Anda di halaman 1dari 69

KAJIAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SITI KARIMAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016

Siti Karimah
NIM H151150346
RINGKASAN

SITI KARIMAH. Kajian Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-
faktor yang Memengaruhinya. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan JAENAL
EFFENDI.

Indonesia telah memberlakukan dual banking system sejak tahun 2007.


Perkembangan bank syariah di Indonesia cukup pesat namun masih mengalami
berbagai hambatan salah satunya ada kecilnya pangsa pasar perbankan syariah
nasional. Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk meningkat pangsa
pasar perbankan syariah, salah satunya dengan meningkatkan efisiensi bank
syariah. Efisiensi secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan bank
syariah dalam memproduksi sejumlah output dengan sejumlah input tertentu.
Penelitian ini bertujuan mengestimasi efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya. Objek penelitian ini terdiri
dari sepuluh Bank Umum Syariah di Indonesia periode kuartal kedua tahun 2012
kuartal pertama tahun 2016. Terdapat dua tahap yang dilakukan pada penelitian
ini. Pertama, estimasi skor efisiensi dengan metode parametrik, Data
Envelopment Analysis (DEA) dan metode non-parametrik, Stochastic Frontier
Approach (SFA). Kedua, analisis faktor-faktor yang memengaruhi skor efisiensi
dengan estimasi model regresi Tobit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Bank Umum Syariah di
Indonesia belum beroperasi secara efisien jika dilihat dari skor estimasi efisiensi
dengan metode DEA dan SFA yang besarnya kurang dari satu. Hasil estimasi
model regresi Tobit menunjukkan total pembiayaan, CAR, serta ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja efisiensi Bank Umum Syariah
di Indonesia. Hasil studi juga menunjukan bahwa dana simpanan wadiah dan
biaya operasional lainnya berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, Bank
Umum Syariah hendaknya dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang
memiliki kualitas baik serta meninjau kembali biaya operasional yang dikeluarkan.
Selain itu, Bank Umum Syariah hendaknya menjaga kinerja keuangannya dengan
melakukan pengawasan terhadap rasio kecukupan modal minimum.

Kata kunci: BUS, DEA, efisiensi, SFA, Tobit


SUMMARY

SITI KARIMAH. Efficiency of Islamic Banks in Indonesia and Its Determinants.


Supervised by TANTI NOVIANTI and JAENAL EFFENDI.

Indonesia has imposed a dual banking system since 2007. Islamic banks has
grown quite rapidly in Indonesia. However, Islamic banks still have many
obstacles. Small market share of Islamic banking is one of them. There are various
ways that can be done to increase the market share of Islamic banking, one of
them by improving the efficiency of Islamic banks. Efficiency can be generally
defined as an Islamic bank in producing a number of output with a number of
inputs. This study aimed to estimate the efficiency of Islamic Banks in Indonesia
and analyzed the factors that influence it. The object of this study consisted of ten
Islamic Banks in Indonesia the second quarter of 2012 until the first quarter of
2016. There are two steps done in this study. First, the estimation of efficiency by
parametric method, Data Envelopment Analysis (DEA) and non-parametric
methods, Stochastic Frontier Approach (SFA). Second, analysis of factors that
affect the estimation of efficiency with Tobit regression model.
Generally, the results showed that Islamic Banks in Indonesia has not been
operating efficiently when based on score estimation of efficiency with DEA and
SFA method that is less than one. The estimation results of Tobit regression
model showed total financing, CAR, and ROE have positive and significant
impact on the efficiency of Islamic Banks in Indonesia. The study results also
showed that the deposits and other operational costs have significant negative
effect to the efficiency of Islamic Banks in Indonesia. Based on the research
results, Islamic Banks should be able to increase the amount of financing that has
good quality and evaluating the operational costs incurred. In addition, the Islamic
Banks should maintain its financial performance by monitoring the minimum
capital adequacy ratio.

Keywords: Banking, DEA, efficiency, SFA, Tobit


Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KAJIAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SITI KARIMAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Lukytawati Anggraeni, SP MSi
Judul Tesis : Kajian Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-
faktor yang Memengaruhinya
Nama : Siti Karimah
NIM : H151150346

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Tanti Novianti, SP MSi Dr Jaenal Effendi, SAg MA


Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Ilmu Ekonomi

Dr Lukytawati Anggraeni, SP MSi Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2016 Tanggal Lulus:


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Kajian Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya ini
berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suri teladan dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua
dan keluarga penulis, yaitu ayah Lukman Hakim, ibu Nurhayati, kakak Eva
Maulidah, serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Selain itu, penulis juga megucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Tanti Novianti, SP, MSi dan Bapak Dr Jaenal Effendi, Sag, MA selaku
dosen pembimbing atas arahan, masukan, dan bimbingannya dalam penulisan
karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, MSi selaku dosen penguji luar komisi dan
Ibu Dr. Wiwiek Rindayati, Msi selaku penguji dari wakil program studi atas
kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi,
Sekolah Pascasarjana IPB yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
4. Teman-teman Fast track Ilmu Ekonomi Angkatan 3 atas dukungan, doa, dan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.
5. Teman seperjuangan penyelesaian studi di Departemen Ilmu Ekonomi yaitu
Zulva Ajizah dan Faizal Amir atas waktu, dukungan, dan doa yang telah
diberikan kepada penulis.
6. Keluarga Ekonomi Syariah 48 Yulya Ariyani, Siti Nur Mu`minah, Dessy Nur
Hasanah, Diniyah Ginung Pratina, Sarah Nabilah, Zara Fathia, Ghina Khalida,
Vita Nayunda, Salma Siti Salamah atas bantuan, dukungan, dan kasih
sayangnya.
7. Teman seperjuangan sejak masa Tingkat Persiapan Bersama hingga selesai
mengikuti program Fast track, Murni Anggraeni atas dukungan dan
motivasinya.
8. Teman terbaik sejak SMA, Adhi Prima Arkham Putranda atas dukungan dan
doa selama penulis menyelesaikan studinya di Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Siti Karimah
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
2 TINJAUAN PUSTAKA 5
Frontier 5
Efisiensi 6
Metode dalam pengukuran efisiensi 7
Pendekatan dalam Pengukuran Efisiensi 10
Penelitian Terdahulu 10
Kerangka Pemikiran Konseptual 15
Hipotesis Penelitian 17
3 METODE 17
Jenis dan Sumber Data 17
Metode Analisis dan Pengolahan Data 17
Model Penelitian 18
Sampel Penelitian 22
4 ANALISIS DESKRIPTIF 22
Gambaran umum variabel input dan output pada kegiatan operasional
Bank Umum Syariah 22
Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Periode 20122016 24
Perkembangan Modal Inti Bank Umum Syariah Periode 20122016 25
Perkembangan Return on Asset (ROE) Modal Bank Umum Syariah
Periode 20122016 26
Perkembangan Rasio Kecukupan Modal Bank Umum Syariah
Periode 20122016 27
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 27
6 SIMPULAN DAN SARAN 36
Simpulan 36
Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 40
RIWAYAT HIDUP 55
DAFTAR TABEL
1 Indikator perkembangan Bank Umum Syariah periode 20122016 1
2 Penelitian terdahulu dengan metode DEA, SFA, dan Tobit 14
3 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian 17
4 Input-output model DEA 18
5 Deskripsi variabel model SFA 19
6 Definisi operasional variabel independen pada model tobit 21
7 Daftar sampel penelitian 22
8 Statistik deskriptif input dan output penelitian periode 20122016
(triliun rupiah) 23
9 Efisiensi teknis BUS periode Q2.2012Q1.2016 28
10 Efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012Q1.2016 29
11 Peringkat kinerja efisiensi teknis BUS periode Q2.2012Q1.2016 31
12 Peringkat kinerja efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012
Q1.2016 31
13 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS 34

DAFTAR GAMBAR
1 ROA dan BOPO BUS periode 20092016 3
2 Aset dan DPK BUS tahun 20122016 4
3 Garis frontier 5
4 Efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi 6
5 Hubungan input-output pada BUS (pendekatan intermediasi) 10
6 Kerangka pemikiran 16
7 Perkembangan input dan output operasional BUS periode
Q2.2012Q1.2016 23
8 Perkembangan aset BUS periode Q2.2012Q1.2016 24
9 Perkembangan modal inti BUS periode Q2.2012Q1.2016 25
10 Perkembangan ROE periode Q2.2012Q1.2016 26
11 Perkembangan CAR BUS periode Q2.2012 Q1.2016 27
12 Tren pergerakan skor efisiensi BUS periode Q2.2012Q1.2016 30
13 Perbandingan kinerja efisiensi teknis dan efisiensi keuntungan alternatif
BUS di Indonesia periode Q2.2012Q1.2016 32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil estimasi skor efisiensi teknis dan efisiensi teknis murni dengan
metode DEA menggunakan software Banxia Frontier Analysis 4.1 41
2 Hasil estimasi Model Tobit I menggunakan software Eviews 9 51
3 Hasil estimasi Model Tobit II menggunakan software Eviews 9 52
4 Hasil estimasi Model Tobit III menggunakan software Eviews 9 53
5 Hasil estimasi Model Tobit IV menggunakan software Eviews 9 54
1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perbankan syariah merupakan industri yang memiliki tingkat pertumbuhan


tertinggi di industri keuangan global (Yudhistira 2004). Kesuksesan
perkembangan perbankan syariah tidak hanya terjadi di negara dengan mayoritas
penduduk beragama Islam, tetapi juga di negara dengan mayoritas penduduk
beragama non-Islam seperti Amerika dan Inggris (Irfan et al. 2014). Penyebaran
bank-bank syariah terjadi di seluruh dunia khususnya di negara Timur Tengah dan
Asia Tenggara termasuk di Indonesia (Rahman dan Rosman 2013).
Indonesia memberlakukan dual banking system sejak tahun 1992 melalui
UU No 7 Tahun 1992. Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan bank syariah
pertama yang berdiri di Indonesia. Pada tahun 2007, hanya ada tiga Bank Umum
Syariah di Indonesia yaitu BMI, Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Mega
Syariah. Dukungan pemerintah berupa regulasi mengenai perbankan syariah yang
dituangkan melalui UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
menyebabkan jumlah Bank Umum Syariah terus bertambah setelah tahun 2008.
Jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia pada Juni 2016 berjumlah 12
bank.
Tabel 1 Indikator perkembangan Bank Umum Syariah periode 20122016
Tahun
Indikator (satuan)
2012 2013 2014 2015 2016*
Jumlah BUS (unit) 11 11 12 12 12
Jumlah kantor (unit) 1 745 1 998 2 163 1 990 1 869
Jumlah tenaga kerja
24 111 26 717 41 393 51 413 50 287
(juta orang)
Aset (juta rupiah) 147 581 180 360 204 961 213 423 212 298
DPK (juta rupiah) 147 512 183 534 215 339 231 820 233 808
Pembiayaan (juta rupiah) 147 505 184 833 218 429 235 544 238 742
Keterangan: *April 2016
Sumber: Bank Indonesia (2016,diolah)
Tabel 1 menunjukkan bahwa BUS mengalami perkembangan yang cukup
pesat pada industri perbankan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan
total sejumlah indikator yaitu jumlah BUS, jumlah kantor, jumlah tenaga kerja,
total aset, total Dana Pihak Ketiga (DPK), dan total pembiayaan. Pertumbuhan ini
menandakan bahwa BUS dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia
sehingga usahanya dapat terus berjalan dan berkembang.
Pesatnya perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia tidak
membuat kegiatan operasional bank syariah terbebas dari berbagai hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain pertama, dari sisi input berupa
pendanaan, bank syariah menghadapi persaingan dalam mendapatkan DPK yang
relatif murah dan memiliki jangka waktu yang panjang (Otoritas Jasa Keuangan
2013). Kedua, dari sisi output berupa pembiayaan, bank syariah menghadapi
hambatan dalam memperluas pangsa pasar. Pangsa pasar perbankan syariah pada
tahun 2016 berkisar pada 4.88% sedangkan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
2

Keuangan menargetkan pangsa pasar minimal perbankan syariah adalah 5%


dengan target pertumbuhan sebesar 1213%.
Beberapa hal dapat dilakukan untuk meningkatkan pangsa pasar perbankan
syariah salah satunya adalah peningkatan kinerja efisiensi perbankan syariah.
Langkah utama dalam meningkatkan kinerja efisiensi perbankan syariah adalah
dengan mengestimasi nilai efisiensi bank syariah saat ini. Melalui estimasi
efisiensi, akan diketahui seberapa besar kemampuan bank syariah dalam
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya untuk memproduksi
sejumlah output. Setelah nilai efisiensi diestimasi, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja efisiensi dianalisis sehingga dapat diperoleh alternatif kebijakan
untuk meningkatkan kinerja efisiensi bank syariah. Mohamad et al. (2009)
menyatakan bahwa jika bank memiliki kinerja yang efisien, bank dapat
menawarkan tingkat harga yang lebih kompetitif, kualitas jasa yang lebih baik
sehingga jumlah DPK, pembiayaan, dan keuntungan bank dapat meningkat.
Implikasinya pangsa pasar perbankan syariah akan meningkat.
Kajian efisiensi bank syariah di Indonesia juga bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan bank syariah untuk bersaing meningkatkan jumlah
pendanaan operasionalnya melalui peningkatan jumlah DPK yang berhasil diserap
dan meningkatkan jumlah pembiayaan yang dapat disalurkan ke usaha-usaha
masyarakat. Dual banking system di Indonesia menjadikan perbankan syariah dan
konvensional beroperasi bersama untuk memenuhi permintaan produk keuangan
masyarakat Indonesia. Bank syariah dan bank konvensional berkompetisi untuk
mendapatkan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu diperlukan adanya
kemampuan bersaing bagi masing-masing pihak bank. Kinerja efisiensi bank
syariah penting untuk terus dianalisis dan evaluasi agar bank bisa terus
memperbaiki kinerja operasionalnya. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
menjadi evaluasi bagi industri keuangan syariah untuk bisa terus berkompetisi di
industri perbankan.
Selain itu, Kablan (2007) menyatakan bahwa sektor keuangan khususnya
perbankan syariah memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Bank
syariah memegang fungsi penting yaitu fungsi intermediasi, menandakan bahwa
bank syariah berfungsi menyalurkan dana dari unit surplus ke unit defisit. Dengan
kinerja bank syariah yang efisien, bank syariah akan mampu memobilisasi dana
pihak ketiga ke jenis-jenis pembiayaan yang berbeda dan alokasi dana tersebut
dilakukan ke sektor riil. Peningkatan aktivitas ekonomi di sektor riil tidak hanya
akan menguntungkan para depositor, investor, dan pihak perbankan tetapi juga
memberikan manfaat bagi perekonomian nasional (Mohamad et al. 2009). Oleh
karena itu, kajian mengenai efisiensi perbankan syariah penting untuk dilakukan.

Perumusan Masalah

Bank Umum Syariah di Indonesia telah beroperasi sejak tahun 1991 namun
menurut Bank Indonesia (2016) pangsa pasar BUS sampai April 2016 hanya
sebesar 3.8% dari pangsa pasar perbankan nasional. Kondisi ini mungkin
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, pertama, kurangnya kemampuan bank
syariah dalam menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan pada Gambar 1. ROA
(Return on Assets) BUS yang merupakan rasio keuntungan sebelum pajak dibagi
3

total aset mengalami penurunan sejak tahun 2012 dan penurunan paling curam
terdapat pada periode 2013-2014. Kemudian ROA kembali meningkat namun
dengan besarnya tidak mencapai ROA tahun sebelumnya
Berbeda dengan ROA, dari Gambar 1 terlihat bahwa BOPO (Biaya
Operasional Pendapatan Operasional) terus meningkat dari tahun 2012-2015
kemudian mengalami penurunan di tahun 2016 namun besar BOPO masih lebih
tinggi dari kondisi tahun sebelum terjadi peningkatan (2011). BOPO merupakan
rasio beban operasional dengan pendapatan operasional. Peningkatan BOPO
menandakan bank syariah belum bisa beroperasi secara efisien. Artinya, BUS
belum bisa meminimumkan beban operasional dengan sejumlah pendapatan
operasional tertentu atau dengan kata lain, menciptakan pendapatan operasional
maksimal dengan beban operasional tertentu.

2.5 120
100

BOPO (%)
2
ROA (%)

1.5 80
60
1 40
0.5 20
0 0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
ROA BOPO
Sumber: Bank Indonesia (2016, diolah)
Gambar 1 ROA dan BOPO BUS periode 20092016
Dari Gambar 1 terlihat bahwa terdapat korelasi negatif antara ROA dengan
BOPO. Ketika BOPO menurun, ROA cenderung akan meningkat. BOPO yang
rendah dan ROA yang tinggi adalah best practice dari perbankan syariah.
Implikasi dari rendahnya ROA adalah tingkat imbal hasil yang diberikan kepada
nasabah menurun menyebabkan minat nasabah untuk menyalurkan dananya
melalui bank syariah menurun. Kondisi ini tercermin dari Gambar 2, pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga (DPK) terus menurun. Pertumbuhan DPK yang terus menurun
menyebabkan dana yang dapat disalurkan pada pembiayaan pun menurun. Oleh
karena itu keuntungan yang diperoleh BUS pun kembali menurun dan
menyebabkan pertumbuhan aset juga menurun.
Untuk mengatasi kondisi ini dibutuhkan kajian yang mendalam mengenai
BUS salah satunya merupakan kajian dari sisi efisiensi yang erat kaitannya
dengan biaya dan output operasional perbankan. Melalui kajian efisiensi
diharapkan dapat meningkatkan performa BUS sehingga BUS dapat memberikan
manfaat yang optimal bagi masyarakat dan industri keuangan di Indonesia.
Penelitian sebelumnya mengenai kinerja efisiensi BUS di Indonesia yang
dilakukan oleh Afiatun dan Wiryono (2010) membuktikan bahwa BUS di
Indonesia memiliki cenderung inefisien dibandingkan dengan bank konvensional.
BUS yang disertakan dalam pengamatan adalah Bank Syariah Mandiri (BSM),
Bank Muamalat, dan Bank Mega Syariah periode 20042009. BSM merupakan
bank dengan nilai efisiensi tertinggi disusul Bank Muamalat dan Bank Mega
Syariah. Kajian efisiensi BUS di Indonesia dengan objek pengamatan BSM, Bank
4

Muamalat, dan Bank Mega Syariah periode 20092012 dilakukan Azaroh (2014).
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian Afiatun dan Wiryono (2010), Azaroh
(2014) membuktikan bahwa Bank Muamalat memiliki kinerja efisiensi tertinggi,
disusul BSM dan Bank Mega Syariah.
250000
(juta rupiah)

200000
150000
100000
50000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Aset DPK

Sumber: Bank Indonesia (2016, diolah)


Gambar 2 Aset dan DPK BUS tahun 20122016
Penelitian selanjutnya mengenai kinerja BUS di Indonesia dilakukan oleh
Firdaus dan Hosen (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar BUS di
Indonesia belum mencapai skor efisiensi optimumnya pada periode Q2.2010
Q4.2012 namun terdapat beberapa BUS yang tergolong efisien yaitu pertama,
Bank Muamalat Indonesia pada kuartal I, III, IV, VIII. Kedua, BNI Syariah pada
kuartal I, Bank Mega Syariah pada kuartal III dan IX. Selanjutnya, BRI Syariah
dinyatakan efisien pada kuartal VII dan VIII, Bank Victoria Syariah efisien pada
kuartal VII. Bank Panin Syariah terbukti efisien pada Kuartal VI, VII, VII, X, dan
XI. Berdasarkan penjelasan yang diuraikan di atas maka permasalahan yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kinerja efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi
BUS di Indonesia dengan DEA?
2. Bagaimana kinerja efisiensi keuntungan BUS di Indonesia dengan SFA?
3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS di
Indonesia?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan di atas


maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kinerja efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi
BUS di Indonesia dengan DEA.
2. Menganalisis efisiensi keuntungan alternatif BUS di Indonesia dengan SFA.
3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS di
Indonesia.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
5

1. Bagi pembuat kebijakan, dapat bermanfaat sebagai referensi dalam


menetapkan kebijakan terkait peningkatan daya saing perbankan syariah di
Indonesia.
2. Bagi Bank Umum Syariah di Indonesia, dapat bermanfaat sebagai bahan
evaluasi kinerja dan menjadi sumber referensi berbagai faktor yang dapat
diperbaiki agar bisa meningkatkan kinerja efisiensinya serta daya saing di
industri perbankan.
3. Bagi kalangan akademisi, dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.
4. Bagi penulis, dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi analisis efisiensi teknis, efsiensi teknis murni, skala
efisiensi, dan efisiensi keuntungan alternatif serta faktor-faktor yang
memengaruhinya. Sampel penelitian mencakup 10 dari 12 Bank Umum Syariah
(BUS) yang ada di Indonesia. Terdapat dua BUS yang tidak diikutsertakan pada
penelitian ini yaitu BTPN Syariah dan BJB Syariah karena adanya keterbatasan
data. Penelitian ini menggunakan data triwulan periode Juni 2012Maret 2016
(Q2.2012Q1.2016).

2 TINJAUAN PUSTAKA

Frontier

Konsep efisiensi bermula dari konsep mikroekonomi yaitu teori konsumen


dan produsen (Ascarya dan Yumanita 2008). Pada teori produksi, terdapat garis
frontier produksi yang menjelaskan hubungan antara input dan output dalam
proses produksi. Garis tersebut menjelaskan output maksimum yang dihasilkan
dari penggunaan tiap input dan teknologi yang digunakan. Gambar 3
memperlihatkan lima bank yaitu A, B, C, D, dan E yang menghasilkan satu output
yang sama yaitu y dengan dua input yaitu X1 dan X2. Estimasi nilai efisiensi
dilakukan dengan mengumpulkan data operasional kelima bank kemudian
menarik garis lurus diantara data yang terdekat dengan sumbu horizontal dan
vertikal sehingga didapatkanlah garis QQ`.

Sumber: Coelli et al. (1998)


Gambar 3 Garis frontier
6

Gambar 3 menunjukkan bahwa Bank A, B, dan C memiliki kinerja terbaik


dalam pengamatan atau dapat dikatakan bahwa Bank A, B, dan C telah beroperasi
secara efisien karena beroperasi di garis QQ`. Sebaliknya, Bank C dan D
dinyatakan belum beroperasi secara inefisien karena beroperasi di luar garis QQ`.
Kedua bank tersebut dianggap dapat meningkatkan kinerjanya hingga mencapai
garis QQ`.

Efisiensi

Secara umum efisiensi dapat ditunjukkan dari perbandingan input yang


digunakan dengan output yang dihasilkan suatu perusahaan. Pengukuran efisiensi
mencerminkan seberapa optimal jasa keuangan yang disalurkan oleh BUS dengan
menggunakan sejumlah input tertentu. Pengoperasian usaha yang optimal akan
memberikan banyak manfaat bagi BUS baik dari sisi pendapatan, biaya, dan
persaingan usaha.

Sumber: Coelli et al. (1998)

Gambar 4 Efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi


Penjelasan mengenai efisiensi diilustrasikan dengan Gambar 4. Diasumsikan
bank menggunakan dua input yaitu X1 dan X2 untuk menghasilkan satu output,
yaitu Y. Pada ilustrasi ini, kurva isokuan diketahui yaitu SS. Jika bank syariah
menggunakan sejumlah input (P) untuk memproduksi sejumlah output (Q),
inefisiensi teknis ditunjukkan oleh jarak QP yaitu sejumlah input yang dapat
direduksi tanpa adanya pengurangan pada jumlah output yang dihasilkan.
Penghitungan presentase inefisiensi teknis didapatkan dari QP/OP sedangkan
efisiensi teknis dihitung dari OQ/OP. Skor efisiensi teknis yang bernilai 1 (satu)
menunjukkan bahwa lembaga keuangan tersebut efisien.
Jika harga relatif input diketahui, efisiensi alokatif dapat diukur. Pada
Gambar 4, garis AA` menggambarkan harga input relatif. Inefisiensi alokatif
sebuah lembaga keuangan yang beroperasi pada (P) ditunjukkan oleh rasio
OR/OQ. RQ menunjukkan sejumlah biaya produksi yang dapat direduksi ketika
efisiensi alokatif (dan teknis) dimiliki lembaga keuangan pada titik efisien (Q`)
bukan pada titik inefisiennya (Q). Efisiensi ekonomi merupakan pembagian dari
nilai efisiensi teknis oleh nilai efisiensi alokatif yang ditunjukkan adalah rasio
OR/OP, RP adalah biaya operasional yang direduksi jika lembaga keuangan dapat
berpindah dari titik P ke R (secara teknis tidak mungkin karena titik R berada di
bawah kurva isokuan).
7

Konsep Efisiensi dalam Islam


Islam mengatur seluruh aspek kehidupan yang dijalani oleh manusia, baik
hubungan yang terjadi antara manusia dengan Tuhan maupun hubungan yang
terjadi antara manusia dengan manusia. Aturan-aturan tersebut dituangkan dalam
Al quran dan hadis. Aturan mengenai penggunaan sumber daya atau harta
dituangkan dalam Al quran Surat Al Isra ayat 2829:

Artinya: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,


kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya.
Melalui surat Al Isra 2829, Allah memerintahkan manusia untuk berlaku
efisien dalam menggunakan sumber daya atau harta. Manusia dilarang untuk
menghambur-hamburkan harta. Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa manusia wajib mengelola harta secara efisien.

Metode dalam pengukuran efisiensi

Pada penelitian ini estimasi skor efisiensi dilakukan dengan menggunakan


kedua metode yaitu metode parametrik dan non parametrik, SFA dan DEA.
Menurut Hassan (2006) analisis kinerja efisiensi perbankan dengan pendekatan
parametrik dan non parametrik akan menghasilkan hasil yang lebih komprehensif
karena kedua metode akan menghasilkan pengukuran efisiensi yang berbeda
sehingga dapat saling melengkapi. Estimasi skor efisiensi dengan metode non-
parametrik dan metode parametrik yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Metode non-parametrik
Metode ini tidak menggunakan fungsi produksi untuk mengukur skor
efisiensi sehingga disebut metode non-parametrik. Salah satu metode non-
parametrik yang umum digunakan untuk mengestimasi skor efisiensi adalah Data
Envelopment Analysis (DEA). DEA menghasilkan skor efisiensi ekonomi absolut
sebuah bank dengan menggunakan program matematis dari kombinasi input dan
output suatu bank kemudian melakukan generalisasi. Skor efisiensi berkisar dari 0
sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien kinerja dari bank tersebut
(Ada dan Dalkinic 2014).
DEA merupakan pengembangan teknik pemrogaman linear yang di dalamya
terdapat fungsi tujuan dan fungsi kendala. Persamaan umum pada DEA adalah:

= =1 (1)
=1
Keterangan:
hs : efisiensi teknis BUS ke-s
uis : bobot output i pada BUS ke-s
yis : jumlah output i yang diproduksi oleh BUS ke-s
8

vjs : bobot input j pada BUS ke-s


xjs : jumlah input j yang digunakan oleh BUS ke-s
Permasalahan yang terjadi pada persamaan (1) adalah adanya solusi
persamaan dengan jumlah tidak terbatas (infinite). Nilai skor efisiensi berkisar
antara 0-1, untuk menghasilkan solusi yang unik, dirumuskanlah sebuah fungsi
kendala sebagai berikut:

=1

1 ; r=1,2,, N dan ui, yi 0 (2)


=1
N menunjukkan jumlah BUS dalam pengamatan. Persamaan (2) menunjukkan
bahwa skor efisiensi bernilai positif dengan nilai maksimal 1 (satu). BUS dapat
dikatakan beroperasi efisien secara teknis saat skor efisiensi teknis yang
dihasilkan 1 (satu). Sebaliknya, jika skor efisiensi teknis bernilai 0 (nol) maka
BUS dinilai tidak efisien. Pada DEA, setiap BUS dapat menentukan pembobotnya
masing-masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan menghasilkan
ukuran kinerja terbaik (Firdaus dan Hosen 2013).
Terdapat dua model pada penghitungan skor efisiensi teknis BUS. Model
pertama disebut model CCR (Charner-Cooper-Rhodes), pada model ini BUS
diasumsikan beroperasi pada Constant Return to Scale (CRS). CRS menyatakan
bahwa peningkatan jumlah input BUS sebesar 5% akan menghasilkan
peningkatan jumlah output sebesar 5%. Dalam model ini, BUS pada sampel
penelitian diasumsikan memiliki kondisi internal dan eksternal yang sama serta
beroperasi di pasar persaingan sempurna. Persamaan matematis model CCR
adalah:
Max. = =1 (3)
St.
=1

=1 0 ; r = 1,, N
=1 = 1
ui, vj 0
Pada persamaan (3) dijelaskan bahwa fungsi tujuan dari persamaan tersebut
adalah memaksimalkan nilai output dengan fungsi kendala yang menyatakan nilai
input sama dengan satu sehingga nilai output dikurangi nilai input hasilnya kurang
atau sama dengan nol, semua BUS akan berada di bawah tingkat efisiensi teknis
optimumnya.
Model kedua pada penghitungan skor efisiensi teknis disebut model BCC
(Bankers-Charnes-Cooper), pada model ini BUS diasumsikan tidak memiliki
kondisi internal dan eksternal yang sama serta tidak beroperasi pada persaingan
sempurna. BUS tidak lagi memiliki return yang konstan (CRS) tetapi model ini
mengasumsikan BUS beroperasi dengan Variable Return to Scale. Di bawah
asumsi ini, peningkatan jumlah input sebesar 5% tidak menghasilkan peningkatan
jumlah output sebesar 5% melainkan lebih besar atau lebih kecil. Efisiensi teknis
dengan asumsi VRS disebut juga dengan efisiensi teknis murni (PTE). Perumusan
matematis efisiensi teknis murni diperoleh dari pengembangan persamaan (3)
dengan menambahkan kendala konektivitas berupa penggal yang dapat bernilai
positif ataupun negatif (U0) ke dalam persamaan sehingga menjadi:
Max. = =1 + U0 (4)
St.
=1

=1 0 ; r = 1,, N
=1 = 1
ui, vj 0
9

Estimasi frontier menggunakan asumsi CRS dan VRS akan


mendekomposisi efisiensi teknis pada asumsi CRS (TECRS) menjadi efisiensi
teknis murni (PTE atau TEVRS) dan skala efisiensi (ES). Secara matematis ketiga
konsep efisensi tersebut dirumuskan sebagai:
TECRS = TEVRS x ES atau TE= PTEx ES (5)
Pada penelitian ini akan dilakukan dekomposisi efisiensi teknis (TE) menjadi
efisiensi teknis murni (PTE) dan skala efisiensi (ES) dengan cara me-run TE dan
PTE dengan data yang sama namun berbeda dalam asumsi return. Skala efisiensi
didapatkan dengan perhitungan dari persamaan (5) yaitu:
TE
ES = PTE (6)
Skor TE, PTE, dan ES berkisar antara 0-1. Saat skor TE dan PTE semakin
mendekati satu maka BUS dinilai semakin efisien secara teknis dan teknis murni
dan sebaliknya, skor efisiensi TE dan PTE yang mendekati nol mengindikasikan
bahwa BUS belum beroperasi secara efisien. TE, PTE, dan ES yang bernilai satu
mengindikasikan bahwa BUS beroperasi pada Constant Return to Scale (CRTS).
Saat skor ES satu namun skor TE dan PTE di bawah satu maka BUS beroperasi
pada kondisi Decreasing Return to Scale (DRTS) sedangkan saat skor TE dan
PTE tidak sama, ES akan bernilai tidak sama dengan satu, kondisi ini
menunjukkan BUS beroperasi pada kondisi Increasing Return to Scale (IRTS)
(Yudhistira 2004).
Metode parametrik
Metode kedua yang dapat digunakan untuk mengestimasi skor efisiensi
adalah metode parametrik. Metode parametrik yang umum digunakan untuk
estimasi skor efisiensi adalah Stochastic Frontier Approach (SFA). SFA memiliki
kelebihan dibandingkan DEA diantaranya SFA dapat membedakan komponen
inefisiensi dengan komponen galat dan SFA lebih sensitif terhadap data pencilan.
Estimasi dengan SFA digunakan untuk menghitung skor efisiensi keuntungan
alternatif.
Efisiensi keuntungan alternatif menerangkan seberapa optimal kemampuan
BUS dalam memaksimumkan keuntungannya dengan tingkat output tertentu. Skor
efisiensi keuntungan alternatif yang dihasilkan dengan metode SFA berkisar
antara 01. Saat skor efisiensi keuntungan alternatif suatu BUS bernilai 0.80
menandakan bahwa BUS mampu meraih keuntungan tambahan sebesar 20% jika
berhasil beroperasi secara optimal.
Dalam Hassan (2006) serta Kablan dan Yousfi (2013) fungsi keuntungan
alternatif suatu perusahaan adalah:
it + a = C (yit, pit, it), i = 1, ., n (7)
it adalah keuntungan bersih dari BUS ke-i, a adalah konstanta yang ditambahkan
ke keuntungan setiap BUS sehingga keuntungan bernilai positif karena
keuntungan minimum bernilai negatif, yit adalah vektor jumlah output bank, pit
adalah harga input variabel bank, itadalah eror. Eror (it) terdiri dari dua
komponen yaitu:
it = uit+ eit (8)
uit merupakan faktor endogensedangkan eitfaktor eksogen yang berpengaruh
terhadap fungsi biaya suatu bank. uit menjelaskan penurunan atau peningkatan
keuntungan BUS karena hal-hal yang bersumber dari kesalahan manajemen
seperti penggunaan input yang tidak optimal atau berlebihan. eit menjelaskan
10

penurunan atau peningkatan keuntungan sementara BUS yang bersumber dari


kesalahan pencatatan atau pengukuran data, faktor tak terduga seperti bencana
alam, dan segala sesuatu yang tidak bisa dikontrol oleh manajemen. uit+ eit
diasumsikan dihitung terpisah dari fungsi keuntungan sebagai berikut:
ln (it + a) = ln C(yi, pk) + ln uit + ln eit (9)

Pendekatan dalam Pengukuran Efisiensi

Terdapat tiga pendekatan yang umumnya digunakan dalam pengukuran


efisiensi baik dengan metode parametrik maupun non-parametrik. Pendekatan
tersebut yaitu pendekatan aset, pendekatan produksi, dan pendekatan intermediasi.
Dalam pendekatan aset, output didefinisikan sebagai aset yang dimiliki
perusahaan. Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah bank sebagai
pencipta pinjaman. Di sisi lain, pendekatan produksi mendefinisikan output
sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material
lainnya. Pendekatan ini menganggap bank sebagai produsen dari akun deposito
dan pinjaman.
Kegiatan Operasional BUS
INPUT OUTPUT
Tenaga kerja
BUS sebagai Pembiayaan
Aset tetap lembaga
DPK intermediasi Investasi

Sumber: Rahman dan Rosman (2013,diolah)


Gambar 5 Hubungan input-output pada BUS (pendekatan intermediasi)

Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan intermediasi. Pendekatan ini


menganggap bahwa lembaga keuangan berfungsi sebagai pihak yang
menghubungkan unit surplus dengan unit defisit. Lembaga keuangan
menghimpun dana dari pihak ketiga yaitu investor dan nasabah kemudian
menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan dan investasi. Dalam pendekatan ini,
input-input bersifat institusional seperti tenaga kerja, aset tetap, DPK. Output
diukur dalam bentuk pembiayaan dan investasi yang diilustrasikan pada Gambar 5.
Rahman dan Rosman (2013) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi
merupakan pendekatan yang paling baik untuk mengevaluasi kinerja efisiensi
suatu bank karena mencakup keseluruhan tindakan operasional bank yaitu
menyalurkan dana dari unit surplus ke unit defisit. Pendekatan ini menganalisis
kinerja efisiensi bank syariah dengan mempertimbangkan input dan output dalam
kegiatan operasionalnya.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Yudhistira (2004) bertujuan menganalisis


kinerja efisiensi bank syariah di kawasan Asia, Afrika, dan negara-negara yang
tergabung dalam GCG Countries periode 19982000. Efisiensi yang diukur
11

adalah efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi menggunakan
metode non-parametrik Data Envelopment Analysis. Input yang digunakan adalah
biaya tenaga kerja, deposito, dan biaya operasional lainnya sedangkan output yang
digunakan adalah total pembiayaan, pendapatan operasional lainnya, dan aset
lancar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat inefisiensi bank
syariah pada periode pengamatan adalah 10 % dan bank syariah di kawasan Timur
Tengah memiliki tingkat inefisiensi lebih tinggi relatif terhadap bank di kawasan
lainnya.
Hassan (2006) menganalisis kinerja efisiensi perbankan syariah di dunia
dengan menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA) untuk mengestimasi
efisiensi biaya dan efisiensi keuntungan serta Data Envelopment Analysis (DEA)
untuk mengestimasi efisiensi biaya, efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi
teknis murni, dan skala efisiensi. Untuk mengestimasi efisiensi biaya dan
keuntungan digunakan harga input yaitu harga dari deposito, tenaga kerja, dan
modal sedangkan output yaitu total pembiayaan, pendapatan dari aset lainnya, dan
investasi portofolio.Secara keseluruhan kinerja efisiensi perbankan syariah masih
relatif inefisien dibandingkan dengan perbankan konvensional di dunia.
Hassan (2006) juga menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada
efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efisiensi biaya dan efisiensi teknis. ROA dan ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi alokatif. Total aset dan ROA
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap efisiensi murni dan total aset,
ROA, dan ROE berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap skala efisiensi.
Selain itu ditemukan juga bahwa ROA dan ROE memiliki korelasi yang tinggi
dengan tingkat efisiensi suatu perbankan.
Penelitian mengenai kajian efisiensi bank konvensional dan bank syariah di
Indonesia periode 20042009 dilakukan oleh Afiatun dan Wiryono (2010)
menggunakan metode DEA dengan pendekatan intermediasi. Input yang
digunakan adalah total deposito sedangkan output yang digunakan adalah total
pinjaman dan pendapatan operasional lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bank syariah yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega
Syariah di Indonesia relatif beroperasi secara inefisien dibandingkan bank
konvensional di Indonesia.
Efisiensi biaya dan keuntungan bank syariah di Afrika, Asia Tengah, Eropa,
dan Timur Tengah dengan menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA)
dikaji oleh Tahir dan Haron (2010). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
total biaya (biaya operasional, beban bunga, gaji karyawan, dan biaya overheads)
dan keuntungan sebelum pajak. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
total pendapatan dari aset bank (pinjaman, investasi, dan pendapatan aset lainnya),
price of capital (gaji karyawan dan biaya overhead lainnya dibagi dengan total
asset), dan price of deposits (imbal bagi hasil yang dibayarkan kepada depositor).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah di empat daerah tersebut
memiliki kontrol efisiensi biaya yang lebih baik daripada kontrol peningkatan
output. Bank syariah di Eropa terbukti memiliki kinerja yang efisien dari segi
biaya dan keuntungan daripada bank syariah di daerah lainnya.
Penelitian yang bertujuan menganalisis kinerja efisiensi bank syariah
sebelum dan sesudah krisis global berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA)
dengan pendekatan intermediasi dilakukan oleh Praktiko dan Sugiarto (2011).
12

Variabel output dalam penelitian ini adalah jumlah pembiayaan dan pendapatan
operasional sedangkan variabel inputnya adalah jumlah simpanan, jumlah aktiva
tetap, dan biaya tenaga kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja efisiensi
perbankan syariah, baik sebelum maupun sesudah masa krisis global, secara
umum termasuk dalam kondisi efisien. Terdapat perbedaan pada skala efisiensi
perbankan syariah saat sebelum dan sesudah krisis global. Perbedaan ini terjadi
karena masih terdapat Decision Making Unit (DMU) yang inefisien.
Qureshi dan Shaikh (2012) menganalisis kinerja efisiensi bank syariah dan
bank konvensional di Pakistan. Metode yang digunakan untuk mengestimasi skor
efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi adalah Data
Envelopment Analysis (DEA) melalui pendekatan intermediasi. Variabel input
dalam penelitian ini adalah total deposito dan total biaya operasional sedangkan
output yang digunakan adalah total revenue dan pendapatan lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bank syariah memiliki kinerja yang lebih efisiens
dibandingkan dengan bank konvensional di Pakistan.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja efisiensi perbankan syariah
dianalisis oleh Kablan dan Yousfi (2013) dengan menggunakan sampel dari 17
negara dari Timur Tengah, Asia, Afrika, dan Eropa. Estimasi skor efisiensi
dilakukan dengan metode Stochastic Frontier Approach (SFA) dengan
menggunakan pendekatan fungsi biaya. Regulasi, kekuatan pasar, keuntungan,
jumlah nasabah berpengaruh positif terhadap kinerja efisiensi suatu perbankan
syariah. Contoh negara dengan regulasi yang pro perbankan syariah dan memiliki
nilai efisiensi yang relatif lebih tinggi adalah Malaysia dan Pakistan.
Analisis komparatif kinerja efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala
efisiensi perbankan syariah di MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) dengan
perbankan syariah di Asia dilakukan oleh Rahman dan Rosman (2013). Penelitian
ini menggunakan 63 sampel bank syariah periode 20062009 dengan pendekatan
intermediasi. Variabel input pada penelitian ini adalah biaya tenaga kerja, biaya
tetap, dan total dana yang dimiliki bank dan variabel output yaitu total
pembiayaan dan pendapatan total dari aset lain yang dimiliki bank. Analisis
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) menunjukkan hasil bahwa
secara umum bank syariah di MENA dan Asia telah bekerja secara efisien.
Kinerja bank syariah di Asia lebih efisien daripada bank syariah di MENA.
Keadaan ekonomi suatu negara terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap
kinerja efisiensi suatu bank syariah.
Rahman dan Rosman (2013) juga menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja efisiensi perbankan syariah di MENA dan Asia. Terdapat
tiga model regresi berganda pada penelitian ini yang diestimasi dengan metode
Ordinary Least Square (OLS). Variabel dependen pada model pertama adalah
skor efisiensi secara keseluruhan, model kedua adalah skor efisiensi murni, dan
model ketiga adalah skala efisiensi. ROA dan total aset berpengaruh negatif
sedangkan total ekuitas dan GDP berpengaruh positif terhadap skor efisiensi
secara keseluruhan. Total aset, total ekuitas dan GDP berpengaruh positif
sedangkan ROA berpengaruh negatif terhadap skor efisiensi murni. ROA, total
sset, dan total ekuitas berpengaruh negatif sedangkan GDP berpengaruh positif
terhadap skala efisiensi.
Kajian efisiensi bank syariah di kawasan MENA pada periode krisis tahun
20072009 dilakukan oleh Said (2013) menggunakan pendekatan inermediasi
13

dengan metode DEA. Nilai efisiensi yang diestimasi adalah efisiensi teknis,
efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi. Input yang digunakan ialah biaya
tenaga kerja, biaya aset tetap, dan total dana pihak ketiga sedangkan output yang
digunakan adalah total pembiayaan, aset lancar, dan pendapatan operasional
lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum bank syariah di
kawasan MENA belum beroperasi secara efisien. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh sistem perbankan yang belum dirancang secara baik dan kurangnya
kemampuan bank syariah dalam mengalokasikan inputnya dengan optimal.
Penelitian dilakukan oleh Saeed et al. (2013) untuk menganalisis kinerja
efisiensi teknis, efisiensi teknis murni serta skala efisensi bank syariah dan bank
konvensional di Pakistan pada tahun 20112013 dengan pendekatan intermediasi
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Input yang digunakan
adalah modal dan dana pinjaman sedangkan outputnya adalah pembiayaan atau
kredit dan investasi portofolio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
keseluruhan kinerja efisiensi teknis, efisiensi murni, dan skala efisiensi perbankan
konvensional lebih baik daripada perbankan syariah di Pakistan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi
keuntungan bank syariah sebelum dan sesudah krisis di MENA dan Asia Selatan
pada tahun 2007-2008 dilakukan oleh Mghaieth dan Mehdi (2014). SFA
digunakan untuk mengestimasi efisiensi keuntungan dengan variabel dependen
total biaya berupa penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya bagi hasil, dan biaya
operasional lainnya, variabel independen berupa output yaitu total pembiayaan
dan total pendapatan lainnya serta input berupa biaya tenaga kerja, biaya bagi
hasil, dan biaya operasional lainnya. Hasil estimasi dengan metode GLS
menunjukkan bahwa ln aset, modal, ROA, dan biaya operasional berpengaruh
positif dan signifikan terhadap efisiensi keuntungan pada sebelum, saat, dan
sesudah krisis 2007-2008 terjadi.
Analisis komparatif kinerja efisiensi perbankan konvensional dan perbankan
syariah di Indonesia dilakukan oleh Havidz dan Setiawan (2015) dengan
menggunakan sampel 6 bank konvensional dan 3 bank syariah periode Januari
2008September 2013. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dengan variabel input total deposito, pengeluaran operasional,
dan aset tetap sedangkan variabel output adalah total kredit atau pembiayaan dan
pendapatan operasional. Hasil estimasi DEA menunjukkan bahwa secara umum
kinerja efisiensi perbankan konvensional di Indonesia relatif lebih tinggi dari
perbankan syariah.
Rahim et al. (2015) menganalisis efisiensi bank syariah di Malaysia periode
20082009 menggunakan metode DEA dengan pendekatan intermediasi. Input
yang digunakan adalah biaya tenaga kerja dan biaya bagi hasil sedangkan output
yang digunakan adalah total pembiyaan dan pendapatan operasional lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bank domestik yaitu Bank Muamalat dan BIMB
memiliki skor efisiensi tertinggi sebesar 1.00 dan beroperasi dalam Constant
Return to Scale (CRTS).
14

Tabel 2 Penelitian terdahulu dengan metode DEA, SFA, dan Tobit


No Peneliti Metode Variabel
1 Hassan DEA Input
(2006) deposito, tenaga kerja, dan modal
Output
total pembiayaan, pendapatan dari aset lainnya
SFA Variabel dependen
efisiensi biaya, efisiensi keuntungan
Input
deposito, tenaga kerja, dan modal
Output
total pembiayaan, pendapatan dari aset lainnya,
dan investasi portofolio
Tobit Variabel dependen
efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi teknis
murni, skala efisiensi, efisiensi biaya, efisiensi
keuntungan
Variabel independen
ROA, ROE, total aset
2 Tahir dan SFA Variabel dependen
Haron Efiensi biaya (biaya operasional, beban bunga,
(2010) gaji karyawan, dan biaya overheads) dan efisiensi
keuntungan (sebelum pajak)
Input
price of capital (gaji karyawan dan biaya
overhead lainnya dibagi dengan total asset), dan
price of deposits (imbal bagi hasil)
Output
pendapatan total dan pendapatan lainnya
3 Praktiko DEA Input
dan jumlah simpanan, jumlah aktiva tetap, dan biaya
Sugiarto tenaga kerja
(2011) Output
jumlah pembiayaan dan pendapatan operasional
4 Rahman DEA Input
dan biaya tenaga kerja, biaya tetap, dan total dana
Rosman Output
(2013) total pembiayaan dan pendapatan total
5 Havidz DEA Input
dan total deposito, pengeluaran operasional, dan aset
Setiawan tetap
(2015) Output
total kredit atau pembiayaan dan pendapatan
operasional
Sumber: penelitian terdahulu
Penelitian ini menggunakan beberapa rujukan seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya. Di Indonesia, penelitian mengenai efisiensi BUS terkini dilakukan
oleh Firdaus dan Hosen (2013) dengan metode Two Stage Data Envelopment
15

Analysis. Penelitian ini menggunakan metode yang lebih komprehensif berupa


Two Stage Data Envelopment Analysis dan Two Step Stochastic Frontier
Approach. Perbedaan one step dengan two step adalah kajian kinerja efisiensi one
step hanya mengestimasi nilai efisiensi sedangkan kajian kinerja efisiensi two step
juga menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai efisiensi. Firdaus
dan Hosen (2013) menggunakan metode two step dengan estimasi nilai efisiensi
yang hanya dilakukan dengan metode non-parametrik, DEA, sedangkan penelitian
ini melengkapi estimasi efisiensi dengan metode non-parametric, DEA, dan
metode parametric, SFA.
Variabel input yang digunakan oleh Firdaus dan Hosen (2013) meliputi
DPK, total aset, dan biaya tenaga kerja sedangkan variabel output yang digunakan
meliputi pembiayaan dan pendapatan operasional. Penelitian ini menggunakan
input DPK, biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya karena penelitian ini
menggunakan pendekatan intermediasi, input berupa total aset digunakan pada
penelitian dengan pendekatan aset. Rahman dan Rosman (2013) menyatakan
bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang paling tepat untuk
mengestimasi nilai efisiensi bank syariah karena sesuai dengan fungsi
intermediasi dari bank syariah yaitu menyalurkan dana dari unit surplus ke unit
defisit. Dari sisi output, penelitian ini menggunakan output yang sama dengan
Firdaus dan Hosen (2013).

