Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi
beberapa aspek patofisiologi dari hiperurismia tetap belum dipahami
dengan baik. Asam urat telah diidentifikasi sebagai penanda untuk
sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik.1 Dalam keadaan normal,
terdapat keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleutida
purin serta kemampuan ginjal dalam mengeksresikan asam urat.

Apabila pembentukan berlebih atau terdapat hambatan pengeluaran


atau keduanya maka akan terjadi peningkaan konsentrasi asam urat
darah yang disebut dengan hiperurisemia.2 Prevalensi hiperurisemia
dimasyarakat dangat bervariasi diperkirkan antara 2,3- 17,6%. Pada
penelitian Nan dkk, tahun 2006 di China didapatkan prevalensi
hiperurisemia sebesar 25,3% ada orang dewasa usia 20-74 tahun.3

Asam urat telah dikenal sejak abad V SM. Penyakit asam urat istilah
yang sering digunakan untuk menyebut salah satu jenis penyakit reumatik
artikuler. Asam urat merupakan substansi hasil akhir nucleic acid atau
metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90%
dari asam urat merupakan hasil katabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka
akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut
sebagai hiperurisemia. Hiperurisemia yang lanjut dapat berkembang
menjadi Gout. Prevalensi gout tiak hanya terjadi di Amerika Serikat saja

1 Joseph T. Dipiro. Pharmacotherapy Principles & Practice. New York.


2008. hlm. 891

2 Ibid., hlm. 893

3 Ibid.,hlm. 897
tapi juga dibeberapa negara berkembang, seperti di Indonesia.4

Penggunaan obat tradisional di Indonesia pada hakekatnya


merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia. Keuntungan dari
penggunaan obat tradisional adalah efek samping yang relatif kecil
dibandingkan obat modern, juga dapat digunakan sebagai senyawa
penuntun untuj menemukan obat baru.

Daun salam (Eugenia polyantha Wight) yang biasa dimanfaatkan oleh


masyarakat indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur juga mempunyai
khasiat sebagai obat antara lain sebagai obat asam urat. Berdasarkan
penelitian terdahulu menunjukan bahwa dekokta daun salam pada dosis
1,25 g/kgBB mampu menurunkan kadar asam urat dalam darah mencit
putih jantan secara efektif.

Oleh karena itu penulis ingin mencoba membandingkan keefektifan


antara sedian infusa dan dekokta daun salam menurunkan kadar asam
urat darah pada mencit putih jantan.

B. Masalah
1. Bagaimana cara kerja daun salam sebagai obat asam urat pada
tikus yang diinduksi potassium oksanat?
2. Mengapa daun dalam bisa menyembuhkan penyakit seperti asam
urat?
3. Apa saja dampaknya jika pemberian pottasium oksanat pada
mencit atau tikus?

C. Tujuan
1. Menganalisa cara kerja daun salam sebagai obat asam urat pada
tikus yang diinduksi potassium oksanat?
2. Memahami bagaimana model hiperurisemia pada mencit jantan
yaitu dengan cari dosis efektif potassium oksonat dalam menaikan
kadar asam urat dari kondisi normal serta mencari waktu
pengambilan darah yang optimal, dimana asam urat dalam darah
4 Barbara G. Wells. Pharmacotherapy Handbook Ninth Editiok. New
York. 2015. Hlm 6
mencapai kadar yang tertinggi pada jam tertentu setelah diinduksi
dengan potassium oksonat.
3. Mengetahui dampak pemberian potassium oksanat pada mencit
jantan

D. Manfaat
1. Bagi peneliti adalah untuk membuktikan salah satu khasiat dari
kandungan daun salam sebagai obat asam urat, dimana daun
salam (Eugenia polyantha Wight) dapat menurunkan kadar asam
urat pada darah, dan jika terbukti bisa digunakan sebagai obat
alternative yang sangat menguntungkan bagi orang lain khususnya
bagi ilmuan farmasis untuk menjadikan produk yang lebih unggul
lagi. Dan bagi para peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai
referensi untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut
mengenai asamurat dengan terapi herbal khususnya daun salam.
2. Bagi masyarakat adalah sebagai informasi alternatif pengobatan
lain bagi penderita asam urat untuk memilih terapi karena selain
lebih murah juga lebih mudah didapatkan.
3. Bagi pembaca bisa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya pada khasiat dan kegunaaan tanaman
daun salam untuk kesehatan seperti misalnya pada penyakit gout
atau asam urat.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tanaman Daun Salam
1. Klasifikasi Daun Salam
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ Dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Family : Mytaceae (Suku Jambu-jambuan)
Genus : Syzygium
Sesies : Syzygium polyanthum Wigh Walp
Sinonim : Eugenia polyantha Wight

2. Deskripsi dan Morfologi Tanaman


a. Daun : Berbentuk simpel, bangun daun jorong, pangkal daun
tidak bertoreh dengan bentuk bulat telur (ovatus), runcing pada
ujung daun, pangkal daun tumpul (obtusus), terdapat tulang
cabang dan urat daun, daun bertulang menyirip (penninervis),
tepi daun rata (integer). Daun majemuk menyirip ganda
(bipinnatus) dengan jumlah anak daun yang ganjil, letak daun
penumpu bebas (stipulae liberae), tangkai daun menebal
dipangkal dan ujung, beraroma wangi dan baru dapat
digunakan bila sudah dikeringkan. 5
b. Batang : Tinggi berkisar antara 5-12 m, bercabang-cabang,
biasanya tumbuh liar dihutan. Arah tumbuh batang tegang lurus
(erectus), berkayu (lignosus) biasanya keras dan kuat, bentuk
batangnya bulat (teres), permukaan batang beralur (sulcatus),
cara percabangan monopodial karena batang pokok selalu
tampak jelas, arah tumbuh cabang amat kecil, termasuk dalam
tumbuhan menahun atau tumbuhan karas karena dapat
mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati.6
c. Akar : Termasuk akar tunggang (radix primaria), berbentuk
sebagai tombak (fusiformis) karena pangkalnya besar dan
meruncing ke ujung dengan serabut-serabut sifatnya adalah
akar tunjang karena menunjang batang dari bagian bawah ke

5 Gembong Tjitrosoepomo. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta: UGM.


2005. Hlm 121

6 Ibid., hlm 121.


segala arah. 7
d. Kandungan Senyawa : Pada umumnya sering dijumpai daun
salam digunakan sebagai obat sakit perut. Ternyata khasiat
daun salam tidak hanya itu, melainkan juga dapat digunakan
untuk menghentikan buang air besar yang berlebihan atau
diare. Tidak hanya pada daunnya, namum polon salam ini dapat
dimanfaatkan mulai dari akar, kulit batang dan buah. Terdapat
beberapa kandungan yang ada didalam pohon salam antara
lain minyak essensial, minyak astriri, tanin dan flavonoid.
Dengan kandungan tersebut maka pohon salam banyak
dimanfaatkan dengan mengolahnya untuk mengobati berbagai
macam penyakit antara lain melancarkan peredaran darah,
mengatasi asam urat, kolesterol tinggi, radang lambung diare,
gatal-gatal, stroke, kencing manis.8
e. Khasiat Farmakologi : Daun salam digunakan untuk pengobatan
kolesterol yang tinggi, kencing manis (Diabetes milletus),
tekanan darah tinggi (hipertensi), radang lambung atau magh
(gastristis) dan diare.

Pohon salam mempunyai daun yang lebat, daunnya berbetuk lonjong.


Khasiat daun salam dipercaya sejak dulu oleh sebagian masyarakat.
Dalam hal bumbu masakan, daun salam sering kali digunakan. Bila tidak
mempunyai tanaman tersebut bisa membeli dipasar tradisional. Banyak
sekali dijual dipasar dengan harga yang sangat murah. Manfaat daun
salam untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti yang telah
disebutkan, dan biasanya dilakukan secara trdisional seperti merebus
beberapa lembar daun salam dengan takaran air tersendiri hingga
mendidih, setelah itu diminum hasil rebusan tersebut.

7 Ibid., hlm 122.

8 Prof. Dr. Endang Hanani MS, Apt. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC.
2015. Hlm 209.
B. Asam Urat
1. Definisi
Gout atau asam urat adalah penyakit yang disebabkan oleh
penimbunan krista monsodium urat monohidrat dijaringan akibat
adanya supersaturasi asam urat. Gout ditandai dengan
peningkatan kadar asam urat dalam serum, serangan artitis gout
akut, terbentuknya tofus, nefropati gout dan batu asam urat. Tofus
adalah nodul berbentuk padat yang terdiri dari deposit kristal asam
urat yang keras, tidak nyeri dan terdapat pada sendi atau jaringan.
Tofus merupakan komplikasi kronis dari hiperurisemia akibat
kemampuan eliminasi urat tidak secepat produksinya. Tofus dapat
muncul dibanyak tempat. Diantaranya kartilago, membrana
sinovial, tendon, jaringan lunak dan lain-lain. 9
2. Epidemiologi
Arthritis Gout atau asam urat lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Puncaknya pada dekade ke-5. Di
Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar
32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita, kadar
asam urat umumnya rendah dan meningkat setelah usia
monopause.
3. Etiologi
Gejala arthritis gout akan disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan
terhdap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena
itu, dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan
kelainan metabolik. Asam urat merupakan zat sisa yang dientuk
oleh tubuh pada saat regenerasi sel. Beberapa orag dengan gout
membentuk lebih banyak asam urat dalam tubuhnya (10%).
Sisanya (90%), tubuh anda tidak efektif membuang asam urat
melalui air seni. Genetik, jenis kelamin dan nutrisi (peminum
alkohol, obesitas) memegang peranan penting dalam pembentukan
penyakit gout.

9 Joseph T. Dipiro. Op Cit. hlm 893


4. Pathogenesis
Gout primr (90% dari semua kasus): mayoritas bersifat idiopatik
(>95%), memiliki pewarisn yang multifaktorial dan berkaitan dengan
produksi berlebih asam urat dengan eksresi asam urat yang normal
atau meningkat atau produksi asam urat yang normal dengan
eksresi yang kurang. Penggunaan alkohol dan obesitas merupakan
faktor predisposisi. Kasus primer dengan presentase yang kecil
berkaitan dengan efek enzim tertentu (misalnya defisiensi parsial
enzim HGPRT [hypoxanthine-guanine phosphoribosyltransferase]
yang berkaitan dengan kromosom X).
Gout sekunder (10% dari semua khasus): sebagian besar berkaitan
dengan peningkatan pergantian asam nukleat yang terjadi pada
hemolisis kronik, polisitemia, leukimiadan limfoma. Yang lebih
jarang ditemukan adalah pemakaian obat-obatan (khususnya
diuretik, aspirin,asam nikotinat dan etanol) atu gagal ginjal kronik
yang menimbulkan hiperurisemia simtomatik. Intoksikasi timbal
(timah hitam) dapat menyebabka penyakit saturnine gout. Kadang-
kadang defek enzim tertentu yang menyebabkan penyakit von
Gierke (penyakit simpanan glikogenlglycogen storage disease tipe
1) dan sindrom Lesch-Nyhan (dengan defisiensi total HGPRT yang
hanya terlihat pada laki-laki serta diseertai defisit neorologis)
menimbulkan keluhan dan gejala penyakit gout. 10

C. Induksi Potassium Oksonat

Asam urat berperan kepada antagonis kerja dari produksi potassium


oksanat sebagai indicator hiperurisemia lantaran potassium oksanat akan
menghambat produksi urikase yang adalah kompetitif buat meningkatkan
kadar asam urat bersama jalan mencegah perubahan asam urat jadi
allantonin. Alanntonin bersifat larut air dan bakal dieksresi melalui urin,
maka dihambatnya enzim urikase oleh potassium oksanat sehingga asam

10 Joseph T. Dipiro. Loc. Cit.


urat bakal tertumpuk dan tidak bakal dieliminasi lewat urin. 11

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian ini merupakan penelitan eksperimental semu
dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.

11 Joseph T. Dipiro. Loc. Cit.


A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Laboratorium Terpadu Farmakologi dan Fitokimia, Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Waktu Penelitian

B. Metode Penelitian
1. Alat dan Bahan
Alat :
Panci infuse, timbangan analitik (presica A-SCS), Spuit injeksi
untuk insulin 1,0 ml, spuit oral ukuran 5 gauge (terumo), flakon ,
timbangan mencit kapasitas 2610 gram (Lark, cina), timbangan
analitik (Presica A-SCS), pipa kapiler, microtube sentrifuge
(eppendorf), sentrifuge 9mini spin), vortex mikropipet ukuran 5-40
1;200-1000 I, blue tip, yellow tip, stardust FC, Kuvet disposibel dan
alat-alat gelas (pyrex)
Bahan :
Daun salam segar yang diambil 10 helai dari pucuk daun pada
pagi hari, potassium oksonat p.a. (Aldrich Chemical Company),
allopurinol p.a (sigma), aqua p.i, akuades dan bahan pengukur
kadar asma urat yaitu reagen uric acid FS*TBHBH (DyaSya) serta
hewan uji.
2. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih (Mus musculus)
jantan galur Swiss yang sehat dengan berat badan sekitar 25-35
gram dan telah berumur 2-3 bulan

C. Pola Penelitian
1. Determinasi Tanaman
2. Pengumpulan simplisia
3. Pembuatan Infusa Daun Salam
4. Penelitian pendahuluan
5. Penentuan Dosis
6. Penginduksian hiperurisemia
7. Perlakuan pada hewan uji
8. Pengambilan darah
9. Penetapan Kadar Asam Urat
10. Analisis Data
D. Prosedur Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Determinasi simplisia dilakukan untuk memastikan kebenaran
simpisia yang akan dipakai. Determinasi tanaman ini adalah untuk
menetapkan kemurnian sampel daun salam yang berkaitan
dengan ciri-ciri makroskopik terhadap pustaka.
2. Pengumpulan simplisia
Daun salam diperoleh dari Desa Bono-Merto, Kecamatan Suruh,
Kabupaten Semarang. Daun diambil 10 heali dari pucuk daun dua
jam sebelum disari
3. Pembuatan Infusa Daun Salam
Pembuatan infusa dilakukan dengan cara sebagai berikut : daun
salam yang telah ditimbang, dicuci kemudian dimasukkan dalam
panic infuse ditambah aquades 100 ml dan ditambah lagi akuades
sebanyak dua kali bobot daun salam kemudian dipanaskan selama
15 menit mulai dihitung ketika suhunya mencapai 90 C sambil
sekali-kali diaduk. Infusa diserkai selagi panas melalui kain flannel.
Untuk mencukupi kekurangan air, dapat menambahkan air melalui
ampasnya.
4. Penelitian pendahuluan
1) Orientasi dosis potassium oksonat dengan mencoba dosis
250mg/kgBB Dan 300 mg/kgBB terhadap kontrol normal
dengan pemberian aqua p.i. secara intraperitonial.
2) Orientasi waktu pengambilan darah denagan percobaan
pengambilan darah yang dilakukan pada jam ke-1,3,6,25,27
dan ke-30 setelah pemberian potassium oksonat 300 mg/kgBB
5. Penetapan dosis
1) Dosis Allopurinol yang digunakan adalah 10 mg/kgBB atau 0,2
g/BB, dimana dosis ini mengacu pada penelitian sebelumnya.
2) Dosis potassium oksonat yang digunakan adalah 300 mg/kgBB
yang mengacu pada penelitian pendahuluan.
3) Dosis infusa daun salam yang dibrikan pada hewan uji dalam
penelitian adalah 1,35 g/kgBB ; 2,5 g/kgBB dan 5 g/kgBB
(konsentrasi 5%, 10% dan 20%)
6. Penginduksian hiperurisemia
Kadar asam urat tinggi (hiperurisemia) dibuat denga cara
menginjeksikan secara intraperitonial potassium oksonat 300
mg/kgBB. Atau 6-20 mg/gBB pada mencit 1jam setelah pemberian
sedian uji.
7. Perlakuan pada hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini dalah mencit putih
jantan galur Swiss dengan berat rata-rat 25-35 gram dan berumur
2-3 bulan. Hewan uji tersebut diadaptasikan terlebih dahulu
dengan lingkungan penelitian selama 1 hari dan dipusakan 18 jam
sebelum penelitian dimulai dengan dengan diberi air minum ad
libitum. Perlakuan terhadap hewan uji dilakukan pada jam 14.00-
15.00 WIB Hewan uji yang berjumlah 30 ekor dibagi menjadi 6
kelompom sama banyak, yaitu sebagai berikut :
a) Kelompok 1 : control negative hiperurisemia (normal), diberi
aqua proinjeksi 1,0-20 ml/gBB secara intraperitonial.
b) Kelompok 2 : control hiperurisemia, diberi potassium oksonat
dosis 300 mg/kgBB (1-20ml/gBB) Secara intraperitonial.
c) Kelompok 3 : control positif, diberi allopurinol dosis 10
mg/kgBB secara peroral dan potassium oksonat dosis 300
mg/kgBB (1ml/20gBB) Secara intraperitonial 1 jam setelah
perlakuan.
d) Kelompok 4 : diberi infusa daun salam dosis 1,25 g/kgBB
secara peroral dan potassium oksonat dosis 300 mg/kgBB (1
ml/20gBB) secara intraperitonial 1 jam setelah perlakuan.
e) Kelompok 5 : diberi infusa daun salam dosis 2,5 g/kgBB secara
peroral dan potassium oksonat dosis 300 mg/kgBB (1
ml/20gBB) Secara intraperitonial 1 jam setelah perlakuan.
f) Kelompok 6 :diberi infusa daun salam dosis 5,0 g/kgBB secara
intraperitonial dan potassium oksonat dosis 300 mg/kgBB (1 ml
/20 ml gBB) secara intraperitonial 1 jam setelah perlakuan.
8. Pengambilan Darah
Satu jam setelah induksi hiperurisemia, darah diambil lewat mata
mencit dengan cara menusuk cabang vena opthalmicus yang
terletak pada succus medianus orbitales dengan pipa kapiler.
Darah yang mengalir lewat pipa kapiler ditampung dalam tabung
ependorf yang dipegang miring kira-kira sebanyak 0,5 ml. darah
tersebut dialirkan lewat dinding tabung ependorf untuk
menghindari terjadinya hemolisis. Setelah ditunggu beberapa saat
ketika darah dalam tabung tabung ependorf menggumpal baru
kemudian darah disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
menit kemudian diambil serumnya.
9. Penetapan Kadar Asam Urat
Kadar asam urat ditetapkan berdasarkan reaksi enzimatik
menggunakan reagen uric acid FS*TBHBA, dengan cara 20 I
serum ditambah 1000 I monoreagen yang dibuat dengan
mencampurkan 4 bagian reagen 1 dan 1 bagian reagen 2. Serum
yang telah dicampur homogeny dengn pereaksi uric acid
FS*TBHBA diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 C.
selanjutnya larutan sampel, standart dan blangko dibaca
absorvsinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 546 nm
10. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian yang berupa kadar asam urat
darah diuji statistik dengan analisis varian satu jalan kemudian
dilanjutkan dengan uji Bonferroni dengan taraf kepercayaan 95%.
Dari data kadar asam urat darah tersebut dihitung prosentase
penurunan dengan rumus sebagai berikut :

rataratacontrol hiperurisemia perlakuan


%penurunan X 100
Ratarata control hiperurisemiaControl Normal

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Cara kerja daun salam sebagai obat asam urat pada tikus yang
diinduksi potassium oksanat
Daun salam yang digunakan dalam penelitian ini berupa daun yang
masih segar. Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman salam
adalah minyak atsiri, tannin, polifenol dan flavonoid. Senyawa yang
bertanggungjawab terhadap penurunan kadar asam urat darah ini belum
diketahui secara pasti sehingg perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
meneliti senyawa aktif dalam daun salam yang berfungsi menurunkan
kadar asam urat dalam darah tersebut. Penetapan kadar asam urat
ditetapkan dengan metode enzimatik, dengan menggu-nakan reagen Uric
acid FS* TBHBA (2,4,6- tribromo-3hydroxybenzoic acid dengan menggu-
nakan alat spektrofotometer StarDust FC 15.

Mekanisme yang terjadi adalah asam urat dioksidasi oleh enzim


urikase dengan bantuan H2O dan O2 menjadi allantoin, karbondioksida
dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan
bereaksi dengan 4-amino antipirin dan TBHBA (2,4,6-tribromo-3hydroxy-
benzoic acid) menjadi kuinonimin yang berwar-na merah muda dimana
reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim peroksidase (POD). Besarnya
intensitas warna yang dihasilkan oleh kuinonimin tersebut ekuivalen
dengan kadar asam urat dalam darah. Mekanisme penurunan kadar asam
urat pada penelitian ini belum diketahui secara pasti. Efek penurunan
kadar asam urat infusa daun salam diduga disebabkan oleh pengham-
batan ksantin oksidase atau dapat disebabkan oleh adanya peningkatan
ekskresi urin ataupun kombinasi keduanya yaitu antara pengham-batan
ksantin oksidase dan peningkatan ekskresi urin. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengukur aktivitas enzim ksantin
oksidase ataupun dengan menghitung jumlah asam urat yang
diekskresikan melalui urin yang diekresikan oleh mencit setelah
pemberian sediaan infusa daun salam dengan pembanding probenesid
(obat asam urat yang bersifat urikosurika) dimana mekanisme kerjanya
dengan jalan menghindarkan resorbsi kembali urat di tubuli proksimal
untuk mengetahui mekanisme penu-runan kadar asam urat darah
B. Daun Salam dapat menyembuhkan Asam Urat

Sediaan infusa daun salam terbukti dapat menurunkan kadar asam


urat darah pada mencit putih jantan, yaitu pada dosis 2,5 g/kgBB mampu
menurunkan kadar asam urat darah mencit jantan yang paling tinggi yaitu
sebesar 112,27 % 2,29. Besarnya penuru-nan yang dihasilkan oleh infusa
daun salam ini lebih efektif bila dibandingkan dengan dekokta daun salam,
karena dekokta daun salam pada dosis 1,25 g/kgBB telah mampu
menurunkan kadar asam urat darah sebesar 135,32% 0,38. Perbedaan ini
kemungkinan disebab-kan karena dalam sediaan infusa bahan yang
digunakan berupa daun segar, sedangkan dekokta menggunakan
simplisianya dimana bobot kering dari simplisia sama dengan 0,2333 x
bobot basahnya sehingga jika sama-sama menggunakan daun segar
pada dosis 1,25 g/kgBB, dosis infusa setelah dikonversikan ke manusia
adalah sebesar 0,139 g/kgBB dan dosis dekoktanya sebesar 0,596
g/kgBB atau dapat dikatakan dosis dekokta yang digunakan lebih kurang
sebesar 4 kali dosis infusa. Hal ini juga didukung dengan lamanya waktu
penya-rian pada infusa yang lebih singkat, yaitu selama 15 menit
sedangkan dekokta selama 30 menit dimana kemungkinan ada senyawa-
senyawa yang berperan dalam penurunan kadar asam urat darah rusak
karena pemana-san yang terlalu lama sehingga efek yang ditimbulkan pun
akan berkurang. Pada kelompok V dan VI (Tabel 3) atau dapat pula dilihat
pada kelompok III dan IV (Tabel 4) menunjukkan hasil yang tidak berbeda
bermakna sehingga tidak perlu dilaku-kan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui berapa kadar yang optimal yang mampu menurunkan kadar
asam urat darah mencit putih jantan karena tingkat penurunan dari infusa
daun salam yang optimal telah terjadi pada dosis 2,5 g/kgBB. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena telah terjadi penjenuhan pada dosis
tersebut sehingga meskipun dosis dinaikkan, zat aktif yang tersari
kadarnya sama. Oleh karena itu penurunan kadar asam uratnya pun akan
sama meski dosis dinaikkan.
C. Dampak jika pemberian pottasium oksanat pada mencit atau tikus
Potasium oksonat digunakan sebagai induktor hiperurisemia karena
potasium oksonat merupakan inhibitor urikase yang kompetitif untuk
meningkatkan kadar asam urat dengan jalan mencegah asam urat
menjadi allantoin. Dimana allantoin bersifat larut dalam air dan dapat
diekskresi lewat urin, sehingga dengan dihambatnya enzim urikase oleh
potasium oksonat maka asam urat akan tertumpuk dan tidak tereliminasi
dalam bentuk urin. Kontrol positif yang digunakan adalah allopurinol yaitu
salah satu obat pirai atau gout yang sering digunakan dalam pengobatan.
allopurinol dalam dosis rendah sebagi penghambat xantin oksidase yaitu
suatu enzim yang mengoksidasi asam urat secara kompetitf menjadi
oksipurinol (= allantoin)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai