Anda di halaman 1dari 6

Tabel 5 Analisis terhadap regulasi dan kebijakan factory sharing

NO REGULASI KETERIKATAN PENGARUH


1 Regulasi Tingkat Daerah
a Perda Provinsi Daerah Wilayah Mendukung
Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Pengembangan supply
Tahun 2019 tentang Rencana peternakan sapi chain
Tata Ruang Wilayah Daerah dan industri
Istimewa Yogyakarta Tahun pengolahan
2019 – 2039 susu
b Perda Kabupaten Sleman Terwujudnya Dukungan
Nomor 3 Tahun 2021 tentang UMKM dan pengembangan
Rencana Pembangunan Koperasi yang industri
Jangka Menengah Daerah lebih maju dan
Kabupaten Sleman Tahun berkembang
2021-2026
c Perda Kabupaten Sleman Wilayah Mendukung
Nomor 12 TAHUN 2012 Pengembangan supply chain
Tentang Rencana Tata Ruang peternakan sapi
Wilayah Kabupaten Sleman dan
Tahun 2011-2031 industri
pengolahan
susu
d Perda Kabupaten Sleman Terwujudnya Dukungan
Nomor 19 Tahun 2019 koperasi pengembangan
tentang Pemberdayaan Usaha sebagai wadah industri,
Mikro usaha mikro khususnya
memberdayakan
usaha mikro
sebagai target
distribusi
2 Regulasi Tingkat Nasional
a Peraturan Menteri Pertanian Telah diatur Mendukung
Nomor 30 Tahun 2018 kemitraan regulasi dan
tentang Penyediaan dan antara pelaku perkembangan
Peredaran Susu usaha dengan umkm berbasis
peternak produk susu
b Undang Nomor 18 Tahun Regulasi dan Kualitas susu
2009 Tentang Peternakan dan standarisasi hasil ternak
Kesehatan Hewan perawatan terjamin
hewan ternak
c Peraturan Menteri Pertanian Terjalinnya Mendukung
Nomor 33 Tahun 2018 kemitraan sinergitas antara
tentang Penyediaan dan antara peternak hulu dan hilir
Peredaran Susu dan industri dalam industry
susu
d Peraturan Badan Pengawas Pengkategorian Meningkatkan
Obat Dan Makanan Nomor 34 pangan daya jual dari
Tahun 2019 Tentang Kategori terutama dari produk susu dan
Pangan susu dan olahannya
olahannya
e Undang-undang Nomor 22 Menjaga Membantu
Tahun 2019 Tentang Sistem kualitas pakan dalam
Budidaya Pertanian sediaan ternak menghasilkan
Berkelanjutan kualitas susu
yang baik
f Peraturan Pemerintah Menjaga Membantu
Republik Indonesia Nomor 48 kualitas hewan dalam
Tahun 2011 Tentang Sumber ternak sediaan menghasilkan
Daya Genetik Hewan Dan susu jumlah dan
Perbibitan Ternak kualitas susu
yang akan di
konsumsi
g Peraturan Presiden Nomor 48 Regulasi animal Memberikan
Tahun 2013 tentang Budi welfare dan standar kualitas
Daya Hewan Peliharaan dampaknya yang optimal
bagi kualitas dari produksi
susu susu
h SNI CAC/RCP 1:2011 Standardisasi Memberikan
Rekomendasi Nasional Kode produk susu nilai tambah dari
Praktis – Prinsip umum dan hasil produk susu dan
hygiene pangan dan SNI ISO olahannya turunannya
22000:2018 Sistem
Manajemen Keamanan
Pangan – Persyaratan untuk
organisasi dalam rantai
pangan, serta standar produk
dan metode uji
3 Regulasi Tingkat Internasional
a Permendag Nomor 65 2018 - Regulasi ekspor Memberikan
Certificate of Origin impor hewan standar kualitas
ternak internasional
penghasil susu dari produk susu
yang terstandar
b Permendag Nomor 94 2017 - Regulasi terkait Mengoptimalkan
Ketentuan Impor Produk jenis sapi yang hasil ternak
Tertentu akan menjaga untuk
kualitas susu memproduksi
nasional susu yang
berkualitas
tinggi
c Permendag Nomor 72 Tahun Regulasi terkait Adanya Batasan
2019 - Ketentuan Ekspor dan produk susu kualitas produk
Impor Hewan dan Produk dan turunannya susu Indonesia
Hewan yang menjaga dengan di luar
harga susu di negeri
pasaran
d CODEX STAN, CAC/RCP - Terjaminnya Produk susu
Standar higienis untuk kualitas yang berkualitas
keamanan pangan FAO keamanan tinggi dan aman
pangan suatu pangan akan
produk dihasilkan
makanan dan
minuman
BAB 5 – ANALISIS DAN PEMILIHAN LOKASI/ LAHAN FACTORY SHARING

5.1 ANALISIS KONDISI LAHAN


Korporatisasi peternak dan petani adalah bagian dari program besar KemenkopUKM
dalam pengembangan koperasi di sektor produksi. Khususnya di sini korporatisasi peternak
susu sapi perah, koperasi mampu menjadi kewirausahaan yang modern. Peternak tidak
beternak dengan skala kecil perorangan tapi skala bisnis dan sudah dalam bentuk
kelembagaan koperasi yang kemudian menjadi skala lebih luas yaitu factory sharing
sehingga daya saing dan kualitas produk UMKM benar-benar memiliki standar mutu.
Lahan yang akan digunakan untuk factory sharing ini adalah lahan milik Balai
Penyuluh Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (UPT BP4) Pakem, P4 memiliki
peran yang strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Selain itu
juga BP4 disebut sebagai garda terdepan dalam mengawal dan mensinergikan program-
program pembangunan pertanian dalam upaya Pemerintah Kabupaten Sleman mewujudkan
kedaulata pangan dan kesejahteraan Petani. Sekiranya lokasi ini yang akan dijadikan
sebagai lokasi factory sharing pengelolaan susu dan olahannya nantinya pasti akan
memberikan dampak baru yang positif dalam pemenuhan ketahanan pangan dan juga dapat
menjadikan UPT BP4 sebagai pusat pembelajaran, pendidikan formal baik bagi penyuluh,
pelaku utama, pelaku usaha maupun masyarakat pada umumnya.
Tanah yang di Kelola UPTD P4 yaitu merupakan Aset dari Dinas Pertanian,
Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kab. Sleman dimana secara administratif izinnya telah
diberikan oleh Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta kepada Dinas Koperasi dan UKM Kab.
Sleman untuk dipegunakan sebagai lokasi factory sharing sentra susu sapi Kab. Sleman.
Selanjutnya diperlukan koordinasi antara Dinas Koperasi dan UKM terkait dengan
Kementerian Koperasi dan UKM terkait implementasi kegiatan factory sharing
selanjutnya.Daya dukung dari pusat juga menjadi salah satu langkah untuk mempermudah
seperti halnya Sekretaris Menko Perekonomian sudah sangat mendukung realisasi dari
project implementation dari factory sharing ini. Saat ini, proposal yang diajukan oleh Dinas
Koperasi dan UKM Kab. Sleman telah di telaah oleh Kementerian Koperasi dan UKM serta
tim konsultan feasibility study. Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sleman untuk dana
pendamping penataan lahan serta pelatihan sumber daya manusia kurang lebihnya sudah
siap. Secara prinsip dari sisi sumber daya manusia dan kelembagaan pendamping factory
sharing udah siap.
Pada darsarnya, kondisi lahan sudah cukup siap untuk dibangun pabrik dengan
konsep factory sharing secara keseluruhan. Hanya perlu adanya penataan ulang kembali
terkait tata letak dan penyesuaian dengan lingkungan sekitar yang sebelumnya menjadi
lahan dari Balai P4 Kabupaten Sleman. Selain itu, perlu adanya izin untuk pendirian factory
sharing di lokasi tersebut. Untuk bangunan akan dilakukan perombakan. Proses
penghapusan terkait gedung yang tidak terpakai dan lainnya sudah disiapkan. Untuk fungsi
pengawasan sudah dilakukan. Pemerintah Kabupaten Sleman sudah memiliki izin untuk
menggunakan lokasi tersebut untuk dibangun factory sharing. Tanah yang nantinya akan
menjadi Factory Sharing Susu ini Harus memiliki izin untuk mendirikan factory sharing.
Untuk bangunan akan dilakukan perombakan. Proses penghapusan sudah disiapkan. Tanah
milik Pemerintah Provinsi Daerah D.I. Yogyakarta sekaligus sudah ada perjanjian dan dapat
digunakan dan menjadi milik dan sudah ada perjanjian dan dapat digunakan.
5.2 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TERHADAP KEBIJAKAN TATA RUANG WILAYAH

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN


Lahan yang digunakan pada darsarnya merupakan kondisi lahan sudah cukup siap untuk
dibangun pabrik dengan konsep factory sharing secara keseluruhan. Hanya perlu adanya
penataan ulang kembali terkait tata letak dan penyesuaian dengan lingkungan sekitar yang
sebelumnya menjadi lahan dari Balai P4 Kabupaten Sleman.
ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN
Lahan yang digunakan saat ini berbarengan dengan lahan yang digunakan untuk kegiatan
dari Balai P4 Kabupaten Sleman. Pada dasarnya tidak ada masalah dengan kegiatan yang
nantinya akan dilakukan oleh factory sharing. Selain itu, nantinya beberapa fungsi dari lahan
pertanian yang akan menjadi wahana untuk para penyuluh pertanian dalam melaksanakan
tugasnya akan dijadikan lokasi factory sharing. Nantinya para penyuluh pertanian akan
bekerjasama sekaligus menjadi bagian dari factory sharing ini apabila dari segi bidang
keilmuannya mendukung untuk berjalannya factory sharing.

KONDISI LAHAN CALON FACTORY SHARING

5.3 ANALISIS INFRASTRUKTUR PENDUKUNG DI LOKASI DAN DISEKITAR LAHAN


7.2 ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DAN SARANA DILUAR FACTORY SHARING
Kelompok peternak yang tergabung dalam Koperasi merupakan kelembagaan sangat
ideal pada kegiatan hulu. Koperasi secara mandiri atau bekerjasama dengan swasta
mempunyai peran pada kegiatan di hilir. Dengan demikian, penetapan harga susu pada
tingkat produsen dan harga jual susu di tingkat konsumen diharapkan dapat memberi
keuntungan untuk seluruh pelaku usaha.
Pengembangan factory sharing harus mengakomodasi kepentingan peternak sapi
perah dan sekaligus dapat menjamin agar konsumen memperoleh produk susu bermutu
dengan harga terjangkau. Bentuk olahan, cara pengemasan, sistem distribusi dan
pemasaran, serta pola konsumsi susu dari konsumen menjadi pertimbangan utama dalam
membangun suatu model factory sharing yang memperhatikan trend pertumbuhan ekonomi
dan dibarengi dengan upaya pemerataan kesejahteraan masyarakat. Factory sharing
dikembangkan melalui pendekatan konsep agribisnis, yang terdiri dari subsistem agribisnis
hulu, subsistem usaha budidaya, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan
didukung oleh subsistem jasa dan penunjang. Model-model pengembangan usaha sapi
perah perlu ditambahkan melalui pola klaster, dimana peternak yang tergabung dalam suatu
kelompok juga mampu melakukan pengolahan susu skala kecil sampai menengah dengan
teknologi sederhana dan dapat dipasarkan secara langsung. Hal ini memberikan tambahan
insentif bagi peternak budidaya sapi perah.
Dalam pengembangan kluster industri susu sapi perah perlu ditinjau kelayakan usaha
bagi semua usaha yang terlibat dalam kluster dimaksud. Analisis kelayakan finansial dalam
persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek
terhadap pelaku yang tergabung di dalamnya.
Kemudian adanya tahapan perumusan strategi yang meliputi pernyataan misi,
penetapan tujuan, identifikasi peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan.
Analisis internal meliputi pemasaran dan distribusi, manajemen, produksi dan operasi,
permodalan dan keuangan, serta pengembangan SDM. Analisis eksternal meliputi
lingkungan industri dan lingkungan makro.
Pendekatan Sistem Agribisnis Peternakan, yaitu penanganan secara konseptual
seluruh aspek agribisnis dimulai dari sarana produksi, budidaya, pengolahan dan
pemasaran, dengan dukungan faktor lain, seperti kebijakan pemerintah, penelitian,
penyuluhan, transportasi dan lain-lain. Dalam konteks factory sharing ini diharapkan
agribisnis peternakan sapi perah dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal
(keunggulan komparatif), yang kemudian dibarengi dengan aplikasi teknologi inovatif untuk
meningkatkan daya saing (keunggulan kompetitif), serta memanfaatkan potensi pasar
domestik yang terus berkembang.

