Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

S DENGAN SALAH SATU


ANGGOTA KELUARGA MENDERITA ASMA DI RW 05 RT 2 DUKUH
NGEMPLAK KELURAHAN NGUDIREJO

JOMBANG

Disusun Oleh :

Nama : YEPI

Nim : 133210213

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2016
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN SALAH SATU


ANGGOTA KELUARGA MENDERITA ASMA DI RW 05 RT 2 DUKUH
NGEMPLAK KELURAHAN NGUDIREJO

JOMBANG

Disusun Oleh :

Nama : YEPI

Nim : 133210213

Dengan ini disahkan sebagai laporan kegiatan Praktek Belajar Lapangan


Keperawatan Keluarga pada tanggal 7 November 2016

Dukuh Ngemplak Pembimbing akademik

( ) ( )
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Prakek Keluarga dengan judul Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.S
dengan Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Asma Di RT 02 Dukuh
Ngemplak Ngudirejo Kota Jombang. Laporan ini di sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas Praktek Keluarga program stud S1 Keperawatan Stikes Insan
Cendekia Medika Jombang. Dalam menyusun Laporan Praktek Keluarga ini
penulis banyak mendapat bimbingan dari pihak-pihak terkait.tak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1.

2.

Penulis menyadari keterbaatasan pengetahuan, keterampilan dan


pengalaman dalam penyusunan Laporan praktek Keluarga ini sehingga masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Semoga Laporan Praktek Keluarga ini dapat bermanfaat
bagi penulis, pembaca, serta dapat digunakan sebagai wacana tambahan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan keluarga.

Jombang, November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Keluarga...................................................................................3
2.1.1 Definisi Keluarga..........................................................................................3
2.1.2 Tipe Keluarga...............................................................................................3
2.1.3 Stuktur Keluarga...........................................................................................5
2.1.4 Fungsi Keluarga............................................................................................6
2.1.5 Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga...................................................7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................10
2.3 Konsep Penyakit Asma....................................................................................33
2.3.1 Definisi.........................................................................................................33
2.3.2 Penyebab.......................................................................................................33
2.3.3 Tanda dan Gejala..........................................................................................34
2.3.4 Patofisiologi..................................................................................................35
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................................36
2.3.6 Pengkajian....................................................................................................36
2.3.7 Diagnosa.......................................................................................................37
2.3.8 Intervensi......................................................................................................37
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................41
3.1 Pengkajian.......................................................................................................41

3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................58


3.3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga.........................................................59
BAB IV PENUTUP...............................................................................................61
4.1 Kesimpulan......................................................................................................61
4.2 Saran................................................................................................................61
Lampiran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan salah satu penyakit kronik yang penting di dunia
dengan sekitar 300 juta penduduk dunia adalah penyandang asma. Penyakit
asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun
Indonesia. Selama 15 tahun terakhir kasus asma di Negara maju dan Negara
berkembang meningkat pesat. Asma menjadi lima besar penyebab kematian di
dunia karena prevalensinya mencapai 17,4%. Data dari WHO pada tahun 2005
menunjukkan ada 2.550.000 penderita meninggal karena asma dan saat ini
penderita asma di dunia sebanyak 300.000.000 . Beban penyakit asma di Asia
Tenggara sangat berat yaitu 1 dari 4 orang penderita asma dewasa tidak
bekerja pada tahun yang lalu, dan 1 dari 3 anak yang menderita asma absen
sekolah pada tahun lalu karena kekambuhan asma. Sementara orang dewasa
risiko kehilangan hari kerja selama lebih dari 6 hari karena asma mencapai
19,2%. Di Indonesia, asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan
dan kematian, dengan jumlah penderita pada tahun 2002 sebanyak
12.500.000. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005 mencatat 225.000
orang meninggal karena asma. Prevalensi asma di Indonesia untuk daerah
pedesaan 4,3% dan perkotaan 6,5%. Di Surabaya sendiri angkanya sekitar
3,9%.
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif (Reevess, 2001).
Asma dapat terjadi pada semua golongan usia, sekitar setengan kasus terjadi
pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun (Smeltzer,
2002).
Jumlah penderita Asma di Dukuh Ngemplak RW 05 RT 2 mencapai 2
%. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus, karena penanganan kasus asma
belum maksimal. Oleh karena itu, penulis lewat praktek keperawatan keluarga
ini mencoba untuk memberikan asuhan keperawatan kepada penderita asma
semaksimal mungkin.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga Tn S dengan
gangguan sistem pernafasan: asma di Dukuh Ngemplak RW 05 RT 2
Kelurahan Ngudirejo Jombang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu:
a. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.I dengan salah satu
anggota keluarga menderita asma
b. Melakukan analisa data pada keluarga Tn.I dengan salah satu
anggota keluarga menderita asma
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga Tn.I dengan
salah satu anggota keluarga menderita Asma
d. Menyusun perencanaan keperawatan pada keluarga Tn.I dengan
saah satu anggota keluarga menderita asma
e. Melakukan implementasi keperawatan pada keluarga Tn.I dengan
saah satu anggota keluarga menderita asma
f. Melakukan evaluasi pada keluarga Tn.I dengan saah satu anggota
keluarga menderita asma

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

2.1.2 Tipe Keluarga


Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan
Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus, menyebutkan tipe
keluarga terdiri dari :

a. Tipe Keluarga Tradisional


1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak ( kandung atau angkat).
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek, nenek,
keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
4) Single Parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari stu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seseorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa
kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
6) The Childress Family, yaitu keluarga tanpa anak kerena
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya, yang disebabkan mengejar karir atau pendidikan.
b. Tipe Keluarga non Tradisional
1) The unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.

2) The stepparent family


Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersamabdalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan
anak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami-istri (marital partners)
6) Cohibitng couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama
yang saling merasa sudah menikah, berbagai sesuatu termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung
jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetap berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.
2.2.3 Struktur Keluarga

Menurut Johan R dan Leny R (2010) dalam bukunya


Keperawatan Keluarga menyatakan struktur keluarga yang ada di
Indonesia, yaitu :
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah.
2. Matrilineal : keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
4. Patrilokal : seseorang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

Dalam buku Asuhan Keperawatan Keluarga Suprajitno (2004)


menyatakan tentang struktur keluarga, gambaran keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya, dan empat
elemen struktur keluarga, yaitu :

1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing


anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak
dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)
dengan keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
mengubah prilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
2.2.4 Fungsi Keluarga
Santun Setiawati dan Agus Citra Dermawan (2008) dalam
bukunya Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga menyatakan
Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) adalah :

a. Fungsi Afektif
Fungsi Afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan
keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling
mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi
dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk menambah kebutuhan
seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan dan papan.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah keluarga.
2.2.5 Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga
Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan
Keluarga menyebutkan tahapan-tahapan perkembangan keluarga, tahap-
tahap perkembangan kehidupan keluarga yang paling banyak digunakan
adalah delapan model perkembangan siklus kehidupan keluarga, yaitu::

a. Tahap I : Keluarga pemula (Beginning family)


Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga
baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari
keluarga asal atau status lajang kehubungan baru yang intim.
Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus
kehidupan keluarga, yaitu :

1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai


orang tua).

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30


bulan.Biasanya orang tua tergetar hatinya dengan kelahiran anak
pertama mereka, tapi agak takut juga. Kekawatiran akan hilang
dalam beberapa hari karena ibu dan bayi mulai saling mengenal.

Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus


kehidupan keluarga, yaitu :

1. Membentuk unit muda sebagai yang mantap (mengintegrasikan


bayi baru ke dalam keluarga).

2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan


dengan kebutuhan anggota keluarga.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan


menambah peran-peran orang tua dan kakek serta nenek.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah


Siklus kehidupan dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri dari
tiga atau lima orang, keluarga menjadi lebih majemuk. Tugas-tugas
perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan
keluarga, yaitu :

1. Memenuhi kebutuhan anggota seperti rumah, ruang bermain,


privasi, keamanan.

2. Mensosialisasikan anak.

3. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi


kebutuhan anak-anak yang lain.

4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga


(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak).

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap
siklus kehidupan keluarga, yaitu :

1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi


sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.

2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan dimulai.Tahap ini berlangsung selama 6-7 tahun, anak
masih tinggal dirumah hingga berumur 19-20 tahun. Tugas-tugas
perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan
keluarga, yaitu :

1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika


remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

2. Menfokuskan kembali hubungan perkawinan.

3. Berkomunikasi trbuka antara orang tua dan anak-anak.

f. Tahap VI : Keluarga melepas anak dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong
ketika akhirnya anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas-tugas
perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan
keluarga, yaitu :

1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota


keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali


hubungan perkawinan.

3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami


istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan

Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun. Orang tua memasuki usia 45-55. Tugas-tugas
perkembangan siklus kehidupan keluarga, yaitu :

1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti


dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
3. Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tahap terakhir dari siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus brlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lain yang meninggal. Tugas-tugas perkembangan
keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan.

4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

5. Mempertahankan ikatan antar generasi.

6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik, proseskeperawatan adalah metode dimana
suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Proses keperawatan
terdiri dari lima tahap yang berhubungan dan berurutan yaitu pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik, pengumpulan data dalam proses
keperawatan dilakukan dengan cara :
1. Observasi
Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan melalui observasi
visualmelalui indera yang berlangsung terus-menerus, dimana data
yang dikumpulkan harus obyektif dan harus dicatat apa adanya (bukan
penafsiran sendiri), diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan
fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.

2. Wawancara
Suatu pembicaraan terarah, percakapan dengan maksud pengumpulan data,
dan dapat dilakukan secara formal dan informal, dimana perlu tekhnik
khusus, dan otoritas yang kita gunakan sesedikit mungkin, misalnya
pemeriksaan fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,
lingkungan dan sebagainya.

3. Studi dokumentasi
Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi pembahasan
seperti data dari puskesmas, data perkembangan kesehatan anak
(KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya

4. Pemeriksaan fisik
Cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
serta pemeriksaan tanda-tanda vital.

Proses keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosis


keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu
terdokumentasi. Secara terperinci, proses keperawatan yaitu :
1. Pengkajian

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi


Keperawatan Konsep dan Praktik dinyatakan, pengkajian adalah tahap
awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan
dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu.Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat,
lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dari American Nursing Assosiation (ANA).

Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan


Keluarga, menyatakan beberapa hal yang perlu dilakukan pada
pengkajian, yaitu::

a. Membina hubungan yang baik anatara perawat dan klien (keluarga)


merupakan modal utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan strategi
perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi
kebutuhan kesehatannya.
1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan
ramah.
2) Menjelaskan tujuan kunjungan.
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu keluarga menyelsaikan masalah kesehatan yang ada.
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat
dilakukan, dan menjelaskan kepada keluarga tentang tim
kesehatan lainnya yang menjadi jaringan perawat.
b. Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari unit layanan
kesehatan.
c. Pengkajian lanjutan, yaitu : tahap pengkajian untuk memperoleh data
yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang
berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat mengungkapkan
keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang
paling mendasar.
Menurut suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan
Keluarga, data yang dikajian dalam asuhan keperawatan keluargayaitu :

a. Berkaitan dengan keluarga


1) Data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga
b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosial
5) Spritual
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik, ada tiga metode yang digunakan dalam
pengumpulan data pada tahap pengkajian, yaitu :

1) Komunikasi

Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi. Istilah


komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak
klien dan keluarga untuk menukar pikiran dan perasaan.

2) Observasi

Tahap kedua pengumpulan data adalah dengan observasi.Observasi adalah


mengamati perilaku, keadaan klien dan lingkungan.

3) Pemeriksaan fisik

Empat tehnik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :

a) Inspeksiadalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara


sistematik.Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra
penglihatan,dan penciuman sebagai suatu alat untuk
mengumpulkan data.

b) Palpasi adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba.Tangan dan


jari adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang : temperatur, tugor, bentuk,
kelembaban, vibrasi, dan ukuran.
c) Perkusi adalah suatu pemeriksaandengan jalan mengetuk untuk
membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan
tujuan menghasilkan suara.

d) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang


dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya


Asuhan Keperawatn Keluarga, hal-hal yang perlu digali dalam pengkajian
antara lain :

a. Pengumpulan data
1) Data umum
a) Nama KK, Alamat dan telpon
b) Komposisi keluarga (dilengkapi genogram 3
generasi)
c) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.

d) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.

e) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.

f) Status sosial ekonomi keluarga


Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu status
ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.

g) Aktivitas rekreasi keluarga


Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu
namun dengan menonton TV dan mendengar radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai oleh
keluarga, misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia,
remaja, balita, maka tahap perkembangan keluarga saat ini
adalah lansia (bila lansia ikut dengan keluarga) tetapi bila
tidak maka tahapannya adalah keluarga dengan remaja.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum


terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala.

c) Riwayat keluarga inti


Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, pencegahan
penyakit, pelayanan kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya


Meliputi data-data tentang riwayat orang tua dari pihak suami
maupun istri.
e) Karateristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic
tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah.

f) Karateristik tetangga dan komunitas RT


Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat.

g) Mobilitas geografis keluarga


Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.

h) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan


masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.

i) Sistem pendukung keluarga


Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan.Fasilitas mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.

3) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga


Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.

c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.

d) Nilai dan norma keluarga


Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut keluarga,
misalnya keluarga menerapkan aturan agar setiap anggota
keluarga sudah berada dirumah sebelum magrib.

4) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Gambaran anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya.

b) Fungsi sosialis
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi keperawatan kesehatan


Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit.Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai konsep
sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambilkeputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.

d) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana
keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode
apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga.

e) Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang
ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga.

5) Stres dan koping keluarga


a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
- Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu 6 bulan.
- Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang eprlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi/stressor.

c) Strategi koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.

d) Strategi adaptasi disfungsional


Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan.

6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.

7) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

b. Analisa data
Bailon dan Maglay (1989) dalam bukunya Perawatan Kesehatan Keluarga
menyatakan tiga norma perkembangan kesehatan, yaitu :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota


keluarga
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3) Karateristik keluarga
2. Diagnosis Keperawatan

Menurut Sprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan


Keluarga, perumusan diagnosis keperawatan menggunakan aturan yang
telah disepakati, terdiri dari :

a. Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah


kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.

b. Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor klinik dan personal yang
dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan
masalah.

c. Tanda atau gejala (S) adalah data-data subjektif dan objektif yang
ditemukan sebagai komponen pandukung terhadap diagnosis
keperawatan actual dan risiko.
Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2001) adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
membatasi, mencegah dan merubah.

a. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan


menurut Bailon dan Maglaya (1978) sebagai berikut :
NO Kriteria Skor

Bobot

1 Sifat Masalah
Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
-Krisis atau keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah


Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolkan masalah
Masalah berat, harus segera ditangani 2 1
Ada masalah, tetapi tidak segera 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan
0

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

1. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.


2. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skor yangdiperoleh
Skortertinggi x Bobot

3. Jumlahkan skor untuk semua criteriaskor tertinggi adalah 5.


b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penentuan proritas
1) Sifat masalah

Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau


kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah
tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya
masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor


kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah :

1. Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat


dilakukan untuk menangani masalah

2. Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk


fisik, keuangan atau tenaga

3. Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk


pengetahuan, ketrampilan, dan waktu

4. Sumber-sumber di masyarakat, dan dukungan sosial


masyarakat

3) Potensi masalah dapat dicegah

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria


potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut :

1. Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit


atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah
masalah. Umumnya makin berat masalah tersebut makin
sedikit kemungkinan untuk mengubah atau mencegah sehingga
makin kecil potensi masalah yang akan timbul

2. Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu


terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah
mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bisa
dicegah

3. Kelompok risiko, adanya kelompok risiko tinggi atau


kelompok yang peka atau rawan, hal ini menambah masalah
bisa dicegah

4) Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai


masalah mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah
untuk diatasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam memeberikan
skor pada cerita ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga tersebut menilai masalah dan perlu untuk menangani
segera, maka harus diberi skor tinggi.

Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2008) dalam bukunya


Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik dapat
dibedakan menjadi 5 kategori yaitu :

a. Aktual yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.

b. Risiko yaitu menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi


jika tidak dilakukan intervensi.

c. Potensial yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk


memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini
masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah.
d. Diagnosis keperawatan (Wellness) adalah keputusan klinis tentang
keadaan individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat
sejahtera yang lebih tinggi.

e. Diagnosis keperawatan (Syndrome) adalah diagnosis yang terdiri dari


kelompok diagnosis keperawatan aktual dan risiko tinggi yang
diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.

Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan


Keluarga menyatakan bahwa tipologi diagnosis keperawatan keluarga
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang


sedang dialami oleh keluarga dan memperlukan bantuan dari perawat
dengan cepat.
b. Diagnosis risiko atau risiko tinggi adalah masalah
keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
c. Daiagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera
dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menurut Suprajitno
(2004) menggunakaan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :

a. Masalah (P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan


dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.

b. Penyebab adalah (E) suatu pernyataaan yang dapat menyebabkan


masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal
masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanaan
kesehatan.

c. Tanda atau gejalan (S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif
yang diperolehperawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.

Rumusan problem pada diagnosis keperawatan yang mungkin muncul


pada pasien Ca Mamae yang mengacu pada buku Rencana Asuhan
Keperawatan Doenges edisi 3 adalah :

a. Menagement regimen teraupetik tidak efektif


b. Cemas
c. Nyeri akut
d. Kurang pengetahuan
e. Risiko tinggi infeksi
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), etiologi pada diagnosis
keperawatan keluarga menggunakan lima sekala ketidak kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugaskesehatan dan keperawatan, yaitu :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga


disebabkan karena :
1) Kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta
2) Rasa takut akibat maslah yang diketahui
3) Sikap dan falsafah hidup
b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk
melaksanakan tindakan, disebabkan karena :
1) Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang
pengetahuan, dan kurangnya sumberdaya keluarga
4) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
5) Ketidakcocokan pendapat dari keluarga
6) Tidak mengetahui fasilitas kesehatan yang ada
7) Takut dari tindakan yang dilakukan
8) Sikap negatif terhadap tindakan petugas atau lembaga kesehatan
9) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang dilakukan
c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, disebabkan karena :
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit

2) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawat yang dibutuhkan

3) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

4) Tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga

5) Sikap negatif terhadap penyakit

6) Konflik individu dalam keluarga

7) Sikap dan pandangan hidup

8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang


kondusif yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi
anggota keluarga, disebabkan karena :
1) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan,
tanggung jawab atau wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat

2) Kurang dapat mellihat untung dan manfaat pemeliharaan


lingkungan rumah

3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan

4) Konflik personal dalam keuarga

5) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit

6) Sikap dan pandangan hidup


7) Ketidakkompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri
sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang
mempunyai masalah

e. Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan sumber dimasyarakat


guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh

3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan atau lembaga


kesehatan

4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas

5) Rasa takut pada akibat tindakan

6) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan

7) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat

3. Perencanaan/Intervensi

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi


Keperawatan Konsep dan Praktik, perencanaan meliputi pengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi maslah-
masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan. Tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan
rencana dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin
sukses dan keberhasilan rencana keperawatan, yaitu :
a. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan
didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah.

b. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat


menghasilkan apa yang diharapkan.

c. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan.

d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam:

1) Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga.

2) Menentukan prioritas masalah.

3) Memilih tindakan yang tepat.

4) Pelaksanaan tindakan.

5) Penilaian hasil tindakan.

e. Dibuat secara tertulis.

Menurut Friedman dalam Bailon dan Maglaya (1978)proses dalam


pengembangan rencana keperawatan keluarga menyangkut penggunaan
metode solving atau pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa bagian :

a. Menentukan masalah

b. Sasaran dan tujuan

c. Rencana tindakan

d. Rencana untuk mengevaluasi perawatan.

4. Pelaksanaan
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya
Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal berikut, yaitu :
a. Menstimulasi kesadaran atau
penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk


memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi
konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan
konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri


dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas
yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk


menemukan cara membuat lingkungan yang menjadi sehat dengan cara
menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungklin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan


cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya


Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan hal-hal yang perlu
diperhatikan pada saat melakukan tindakan keperawatan keluarga antara
lain :
a. Partisipasi keluarga, mengikutsertakan anggota keluarga dalam sesi-
sesi konseling, suportif, dan pendidikan kesehatan.
b. Penyuluhan, upaya-upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
terciptanya suatu kondisi bagi perorangan, kelompok atau masyarakat
untuk menerapkan cara-cara hidup sehat.
c. Konseling, yaitu pembimbingan dalam proses memberikan dukungan
bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
d. Kontrak, persetujuan kerja antara kedua belah pihak yaitu kesepakatan
antara keluarga dan perawat dalam kesepakan dalam asuhan
keperawatan.
e. Managment kasus yaitu strategi dan proses pengambilan keputusan
melalui langkah pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (rujukan,
koordinasi dan advokasi)
f. Kolaborasi, kerjasama perawat bersama tim kesehatan yang lain dan
merencanakan perawatan yang berpusat pada keluarga.
g. Konsultasi, merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan
kesehatan.
Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan
berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara prefesional
sebagaimana terdapat dalam standar praktik keperawatan, yaitu :
a. Independen. Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter
atau profesi lain.
b. Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan
kegiatatan yang memperlukan kerja sama dengan profesi kesehatan
lain, seperti ahli gizi, fisioterapi, atau dokter.
c. Dependen. Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan
pelaksanaan secara tindakan medis. Cara tersebut menandakan suatu
cara dimana tindakan medis dilakukan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor kealfaan yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan
Nursalam (2008).
Dalam Nursalam (2008)dalam bukunya Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu
yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status
kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai
suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan
keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan
dengan :.
a. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Evaluasi proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas
interfrensi tersebut.
b. Evaluasi hasil, fokus efaluasi hasil adalah prubahan prilaku atau
status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat
objektif, feksibel, dan efesiensi.
6. Dokumentasi

Menurut Nursalam 2008 dalam bukunya Proses dan Dokumentasi


Keperawatan Konsep dan Praktik, perawat mendokumentasikan hasil yang
telah atau belum dicapai pada medical record. Penggunaan istilah yang
tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah
persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna
untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap
secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. Kegunaan dokumentasi
adalah :
a. Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar anggota
tim kesehatan lainnya.

b. Sebagai dokumentasi resmi dalam system pelayanan kesehatan.

c. Dapat digunakan alat bahan penelitian dalam bidang keperawatan.

d. Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan


keperawatan.

e. Sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan


keperawatan yang diberikan terhadap pasien.

Keterampilan standar dokumentasi merupakan ketrampilan untuk


dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah
ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan
dalam memenuhi standar dokumentasi pengkajian, diagnosis, rencana,
pelaksanaan, dan evaluasi keperawata.
a. Dokumentasi pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang


dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari klien, membuat
data dasar tentang klien,dan membuat catatan tentang respon
kesehatan klien.

Jenis dokumentasi pengkajian :

1) Pengkajian awal (Initial Assesment)

Pengkajian awal dilakukan ketika pasien masuk ke rumah sakit.

2) Pengkajian kontinue (Ongoing Assesment)

Pengkajian kontinue merupakan pengembangan data dasar. Informasi


yang diperoleh dari pasien selama pengkajian awal dan
informasi tambahan (berupa tes diagnostic dan sumber lain)
diperlukan untuk menegakan diagnosis.

3) Pengkajian ulang

Data pengkajian ulang merupakan pengkajian yang didapat dari


informasi selama evaluasi.

b. Dokumentasi diagnosis keperawatan

Dalam melakukan pencatatan diagnosis keperawatan digunakan


pedoman yaitu :

1) Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk


masalah risiko.

2) Catat diagnosis keperawatan risiko dan risiko tinggi ke dalam


masalah atau format diagnosis keperawatan.

3) Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang dibuat dari sumber-


sumber diagnosis keperawatan.

4) Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk


pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.

c. Dokumentasi rencana keperawatan

Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan keperawatan tentang


penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Secara umum pedoman untuk rencana keperawatan yang efektif
adalah sebagai berikut :

1) Sebelum menulis, cek sumber informasi data.


2) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti.

3) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur, dan kriteria hasil sesuai
dengan identifikasi masalah.

4) Memulai instruksikan perawatan harus menggunakan kata kerja


seperti catat, informasikan dan lain- lain.

5) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah penghapusan


tulisan atau tidak jelasnya tulisan.

d. Dokumentasi implementasi

Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan


oleh perawat.Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana
perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan
mandiri dan tindakan kolaboratif. Beberapa pedoman yang dipakai
dalam pencatatan intervensi keperawatan adalah:

1) Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang telah


dikerjakan.

2) Berikan keamanan, kenyamanan, dan perhatikan faktor


lingkungan pasien dalam memberikan intervensi keperawatan.

3) Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam


memberikan intervensi.

4) Catat prosedur yang tepat.

e. Dokumentasi evaluasi

Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien


terhadap tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai
keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien
dari hasil tindakan keperawatan.
a) Pendokumentasian dengan menggunakan DAR
Semua masalah klien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan
terlihat pada rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi : D
: (data) masalah klien
A : (action) tindakan
R : respon klien
Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan
evaluasi dimana setiap diagnose keperawatan diidentifikasi dalam
catatan perawatan, terkait pada rencana keprawatan atau setiap
daftar masalah dari setiap catatan perawat dengan suau diagnose
keperawatan.
b) Pendokumentasian dengan menggunakan SOAPIE :
S : Subjektif adalah informasi yang didapat dipasien

O : Objektif adalah informasi yang didapat dari pengamatan

A : Assement adalah analisa masaklah klien

P : Planning of action adalah rencana tindakan

I : Implementasi adalah pelaksanaan tindakan

E : Evaluasi adalah penilaian dari pelaksanaan tindakan

2.3 Konsep Penyakit Asma

2.3.1 Definisi

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh


spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran
udara dan penurunan ventilasi alveolus.( Huddak & Gallo, 1997 )

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana


trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu.( Smeltzer, 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves,
2001 : 48)

2.3.2 Penyebab

Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

1. Reaksi antigen-antibodi

2. Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

1. Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

2. Fisik : cuaca dingin, perubahan temperature, kelelahan

3. Iritan : kimia

4. Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

5. Emosional : takut, cemas dan tegang

6. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.


(Suriadi, 2001 : 7)

2.3.3 Tanda dan Gejala

a. Stadium dini
1) Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
2) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
3) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
4) Whezing belum ada
5) Belum ada kelainan bentuk thorak
6) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
7) BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum


b) Whezing
c) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan
dan kiri
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

2.3.4 Patofisiologi

Spasme otot Sumbatan Edema Inflamasi

bronchus mukus dinding bronchus


Mk : Tak efektif Obstruksi sal nafas Alveoli tertutup

bersihan ( bronchospasme )

jalan nafas

Hipoksemia Mk : Gg Pertuka

ran gas

Penyempitan jalan Asidosis metabolik

nafas

Peningkatan kerja Mk : Kurang pengetahuan

pernafasan

Peningkatan kebut Penurunan

oksigen masukan oral

Hyperventilasi Mk : Perub nutrisi

kurang dari

kebutuhan tbh

Retensi CO2
Asidosis respirato

2.3.5 Pemeriksaan Penunjang

a. Uji provokasi bronkus

b. Pemeriksaan sputum

c. Pemeriksaan cosinofit total

d. Uji kulit

e. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

f. Foto dada

g. Analisis gas darah

h. Spirometri

2.3.6 Pengkajian

a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba

1) Perpanjangan ekspirasi mengi


2) Penggunaan otot-otot aksesori
3) Perpendekan periode inpirasi
4) Sesak nafas
5) Restraksi interkostral dan esternal
6) Krekels

b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar

c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d. Diaforesis

e. Distensi vera leher

f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku


g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit

h. Perubahan tingkat kesadaran

i. Hipokria

j. Hipotensi

k. Pulsus paradoksus > 10 mm

l. Dehidrasi

m. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

2.3.7 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme :


peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi
kental : penurunan energi/kelemahan
2) Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan
alveoli
3) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
masukan oral
4) Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber
informasi
2.3.8 Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas
bersih/jelas
2. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret

Intervensi

1)Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi,


krekels, ronki
2)Kaji/pantau frekuensi pernafasan

3)Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres


pernafasan, penggunaan otot bantu

4)Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala


tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur

5)Pertahankan polusi lingkungan minimum

6)Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir

7)Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah

8)Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi


jantung dan memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan
sebagai ganti makanan

9)Berikan obat sesuai indikasi

10) Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada

b. Kerusakan pertukaran gas


Tujuan : Pertukaran gas efektie dan adekuat

KH :

1. Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat


dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan
2. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan /situasi

Intervensi

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot


aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang
2) Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan /
nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.

3) Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.

4) Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan /


bunyi tambahan.

5) Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya


perubahan.

6) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.

7) Awasi tanda vital dan irama jantung.

8) Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.

9) Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh


Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

KH :

1. Menunjukan peningkatan BB
2. Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk
meningkatkan dan / mempertahanka berat yang tepat.

Intervensi :

1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan


makan, evaluasi BB.
2) Avskultasi bunyi usus.

3) Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

4) Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan


berikan makan porsi kecil tapi sering.

5) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

6) Hindari maknan yang sangat panas / dingin.

7) Timbang BB sesuai induikasi.

8) Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.

d. Kurang pengetahuan
Tujuan : Pengetahuan miningkat

KH :

1. Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.


2. Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses
penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab.
3. Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam
program pengobatan.

Intervensi:

1) Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga


2) Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.
3) Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan
reaksi yang tidak diinginkan
4) Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti
merokok pada klien atau orang terdekat
5) Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Pengkaji : Yepi
NIM : 133210213
Hari/tanggal : Rabu/ 9 November 2016
Jam : 10.00 WIB
Sumber Data : Pasien, keluarga pasien
Metode : Wawancara, observasi, pemerriksaan fisik, studi
dokumentasi

3.1.1 Data Umum


1. Kepala Keluarga : Tn.S
2. Umur : 42 tahun
3. Alamat dan telepon : Desa Ngemplak RW 05 RT 2 Jombang
4. Pekerjaan KK : Wiraswasta
5. Pendidikan KK : Perguruan Tinggi
6. Komposisi keluarga :

Nama
Jenis Hub. Umur Pend Status imunisasi Ket
kela Den i Polio DPT Hepat
min gan d i
Campa
KK i t
BCG k
k i
a s
n
Ny.S Istri SMP Sehat
An.A Anak SMA Sehat
An.l Anak SMP Sehat

An.R Anak SD Sehat


Genogram:
7. Tipe keluarga : Nuclear
8. Suku bangsa : Jawa
9. Agama : Islam
10. Status sosial dan ekonimi keluarga :
Pendapatan perbulan : Rp 2.000.000
Pengeluaran sebulan : Rp 1.700.000
(1) Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari KK sejumlah Rp
2.000.000/bulan. Kebutuhan yang diperlukan keluarga:
A. Makan Rp 650.000
b. Bayar Listrik/PDAM Rp 200.000
c. Pendidikan Rp 750.000
d. Lain-lain Rp 150.000
Rp 1.700.000
Sisanya ditabungkan untuk kebutuhan mendadak.
(2) Barang-barang yang dimiliki
1 buah TV, 1 kipas angin, 2 sepeda motor. Pada ruang tamu terdapat
1 set kursi dan lemari, pada ruang tengah terdapat 3 buah
lemari pakaian daan 1 kulkas serta 1 dispenser.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton
TV bersama dirumah.
3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
12. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Anak tertua berusia 17 tahun,saat ini sekolah di SMA.Jadi keluarga
berada pada tahap keluarga dengan usia remaja,dengan tugas
perkembangan pengembangan terhadap remaja, memelihara
komunikasi terbuka, memelihara hubungan intim dalam keluarga,
mempersiapkan perubahan sistem peran.
13. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum
terpenuhi. Namun, tugas keluarga yang belum dicapai saat ini
adalah kurangnya pemeliharaan komunikasi yang terbuka,
hubungan intim dalam keluarga dan kurangnya persiapan
perubahan sistem peran.
14. Riwayat kesehatan keluarga inti
Menurut ibu S riwayat masing-masing anggota keluarganya yaitu
bapak S dalam keadaan saat kurang kurang sehat karena
memderita penyakit asma. Sedangkan ibu S keadaannya juga
sehat, tidak pernah sakit serius. Tapi anak A keadaannya juga
sehat, tidak pernah sakit serius. Dan anak yang kedua, anak I
sedang mengalami nyeri perut karena menstruasi. Sedangkan
anak yang ketiga, yaitu anak R sedang mengalami nyeri perut
karena menstruasi.
15. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Riwayat keluarga dari pihak bapak S : Bapak dari bapak S sudah
meninggal 2 tahun yang lalu karena menderita DM dan Asma.
Ibu bapak S sekarang sedang menderita asma dan kakak
perempuan bapak S di desa lain.
Riwayat keluarga dari pihak ibu S : Bapak dari ibu S sudah
meninggal 7 tahun yang lalu secara mendadak akibat serangan
jantung (kata masyarakat sekitar rumah adiknya). Sedangkan
ibunya ibu S menderita hipertensi dan terkena stroke sejak 5
bulan yang lalu, tinggal bersama adik ibu S.
3.1.3 Data Lingkungan
16. Karakteristik Rumah
Status rumah yang ditempati adalah rumah milik sendiri
a. Luas pekarangan dan bangunan
Keluarga Tn.S mengatakan tidak memiliki pekarangan. Luas
bangunan rumah 12 m.
b. Status kepemilikan :numpang tempate saudara
c. Jenis rumah : dipetak-petak
d. Jenis bangunan : permanen
e. Atap rumah : genteng
f. Langit-langit : ternit
g. Lantai rumah : keramik
h. Ventilasi : ada
i. Jendela : mempunyai jendela
j. Pencahayaan : sinar matahari dapat masuk
rumah
k. Penerangan malam hari : sumber penerangan
dari lampu PLN
l. Pembagian ruang : - kamar tidur : 3
- dapur :1
- WC :1

Denah rumah

17. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Hubungan antar tetangga Tn.S baik, saling membantu, bila ada tetangga
yang membangun rumah dikerjakan dengan gotong-royong.
18. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.S selama ini sebagai penduduk asli Ds.Ngemplak RW 05
RT 2 dan tidak pernah pindah rumah.
19. Perkeumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. S mengatakan mulai bekerja berdagang pukul 08.00 16.00 WIB.
Ny. S mengatakan mulai bekerja pukul 07.00 20.00 WIB yaitu
membuka toko pracangan di rumah dan pada malam hari
digunakan untuk berkumpul bersama seluruh keluarganya, Ny K
mengikuti pengajian tiap hari minggu.
20. Sistem pendukung keluarga
Anggota keluarga 4 orang , yaitu istri, 3 anak. Sedangkan (Tn. S) yang
selalu periksa ke Puskesmas saat asmanya kambuh. Asmansi
kesehatan yang diperoleh keluarga Tn.S adalah kartu BPJS
sebagai jaminan layanan kesehataan.
3.1.4 Struktur Keluarga
21. Struktur peran
a. Tn. S mempunyai peran informal sebagai anggota masyarakat di
dusun Ngemplak desa Ngudirejo. Sedangkan peran formal adalah
sebagai kepala keluarga, suami, dan ayah.
b. Ny. S mempunyai peran informal sebagai anggota masyarakat
sedangkan peran formal adalah sebagai istri dan IRT.
c. An A, An I. dan An R. mempunyai peran formal adalah sebagai
anak.
22. Nilai atau norma keluarga
Aturan didalam keluarga Tn.S dalam kesahatan adalah Keluarga Tn.S
mentaati norma/aturan yang berlaku dalam keluarganya, dimana
mereka saling menghargai dan menghormati, serta dalam
berperilaku harus sopan santun. Keluarga Tn.S juga meyakini
kesehatan sangat penting.
23. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn.S menerapkan pola komunikasi terbuka karena beliau
menjelaskan bahwa dalam keluarganya selalu melakukan
musyawarah dalam penambilan keputusan bersama dan selalu
terbuka dalam setiap hal yang berkaitan dengan masalah individu.
24. Struktur kekuatan keluarga
Pengelolaan dalam pengambilan keputusan dilakukan sebagai suatu
tindakan dalam pengorganisasian anggota keluarga. Tn. S selalu
mengajarkan serta memberi nasehat kepada istri dan anaknya
tentang bagaimana cara berperilaku dengan anggota masyarakat,
saling menghormati dan menghargai antar anggota keluarga.
Kekuatan keluarga dipegang oleh Tn. S selaku kepala keluarga.
3.1.5 Fungsi Keluarga
25. Fungsi afektif
Keluarga Tn.S saling memberikan perhatian dan kasih sayang, saling
menghargai antar anggota keluarga. Hubungan antara keluarga
baik, saling mendukung, bila ada yang sakit langsung dibawa ke
Rumah sakit atau petugas kesehatan.
26. Fungsi sosialisasi
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu mentaati norma yang ada.
Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan:
a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga Tn S mengatakan tidak mengetahui mengenai pengertian,
penyebab, tanda dan gejala dari asma.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Tn.S mengatakan tidak mengetahui dampak lanjut dari
penyakit yang di derita. Tn S mengatakan penyakit yang
diderita masih dapat disembuhkan dan keluarga selalu
berupaya untuk mengobati penyakit tersebut. Tn S
mengatakan selalu membawa berobat ke klinik yang terdekat
saat terjadi kambuhnya asma yang tidak segera membaik.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga berpikir optimis mengenai penyakit yang diderita Tn.S
akan sembuh.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat
Keluarga mengatakan mengerti manfaat pemeliharaan lingkungan
yang sehat bagi keluarga.

e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga mengetahui tempat pelayanan kesehatan yaitu puskesmas
atau klinik terdekat. Keluarga mengatakan manfaat pergi ke
pelayanan kesehatan yaitu mendapatkan informasi kesehatan
dan penyuluhan tentang kesehatan.
27. Fungsi reproduksi
Jumlah anak 3 orang, anak pertama sudah SMA dan Ny.S menggunakan
KB suntik.
28. Fungsi ekonomi
Ny.S memenuhi kebutuhan sandang dan papan dari pendapatan yang
diperoleh selama sebulan berdasarkan pendapatan Tn.S. Ny.S
berharap dengan penghasilan yang di dapatkan suaminya, mereka
dapat menyekolahkan anak-anaknya, serta dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
3.1.6 Stress dan Koping Keluarga
29. Sterssor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek
Tn.S mengatakan bahwa penyakitnya sering kambuh ketika merasa
dingin.
b. Stressor jangka panjang
Tn.S mengatakan bahwa dia stress memikirkan untuk
menyekolahkan anak-anaknya nanti sampai ke perguruan
tinggi.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Untuk mengatasi stressor jangka pendek, Tn.S pergi ke perawat desa
untuk mendapatkan obat. Sedangkan untuk menghadapi stressor
jangka panjang Tn.S hanya bekerja keras untuk bisa melanjutkan
sekolah anaknya yang saat ini bersekolah di SMP dan SMA.

31. Strategi koping yang digunakan


Jika ada masalah dalam keluarga, selalu didiskusikan antar anggota
keluarga walaupun dalam pengambilan keputusan nanti akan
diambil alih Tn. S selaku kepala keluarga.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam menghadapi masalah individu maupun keluarga, keluarga Tn.S
tidak pernah menyelesaikan dengan kekerasan, melainkan selalu
dengan kepala dingin sehingga tidak ada perpecahan dalam
keluarga.
3.1.7 Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga

Pemeriksaaan
No An. A An. I An. R Ny. S Tn. S
Fisik

1 Kepala Rambut Rambut Rambut Hitam Rambut Rambut


bersih
Hitam dan bersih Hitam bersih Hitam bercampur Hitam bercampur
tidak ada tidak ada uban, uban, tidak
tidak ada
benjolan benjolan tidak ada ada benjlan
benjolan
dan luka, dan luka, benjlan dan luka
dan luka,
distribusi distribusi dan luka
distribusi distribusi rambut
rambut rambut
rambut distribusi rambut merata,
merata, merata,
merata, merata, rambut tidak
rambut rambut
rambut rambut rontok.
tidak tidak
tidak tidak
rontok. rontok.
rontok. rontok.

2 Tanda-tanda N : 80 x / menit N : 80 x / menit N : 82 x / menit N : 80 x / menit N : 82 x / menit

Vital RR: 20 x / menit RR: 20 x / menit RR: 20 x / menit RR: 20 x / menit RR: 22 x / menit

S : 37,5 c S : 36,5 c S : 36,7 c S : 36,0 c S : 37 c

Td: 110 / 70 Td: 110 / 70 Td: 120 / 80 Td: 100 / 70 Td: 130 / 80 mmhg
mmHg mmHg mmHg mmHg

3 Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva


tidak tidak tidak anemis,scl anemis,scler
ananemis ananemis ananemis era a anikterik.
seklera seklera seklera anikterik. tidak
anikterik anikterik anikterik tidak menggunaka
tidak ada tidak ada tidak ada mengguna n alat Bantu
ganguan ganguan ganguan kan alt
penglihata penglihata penglihata Bantu mata
n, tidak n, tidak n, tidak mata.
mengguna mengguna mengguna
kan alat kan alat kan alat
Bantu Bantu Bantu
mata. mata. mata.

4 Hidung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Bersekret Bersekret Bersekret Bersekret Bersekret

5 Mulut Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
menelan menelan menelan menelan menelan

6 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan/ benjolan/ benjolan/ benjolan/ benjolan /
pembesara pembesara pembesara pembesara pembesaran
n limfe n limfe n limfe n limfe limfe

7 Dada Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung dan
dan paru dan paru dan paru dan paru terdapat
normal normal normal normal suara
tambahan
wheezing

8 Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada keluhan
keluhan keluhan keluhan keluhan
yang di
rasakan

9 Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sering kesemutan Tidak ada keluhan
pembekak pembekak pembekak
an, turgor an, turgor an, turgor
baik baik baik

10 Kaki Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada keluhan
keluhan keluhan keluhan keluhan
11 Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik
Umum

3.1.8 Harapan Keluarga

Keluarga berharap supaya kesehatan Tn.S semakin membaik dan cepat


sembuh dari penyakit asma. Keluarga juga berharap bahwa pelayanan
pemberian kesehatan dapat ditingkatkan untuk mewujudkan harapan
tingginya angka kesehatan, serta pelayanan yang diberikan kepada
Tn.S dapat membantu proses penyembuhannya.

ANALISA DATA

DATA MASALAH PENYEBAB

DS: Ketidakefektifan
- Keluarga Tn.S mengatakan Tn.S terdiagnosa Asma
Manajemen
sejak berumur 40 Tahun .
Regimen
- Keluarga Tn.S mengatakan Tn.S minum obat hanya
Terapeutik
kalau sakit yaitu salbuven 3x25 mg . Dan apabila
serangan asmanya sudah sembuh obat salbuven 3x25 Asma pada

mg dari dokter disuruh untuk berhenti. Tn.S di


DO: keluarga Tn.S
- Terapi yang sudah diberikan Salbuven 3x25 mg
- N : 82 x / menit
- RR: 22 x / menit
- S : 37 c
- Td: 130 / 80 mmhg
- Status Gizi Baik

DS: Ketidakmampuan
- Keluarga Tn.S mengatakan bila diriya kecapekan atau
keluarga Tn.S
menderita batuk pilek asmanya langsung kambuh
mengenal
- Keluarga Tn.S mengatakan belum tahu pengertian,
tanda dan gejala, penyebab, makanan yang dianjurkan penyakit
dan tidak dianjurkan serta lingkungan yang sehat untuk asma pada

penderita asma. Jenis makanan yang dikonsumsi Tn.S Tn.S


sama dengan anggota keluarga yang lain.

DO:

- Keluarga Tn.S tampak menggelengkan kepala saat


ditanya tentang pengertian, tanda dan gejala, penyebab,
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, dan
lingkungan yang sehat untuk penderita asma.

DS: Ketidakmampuan
- Keluarga Tn.S mengatakan Tn.S tidak diperiksakan ke
keluarga Tn.S
pelayanan kesehatan secara rutin, hanya kalau merasa
mengambil
sakit atau mendapat serangan asma langsung
keputusan
diperiksan ke dokter dan tidak berani memberikan obat
pada Tn.S
bebas.
DO: - Biaya kebutuhan berobat kurang
- Tidak ada inisiatif berobat
- Kurangnya fasitis menuju pelayanan kesehatan
- Obat Tn.S masih tampak belum habis
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan kurang
- Tidak rutin kontrol kesehatan

SKALA PRIORITAS
Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Asmapada Tn.S di keluarga Tn.S

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN

Sifat Masalah: 3/3 x1 - Keluarga Tn.S mengatakan


Deficit terdiagnosa Asma
berumur 40 tahun.
- Keluarga Tn.S mengatakan
minum obat hanya kalau
yaitu salbuven 3x25 mg.
apabila serangan asmanya
sembuh obat salbuven 3x2
dari dokter disuruh
berhenti.
2/2 x2
Kemungkinan masalah dapat Factor pendukung:
- ada yang mengantar Tn
diubah: sebagian
tempat pelayanan kesehata
- keluarga Tn.S memp
sepeda motor.
- Pendidikan terakhir kel
Tn.S adalah PT seh
mempengaruhi penye
informasi
Factor penghambat:
- sumber dana untuk kese
tidak ada

2/3 x 1
Kemungkinan masalah dapat - Dengan mengurangi
dicegah: tinggi pencetus serangan asma s
kelelahan, terhindar dari
pilek, rumah tidak ber
tidak ada yang meroko
dalam rumah diharapkan
tidak kambuh lagi
- Dengan mengkon
makanan yang sehat
penderita asma, dihar
asma dapat terkontrol

Menonjolnya masalah 2/2: x 1 Keluarga beranggapan bahwa


masalah berat, harus merupakan penyakit ketu
segera ditangani yang sewaktu-waktu bisa ka
dan berbahaya sehingga
ditangani segera

Jumlah 4 2/3

Ketidakmampuan keluarga Tn.S mengambil keputusan pada Tn.S

No Kriteria Skor Pembenaran

I a. sifat masalah : 2/3 X 1 = Keluarga Tn.s tidak


Ancaman 2/3 sepenuhnya sadar
untuk mengenal
potensi-potensi yang
menganggu
kesehatanya

Pengetahuan keluarga cukup


b. Kemungkinan masalah 1/2 X 2 =
untuk menerimaa
dapat diubah : 1
penjelasan tentang
sebagian
kesehatan

c.potensial masalah untuk 3/3 X 1= 1 Masalah sudah lama


dicegah : dirasakan dan
Cukup
pengobatannya
dilakukan sendiri
kecuali jika sesaknya
tidak bisa ditahan
keluarga membawa ke
puskesmas atau
perawat desa

d.menonjolnya masalah : 2/2 X 1 = Tn.S mengatakan


masalah tidak segera 1 penyakitnya kadang
ditangani menganggu
aktivitasnya dan
hanya diperiksa kalau
sesaknya tidak bisa
ditahan lagi.

Jumlah 2 5/6

Ketidakmampuan keluarga Tn.S mengenal penyakit asma pada Tn.S

No Kriteria Skor Pembenaran

3
a.Sifat masalah : 3/3 X 1 = Tn.S mengatakan penyakit
tidak / kurang sehat
1 asmanya sering
kambuh jika terkena
dingin

b.Kemungkinan masalah
1/2 X 2 = Sumber daya keluarga
dapat diubah :
dengan mudah 1 berupa waktu,
kemauan dan fasilitas
kesehatan mudah
dijangkau

c.Potensial untuk dicegah : 2/3 X 1 = Masalah sudah lama


Cukup 2/3 dirasakan dan
pengobatannya
dilakukan sendiri
kecuali jika sesaknya
tidak bisa ditahan
keluarga membawa ke
puskesmas atau
perawat desa

d.Menonjolnya masalah :
Harus segera ditangani 2/2 X 1 = Keluarga berharap masalah
1 dapat segera
ditangani.

Jumlah 3 2/3

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Asmapada Tn.S di
keluarga Tn.S
2. Ketidakmampuan keluarga Tn.S mengenal penyakit asma pada Tn.S
3. Ketidakmampuan keluarga Tn.S mengambil keputusan pada Tn.S
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga dapat memberikan data
yang sesuai untuk permasalahan keluarga
2. diagnosa keperawatan dalam keluarga ditentukan bersama-sama dengan
keluarga sesuai dengan munculnya permasalahan dalam keluarga
3. penyusunan perencanaan dilakukan dengan menetapkan prioritas,
menetapkan tujuan, sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi
keluarga.
4. tindakan keluarga ditentukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan
5. evaluasi dilakukan dengan menggunakan SOAP secara operasional.

4.2 Saran
1. kepada rekan-rekan khususnya S1 Keperawatan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi harus lebih teiliti
dan lebih cermat lagi.
2. kepada keluarga agar mampu melaksanakan kelima tugas keluarga dengan
baik

DAFTAR PUSTAKA

Bailon & Maglaya 1978, Perawatan Kesehatan Keluarga, Jakarta

Jhonson & Leny, 2010, Keperawatan Keluarga, Muha Medika : Yogyakarta

Nursalam, 2008, Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktik.


Edisi 2, Salemba Medika : Jakarta

Reevers, Charlene J, et all (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba


medica.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa :
Agung waluyo. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai