan alternatif BNI Syariah sebesar 0.94.
Tabel 12 Peringkat kinerja efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012
Q1.2016
No BUS APE No BUS APE
1 BNI Syariah 0.94 6 BCA Syariah 0.85
2 Panin Syariah 0.92 7 Victoria Syariah 0.81
3 Maybank Syariah 0.92 8 Muamalat 0.79
4 Bank Syariah Mandiri 0.89 9 BRI Syariah 0.66
5 Bukopin Syariah 0.89 10 Mega Syariah 0.66
Sumber: output SFA (2016, diolah)
Perbandingan kinerja efisiensi teknis dan efisiensi keuntungan alternatif
Penelitian ini mengestimasi nilai efisiensi menggunakan metode non-
parametrik dan parametric. Metode non-parametrik, DEA, digunakan untuk
mengestimasi nilai efisiensi teknis sedangkan metode parametric, SFA, digunakan
untuk mengestimasi nilai efisiensi keuntungan alternatif. Efisiensi teknis dan
efisiensi keuntungan alternatif memandang efisiensi dari cara yang berbeda.
Efisiensi teknis mengestimasi nilai efisiensi berdasarkan kemampuan BUS dalam
meminimumkan penggunaan inputnya, hal ini disebut input-oriented. Di sisi lain,
32
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
BUS
TE APE
Sumber: output DEA dan SFA (2016, diolah)
Gambar 13 Perbandingan kinerja efisiensi teknis dan efisiensi keuntungan
alternatif BUS di Indonesia periode Q2.2012Q1.2016
nyata 5% dan skala efisiensi pada taraf nyata 10%, ceteris paribus. ROE mewakili
tingkat profitabilitas suatu BUS. BUS yang dapat menghasilkan keuntungan yang
lebih besar dapat diindikasikan sebagai BUS yang efisien. Hasil yang sama juga
ditemukan oleh Firdaus dan Hosen (2013) serta Gupta et al. (2008).
Tabel 13 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS
Model I Model II Model III Model IV
Variabel TE PTE ES APE
Koefisien (probabilitas)
0.488 0.007 0.044 0.039
Ln pembiayaan
(0.000***) (0.019**) (0.000***) (0.000***)
-0.576 -0.010 -0.539 0.005
Ln modal
(0.271) (0.598) (0.294) (0.917)
-0.403 -0.011 -0.031 0.007
Ln simpanan wadiah
(0.016**) (0.065*) (0.062*) (0.669)
-0.019 0.004 0.015 -0.027
Ln biaya operasional
(0.116) (0.327) (0.197) (0.040**)
-0.036 0.009 -0.042 -0.001
Ln aset
(0.387) (0.529) (0.310) (0.977)
0.001 0.002 0.001 0.008
ROE
(0.033**) (0.278) (0.061*) (0.255)
0.005 0.007 0.005 0.006
CAR
(0.020**) (0.399) (0.024**) (0.785)
Keterangan: ***, **, *: signifikan pada taraf nyata 1%, 5%, 10%
Sumber: Output Tobit (2016, diolah)
Hasil estimasti model regresi berganda Tobit I dan III juga menunjukkan
bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap TE dan ES BUS pada
taraf nyata 5%. Peningkatan CAR akan meningkatkan efisiensi teknis dan skala
efisiensi BUS pada taraf nyata 5%, ceteris paribus. CAR merupakan rasio
kecukupan modal yang nilainya didapatkan dari perbandingan antara modal
dengan ATMR (bobot risiko aktiva produktif bank). Penghitungan CAR bertujuan
mengukur kemampuan permodalan bank untuk menyerap potensi kerugian yang
timbul dari risiko kredit, risiko suku bunga, dan risiko likuiditas. Saat modal bank
tetap dan ATMR meningkat maka CAR akan menurun. Peningkatan ATMR
berpotensi meningkatkan risiko pembiayaan dan modal harus mampu menyerap
potensi risiko tersebut. Ketika BUS memiliki modal yang cukup, BUS akan lebih
mampu untuk menghadapi risiko di masa mendatang sehingga kinerjanya akan
lebih efisien. Hasil ini ditemukan pula oleh Berger et al. (1993), Gupta et al.
(2008), Subandi dan Ghozali (2013) serta Widiarti et al. (2015).
Berdasarkan hasil estimasi Model I, II, dan III dinyatakan bahwa dana
simpanan wadiah atau Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap TE BUS pada taraf nyata 5% dan PTE serta ES BUS pada
taraf nyata 10%. Peningkatan dana simpanan wadiah akan menyebabkan
penurunan efisiensi teknis BUS signifikan pada taraf nyata 5% dan efisiensi teknis
murni serta skala efisiensi BUS signifikan pada taraf nyata 10%, ceteris paribus.
Hasil ini berlawanan dengan hipotesis penelitian. Peningkatan dana simpanan
wadiahakan menurunkan skor efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala
efisiensi, ceteris paribus. Kondisi ini dapat disebabkan oleh biaya bagi hasilyang
35
dikeluarkan oleh BUS untuk nasabah yang menitipkan dananya. Semakin banyak
simpanan wadiah yang diterima BUS, semakin besar biaya bagi hasil akan
menyebabkan menurunnya efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala
efisiensi.
Secara konsep terdapat dua jenis akad wadiah yaitu wadiah amanah dan
wadiah yadh dhamanah. Wadiah amanah adalah dana titipan yang hanya boleh
disimpan, tidak boleh didayagunakan oleh penerima titipan. Wadiah yadh
dhamanah adalah dana titipan yang boleh didayagunakan oleh penerima titipan
dengan seizin pemilik dana dan dengan jaminan bahwa dana titipan tersebut dapat
diambil oleh pemiliknya setiap saat. Hasil pendayagunaan dana wadiah yadh
amanah tidak wajib dibagikan ke pemilik dana namun penerima dana boleh saja
memberikan sebagian dari hasil pemberdayaan dana namun hal tersebut tidak
boleh dijanjikan di awal akad (Nurhayati dan Wasilah 2013).
Pada praktiknya, lima BUS dalam pengamatan yaitu BNI Syariah, Bank
Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI Syariah, dan Bank Bukopin Syariah hanya
menawarkan produk tabungan dengan akad mudharabah dan akad wadiah yadh
dhamanah. Dengan kedua akad ini, BUS dapat mendayagunakan DPK yang
diterimanya namun nasabah yang mendepositokan uangnya dengan akad
mudharabah telah sepakat untuk menanggung kerugian jika terdapat usaha yang
dijalankan BUS merugi. Nasabah yang bersifat risk averse akan memilih akad
wadiahkarena besarnya dana yang dititipkan tidak akan berkurang. Untuk
meningkatkan jumlah nasabah, BUS tetap memberikan bonus bagi nasabah yang
menabung dengan akad wadiah. Oleh karena itu semakin besar dana simpanan
wadiah yang diterima BUS akan menyebabkan peningkatan biaya bonus sehingga
skor efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi akan menurun,
ceteris paribus.
Melalui estimasi Model IV, biaya operasional terbukti signifikan
berpengaruh secara negatif terhadap APE pada taraf nyata 1%. Dapat dikatakan
bahwa peningkatan biaya operasional akan menyebabkan penurunan efisiensi
keuntungan alternatif BUS pada taraf nyata 1%, ceteris paribus. Hasil ini sesuai
dengan hipotesis penelitian. Semakin banyak biaya yang dikeluarkan pada
kegiatan operasional BUS maka akan semakin sedikit keuntungan yang dihasilkan
oleh BUS sehingga efisiensi keuntungan alternatif pun akan menurun. Hal yang
sama juga ditemukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Carvallo dan Kasman
(2005) serta Ariff dan Can (2008). Keuntungan merupakan fungsi dari total
penerimaan dikurangi oleh total biaya, saat biaya operasional meningkat maka
total keuntungan yang dihasilkan pun menurun dan menyebabkan BUS tidak
dapat memaksimumkan keuntungannya.
36
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ada AA, Dalkinic N. 2014. Efficiency Analysis in Islamic Banks: A Study For
Malaysian and Turkey. BDDK Bankacilik ve Finansal Piyasalar.
8(1):1933.
Afiatun P, Wiryono SK. 2010. Efficiency ad Productivity of Banking in Indonesia.
Jurnal Manajemen Teknologi. 9(3):264279.
Ariff M, Can L (2008). Cost and Profit Efficiency of Chinese Banks: A non-
parametric Analysis. China Economic Review. 6(2):124.
Ascarya, Yumanita D. 2008. Comparing the Efficiency of Islamic Banks in
Malaysia and Indonesia. Bank Indonesia: Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan. 11(2).
Azaroh SF. 2014. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia
[Artikel Publikasi]. Universitas Muhammadiayah Surakarta: Surakarta.
Elryah Y. 2014. A Study of Malaysian Islamic Banks Competitiveness (Logit
Regression Approach). International Journal of Social Science and
Humanities Research. 2(1):3138.
[BI] Bank Indonesia. 20092016. Statistik Perbankan Syariah [internet]. [diacu
2016 Juli 16]. Tersedia dari: http://www.bi.go.id.
. 2012. Peraturan Bank Indonesia No.12/26/PBI/2012
[internet]. [diacu 2016 Agustus 20]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id.
. 2001. Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP tanggal
14 Desember 2001 [internet]. [diacu 2016 Agustus 21]. Tersedia dari:
http://www.bi.go.id.
Berger AN, Hunter WC, Timme SG. 1993. The Efficiency of Financial
Institutions: A Review and Preview of Research: Past, Present, and Future.
Journal of Banking and Finance.17:221249.
Carvallo O, Kasman A. 2005. Cost efficiency in the Latin American and
Caribbean Banking Systems.International Finance Markets Inst Money.
15:5572.
Ceha R. 2000. Pengembangan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk
pengukuran Prestasi Karyawan (Individual) dalam Team Kerja. Jurnal
TMI. 1(1):121.
Coelli TJ, Rao DSP, O`Donnell CJ, Battese GE. 1998. An Introduction to
Efficiency and Productivity Analysisi 2nd Ed. New York (US): Springer.
[DSAK IA] Dewan Standar Akuntansi Keuangan Akuntan Indonesia. 2007.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.105106 [internet]. [diacu
2016 September 9]. Tersedia dari: http://iaiglobal.or.id.
Farrell. 1957. The Measurement of Productivity Efficiency. Journal of the Royal
Statistical Society: 254.
Firdaus MF, Hosen MN. 2013. Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan
Pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis. Bank
Indonesia:Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.11(2).
Firmansyah I. 2014. Determinant of Non-Performing Financing: The Case of
Islamic Bank in Indonesia. Bank Indonesia:Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan. 17(2):241258.
38
LAMPIRAN
41
Lampiran 1 Hasil estimasi skor efisiensi teknis dan efisiensi teknis murni dengan
metode DEA menggunakan software Banxia Frontier Analysis 4.1
2012
Q2
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 71.53 -57.5 -28.5 -28.5 0 0
BNI 72.02 -43.9 -28 -28 0 0
BRI 92.24 -46.6 -7.8 -7.8 0 0
BSM 77.96 -24.2 -22 -22 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 49.81 -74.8 -50.2 -50.2 24.9 0
Muamalat 77.65 -22.3 -33.3 -83.9 185.8 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 73.47 -48 -26.5 -26.5 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q3
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 68.51 -55.9 -31.5 -31.5 0 0
BNI 64.5 -46.4 -35.5 -35.5 0 0
BRI 72.86 -51.3 -27.1 -27.1 0 0
BSM 65.88 -34.1 -34.1 -47.7 0 0
Bukopin 94.13 -5.9 -5.9 -28.8 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 54.3 -74.4 -45.7 -45.7 56.2 0
Muamalat 68.63 -31.4 -60.3 -40.1 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 75.9 -46.8 -24.1 -24.1 31 0
42
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q4
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 84.09 -20.7 -15.9 -15.9 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 80.4 -19.6 -19.6 -19.6 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 78.51 -45.7 -35.9 -21.5 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 85.77 -27.7 -14.2 -14.2 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
2013
Q1
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 79.29 -62.7 -20.7 -20.7 454.8 0
BNI 70.69 -58 -29.3 -29.3 184.8 0
BRI 75.62 -52.5 -24.4 -24.4 406.3 0
BSM 79.53 -29.2 -20.5 -20.5 224 0
Bukopin 65.15 -34.9 -45.5 -34.9 197.3 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
43
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
2014
Q1
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 75.9 -43.2 -24.1 -24.1 369.6 0
BRI 75.81 -38.7 -24.2 -24.2 531.4 0
BSM 78.49 -25.6 -21.5 -21.5 64 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 43.87 -59.5 -56.1 -56.1 50.5 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 99.06 -23.1 -0.9 -0.9 169.3 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 63.78 -39.5 -36.2 -36.2 0 11.9
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q2
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y1 Percent Y5
BCA 99.87 -53.1 -0.1 -19.3 74 0
BNI 88.37 -48.3 -11.6 -11.6 475 0
BRI 78.81 -52.4 -21.2 -21.2 476.9 0
BSM 84.7 -33.8 -15.3 -15.3 103.4 0
Bukopin 88.54 -22.5 -11.5 -26.1 36.4 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 45.8 -62.1 -54.2 -54.2 76.4 0
Muamalat 68.05 -32 -58.9 -32 91.8 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 99.74 -48.8 -0.3 -32.8 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y1 Percent Y5
46
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 88.54 -21.9 -11.5 -26 35.9 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 65.15 -48.9 -51.1 -34.8 0 0.5
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q3
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 88.11 -56.3 -11.9 -20.5 0 0
BNI 86.59 -49.8 -13.4 -13.4 452.9 0
BRI 72.86 -53.9 -27.1 -27.1 450.4 0
BSM 73.01 -42 -27 -27 92.6 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 91.55 -8.4 -11 -22.6 0 0
Mega 41.49 -66.5 -58.5 -58.5 101.8 0
Muamalat 60.99 -39 -77.2 -39 81.7 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 56.99 -51.8 -43 -43 9.6 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 95.56 -4.4 -4.4 -25.2 23.8 0
Mega 61.45 -47.6 -53.5 -38.5 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q4
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 84.56 -46.1 -15.4 -15.4 409 0
BRI 76.25 -25.3 -23.7 -23.7 414.1 0
BSM 70.12 -29.9 -29.9 -29.9 86 0
Bukopin 95.4 -4.6 -4.6 -23.8 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
47
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q4
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 89.26 -10.7 -10.7 -26.4 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 87.02 -13 -13 -13 28.8 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 88.34 -11.7 -11.7 -11.7 80.4 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 72.6 -27.4 -27.4 -27.4 54 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 97.68 -2.3 -2.3 -22.2 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 92.71 -7.3 -7.3 -14.2 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
2016
Q1
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 70.95 -42 -29.1 -29.1 7.8 0
BSM 94.25 -37.6 -5.7 -5.7 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 60.35 -39.7 -50.5 -48.7 297 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 68.76 -47.5 -31.2 -31.2 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 45.72 -58.5 -54.3 -54.3 173.1 0
VRS
50
Dependent Variable: TE
Method: ML - Censored Normal (TOBIT) (Newton-Raphson / Marquardt
steps)
Date: 07/31/16 Time: 11:32
Sample: 2012Q2 2016Q1
Included observations: 151
Left censoring (value) at zero
Convergence achieved after 3 iterations
Coefficient covariance computed using observed Hessian
Error Distribution
0.8367966887 0.177832365
Mean dependent var 417219 S.D. dependent var 0397449
-
0.1296155977 1.190734716
S.E. of regression 386425 Akaike info criterion 153773
-
2.3856288511 1.010896845
Sum squared resid 54675 Schwarz criterion 085334
-
98.900471069 1.117675228
Log likelihood 60989 Hannan-Quinn criter. 802938
0.6549700070
Avg. log likelihood 835093
Error Distribution
Error Distribution
Error Distribution
RIWAYAT HIDUP