7.3 ANALISIS KEBUTUHAN DAN UKURAN BANGUNAN FACTORY SHARING


Factory sharing yang nantinya akan di bangun di lokasi harus memiliki beberapa
persyaratan terutama terkait ruangan dan gedung yang nantinya harus di bangun. Factory
sharing membutuhkan beberapa ruangan seperti gedung produksi, jembatan timbang,
gudang, kamar mandi/ WC, pos jaga, kantin/ ruang istirahat karyawan, pagar keliling pabrik,
ruang kompresor, ruang genset, ruang maintenance, gudang arsip, dan ruang loker
karyawan.
Luas tanah yang akan digunakan adalah 5000 m2. Dimana nantinya dari tanah
tersebut akan di bangun bangunan yang memiliki ukuran yang menyesuaikan dengan
kondisi lahan dan tanah yang disediakan tersebut. Adapun beberapa aspek yang harus
sesuai yakni kesesuaian RT/ RW dari tanah tersebut sudah sesuai dengan kebijakan
penggunaan tanah yang nantinya akan di dirikan suatu sistem factory sharing untuk industri
kecil dan menengah dari hulu sampai hilir untuk produk susu dan olahannya. Bangunan
tersebut akan di dirikan di tanah yang status kepemilikannya merupakan milik pemerintah
provinsi D.I. Yogyakarta, dimana di lokasi tersebut telah tersedia akses jalan yang cukup
untuk truk pengangkut susu karena jalan tersebut merupakan jalan milik Provinsi D.I.
Yogyakarta. Selain itu, di lokasi tersebut tersedia akses air yang berlimpah, listrik yang
memadai, dan akses ke peternakan yang relatif berdekatan.

8.1 ANALISIS MANAJEMEN RISIKO


Identifikasi Risiko

No Risiko Likelihood Consequences


1 Kesalahan dalam 2 2
menentukan jenis
produk yang ingin
dibuat
2 Kelangkaan bahan 2 4
baku
terbatas/langka
3 Terjadi 2 4
keterlambatan
pengantaran bahan
baku
4 Berkurangnya 2 4
populasi peternak
sapi
5 Kualitas bahan baku 2 4
yang rendah
6 Tidak mendapatkan 1 3
off-takers yang jelas
7 Menurunnya 1 3
permintaan
8 Persaingan dengan 2 3
produsen sejenis
9 Kapasitas produksi 1 3
yang tidak masuk
dalam skala ke-
ekonomian
10 Risiko terjadinya 4 5
bencana alam

Anda mungkin juga menyukai