Kerangka Pemikiran Konseptual

Perkembangan industri perbankan syariah yang tinggi di Indonesia ternyata


belum membuat kinerja BUS dapat dinilai baik. Hal ini tercermin dari BOPO
yang terus meningkat, ROA yang menurun, begitu juga dengan pertumbuhan
DPK dan aset. Oleh karena itu penelitian mengenai kinerja efisiensi BUS di
Indonesia penting untuk dilakukan. BUS yang beroperasi secara efisien akan
mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat. Kajian mengenai
efisiensi akan dilengkapi juga dengan analisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap efisiensi.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama, estimasi skor
efisiensi BUS. Estimasi skor efisiensi BUS dilakukan dengan menggunakan
metode parametrik dan metode non parametrik yaitu SFA dan DEA melalui
pendekatan intermediasi. Input dan output yang digunakan pada kedua metode
sama, inputnya ialah biaya tenaga kerja, biaya operasional lainnya, dan biaya bagi
hasil. Output yang digunakan ialah pembiayaan dan pendapatan lainnya. Melalui
estimasi dengan metode DEA diperoleh skor efisiensi teknis (TE), efisiensi teknis
murni (PTE), dan skala efisiensi (ES). Estimasi metode SFA menghasilkan skor
efisiensi keuntungan alternatif (APE). Skor efisiensi yang diperoleh bernilai 01,
semakin mendekati skor 1 maka semakin efisien kinerja BUS tersebut.
Tahap kedua dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keempat skor efisiensi yang telah diestimasi pada Tahap I.
Analisis ini dilakukan dengan model regresi Tobit yang diestimasi oleh metode
Maximum Likelihood. Terdapat empat model regresi Tobit yang dianalisis dalam
penelitian ini. Model pertama digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap efisiensi teknis BUS. Model kedua digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis murni BUS
16

sedangkan model ketiga digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang


berpengaruh terhadap skala efisiensi BUS. Model terakhir yaitu model keempat
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi
keuntungan alternatif BUS.
Variabel dependen pada model pertama ialah skor efisiensi teknis sedangkan
pada model kedua, variabel dependennya ialah skor efisiensi teknis murni. Model
ketiga menggunakan skor skala efisiensi sebagai variabel dependennya dan model
keempat menggunakan skor efisiensi keuntungan alternatif. Variabel independen
pada model regresi Tobit pertama sampai keempat sama, yaitu aset, modal, dana
simpanan wadiah, biaya operasional, ROE, dan CAR. Setelah diketahui faktor apa
saja yang signifikan berpengaruh dalam kinerja efisiensi BUS, diharapkan
alternatif kebijakan untuk meningkatkan performa BUS dapat diperoleh.
Kerangka pemikiran pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 6 Kerangka pemikiran


17

Hipotesis Penelitian

Berikut merupakan hipotesis dalam penelitian ini:


1. BUS di Indonesia belum beroperasi secara efisien baik dalam TE, PTE, dan
ES yang akan diestimasi dengan metode DEA.
2. BUS di Indonesia belum memiliki efisiensi keuntungan alternatif menurut
metode SFA.
3. Aset, modal, pembiayaan, dana simpanan wadiah, ROE, dan CAR
berpengaruh secara positif sedangkan biaya operasional berpengaruh secara
negatif signifikan terhadap TE, PTE, ES dan APE.

3 METODE

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam
bentuk panel data yaitu gabungan antara data kerat lintang berupa sepuluh Bank
Umum Syariah di Indonesia dan data deret waktu berupa data kuartal periode Juni
2012Maret 2016 (Q2.2012Q1.2016). Data pada penelitian ini diperoleh dari
situs Bank Indonesia berupa Statistik Perbankan Syariah dan dari situs BUS
berupa Laporan Keuangan Perbankan. Penelitian ini juga menggunakan data
pelengkap lainnya yang diperoleh dari literatur berkaitan, jurnal, buku serta media
internet.Selengkapnya mengenai data-data yang digunakan dalam penelitian
dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
No Data Satuan Sumber
1 Biaya tenaga kerja Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
2 Biaya operasional Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
3 Biaya bagi hasil Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
4 Dana simpanan wadiah Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
5 Pembiayaan Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
6 Pendapatan penyaluran dana Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
7 Pendapatan operasional lainya Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
8 Aset Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
9 Modal Rupiah Laporan Keuangan Perbankan
10 Return on asset Persen Laporan Keuangan Perbankan
11 Capital Adequate Ratio Persen Laporan Keuangan Perbankan

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:


1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk eksplorasi, klarifikasi mengenai suatu
fenomena sosial dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang
18

berhubungan dengan permasalahan dan unit penelitian. Dalam metode analisis


deskriptif disajikan gambar dalam bentuk plot data mengenai kondisi BUS.
Melalui gambaran umum ini diharapkan dapat menguatkan analisis ekonometrika
untuk menjawab tujuan penelitian ini.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif bersifat objektif, dilakukan dengan menjabarkan
fenomena sosial ke beberapa komponen masalah, variabel, dan indikator. Analisis
kuantitatif digunakan dalam penelitian ini melalui Data Envelopment Analyst
(DEA), Stochastic Frontier Analysis (SFA), dan tobit. DEA dan SFA digunakan
untuk menghitung skor efisiensi BUS. Tobit digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS dengan estimasi
metode MLE (Maximum Likelihood). Perangkat lunak yang digunakan dalam
analisis ini adalah Microsoft Excel 2013, Banxia Frontier Analyst 4.1, Frontier41,
dan Eviews 9.

Model Penelitian

Data Envelopment Analysis (DEA)


Data Envelopment Analysis (DEA) digunakan untuk mengestimasi skor
efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi menggunakan
pendekatan intermediasi dengan orientasi input. Orientasi input menghasilkan
skor efisiensi yang memperhitungkan kemampuan bank untuk menggunakan
sejumlah kombinasi input optimal dalam menghasilkan sejumlah output tertentu.
Skor efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi berkisar antara 01,
semakin mendekati 1 (satu) maka semakin efisiensi kinerja suatu BUS. Terdapat 3
(tiga) input dan 2 (dua) output dalam estimasi skor efisiensi teknis, efisiensi teknis
murni, dan skala efisiensi yang dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4 Input-output model DEA
Variabel Definisi Rujukan
Input
Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja Hassan (2006), Mohamad et al.
atau biaya personalia (2009), Viverita dan Ariff
(2011), Rahman dan Rosman
(2013), Firdaus dan Hosen
(2013), Kablan dan Yousfi
(2013), Widiarti et al. (2015)
Biaya aset tetap Biaya operasional Hassan (2006), Mohamad et al.
Dana pihak ketiga Dana simpanan (2009), Viverita dan Ariff
wadiah (2011), Kablan dan Yousfi
(2013), Rahman dan Rosman
(2013)
Output
Pembiayaan Murabahah, Hassan (2006), Mohamad et al.
musyarakah, (2009), Viverita dan Ariff
mudharabah, istishna, (2011), Firdaus dan Hosen
salam (2013), Kablan dan Yousfi
Pendapatan Pendapatan (2013), Rahman dan Rosman
operasional penyaluran dana (2013)
19

Stochastic Frontier Approach (SFA)


Stochastic Frontier Approach (SFA) merupakan metode parametrik yang
digunakan untuk mengestimasi skor efisiensi keuntungan alternatif yang berkisar
antara 01 menggunakan pendekatan intermediasi dengan orientasi output.
Orientasi output menghasilkan skor efisiensi yang memperhitungkan kemampuan
bank untuk memaksimumkan outputnya menggunakan sejumlah input tertentu.
Skor efisiensi keuntungan alternatif berkisar antara 01, semakin mendekati 1
maka semakin efisiensi kinerja suatu BUS. Model yang digunakan pada
penelitian ini mengacu pada Mghaieth dan Mehdi (2014), yaitu:
ln (it+ a) = ln f (Pit, Yit) + ln it (10)
Keterangan:
it : Total keuntungan bank ke-i pada periode ke-t
a : Konstanta
Pit : Input ke-i pada periode ke-t
Yit : Output bank ke-i pada periode ke-t
it : galat (uit+ eit)
Deskripsi variabel pada model SFA dijelaskan oleh Tabel 5.
Tabel 5 Deskripsi variabel model SFA
Variabel Notasi Definisi
Variabel
: total keuntungan Pendapatan total biaya
dependen
P1 : biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja
Input P2 : biaya dana pihak ketiga Biaya bagi hasil
P3 : biaya aset tetap Biaya operasional lainnya
Murabahah, musyarakah,
Y1 : total pembiayaan mudharabah, istishna,
Output salam
Pendapatan dari investasi
Y2 : pendapatan operasional lainnya
yang dilakukan bank

Tobit
Tahapan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah estimasi skor
efisiensi dengan menggunakan metode DEA dan SFA. Skor efisiensi yang
dihasilkan adalah skor efisiensi teknis, skor efisiensi teknis murni, skala efisiensi
dengan DEA dan skor efisiensi keuntungan alternatif dengan SFA. Pada tahapan
kedua dalam penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap skor efisiensi yang telah dihasilkan pada tahap pertama.
Tobit mengasumsikan bahwa variabel-variabel independen pada model
tidak memiliki batasan nilai (non-censured) sedangkan variabel dependen pada
model memiliki batasan nilai (censured). Nilai skor efisiensi yang berkisar antara
01 membuat model Tobit merupakan metode yang tepat untuk mengestimasi
koefisien regresi dalam analisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja efisiensi
sebuah BUS.
Terdapat 4 (empat) model yang diestimasi pada penelitian ini. Model I
bertujuan mengestimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis
20

(TE) BUS sedangkan model II bertujuan mengestimasi faktor-faktor yang


berpengaruh terhadap efisiensi teknis murni (PTE) BUS. Model selanjutnya yaitu
Model III digunakan untuk mengestimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
skala efisiensi (ES) BUS dan Model IV digunakan untuk mengestimasi faktor-
faktor yang berperngaruh terhadap efisiensi keuntungan alternatif (APE) BUS.
Variabel independen yang digunakan dalam keempat model sama, yaitu total
pembiayaan, modal inti, dana simpanan wadiah, biaya operasional, total aset,
ROE, dan CAR.
Model regresi tobit terbaik yang dihasilkan dalam penelitian ini secara
umum dirumuskan sebagai berikut:
Model I
TEit = b0 + b1 Ln X1it + b2 Ln X2it + b3 Ln X3it + b4 Ln X4it + b5 Ln X5it
+ b6 X6it + b7 X7it + eit (11)
Model II
PTEit = b0 + b1 Ln X1it + b2 Ln X2it + b3 Ln X3it + b4 Ln X4it + b5 Ln X5it
+ b6 X6it + b7 X7it + eit (12)

Model III
ESit = b0 + b1 Ln X1it + b2 Ln X2it + b3 Ln X3it + b4 Ln X4it + b5 Ln X5it
+ b6 X6it + b7 X7it + eit (13)
Model IV
APEit = b0 + b1 Ln X1it + b2 Ln X2it + b3 Ln X3it + b4 Ln X4it + b5 Ln X5it
+ b6 X6it + b7 X7it + eit (14)
Keterangan:
TEit : Skor efisiensi teknis BUS ke-i pada periode ke-t
PTEit : Skor efisiensi teknis murni BUS ke-i pada periode ke-t
ESit : Skor skala efisiensi BUS ke-i pada periode ke-t
APEit : Skor efisiensi keuntungan alternatif BUS ke-i pada periode ke-t
b0 : intersep
bi : koefisien variabel ke-i
X1it : Total pembiayaan BUS ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X2it : Modal inti BUS ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X3it : Dana simpanan wadiah BUS ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X4it : Biaya operasional ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X5it : Total aset BUS ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X6it : Rasio Return on Equity (ROE) ke-i pada periode ke-t (dalam %)
X7it : Rasio Capital Adequancy Ratio (CAR) ke-i pada periode ke-t (dalam %)
eit : galat
Pengujian parameter hasil estimasi model regresi tobit
Terdapat dua uji yang digunakan pada parameter hasil estimasi model regresi tobit
yaitu:
1. Likelihood Ratio test
Likelihood Ratiotest dalam model tobit dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel bebas dalam model bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak
bebas secara nyata. Hipotesis untuk uji f adalah:
21

H0 : bo = b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0
H1 : Minimal ada satu bi yag tidak sama dengan nol
Jika nilai Likelihood Ratioyang didapatkan dari hasil estimasi> taraf nyata maka
tolak H0 yang artinya variabel-variabel bebas dalam model secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Jika nilai probabilitas Likelihood
Ratio yang didapatkan< taraf nyata maka tidak tolak H0 yang artinya variabel-
variabel bebas dalam model secara bersama-sama berpengaruh tidak nyata
terhadap variabel bebasnya.
2. Wald test
Wald test dalam model tobit dilakukan untuk mengetahui suatu variabel bebas
berpengaruh secara signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel tidak bebas.
Hipotesis untuk uji t adalah:
H0 : variabel bebas tidak signifikan
H1 : variabel bebas signifikan
Jika nilai probabilitas t-statistik suatu variabel yang didapatkan dari hasil
estimasi < taraf nyata maka tolak H0 yang artinya variabel bebas tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas dalam model.
Sebaliknya, jika nilai probabilitas t-statistik suatu variabel > taraf nyata maka
tidak tolak H0 yang artinya variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel tidak bebas dalam model.
Tabel 6 Definisi operasional variabel independen pada model tobit
Variabel Deskripsi Rujukan
Pembiayaan yang
disalurkan BUS yaitu
Total Hassan (2006), Widiarti et al.
mudharabah,
pembiayaan (2015)
musyarakah, ishtisna,
salam, murabahah
Modal inti
Dana simpanan Dana pihak ketiga dengan
Widiarti et al. (2015)
wadiah akad wadiah (titipan)
Biaya yang dikeluarkan
Biaya Mghaieth dan Mehdi (2014)
BUS untuk kegiatan
operasional
operasional
Hassan (2006), Gupta et al.
(2008), Viverita dan Ariff (2011),
Total aset yang dimiliki Firdaus dan Hosen (2013),
Aset
BUS Rahman dan Rosman (2013),
Mghaieth dan Mehdi (2014),
Widiarti et al. (2015)
Rasio total keuntungan Hassan (2006), Gupta et al.
ROE BUS sebelum pajak (2008), Firdaus dan Hosen
dengan total ekuitas (2013), Kablan dan Yousfi (2013)
Gupta et al. (2008), Firdaus dan
Hosen (2013), Mghaieth dan
CAR Rasio kecukupan modal
Mehdi (2014), Widiarti et al.
(2015)
22

Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel penelitian sebanyak sepuluh Bank


Umum Syariah di Indonesia yang telah beroperasi dari tahun 2012 sampai dengan
saat ini. Data yang digunakan merupakan publikasi laporan triwulan tiap bank
yang didapatkan dari situs resmi tiap bank periode Q2.2012 Q1.2016.
Tabel 7 Daftar sampel penelitian
No Bank Umum Syariah Situs
1 Bank Syariah Mandiri http://syariahmandiri.co.id
2 Bank Muamalat Indonesia http://muamalatindonesia.co.id
3 Bank Rakyat Indonesia Syariah http://brisyariah.co.id
4 Bank Negara Indonesia Syariah http://bnisyariah.co.id
5 Bank Panin Syariah http://paninbanksyariah.co.id
6 Bank Bukopin Syariah http://syariahbukopin.co.id
7 Bank Mega Syariah http://megasyariah.co.id
8 Bank Central Asia Syariah http://bcasyariah.co.id
9 Maybank Syariah http://maybanksyariah.co.id
10 Bank Victoria Syariah http://victoriasyariah.co.id

4 ANALISIS DESKRIPTIF

Gambaran umum variabel input dan output pada kegiatan operasional


Bank Umum Syariah

Kajian efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) dimulai dengan memberikan


gambaran umum mengenai statistik deskriptif variabel input dan output BUS yang
digunakan untuk mengestimasi skor efisiensi dalam penelitian. Input yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), biaya tenaga
kerja, dan biaya operasional lainnya. Tingginya penggunaan input yang digunakan
pada bank umum syariah mengindikasikan kinerja yang tidak efisien.
Tabel 8 menunjukkan input dan output yang digunakan pada penelitian ini.
Nilai rata-rata DPK yang dihimpun oleh BUS pada periode 20122016 mencapai
20 174 triliun rupiah dengan nilai maksimum 25 877 triliun rupiah dan nilai
minimum 15 169 triliun rupiah. Sementara biaya tenaga kerja rata-rata yang
dikeluarkan oleh BUS pada periode 20122016 adalah 2 251 triliun rupiah dengan
standar deviasi cukup besar yaitu 1 079, nilai maksimum sebesar 4 299 triliun
rupiah dan nilai minimum sebesar 766 triliun rupiah. Input ketiga, biaya
operasional lainnya yang mencakup biaya bagi hasil, biaya administrasi, biaya
promosi, biaya penurunan aset, dan biaya lainnya memiliki nilai rata-rata sebesar
3 467 triliun rupiah pada periode 20122016 dan nilai maksimum sebesar 8 419
triliun rupiah serta nilai minimum sebesar 1 018 triliun rupiah.
Di sisi output, terdapat pembiayaan dan pendapatan operasional lainnya.
Nilai rata-rata pembiayaan pada periode Q2.2012Q1.2016 adalah 151 484 triliun
rupiah dengan standar deviasi yang relatif kecil yaitu 24 452 dan nilai maksimum
23

sebesar 177 731 triliun rupiah serta nilai minimum sebesar 100 813 triliun rupiah.
Pendapatan operasional menunjukkan nilai rata-rata 1 751 triliun rupiah pada
periode pengamatan Q2.2012Q1.2016 dengan standar deviasi 1 086 dan nilai
maksimum 4 900 triliun rupiah serta nilai minimum 506 triliun rupiah.
Tabel 8 Statistik deskriptif input dan output penelitian periode 20122016
(triliun rupiah)
Standar Nilai Nilai
Variabel Rata-rata
Deviasi Maksimum Minimum
Input
DPK 20174 2 601 25877 15 169
Biaya tenaga kerja 2 251 1 079 4299 766
Biaya operasional lainnya 3467 2290 8419 1018
Output
Pembiayaan 151 484 24 452 177 731 100 813
Pendapatan operasional 1 751 1 086 4 900 506
Sumber: Laporan Keuangan BUS (2016, diolah)
Perkembangan nilai input dan output BUS periode Q2.2012 Q1.2016
ditunjukkan oleh Gambar 7. Besarnya ketiga input BUS berfluktuasi di setiap
kuartal pada tiap tahunnya namun fluktuasi ini memiliki pola tertentu. Pola
tersebut adalah peningkatan jumlah input menjelang akhir tahun yaitu pada
kuartal ke-empat di tiap periode kemudian jumlah input kembali menurun di
kuartal pertama tahun berikutnya.
Beban TK, Beban operasional,

10000 200000

Pembiayaan, DPK
pendapatan operasional

8000

(triliun rupiah)
150000
6000
(triliun rupiah)

100000
4000
2000 50000
0 0
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014 2015 2016
Periode
Beban tenaga kerja Beban operasional lainnya
Pendapatan operasional DPK
Pembiayaan

Sumber: Laporan Keuangan BUS (2016, diolah)


Gambar 7 Perkembangan input dan output operasional BUS periode
Q2.2012Q1.2016

Umumnya di awal tahun bank fokus pada pencapaian target penyaluran


pembiayaan dan target pencarian depositor. Di akhir tahun pembiayaan telah
banyak tersalurkan dan depositor telah didapatkan sehingga biaya bagi hasil
meningkat di akhir tahun. Selain itu, umumnya bank banyak memberikan bonus
dan tunjangan kepada karyawan di akhir tahun sehingga biaya tenaga kerja pun
meningkat di akhir tahun. Biaya operasional yang meliputi biaya bagi hasil,
administrasi, biaya promosi, biaya penurunan aset, dan biaya lainnya juga
24

memiliki pola yang sama. Salah satu penyebabnya adalah promosi yang banyak
dilakukan di akhir tahun karena banyaknya event yang dilakukan di akhir tahun.
Dari sisi output, besarnya pembiayaan mengalami peningkatan selama
periode pengamatan Q2.2012Q1.2016. Kondisi ini menunjukkan konsistensi
BUS dalam memaksimumkan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dengan
menyalurkan dana dari unit surplus ke unit defisit. Pembiayaan yang dimaksud di
sini adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, dan istishna. Tidak
adanya pemisahan jumlah pembiayaan berdasarkan jenis-jenis akad pada Laporan
Keuangan BUS sebelum periode Q2.2015.
Di sisi lain, pendapatan operasional memiliki pola yang sama dengan
ketiga variabel input yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada awal tahun, bank
umumnya fokus untuk menyalurkan pembiayaan sedangkan di akhir tahun,
pembiayaan yang disalurkan lebih sedikit, bank lebih fokus terhadap
pengembalian pembiayaan yang telah disalurkan sebelumnya. Hal ini dapat
menjadi penyebab peningkatan pendapatan operasional pada kuartal ke-empat
setiap tahunnya. Pada kuartal empat, bank semakin banyak mendapakan
pendapatan dari pembayaran yang disalurkan mulai dari awal tahun.

Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Periode 20122016

Secara umum jumlah aset BUS mengalami peningkatan pada periode


pengamatan Q2.2012Q1.2016 namun dalam beberapa periode tertentu jumlah
aset berfluktuasi. Ini merupakan hal yang wajar karena terdapat banyak faktor
baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat memengaruhi fluktuasi
tersebut. Faktor internal yang dapat menjadi penyebab salah satunya ialah
perubahan kebijakan yang ditetapkan oleh pihak BUS dan setiap kebijakan tidak
selalu menghasilkan output yang positif. Dari sisi eksternal, guncangan yang
terjadi pada perekonomian nasional dan internasional dapat menjadi penyebab
fluktuasi ketiga faktor tersebut.
80000 BCA Syariah
70000 BNI Syariah
Aset (triliun rupiah)

60000 BRI Syariah


50000 Bank Syariah Mandiri
40000 Bank Bukopin Syariah
30000 Maybank Syariah
20000 Bank Mega Syariah
10000 Bank Panin Syariah
0 Bank Muamalat
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Bank Victoria Syariah
2012 2013 2014 2015 2016
Periode
Sumber: Laporan Keuangan BUS (2016, diolah)
Gambar 8 Perkembangan aset BUS periode Q2.2012Q1.2016
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan BUS dengan aset tertinggi dan
memiliki tren yang meningkat di sepanjang periode Q2.2012Q1.2016. Bank
dengan aset tertinggi kedua adalah Bank Muamalat Indonesia. Berbeda dengan
BSM yang memiliki tren pertumbuhan aset positif di sepanjang periode
pengamatan, Bank Muamalat memiliki tren pertumbuhan aset yang meningkat
25

pada Q2.2012Q4.2014 kemudian menurun sejak periode Q4.2014 sampai


Q1.2016.

Perkembangan Modal Inti Bank Umum Syariah Periode 20122016

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/15/PBI/2015 menyatakan bahwa modal


inti adalah penjumlahan dari modal disetor dan tambahan modal. Perkembangan
modal inti BUS ditunjukkan oleh Gambar 9. Berdasarkan PBI No.12/26/PBI/2012,
BUS dikategorikan menjadi tiga kategori. Pertama, kategori Bank Buku 1 yaitu
bank dengan modal inti sampai dengan kurang dari satu triliun rupiah. BUS yang
termasuk kategori Bank Buku 1 adalah Bank Mega Syariah dengan modal inti
sebesar 888 miliar rupiah kemudian Maybank Syariah dengan modal inti sebesar
641 miliar rupiah. Bank Bukopin Syariah dan Bank Victoria Syariah juga
termasuk kategori BUS Buku 1 dengan modal inti sebesar 616 miliar rupiah dan
127 miliar rupiah.
Kategori kedua adalah Bank Buku 2 yaitu bank dengan modal inti paling
sedikit sebesar satu triliun rupiah sampai dengan kurang dari lima triliun rupiah.
Terdapat lima BUS yang masuk kategori Bank Buku 2 pada Maret 2016. Pertama,
Bank Muamalat dengan modal inti sebesar 3.1 triliun rupiah. Kedua, BNI Syariah
dengan modal inti sebesar 2.24 triliun rupiah disusul oleh BRI Syariah dengan
modal inti 2.22 triliun rupiah kemudian Bank Panin Syariah dengan modal inti 1.1
triliun rupiah. BUS kelima yang masuk kategori Bank Buku 2 adalah BCA
Syariah dengan modal inti sebesar 1.05 triliun rupiah.
6000 BCA Syariah
(triliun rupiah)

BNI Syariah
5000
Modal inti

BRI Syariah
4000 Bank Syariah Mandiri
3000 Bank Bukopin Syariah
Maybank Syariah
2000 Bank Mega Syariah
1000 Bank Panin Syariah
0 Bank Muamalat
Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1 Bank Victoria Syariah

2012 2013 2014 2015 2016


Periode
Sumber: Laporan Keuangan BUS (2016, diolah)
Gambar 9 Perkembangan modal inti BUS periode Q2.2012Q1.2016
Kategori ketiga adalah Bank Buku 3. Menurut PBI No.14/26/PBI/2012,
bank yang termasuk dalam kategori Bank Buku 3 adalah bank dengan modal inti
paling sedikit sebesar lima triliun rupiah sampai dengan kurang dari 30 triliun
rupiah. Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank syariah pertama yang
masuk dalam kategori Buku 3 pada tahun 2015. Sampai dengan Maret 2016, BUS
yang termasuk dalam kategori Buku 3 hanya BSM dengan modal inti sebesar 5.4
triliun rupiah.
Umumnya BUS di Indonesia merupakan anak perusahan dari bank
konvensional. Misalnya, BSM yang merupakan anak perusahaan dari PT. Mandiri
Tbk. Pada April 2016, Bank Mandiri yang merupakan salah satu bank yang
memiliki aset terbesar di Indonesia. Untuk meningkatkan performa anak
26

perusahaannya, BSM, PT. Mandiri Tbk. memberikan tambahan modal inti kepada
BSM pada akhir tahun 2015 sehingga BSM berpindah kategori dari Bank Buku 2
menjadi Bank Buku 3.
Penambahan modal inti oleh induk perusahaan juga terjadi pada Bank
Muamalat pada akhir tahun 2013. Namun, beberapa hal diantaranya peningkatan
biaya operasional menyebabkan modal inti tersebut mengalami penurunan yang
dimulai dari periode Q2.2014. Akibatnya, Bank Muamalat yang diproyeksikan
dapat mencapai kategori Bank Buku 3 pada tahun 2015 masih berada pada
kategori Bank Buku 2 pada April 2016.

Perkembangan Return on Asset (ROE) Modal Bank Umum Syariah


Periode 20122016

Return on Equity atau ROE merupakan rasio kinerja bank yang


menunjukkan jumlah keuntungan bank sebelum pajak dibagi oleh total ekuitas.
Perkembangan ROE periode Q2.2012Q1.2016 ditunjukkan oleh Gambar 10.
Pada periode Q2.2012Q1.2016 ROE rata-rtaa menurun sebesar 84.36%.
Penurunan ROE menunjukkan bahwa kemampuan BUS dalam menghasilkan
keuntungan menurun. Penyebabnya dapat berasal dari kualitas pembiayaan yang
menurun misalnya pembiayaan lebih banyak disalurkan ke sektor-sektor yang
kurang menguntungkan sehingga keuntungan yang diperoleh berkurang.

80 BCA Syariah
60 BNI Syariah
40 BRI Syariah
Bank Syariah Mandiri
ROE (%)

20
Bank Bukopin Syariah
0 Maybank Syariah
Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1 Bank Mega Syariah
-20
-40 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Panin Syariah
Bank Muamalat
-60 Periode Bank Victoria Syariah

Sumber: Laporan Keuangan BUS (2016, diolah)


Gambar 10 Perkembangan ROE periode Q2.2012Q1.2016
Gambar 10 menunjukkan bahwa BUS yang memiliki penurunan ROE
paling besar pada periode Q2.2012Q1.2016 adalah BSM dan Maybank Syariah.
BSM mengalami penurunan ROE yang tajam karena penambahan modal inti oleh
induk perusahaan yang tidak diikuti oleh peningkatan keuntungan yang diperoleh
dari kinerja operasionalnya sehingga ROE yang dihasilkan menurun. Di sisi lain,
Maybank Syariah juga mengalami penurunan ROE yang cukup tajam di akhir
periode 2014 ke awal periode 2015. Penurunan ini terjadi karena adanya
penurunan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh Maybank Syariah dan ekuitas
yang dimiliki Maybank Syariah cenderung stabil. Implikasinya keuntungan yang
diperoleh menurun dan ROE menurun tajam.
27

Perkembangan Rasio Kecukupan Modal Bank Umum Syariah


Periode 20122016

Capital Adequancy Ratio atau CAR adalah rasio kinerja bank yang
berfungsi mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang
aktiva yang memiliki atau menyebabkan risiko. Bank Indonesia menyatakan
bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 % dari ATMR atau
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko melalui Surat Edaran Bank Indonesia
No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. Berdasarkan Gambar 11 Rasio
kecukupan modal minimum perbankan syariah di Indonesia pada tahun 20114
hingga 2016 cenderung mengalami penurunan akan tetapi rasio CAR tersebut
masih berada diatas batas minimum sehingga dapat dikatakan masih aman. Bank
syariah diharapkan dapat terus mengendalikan nilai CAR untuk diatas 8 % dengan
cara bertahan untuk tidak menyalurkan pembiayaan yang akan menambah aset
berisiko sehingga mengharuskan bank untuk menambah modal.
80 BCA Syariah
70 BNI Syariah
60 BRI Syariah
50
CAR (%)

Bank Syariah Mandiri


40 Bank Bukopin Syariah
30 Maybank Syariah
20 Bank Mega Syariah
10 Bank Panin Syariah
0 Bank Muamalat
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Bank Victoria Syariah
2012 2013 2014 2015 2016
Periode
Sumber: Laporan Keuangan BUS (2016, diolah)
Gambar 11 Perkembangan CAR BUS periode Q2.2012 Q1.2016
Maybank Syariah merupakan BUS dengan rasio CAR tertinggi selama
periode Q2.2012Q1.2016. Rasio CAR tertinggi terdapat di Q1.2013 yaitu
mencapai 70 %. Setelah Q1.2013, Maybank Syariah mengalami penurunan CAR
hingga ke level 40 % pada Q4.2015 kemudian kembali meningkat ke level 50 %
pada Q1.2016. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengalihan modal yang
dilakukan Maybank Syariah ke kegiatan-kegiatan produktif seperti pembiayaan
dan investasi.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Efisiensi Bank Umum Syariah


Efisiensi Teknis
Hasil estimasi skor efisiensi teknis (TE), efisiensi teknis murni (PTE), skala
efisiensi (ES) dengan metode DEA ditunjukkan oleh Tabel 9. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, skor TE, PTE, dan ES berkisar antara 01, semakin
28

mendekati skor 0 (nol) menandakan semakin efisien BUS dalam kegiatan


operasionalnya sebagai lembaga intermediasi. Sebaliknya, semakin mendekati
skor 1 (satu) menunjukkan bahwa BUS semakin efisien dalam kegiatan
operasionalnya, , semakin mampu BUS untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu dengan kombinasi input minimum, dan semakin optimal menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi (Firdaus dan Hosen 2013).
Tabel 9 Efisiensi teknis BUS periode Q2.2012Q1.2016
Periode TE PTE ES
2012 Kuartal II 0.84 0.97 0.86
Kuartal III 0.78 0.97 0.80
Kuartal IV 0.94 0.98 0.95
2013 Kuartal I 0.77 0.96 0.80
Kuartal II 0.86 0.99 0.86
Kuartal III 0.87 0.99 0.87
Kuartal IV 0.87 1.00 0.87
2014 Kuartal I 0.87 0.96 0.90
Kuartal II 0.85 0.95 0.89
Kuartal III 0.77 0.95 0.80
Kuartal IV 0.81 0.96 0.84
2015 Kuartal I 0.90 0.97 0.92
Kuartal II 0.92 0.95 0.97
Kuartal III 0.91 0.96 0.94
Kuartal IV 0.93 0.99 0.94
2016 Kuartal I 0.84 0.94 0.88
Sumber: output DEA (2016, diolah)
Secara umum, BUS di Indonesia belum beroperasi secara efisien. Hal ini
terbukti dari skor TE dan PTE yang umumnya belum mencapai skor sempurna
yaitu 1 (satu) kecuali pada skor PTE periode Q3.2013. Dari skor TE dan PTE
dibuktikan bahwa BUS belum dapat beroperasi menggunakan kombinasi input
yang optimal untuk memproduksi outputnya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis
penelitian dan hasil beberapa penelitian sebelumnya yaitu Praktiko dan Sugianto
(2011), Viverita dan Ariff (2011), serta Firdaus dan Hosen (2013) yang
menyatakan bahwa bank syariah di Indonesia belum beroperasi secara efisien.
Nilai skala efisiensi didapatkan dari pembagian skor TE oleh skor PTE. Dari
nilai skala efisiensi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa saat ini BUS
beroperasi pada kondisi Increasing Return to Scale. Peningkatan input sebesar 1%
akan menghasilkan peningkatan output yang besarnya lebih dari 1%, ceteris
paribus. Hal ini sesuai dengan keadaan industri perbankan syariah di Indonesia
yang saat ini masih dalam tahap infant atau tahap pertumbuhan awal. Industri
pada tahap ini sangat responsif terhadap penambahan input karena skala usaha
yang dijalani masih tergolong kecil. Kondisi ini sesuai dengan keadaan BUS di
Indonesia dalam periode pengamatan Q1.2012Q1.2016 yang memiliki aset
relatif kecil dalam industri perbankan nasional.
29

Efisiensi Keuntungan Alternatif


Hasil estimasi skor efisiensi keuntungan alternatif (APE) dengan metode
SFA dirangkum pada Tabel 10. Sama seperti skor TE, PTE, dan ES, skor APE
berkisar nilainya antara 01. Skor APE yang semakin mendekati satu menandakan
bahwa semakin mampu BUS memaksimumkan keuntungan dalam kegiatan
operasionalnya. Sebaliknya, skor APE semakin mendekati nol menandakan
semakin rendahnya kemampuan BUS dalam memaksimumkan keuntungan
melalui kegiatan operasionalnya.
Tabel 10 Efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012Q1.2016
Periode APE Periode APE
2012 Kuartal II 0.76 2014 Kuartal II 0.78
Kuartal III 0.79 Kuartal III 0.83
Kuartal IV 0.99 Kuartal IV 0.77
2013 Kuartal I 0.99 2015 Kuartal I 0.82
Kuartal II 0.86 Kuartal II 0.99
Kuartal III 0.86 Kuartal III 0.99
Kuartal IV 0.88 Kuartal IV 0.75
2014 Kuartal I 0.87 2016 Kuartal I 0.81
Sumber: output SFA (2016, diolah)
Tabel 10 menunjukkan bahwa skor APE BUS di Indonesia pada Q2.2012
Q1.2016 bernilai kurang dari satu. Hal ini menunjukan bahwa BUS di Indonesia
belum mampu menghasilkan keuntungan maksimum dengan sejumlah input
tertentu. Hasil ini sejalan dengan ROE BUS yang masih relatif rendah dan ROE
mencerminkan profitabilitas BUS masih rendah. Menurut Mahmoedin (2004)
salah satu faktor yang memengaruhi profitabilitas perbankan adalah kualitas
pinjaman. Di Indonesia, pembiayaan yang disalurkan oleh BUS umumnya
ditujukan kepada usaha-usaha dengan sektor kecil seperti Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) sehingga nominal keuntungan yang diperoleh pihak BUS
pun tidak besar.
Selain itu, Yudhistira (2004) menyatakan bahwa bank syariah banyak
menghabiskan proporsi keuntungannya untuk biaya bagi hasil para depositors.
Hal ini dilakukan dengan tujuan menarik jumlah depositors. BUS juga menganut
prinsip bagi hasil dan bagi risiko, ketika usaha yang dibiayai BUS mengalami
kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaian pengelolanya maka BUS ikut
menanggung biaya kerugian tersebut. Hal ini menyebabkan biaya operasional
BUS pun meningkat. Keuntungan merupakan fungsi dari total penerimaan
dikurangi total biaya. Biaya yang besar akan membuat keuntungan yang
didapatkan menjadi sedikit walaupun misalnya total penerimaan yang didapatkan
BUS besar jumlahnya.
Tren Pergerakan Skor Efisiensi
Tren pergerakan skor efisiensi TE, PTE, ES, dan APE pada periode
Q2.2012Q1.2016 ditunjukan oleh Gambar 12. Skor efisiensi murni merupakan
skor efisiensi dengan fluktuasi yang paling rendah atau dengan kata lain BUS
memiliki stabilitas yang cukup baik dalam meminimalkan jumlah input untuk
menghasilkan sejumlah output tertentu dengan asumsi Variable Return to Scale
(VRS). Efisiensi lainnya yaitu efisiensi teknis, skala efisiensi, dan efisiensi
keuntungan alternatif relatif lebih berfuktuasi. Pergerakan efisiensi teknis sejalan
30

dengan skala efisiensi. Kondisi ini disebabkan oleh perhitungan skala efisiensi
diperoleh dari pembagian nilai efisiensi teknis oleh nilai efisiensi teknis murni dan
nilai efisiensi murni cenderung memiliki pergerakan yang stabil sehingga nilai
skala efisiensi mengikuti pola nilai efisiensi teknis.
1.2
1 TE
0.8 PTE
(%)

0.6
0.4 ES
0.2
0 APE
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015 2016
Periode
Sumber: output DEA dan SFA (2016, diolah)
Gambar 12 Tren pergerakan skor efisiensi BUS periode Q2.2012Q1.2016
Skor efisiensi keuntungan alternatif pun berfluktuasi dari Q2.2012 sampai
Q1.2016. Peningkatan skor efisiensi keuntungan alternatif terjadi periode Q3.2012
ke Q4.2012 kemudian stabil sampai Q1.2013 dan kembali menurun di kuartal
selanjutnya. Pola ini terulang kembali pada Q1.2015. Kemampuan
mempertahankan efisiensi keuntungan alternatif dengan skor optimal hanya dapat
terjadi di satu kuartal kemudian menurun pada kuartal berikutnya. Hal ini
disebabkan banyak faktor diantaranya beban operasional yang terus berfluktuasi,
begitu juga dengan pendapatan operasional yang didapatkan oleh BUS.

Peringkat kinerja efisiensi Bank Umum Syariah


Efisiensi Teknis
Tabel 11 merangkum nilai efisiensi teknis sepuluh BUS pada pengamatan
periode Q2.2012Q1.2016. Bank Panin Syariah merupakan BUS dengan nilai
efisiensi teknis tertinggi, skor TE, PTE, ES hasil estimasi dengan metode DEA
mencapai nilai sempurna yaitu satu. Skor TE dan PTE yang bernilai satu
menandakan bahwa Bank Panin Syariah telah mampu meminimumkan jumlah
input yang digunakan untuk menghasilkan output dalam kegiatan operasionalnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Hosen (2013) menghasilkan hal yang
sama yaitu Bank Panin Syariah memiliki skor efisiensi tertinggi dan mampu
mencapai skor efisiensi optimal yaitu satu pada beberapa periode dalam rentan
pengamatan Q1.2010Q4.2012. BUS lainnya, selain Bank Panin Syariah, dapat
disimpulkan belum mampu meminimumkan input pada kegiatan operasionalnya
yang terbukti dari skor TE kurang dari satu. Di sisi lain, beberapa BUS telah
mampu menghasilkan sejumlah output tertentu dengan jumlah input yang
minimum menurut asumsi VRS, ditandai dengan skor efisiensi teknis murni sama
dengan 1 (satu) yaitu pada Bank Victoria Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan
Bank Muamalat.
Pada penelitian ini, Bank Panin Syariah dinyatakan telah beroperasi efisien
secara teknis serta telah beroperasi pada kondisi Constant Return to Scale (CRTS)
yang ditandai dengan skor satu pada skala efisiensi di periode Q2.2012Q1.2016.
Peningkatan jumlah input yang dilakukan oleh Bank Panin Syariah sebesar 1%
31

akan menghasilkan peningkatan output sebesar 1%, ceteris paribus. Bank Panin
Syariah merupakan BUS ke-enam yang berdiri di Indonesia pada tahun 2009.
Setelah tujuh tahun beroperasi, Bank Panin Syariah telah mampu mencapai tahap
mature. BUS lainnya, selain Bank Panin Syariah, masih beroperasi pada kodisi
Increasing Return to Scale (IRTS) yang ditandai dengan skor skala efisiensi
kurang dari satu. Implikasinya, peningkatan 1% input yang digunakan oleh BUS
akan menghasilkan peningkatan output lebih dari 1%, ceteris paribus.
Tabel 11 Peringkat kinerja efisiensi teknis BUS periode Q2.2012Q1.2016
No BUS TE PTE ES RTS
1 Panin Syariah 1.00 1.00 1.00 CRTS
2 Maybank Syariah 0.96 0.97 0.98 IRTS
3 Bukopin Syariah 0.97 0.99 0.97 IRTS
4 BCA Syariah 0.88 0.92 0.94 IRTS
5 Victoria Syariah 0.86 1.00 0.86 IRTS
6 BNI Syariah 0.85 0.99 0.85 IRTS
7 Syariah Mandiri 0.84 1.00 0.84 IRTS
8 Muamalat 0.81 1.00 0.81 IRTS
9 BRI Syariah 0.79 0.96 0.83 IRTS
10 Mega Syariah 0.64 0.88 0.71 IRTS
Sumber: output DEA (2016, diolah)
Efisiensi Keuntungan Alternatif
Tabel 12 menunjukkan bahwa belum ada BUS yang terbukti dapat
menghasilkan keuntungan yang maksimal, kondisi ini dibuktikan dengan skor
efisiensi keuntungan alternatif yang hanya mendekati 1. Jika dari sisi efisiensi
teknis, Bank Panin Syariah berhasil mendapatkan nilai tertinggi, pada sisi efisiensi
keuntungan alternatif, BNI Syariah merupakan BUS yang terbukti paling mampu
memaksimumkan keuntungan dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai efisiensi keuntungan alternatif BNI Syariah sebesar 0.94.
Tabel 12 Peringkat kinerja efisiensi keuntungan alternatif BUS periode Q2.2012
Q1.2016
No BUS APE No BUS APE
1 BNI Syariah 0.94 6 BCA Syariah 0.85
2 Panin Syariah 0.92 7 Victoria Syariah 0.81
3 Maybank Syariah 0.92 8 Muamalat 0.79
4 Bank Syariah Mandiri 0.89 9 BRI Syariah 0.66
5 Bukopin Syariah 0.89 10 Mega Syariah 0.66
Sumber: output SFA (2016, diolah)
Perbandingan kinerja efisiensi teknis dan efisiensi keuntungan alternatif
Penelitian ini mengestimasi nilai efisiensi menggunakan metode non-
parametrik dan parametric. Metode non-parametrik, DEA, digunakan untuk
mengestimasi nilai efisiensi teknis sedangkan metode parametric, SFA, digunakan
untuk mengestimasi nilai efisiensi keuntungan alternatif. Efisiensi teknis dan
efisiensi keuntungan alternatif memandang efisiensi dari cara yang berbeda.
Efisiensi teknis mengestimasi nilai efisiensi berdasarkan kemampuan BUS dalam
meminimumkan penggunaan inputnya, hal ini disebut input-oriented. Di sisi lain,
32

efisiensi keuntungan alternatif mengestimasi nilai efisiensi berdasarkan


kemampuan BUS dalam memaksimumkan keuntungannya, hal ini disebut sebagai
output-oriented.
Pada penelitian ini, hasil estimasi skor efisiensi teknis dengan efisiensi
keuntungan alternatif tidak selalu sejalan. Dalam kata lain, BUS yang mampu
beroperasi dengan input yang minimum belum tentu mampu menghasilkan
keuntungan yang maksimum. Begitu juga sebaliknya, BUS yang mampu
menghasilkan keuntungan maksimum dalam kegiatan operasionalnya belum tentu
mampu beroperasi dengan jumlah input yang minimum. Perbandingan kinerja
efisiensi teknis dan efisiensi keuntungan alternatif BUS di Indonesia periode
Q2.2012Q1.2016 ditunjukkan oleh Gambar 13.
1.2
TE, APE (%)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

BUS
TE APE
Sumber: output DEA dan SFA (2016, diolah)
Gambar 13 Perbandingan kinerja efisiensi teknis dan efisiensi keuntungan
alternatif BUS di Indonesia periode Q2.2012Q1.2016

BUS yang terbukti lebih mampu beroperasi menghasilkan sejumlah output


tertentu dengan meminimumkan jumlah input daripada menghasilkan keuntungan
maksimum dengan sejumlah output tertentu selama periode Q2.2012Q1.2016
adalah Bank Panin Syariah, Maybank Syariah, Bank Bukopin Syariah, BCA
Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Muamalat, dan BRI Syariah. Di sisi lain,
BUS yang terbukti lebih mampu memaksimumkan keuntungannya dengan
sejumlah output tertentu daripada menghasilkan sejumlah output tertentu dengan
input yang minimum selama periode Q2.2012Q1.2016 adalah BNI Syariah,
Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah.
Penyebab dari hal ini salah satunya mungkin berasal dari alokasi
pembiayaan yang dilakukan BUS. Melalui Laporan Keuangan Bank Panin
Syariah, diketahui bahwa bank ini paling banyak menyalurkan pembiayaannya
melalui akad musyarakah disusul oleh mudharabah dan murabahah. Pengertian
musyarakah menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.106
adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha tertentu,
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana. Mudharabah dalam PSAK No.105 adalah akad kerjasama
usaha antara dua pihak atau lebih, pemilik dana menyediakan seluruh dana
sedangkan pihak pengelola bertindak sebagai pelaku usaha, keuntugan dibagi
diantara pihak pemilik dana dan pihak peneglola. Pihak pemilik dana
berkewajiban menanggung seluruh kerugian dari hasil usaha selama kerugian
33

tersebut tidak disebabkan oleh pihak pengelola. Murabahah adalah transaksi


penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan berupa
margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pada akad murabahah,
pembayaran dilakukan secara tangguh oleh pembeli. Murabahah adalah akad
yang paling kecil risikonya, disusul musyarakah, kemudian mudharabah. Bank
Panin Syariah cenderung lebih banyak menyalurkan pembiayaan ke akad dengan
risiko relatif tinggi yaitu musyarakah sehingga biaya yang mungkin dikeluarkan
besar dan menyebabkan keuntungan yang diperoleh relatif sedikit.
Kondisi yang berlawanan terjadi pada BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri,
dan Bank Mega Syariah. BNI Syariah paling banyak menyalurkan pembiayaan
melalui akad murabahah, akad dengan biaya dan risiko yang relatif lebih rendah
dari akad lainnya sehingga biaya dalam kegiatan operasional relatif kecil dan
keuntungan yang diperoleh relatif besar. Selama periode pengamatan Q2.2012
Q1.2016, Bank Syariah Mandiri menyalurkan sebagian besar pembiayaan melalui
akad murabahah. Musyarakah merupakan pembiayaan terbesar kedua yang
disalurkan oleh BSM disusul dan mudharabah. Melalui pos-pos pembiayaan ini
dapat diketahui bahwa BSM menyasar pembiayaan dengan risiko-risiko yang
relatif lebih rendah dari pembiayaan lainnya sehingga risiko gagal bayar pun
berkurang sehingga keuntungan yang dihasilkan dapat meningkat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS


Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS dianalisis
melalui model regresi berganda Tobit yang diestimasi dengan metode Maximum
Likelihood (MLE). Terdapat empat model regresi berganda Tobit dalam
penelitian ini. Skor TE merupakan variabel dependen pada Model I, skor PTE
merupakan variabel dependen pada Model II sedangkan skor ES merupakan
variabel dependen pada model III dan skor APE merupakan variabel dependen
pada Model IV. Variabel independen pada keempat model sama dan Tabel 11
menunjukkan keempat model terbaik pada penelitian ini yang telah lulus kriteria
uji Likelihood Ratio dengan nilai Likelihood Ratio lebih besar dari alpha 5%.
Empat model juga telah memenuhi kriteria pada Wald test dengan semua variabel
independen memiliki nilai probabilitas 0.0000, kurang dari alpha 5%.
Hasil estimasi Model I, Model III, dan Model IV membuktikan bahwa
pembiayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap TE, ES, dan APE BUS
pada taraf nyata 1% sedangkan hasil estimasi Model II menunjukkan bahwa
bahwa pembiayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PTE pada taraf
nyata 5%. Peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan meningkatkan
efisiensi teknis, skala efisiensi, efisiensi keuntungan alternatif BUS signifikan
pada taraf nyata 1% dan efisiensi teknis murni BUS signifikan pada taraf nyata
5%, ceteris paribus. Hasil ini sejalan dengan hipotesis penelitian. Pembiayaan
merupakan output yang dihasilkan BUS. Semakin besar pembiayaan yang
disalurkan BUS baik melalui akad murabahah, mudharabah, musyarakah, salam,
atau pun istishna, semakin optimal BUS menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi sehingga semakin efisien BUS. Hal yang sama juga ditemukan pada
penelitian yang dilakukan Widiarti et al. (2015).
Pada Model I dan Model III terbukti bahwa ROE berpengaruh positif dan
signifikan terhadap TE pada taraf nyata 5% dan ES BUS pada taraf nyata 10%.
Peningkatan ROE akan menyebabkan peningkatan efisiensi teknis BUS pada taraf
34

nyata 5% dan skala efisiensi pada taraf nyata 10%, ceteris paribus. ROE mewakili
tingkat profitabilitas suatu BUS. BUS yang dapat menghasilkan keuntungan yang
lebih besar dapat diindikasikan sebagai BUS yang efisien. Hasil yang sama juga
ditemukan oleh Firdaus dan Hosen (2013) serta Gupta et al. (2008).
Tabel 13 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi BUS
Model I Model II Model III Model IV
Variabel TE PTE ES APE
Koefisien (probabilitas)
0.488 0.007 0.044 0.039
Ln pembiayaan
(0.000***) (0.019**) (0.000***) (0.000***)
-0.576 -0.010 -0.539 0.005
Ln modal
(0.271) (0.598) (0.294) (0.917)
-0.403 -0.011 -0.031 0.007
Ln simpanan wadiah
(0.016**) (0.065*) (0.062*) (0.669)
-0.019 0.004 0.015 -0.027
Ln biaya operasional
(0.116) (0.327) (0.197) (0.040**)
-0.036 0.009 -0.042 -0.001
Ln aset
(0.387) (0.529) (0.310) (0.977)
0.001 0.002 0.001 0.008
ROE
(0.033**) (0.278) (0.061*) (0.255)
0.005 0.007 0.005 0.006
CAR
(0.020**) (0.399) (0.024**) (0.785)
Keterangan: ***, **, *: signifikan pada taraf nyata 1%, 5%, 10%
Sumber: Output Tobit (2016, diolah)
Hasil estimasti model regresi berganda Tobit I dan III juga menunjukkan
bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap TE dan ES BUS pada
taraf nyata 5%. Peningkatan CAR akan meningkatkan efisiensi teknis dan skala
efisiensi BUS pada taraf nyata 5%, ceteris paribus. CAR merupakan rasio
kecukupan modal yang nilainya didapatkan dari perbandingan antara modal
dengan ATMR (bobot risiko aktiva produktif bank). Penghitungan CAR bertujuan
mengukur kemampuan permodalan bank untuk menyerap potensi kerugian yang
timbul dari risiko kredit, risiko suku bunga, dan risiko likuiditas. Saat modal bank
tetap dan ATMR meningkat maka CAR akan menurun. Peningkatan ATMR
berpotensi meningkatkan risiko pembiayaan dan modal harus mampu menyerap
potensi risiko tersebut. Ketika BUS memiliki modal yang cukup, BUS akan lebih
mampu untuk menghadapi risiko di masa mendatang sehingga kinerjanya akan
lebih efisien. Hasil ini ditemukan pula oleh Berger et al. (1993), Gupta et al.
(2008), Subandi dan Ghozali (2013) serta Widiarti et al. (2015).
Berdasarkan hasil estimasi Model I, II, dan III dinyatakan bahwa dana
simpanan wadiah atau Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap TE BUS pada taraf nyata 5% dan PTE serta ES BUS pada
taraf nyata 10%. Peningkatan dana simpanan wadiah akan menyebabkan
penurunan efisiensi teknis BUS signifikan pada taraf nyata 5% dan efisiensi teknis
murni serta skala efisiensi BUS signifikan pada taraf nyata 10%, ceteris paribus.
Hasil ini berlawanan dengan hipotesis penelitian. Peningkatan dana simpanan
wadiahakan menurunkan skor efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala
efisiensi, ceteris paribus. Kondisi ini dapat disebabkan oleh biaya bagi hasilyang
35

dikeluarkan oleh BUS untuk nasabah yang menitipkan dananya. Semakin banyak
simpanan wadiah yang diterima BUS, semakin besar biaya bagi hasil akan
menyebabkan menurunnya efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala
efisiensi.
Secara konsep terdapat dua jenis akad wadiah yaitu wadiah amanah dan
wadiah yadh dhamanah. Wadiah amanah adalah dana titipan yang hanya boleh
disimpan, tidak boleh didayagunakan oleh penerima titipan. Wadiah yadh
dhamanah adalah dana titipan yang boleh didayagunakan oleh penerima titipan
dengan seizin pemilik dana dan dengan jaminan bahwa dana titipan tersebut dapat
diambil oleh pemiliknya setiap saat. Hasil pendayagunaan dana wadiah yadh
amanah tidak wajib dibagikan ke pemilik dana namun penerima dana boleh saja
memberikan sebagian dari hasil pemberdayaan dana namun hal tersebut tidak
boleh dijanjikan di awal akad (Nurhayati dan Wasilah 2013).
Pada praktiknya, lima BUS dalam pengamatan yaitu BNI Syariah, Bank
Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI Syariah, dan Bank Bukopin Syariah hanya
menawarkan produk tabungan dengan akad mudharabah dan akad wadiah yadh
dhamanah. Dengan kedua akad ini, BUS dapat mendayagunakan DPK yang
diterimanya namun nasabah yang mendepositokan uangnya dengan akad
mudharabah telah sepakat untuk menanggung kerugian jika terdapat usaha yang
dijalankan BUS merugi. Nasabah yang bersifat risk averse akan memilih akad
wadiahkarena besarnya dana yang dititipkan tidak akan berkurang. Untuk
meningkatkan jumlah nasabah, BUS tetap memberikan bonus bagi nasabah yang
menabung dengan akad wadiah. Oleh karena itu semakin besar dana simpanan
wadiah yang diterima BUS akan menyebabkan peningkatan biaya bonus sehingga
skor efisiensi teknis, efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi akan menurun,
ceteris paribus.
Melalui estimasi Model IV, biaya operasional terbukti signifikan
berpengaruh secara negatif terhadap APE pada taraf nyata 1%. Dapat dikatakan
bahwa peningkatan biaya operasional akan menyebabkan penurunan efisiensi
keuntungan alternatif BUS pada taraf nyata 1%, ceteris paribus. Hasil ini sesuai
dengan hipotesis penelitian. Semakin banyak biaya yang dikeluarkan pada
kegiatan operasional BUS maka akan semakin sedikit keuntungan yang dihasilkan
oleh BUS sehingga efisiensi keuntungan alternatif pun akan menurun. Hal yang
sama juga ditemukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Carvallo dan Kasman
(2005) serta Ariff dan Can (2008). Keuntungan merupakan fungsi dari total
penerimaan dikurangi oleh total biaya, saat biaya operasional meningkat maka
total keuntungan yang dihasilkan pun menurun dan menyebabkan BUS tidak
dapat memaksimumkan keuntungannya.
36

6 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka simpulan yang diperoleh sebagai berikut:


1. BUS di Indonesia belum beroperasi secara efisien berdasarkan skor efisiensi
teknis, skor efisiensi teknis murni, dan skala efisiensi yang diperoleh dengan
metode DEA.
2. BUS di Indonesia belum bisa mendapatkan keuntungan maksimum dari
kegiatan operasionalnya berdasarkan skor efisiensi keuntungan alternatif yang
diperoleh degan metode SFA.
3. Pembiayaan, ROE, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan sedangkan
simpanan wadiah dan biaya operasional berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap efisiensi BUS di Indonesia.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka manajemen BUS perlu memperhatikan


faktor internal yang berpengaruh signifikan terhadap efisiensi yaitu pembiayaan,
dana simpanan wadiah, ROE, CAR, dan biaya operasional dengan melakukan hal-
hal antara lain:
1. Melakukan pengelolaan pembiayaan dengan lebih baik sehingga pembiayaan
yang disalurkan optimal. Hal-hal yang dapat menjadi perhatian khusus adalah
peningkatan kualitas pembiayaan yang disalurkan, penargetan pembiayaan
tidak hanya di sektor-sektor kecil, dan memberikan pembiayaan berdasarkan
prinsip kehati-hatian.
2. Meningkatkan jumlah pembiayaan yang memiliki prospek keuntungan baik
sehingga keuntungan yang diperoleh diharapkan bisa meningkat.
3. Melakukan peninjauan terhadap biaya operasional yang dikeluarkan.
Dengan mempertimbangkan bahwapenelitian ini hanya melibatkan sepuluh
BUS di Indonesia dengan faktor-faktor internalnya maka beberapa saran untuk
penelitian selanjutnya antara lain:
1. Penambahan variabel makroekonomi dalam menganalisis kinerja efisiensi
BUS seperti tingkat inflasi, GDP, nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi.
2. Menganalisis perbandingan kinerja efisiensi BUS di negara-negara yang
memiliki karakter cukup dekat dengan Indonesia misalnya negara-negara di
Asia Tenggara.
37

DAFTAR PUSTAKA

Ada AA, Dalkinic N. 2014. Efficiency Analysis in Islamic Banks: A Study For
Malaysian and Turkey. BDDK Bankacilik ve Finansal Piyasalar.
8(1):1933.
Afiatun P, Wiryono SK. 2010. Efficiency ad Productivity of Banking in Indonesia.
Jurnal Manajemen Teknologi. 9(3):264279.
Ariff M, Can L (2008). Cost and Profit Efficiency of Chinese Banks: A non-
parametric Analysis. China Economic Review. 6(2):124.
Ascarya, Yumanita D. 2008. Comparing the Efficiency of Islamic Banks in
Malaysia and Indonesia. Bank Indonesia: Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan. 11(2).
Azaroh SF. 2014. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia
[Artikel Publikasi]. Universitas Muhammadiayah Surakarta: Surakarta.
Elryah Y. 2014. A Study of Malaysian Islamic Banks Competitiveness (Logit
Regression Approach). International Journal of Social Science and
Humanities Research. 2(1):3138.
[BI] Bank Indonesia. 20092016. Statistik Perbankan Syariah [internet]. [diacu
2016 Juli 16]. Tersedia dari: http://www.bi.go.id.
. 2012. Peraturan Bank Indonesia No.12/26/PBI/2012
[internet]. [diacu 2016 Agustus 20]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id.
. 2001. Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP tanggal
14 Desember 2001 [internet]. [diacu 2016 Agustus 21]. Tersedia dari:
http://www.bi.go.id.
Berger AN, Hunter WC, Timme SG. 1993. The Efficiency of Financial
Institutions: A Review and Preview of Research: Past, Present, and Future.
Journal of Banking and Finance.17:221249.
Carvallo O, Kasman A. 2005. Cost efficiency in the Latin American and
Caribbean Banking Systems.International Finance Markets Inst Money.
15:5572.
Ceha R. 2000. Pengembangan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk
pengukuran Prestasi Karyawan (Individual) dalam Team Kerja. Jurnal
TMI. 1(1):121.
Coelli TJ, Rao DSP, O`Donnell CJ, Battese GE. 1998. An Introduction to
Efficiency and Productivity Analysisi 2nd Ed. New York (US): Springer.
[DSAK IA] Dewan Standar Akuntansi Keuangan Akuntan Indonesia. 2007.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.105106 [internet]. [diacu
2016 September 9]. Tersedia dari: http://iaiglobal.or.id.
Farrell. 1957. The Measurement of Productivity Efficiency. Journal of the Royal
Statistical Society: 254.
Firdaus MF, Hosen MN. 2013. Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan
Pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis. Bank
Indonesia:Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.11(2).
Firmansyah I. 2014. Determinant of Non-Performing Financing: The Case of
Islamic Bank in Indonesia. Bank Indonesia:Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan. 17(2):241258.
38

Gupta OK, Doshit Y, Chinubhai A. 2008. Dynamics of Productive Efficiency of


Indian Banks. International Journal of Operations Research. 5(2):78 90.
Hadad et al. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia, Penggunaan
Metode Non-Parametrik: Data Envelopment Analysis.Bank
Indonesia:Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Hassan MK. 2006. The X-Efficiency in Islamic Banks. Islamic Economic Study.
13(2):4978.
Havidz, Setiawan. 2015. A Comparative Study of Efficiency Between
Conventional and Islamic Banking in Indonesia. Asian Economic and
Financial Review. 5(5):790804.
Hyman DN. 2010. Public Finance: A Contemporary Application of Theory and
Policy 10st Edition. Coralina: South-Western Cengange Learning.
Irfan M, Majeed Y, Zaman K. 2014. The Performance and Efficiency of Islamic
Banking in South Asian Country. Economia Seria Management.
17(2):223236.
Kablan, Yousfi. 2007. What Drives Efficiency of Islamic Banks Among Regions?
The Journal of Applied Business Research. 29(5):14111420.
Mghaieth A, Mehdi IKE. 2014. The Determinants of Cost/Profit Efficiency of
Islamic Banks Before, During, and After Crisis of 2007-2008 Using SFA
Approach. Working Paper: Lpag Business School.
Mohamad S, Hassan T, Bader MKI. 2009. Efficiency of Conventional versus
Islamic Banks: International Evidence using the Stochastic Frontier
Approach (SFA). Journal of Islamic Economics, Banking, and Finance.
Mokhtar HSA, Abdullah N, Al-Habsyi SM. 2006. Efficiency of Islamic Banking
in Malaysia: A Stochastic Frontier Approach. Journal of Economic
Cooperation. 27(2):3770.
Nurhayati S, Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia: Edisi 3. Jakarta:
Salemba Empat.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Laporan Perkembangan Keuangan Syariah
[internet]. [diacu 2016 Agustus 20]. Tersedia pada: http:/www.ojk.go.id/
laporanperkembangan-keuangan-Syariah-2013.
Praktiko, Sugiarto. 2011. Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan Sesudah
Krisis Global berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal
Ekonomi Bisnis. 16(2).
Rahim SRM, Bakar JA, Ganapathy T. 2015. How Efficient are Islamic Bank in
Malaysia. Journal of Business Quarterly. 6(3):164174.
Rahman ARA, Rosman R. 2013. Efficiency of Islamic Banks: A Comparative
Analysis of MENA and Asian Countries. Journal of Economic Cooperatio
and Development. 34(1):6392.
Said A. 2013. Evaluating the Overall Technical Efficiency of Islamic Banks
Operating in the MENA Region During the Financial Crisis. International
Journal of Economics and Financial Issues. 3(2):426434.
Saeed S, Ali F, Adeeb B, Hamid M. 2013. Examining Efficiency of Islamic and
Conventional Banks in Pakistan: Using Data Envelopment Analysis.
Global Journal of Management and Business Research Finance.
13(10):2534.
39

Subandi, Ghozali I. 2013. Determinan Efisiensi dan Dampaknya terhadap Kinerja


Profitabilitas Industri Perbankan di Indonesia. Jurnal Keuangan dan
Perbankan. 17(1):123135.
Tahir, Haron. 2010. Cost and Profit Efficiency of Islamic Banks: Internationel
Evidence using Stochastic Frontier Approach. Bank and Banks System.
5(4).
Viverita, Ariff M. 2011. Efficiency Measurement and Determinants of Indonesian
Bank Efficiency.
Widiarti AW, Siregar H, Andati T. 2015. The Determinants of Bank`s Efficiency
in Indonesia. Bank Indonesia: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
18(2):129156.
Yudhistira D. 2004. Efficiency in Islamic Banking: An Empirical Analysis of
Eighteen Bank. Islamic Economic Studies. 1(1):119.
Qureshi MA, Shaikh M. 2013. Efficiency of Islamic and Conventional Banks in
Pakistan: A Non-parametric Approach. International Journal of Business
and Management. 7(7):4050.
40

LAMPIRAN
41

Lampiran 1 Hasil estimasi skor efisiensi teknis dan efisiensi teknis murni dengan
metode DEA menggunakan software Banxia Frontier Analysis 4.1

2012
Q2
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 71.53 -57.5 -28.5 -28.5 0 0
BNI 72.02 -43.9 -28 -28 0 0
BRI 92.24 -46.6 -7.8 -7.8 0 0
BSM 77.96 -24.2 -22 -22 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 49.81 -74.8 -50.2 -50.2 24.9 0
Muamalat 77.65 -22.3 -33.3 -83.9 185.8 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 73.47 -48 -26.5 -26.5 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q3
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 68.51 -55.9 -31.5 -31.5 0 0
BNI 64.5 -46.4 -35.5 -35.5 0 0
BRI 72.86 -51.3 -27.1 -27.1 0 0
BSM 65.88 -34.1 -34.1 -47.7 0 0
Bukopin 94.13 -5.9 -5.9 -28.8 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 54.3 -74.4 -45.7 -45.7 56.2 0
Muamalat 68.63 -31.4 -60.3 -40.1 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 75.9 -46.8 -24.1 -24.1 31 0
42

BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q4
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 84.09 -20.7 -15.9 -15.9 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 80.4 -19.6 -19.6 -19.6 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 78.51 -45.7 -35.9 -21.5 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 85.77 -27.7 -14.2 -14.2 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
2013
Q1
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 79.29 -62.7 -20.7 -20.7 454.8 0
BNI 70.69 -58 -29.3 -29.3 184.8 0
BRI 75.62 -52.5 -24.4 -24.4 406.3 0
BSM 79.53 -29.2 -20.5 -20.5 224 0
Bukopin 65.15 -34.9 -45.5 -34.9 197.3 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
43

Mega 60.07 -57.4 -39.9 -39.9 321 0


Muamalat 78.84 -21.2 -54.4 -21.2 436.8 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 63.77 -62.3 -36.2 -36.2 35 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 94.24 -42.7 -5.8 -5.8 487.8 0
BNI 96.17 -30.3 -4.1 -3.8 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 70.26 -29.7 -29.7 -33.7 106.6 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q2
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 88.73 -58.8 -11.3 -12.1 0 0
BNI 78.96 -58.9 -21 -21 53 0
BRI 83.03 -49.4 -17 -17 95.6 0
BSM 80.9 -32.8 -19.1 -19.1 19.1 0
Bukopin 95.97 -10.5 -4 -14.8 87.1 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 61.3 -60.1 -38.7 -38.7 36.9 0
Muamalat 79.95 -20 -49.5 -20 88.7 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 98.97 -37.1 -1 -1 35.5 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q3
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
44

BCA 97.99 -61.1 -2 -16.9 0 0


BNI 78.7 -58.6 -21.3 -21.3 56.4 0
BRI 81.06 -54 -18.9 -18.9 74.1 0
BSM 77.21 -38.9 -22.8 -22.8 17.8 0
Bukopin 96 -20.7 -4 -16.8 9.5 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 56.6 -64.1 -43.4 -43.4 3.3 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 91.75 -68.6 -8.3 -57.3 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 99.62 -38.6 -0.4 -0.4 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q4
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 98.93 -1.1 -1.1 -1.1 10.5 0
BNI 77.47 -44.8 -22.5 -22.5 54.8 0
BRI 82.59 -17.4 -17.4 -17.4 115.5 0
BSM 76.38 -23.6 -23.6 -23.6 17.9 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 59.85 -66.2 -40.1 -68.4 0 5.8
Muamalat 81.9 -18.1 -42.7 -18.1 61.3 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
45

Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
2014
Q1
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 75.9 -43.2 -24.1 -24.1 369.6 0
BRI 75.81 -38.7 -24.2 -24.2 531.4 0
BSM 78.49 -25.6 -21.5 -21.5 64 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 43.87 -59.5 -56.1 -56.1 50.5 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 99.06 -23.1 -0.9 -0.9 169.3 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 63.78 -39.5 -36.2 -36.2 0 11.9
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q2
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y1 Percent Y5
BCA 99.87 -53.1 -0.1 -19.3 74 0
BNI 88.37 -48.3 -11.6 -11.6 475 0
BRI 78.81 -52.4 -21.2 -21.2 476.9 0
BSM 84.7 -33.8 -15.3 -15.3 103.4 0
Bukopin 88.54 -22.5 -11.5 -26.1 36.4 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 45.8 -62.1 -54.2 -54.2 76.4 0
Muamalat 68.05 -32 -58.9 -32 91.8 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 99.74 -48.8 -0.3 -32.8 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y1 Percent Y5
46

BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 88.54 -21.9 -11.5 -26 35.9 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 65.15 -48.9 -51.1 -34.8 0 0.5
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q3
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 88.11 -56.3 -11.9 -20.5 0 0
BNI 86.59 -49.8 -13.4 -13.4 452.9 0
BRI 72.86 -53.9 -27.1 -27.1 450.4 0
BSM 73.01 -42 -27 -27 92.6 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 91.55 -8.4 -11 -22.6 0 0
Mega 41.49 -66.5 -58.5 -58.5 101.8 0
Muamalat 60.99 -39 -77.2 -39 81.7 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 56.99 -51.8 -43 -43 9.6 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 95.56 -4.4 -4.4 -25.2 23.8 0
Mega 61.45 -47.6 -53.5 -38.5 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q4
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 84.56 -46.1 -15.4 -15.4 409 0
BRI 76.25 -25.3 -23.7 -23.7 414.1 0
BSM 70.12 -29.9 -29.9 -29.9 86 0
Bukopin 95.4 -4.6 -4.6 -23.8 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
47

Mega 36.56 -69.4 -63.4 -63.4 44.5 0


Muamalat 70.05 -30 -52.9 -30 205.2 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 79.66 -20.3 -20.3 -30.7 32.5 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 100 0 0 0 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 60.01 -57 -51.9 -40 0 5.4
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
2015
Q1
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 90.12 -54.1 -9.9 -9.9 599 0
BRI 79.31 -30.5 -20.7 -20.7 525.2 0
BSM 94.44 -30.4 -5.6 -5.6 111.3 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 60.97 -69 -57 -39 84.5 0
Muamalat 78.58 -21.4 -43 -21.4 521.2 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 93.5 -6.5 -6.5 -6.5 174.1 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 82.46 -53.3 -56.5 -17.5 0 5.5
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q2
CRS
48

Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y1 Percent Y5


BCA 72.54 -27.5 -27.5 -30.1 7.3 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 84.13 -15.9 -15.9 -15.9 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 77.06 -51.4 -22.9 -22.9 0 0
Muamalat 95.8 -4.2 -4.2 -4.2 247.5 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y1 Percent Y5
BCA 79.83 -20.2 -20.2 -25.8 46.3 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 88.64 -12 -11.4 -24 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 85.56 -52.5 -14.4 -14.4 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q3
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 69.55 -30.4 -30.4 -30.4 38.6 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 86.42 -13.6 -13.6 -13.6 70.2 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 98.8 -1.2 -1.2 -1.2 26.7 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 89.45 -10.5 -10.5 -10.5 136.8 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 70.38 -29.6 -29.6 -29.6 2.9 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 74.63 -25.4 -25.4 -25.4 35.7 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 89.51 -10.5 -10.5 -13.4 6.5 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
49

Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
Q4
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 89.26 -10.7 -10.7 -26.4 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 87.02 -13 -13 -13 28.8 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 88.34 -11.7 -11.7 -11.7 80.4 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 72.6 -27.4 -27.4 -27.4 54 0
VRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 97.68 -2.3 -2.3 -22.2 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 92.71 -7.3 -7.3 -14.2 0 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 100 0 0 0 0 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
2016
Q1
CRS
Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5
BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 70.95 -42 -29.1 -29.1 7.8 0
BSM 94.25 -37.6 -5.7 -5.7 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 60.35 -39.7 -50.5 -48.7 297 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 68.76 -47.5 -31.2 -31.2 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 45.72 -58.5 -54.3 -54.3 173.1 0
VRS
50

Unit name Score Percent X1 Percent X2 Percent X3 Percent Y2 Percent Y5


BCA 100 0 0 0 0 0
BNI 100 0 0 0 0 0
BRI 77.72 -30.6 -22.3 -25.5 54.7 0
BSM 100 0 0 0 0 0
Bukopin 100 0 0 0 0 0
Maybank 68.22 -31.8 -45.3 -42.9 274.4 0
Mega 100 0 0 0 0 0
Muamalat 100 0 0 0 0 0
Panin 100 0 0 0 0 0
Victoria 100 0 0 0 0 0
51

Lampiran 2 Hasil estimasi Model Tobit I menggunakan software Eviews 9

Dependent Variable: TE
Method: ML - Censored Normal (TOBIT) (Newton-Raphson / Marquardt
steps)
Date: 07/31/16 Time: 11:32
Sample: 2012Q2 2016Q1
Included observations: 151
Left censoring (value) at zero
Convergence achieved after 3 iterations
Coefficient covariance computed using observed Hessian

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

0.0488553869 0.00880922927 5.54593204450 2.923923786


LNPEMBIAYAAN 2349168 497778 5098 726464e-08
- -
0.0576375424 0.05244249346 1.09906182308 0.271741100
LNMODAL 764994 644768 7712 5939617
- -
0.0403210116 0.01686534517 2.39076112959 0.016813487
LNDSW 8592056 68421 0491 94400189
0.0194155169 0.01238280862 1.56794129282 0.116894833
LNBIAYAOP 5933557 186343 2292 8395846
- -
0.0365272689 0.04229394035 0.86365253874 0.387778793
LNASET 6100433 497506 26476 2587413
0.0014517592 0.00068223014 2.12796111817 0.033340307
ROE 20076087 39983316 6035 45779394
0.0053299056 0.00229597249 2.32141530049 0.020264440
CAR 89434699 9315413 8551 54410245
1.7028853594 0.21055134704 8.08774383694 6.078006684
C 37339 6702 4558 392144e-16

Error Distribution

0.1256935420 0.00723285057 17.3781472032 1.207934620


SCALE:C(9) 592895 8922638 0298 733948e-67

0.8367966887 0.177832365
Mean dependent var 417219 S.D. dependent var 0397449
-
0.1296155977 1.190734716
S.E. of regression 386425 Akaike info criterion 153773
-
2.3856288511 1.010896845
Sum squared resid 54675 Schwarz criterion 085334
-
98.900471069 1.117675228
Log likelihood 60989 Hannan-Quinn criter. 802938
0.6549700070
Avg. log likelihood 835093

Left censored obs 0 Right censored obs 0


Uncensored obs 151 Total obs 151
52

Lampiran 3 Hasil estimasi Model Tobit II menggunakan software Eviews 9


Dependent Variable: PTE
Method: ML - Censored Normal (TOBIT) (Newton-Raphson / Marquardt
steps)
Date: 07/31/16 Time: 11:30
Sample: 2012Q2 2016Q1
Included observations: 151
Left censoring (value) at zero
Convergence achieved after 3 iterations
Coefficient covariance computed using observed Hessian

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

LNPEMBIAYAAN 0.007722 0.003297 2.342515 0.0192


LNMODAL -0.010338 0.019625 -0.526792 0.5983
LNDSW -0.011611 0.006311 -1.839797 0.0658
LNBIAYAOP 0.004534 0.004634 0.978445 0.3279
LNASET 0.009959 0.015827 0.629228 0.5292
ROE 0.000277 0.000255 1.084736 0.2780
CAR 0.000724 0.000859 0.842516 0.3995
C 0.941062 0.078791 11.94375 0.0000

Error Distribution

SCALE:C(9) 0.047036 0.002707 17.37815 0.0000

Mean dependent var 0.983581 S.D. dependent var 0.049498


S.E. of regression 0.048504 Akaike info criterion -3.156591
Sum squared resid 0.334074 Schwarz criterion -2.976754
Log likelihood 247.3227 Hannan-Quinn criter. -3.083532
Avg. log likelihood 1.637898

Left censored obs 0 Right censored obs 0


Uncensored obs 151 Total obs 151
53

Lampiran 4 Hasil estimasi Model Tobit III menggunakan software Eviews 9


Dependent Variable: ES
Method: ML - Censored Normal (TOBIT) (Newton-Raphson / Marquardt
steps)
Date: 07/31/16 Time: 11:31
Sample: 2012Q2 2016Q1
Included observations: 151
Left censoring (value) at zero
Convergence achieved after 3 iterations
Coefficient covariance computed using observed Hessian

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

LNPEMBIAYAAN 0.044898 0.008647 5.192282 0.0000


LNMODAL -0.053958 0.051477 -1.048192 0.2946
LNDSW -0.030842 0.016555 -1.863006 0.0625
LNBIAYAOP 0.015665 0.012155 1.288747 0.1975
LNASET -0.042141 0.041516 -1.015067 0.3101
ROE 0.001252 0.000670 1.868868 0.0616
CAR 0.005067 0.002254 2.248097 0.0246
C 1.736513 0.206676 8.402095 0.0000

Error Distribution

SCALE:C(9) 0.123380 0.007100 17.37815 0.0000

Mean dependent var 0.849688 S.D. dependent var 0.171566


S.E. of regression 0.127230 Akaike info criterion -1.227888
Sum squared resid 2.298622 Schwarz criterion -1.048050
Log likelihood 101.7055 Hannan-Quinn criter. -1.154828
Avg. log likelihood 0.673547

Left censored obs 0 Right censored obs 0


Uncensored obs 151 Total obs 151
54

Lampiran 5 Hasil estimasi Model Tobit IV menggunakan software Eviews 9


Dependent Variable: APE
Method: ML - Censored Normal (TOBIT) (Newton-Raphson / Marquardt
steps)
Date: 07/31/16 Time: 13:24
Sample: 2012Q2 2016Q1
Included observations: 151
Left censoring (value) at zero
Convergence achieved after 4 iterations
Coefficient covariance computed using observed Hessian

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

LNPEMBIAYAAN 0.039953 0.009655 4.137934 0.0000


LNMODAL 0.005948 0.057479 0.103473 0.9176
LNDSW 0.007882 0.018485 0.426409 0.6698
LNBIAYAOP -0.027872 0.013572 -2.053630 0.0400
LNASET -0.001339 0.046356 -0.028884 0.9770
ROE 0.000851 0.000748 1.137610 0.2553
CAR 0.000686 0.002516 0.272721 0.7851
C 0.461853 0.230774 2.001327 0.0454

Error Distribution

SCALE:C(9) 0.137766 0.007928 17.37815 0.0000

Mean dependent var 0.864702 S.D. dependent var 0.155576


S.E. of regression 0.142064 Akaike info criterion -1.007320
Sum squared resid 2.865885 Schwarz criterion -0.827482
Log likelihood 85.05268 Hannan-Quinn criter. -0.934261
Avg. log likelihood 0.563263

Left censored obs 0 Right censored obs 0


Uncensored obs 151 Total obs 151
55

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 November 1993 dari ayah


Lukman Hakim dan ibu Nurhayati. Penulis merupakan anak keempat dari enam
bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Islam Darajat kemudian
melanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Cijantung 07
Pagi pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu, penulis melanjutkan
pendidikan di Pondok Pesantren Al Hamidyah Depok sampai dengan tahun 2007.
Pada tahun baru ajaran 2007/2008 Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di Mts Negeri 7 Model Jakarta dan lulus pada tahun 2008.
Penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 39 Jakarta dan lulus pada
tahun 2011. Setelah tamat SMU, penulis melanjutkan sekolah perguruan tinggi di
Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan SNMPTN Undangan.
Selama perkuliah, Penulis menjadi asisten praktikum Ekonomi Umum pada
tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis mendapat predikat Asisten
Ekonomi Umum Terbaik ketiga pada sesi UTS tahun ajaran 2013/2014. Selain itu,
penulis aktif mengikuti organisasi dan kepanitiaan yang diselenggarakan oleh
UKM, fakultas, dan departemen. Penulis aktif menjadi pengurus himpunan
ekonomi syariah IPB (Sharia Economics Student Club) di Divisi Sharia Education
pada periode 2012/2013 sebagai bendahara divisi dan periode 2013/2014 sebagai
ketua divisi. Penulis juga aktif mengikuti lomba cerdas cermat dan karya tulis
tingkat mahasiswa. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain Juara II
Lomba Cerdas Cermat pada Temu Ilmiah Regional (Temilreg) Tahun 2014, Juara
II Lomba Karya Tulis Ilmiah pada Sharia Economics Championship Tahun 2014,
dan Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah pada The 6th Hipotex-R Tahun 2013. Pada
Februari 2016Agustus 2016 penulis menjadi research fellow di Departemen
Riset Kebanksentralan, Bank Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai