PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi
beberapa aspek patofisiologi dari hiperurismia tetap belum dipahami
dengan baik. Asam urat telah diidentifikasi sebagai penanda untuk
sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik.1 Dalam keadaan normal,
terdapat keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleutida
purin serta kemampuan ginjal dalam mengeksresikan asam urat.
Asam urat telah dikenal sejak abad V SM. Penyakit asam urat istilah
yang sering digunakan untuk menyebut salah satu jenis penyakit reumatik
artikuler. Asam urat merupakan substansi hasil akhir nucleic acid atau
metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90%
dari asam urat merupakan hasil katabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka
akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut
sebagai hiperurisemia. Hiperurisemia yang lanjut dapat berkembang
menjadi Gout. Prevalensi gout tiak hanya terjadi di Amerika Serikat saja
3 Ibid.,hlm. 897
tapi juga dibeberapa negara berkembang, seperti di Indonesia.4
B. Masalah
1. Bagaimana cara kerja daun salam sebagai obat asam urat pada
tikus yang diinduksi potassium oksanat?
2. Mengapa daun dalam bisa menyembuhkan penyakit seperti asam
urat?
3. Apa saja dampaknya jika pemberian pottasium oksanat pada
mencit atau tikus?
C. Tujuan
1. Menganalisa cara kerja daun salam sebagai obat asam urat pada
tikus yang diinduksi potassium oksanat?
2. Memahami bagaimana model hiperurisemia pada mencit jantan
yaitu dengan cari dosis efektif potassium oksonat dalam menaikan
kadar asam urat dari kondisi normal serta mencari waktu
pengambilan darah yang optimal, dimana asam urat dalam darah
4 Barbara G. Wells. Pharmacotherapy Handbook Ninth Editiok. New
York. 2015. Hlm 6
mencapai kadar yang tertinggi pada jam tertentu setelah diinduksi
dengan potassium oksonat.
3. Mengetahui dampak pemberian potassium oksanat pada mencit
jantan
D. Manfaat
1. Bagi peneliti adalah untuk membuktikan salah satu khasiat dari
kandungan daun salam sebagai obat asam urat, dimana daun
salam (Eugenia polyantha Wight) dapat menurunkan kadar asam
urat pada darah, dan jika terbukti bisa digunakan sebagai obat
alternative yang sangat menguntungkan bagi orang lain khususnya
bagi ilmuan farmasis untuk menjadikan produk yang lebih unggul
lagi. Dan bagi para peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai
referensi untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut
mengenai asamurat dengan terapi herbal khususnya daun salam.
2. Bagi masyarakat adalah sebagai informasi alternatif pengobatan
lain bagi penderita asam urat untuk memilih terapi karena selain
lebih murah juga lebih mudah didapatkan.
3. Bagi pembaca bisa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya pada khasiat dan kegunaaan tanaman
daun salam untuk kesehatan seperti misalnya pada penyakit gout
atau asam urat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tanaman Daun Salam
1. Klasifikasi Daun Salam
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ Dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Family : Mytaceae (Suku Jambu-jambuan)
Genus : Syzygium
Sesies : Syzygium polyanthum Wigh Walp
Sinonim : Eugenia polyantha Wight
8 Prof. Dr. Endang Hanani MS, Apt. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC.
2015. Hlm 209.
B. Asam Urat
1. Definisi
Gout atau asam urat adalah penyakit yang disebabkan oleh
penimbunan krista monsodium urat monohidrat dijaringan akibat
adanya supersaturasi asam urat. Gout ditandai dengan
peningkatan kadar asam urat dalam serum, serangan artitis gout
akut, terbentuknya tofus, nefropati gout dan batu asam urat. Tofus
adalah nodul berbentuk padat yang terdiri dari deposit kristal asam
urat yang keras, tidak nyeri dan terdapat pada sendi atau jaringan.
Tofus merupakan komplikasi kronis dari hiperurisemia akibat
kemampuan eliminasi urat tidak secepat produksinya. Tofus dapat
muncul dibanyak tempat. Diantaranya kartilago, membrana
sinovial, tendon, jaringan lunak dan lain-lain. 9
2. Epidemiologi
Arthritis Gout atau asam urat lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Puncaknya pada dekade ke-5. Di
Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar
32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita, kadar
asam urat umumnya rendah dan meningkat setelah usia
monopause.
3. Etiologi
Gejala arthritis gout akan disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan
terhdap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena
itu, dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan
kelainan metabolik. Asam urat merupakan zat sisa yang dientuk
oleh tubuh pada saat regenerasi sel. Beberapa orag dengan gout
membentuk lebih banyak asam urat dalam tubuhnya (10%).
Sisanya (90%), tubuh anda tidak efektif membuang asam urat
melalui air seni. Genetik, jenis kelamin dan nutrisi (peminum
alkohol, obesitas) memegang peranan penting dalam pembentukan
penyakit gout.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian ini merupakan penelitan eksperimental semu
dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Metode Penelitian
1. Alat dan Bahan
Alat :
Panci infuse, timbangan analitik (presica A-SCS), Spuit injeksi
untuk insulin 1,0 ml, spuit oral ukuran 5 gauge (terumo), flakon ,
timbangan mencit kapasitas 2610 gram (Lark, cina), timbangan
analitik (Presica A-SCS), pipa kapiler, microtube sentrifuge
(eppendorf), sentrifuge 9mini spin), vortex mikropipet ukuran 5-40
1;200-1000 I, blue tip, yellow tip, stardust FC, Kuvet disposibel dan
alat-alat gelas (pyrex)
Bahan :
Daun salam segar yang diambil 10 helai dari pucuk daun pada
pagi hari, potassium oksonat p.a. (Aldrich Chemical Company),
allopurinol p.a (sigma), aqua p.i, akuades dan bahan pengukur
kadar asma urat yaitu reagen uric acid FS*TBHBH (DyaSya) serta
hewan uji.
2. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih (Mus musculus)
jantan galur Swiss yang sehat dengan berat badan sekitar 25-35
gram dan telah berumur 2-3 bulan
C. Pola Penelitian
1. Determinasi Tanaman
2. Pengumpulan simplisia
3. Pembuatan Infusa Daun Salam
4. Penelitian pendahuluan
5. Penentuan Dosis
6. Penginduksian hiperurisemia
7. Perlakuan pada hewan uji
8. Pengambilan darah
9. Penetapan Kadar Asam Urat
10. Analisis Data
D. Prosedur Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Determinasi simplisia dilakukan untuk memastikan kebenaran
simpisia yang akan dipakai. Determinasi tanaman ini adalah untuk
menetapkan kemurnian sampel daun salam yang berkaitan
dengan ciri-ciri makroskopik terhadap pustaka.
2. Pengumpulan simplisia
Daun salam diperoleh dari Desa Bono-Merto, Kecamatan Suruh,
Kabupaten Semarang. Daun diambil 10 heali dari pucuk daun dua
jam sebelum disari
3. Pembuatan Infusa Daun Salam
Pembuatan infusa dilakukan dengan cara sebagai berikut : daun
salam yang telah ditimbang, dicuci kemudian dimasukkan dalam
panic infuse ditambah aquades 100 ml dan ditambah lagi akuades
sebanyak dua kali bobot daun salam kemudian dipanaskan selama
15 menit mulai dihitung ketika suhunya mencapai 90 C sambil
sekali-kali diaduk. Infusa diserkai selagi panas melalui kain flannel.
Untuk mencukupi kekurangan air, dapat menambahkan air melalui
ampasnya.
4. Penelitian pendahuluan
1) Orientasi dosis potassium oksonat dengan mencoba dosis
250mg/kgBB Dan 300 mg/kgBB terhadap kontrol normal
dengan pemberian aqua p.i. secara intraperitonial.
2) Orientasi waktu pengambilan darah denagan percobaan
pengambilan darah yang dilakukan pada jam ke-1,3,6,25,27
dan ke-30 setelah pemberian potassium oksonat 300 mg/kgBB
5. Penetapan dosis
1) Dosis Allopurinol yang digunakan adalah 10 mg/kgBB atau 0,2
g/BB, dimana dosis ini mengacu pada penelitian sebelumnya.
2) Dosis potassium oksonat yang digunakan adalah 300 mg/kgBB
yang mengacu pada penelitian pendahuluan.
3) Dosis infusa daun salam yang dibrikan pada hewan uji dalam
penelitian adalah 1,35 g/kgBB ; 2,5 g/kgBB dan 5 g/kgBB
(konsentrasi 5%, 10% dan 20%)
6. Penginduksian hiperurisemia
Kadar asam urat tinggi (hiperurisemia) dibuat denga cara
menginjeksikan secara intraperitonial potassium oksonat 300
mg/kgBB. Atau 6-20 mg/gBB pada mencit 1jam setelah pemberian
sedian uji.
7. Perlakuan pada hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini dalah mencit putih
jantan galur Swiss dengan berat rata-rat 25-35 gram dan berumur
2-3 bulan. Hewan uji tersebut diadaptasikan terlebih dahulu
dengan lingkungan penelitian selama 1 hari dan dipusakan 18 jam
sebelum penelitian dimulai dengan dengan diberi air minum ad
libitum. Perlakuan terhadap hewan uji dilakukan pada jam 14.00-
15.00 WIB Hewan uji yang berjumlah 30 ekor dibagi menjadi 6
kelompom sama banyak, yaitu sebagai berikut :
a) Kelompok 1 : control negative hiperurisemia (normal), diberi
aqua proinjeksi 1,0-20 ml/gBB secara intraperitonial.
b) Kelompok 2 : control hiperurisemia, diberi potassium oksonat
dosis 300 mg/kgBB (1-20ml/gBB) Secara intraperitonial.
c) Kelompok 3 : control positif, diberi allopurinol dosis 10
mg/kgBB secara peroral dan potassium oksonat dosis 300
mg/kgBB (1ml/20gBB) Secara intraperitonial 1 jam setelah
perlakuan.
d) Kelompok 4 : diberi infusa daun salam dosis 1,25 g/kgBB
secara peroral dan potassium oksonat dosis 300 mg/kgBB (1
ml/20gBB) secara intraperitonial 1 jam setelah perlakuan.
e) Kelompok 5 : diberi infusa daun salam dosis 2,5 g/kgBB secara
peroral dan potassium oksonat dosis 300 mg/kgBB (1
ml/20gBB) Secara intraperitonial 1 jam setelah perlakuan.
f) Kelompok 6 :diberi infusa daun salam dosis 5,0 g/kgBB secara
intraperitonial dan potassium oksonat dosis 300 mg/kgBB (1 ml
/20 ml gBB) secara intraperitonial 1 jam setelah perlakuan.
8. Pengambilan Darah
Satu jam setelah induksi hiperurisemia, darah diambil lewat mata
mencit dengan cara menusuk cabang vena opthalmicus yang
terletak pada succus medianus orbitales dengan pipa kapiler.
Darah yang mengalir lewat pipa kapiler ditampung dalam tabung
ependorf yang dipegang miring kira-kira sebanyak 0,5 ml. darah
tersebut dialirkan lewat dinding tabung ependorf untuk
menghindari terjadinya hemolisis. Setelah ditunggu beberapa saat
ketika darah dalam tabung tabung ependorf menggumpal baru
kemudian darah disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
menit kemudian diambil serumnya.
9. Penetapan Kadar Asam Urat
Kadar asam urat ditetapkan berdasarkan reaksi enzimatik
menggunakan reagen uric acid FS*TBHBA, dengan cara 20 I
serum ditambah 1000 I monoreagen yang dibuat dengan
mencampurkan 4 bagian reagen 1 dan 1 bagian reagen 2. Serum
yang telah dicampur homogeny dengn pereaksi uric acid
FS*TBHBA diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 C.
selanjutnya larutan sampel, standart dan blangko dibaca
absorvsinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 546 nm
10. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian yang berupa kadar asam urat
darah diuji statistik dengan analisis varian satu jalan kemudian
dilanjutkan dengan uji Bonferroni dengan taraf kepercayaan 95%.
Dari data kadar asam urat darah tersebut dihitung prosentase
penurunan dengan rumus sebagai berikut :
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Cara kerja daun salam sebagai obat asam urat pada tikus yang
diinduksi potassium oksanat
Daun salam yang digunakan dalam penelitian ini berupa daun yang
masih segar. Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman salam
adalah minyak atsiri, tannin, polifenol dan flavonoid. Senyawa yang
bertanggungjawab terhadap penurunan kadar asam urat darah ini belum
diketahui secara pasti sehingg perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
meneliti senyawa aktif dalam daun salam yang berfungsi menurunkan
kadar asam urat dalam darah tersebut. Penetapan kadar asam urat
ditetapkan dengan metode enzimatik, dengan menggu-nakan reagen Uric
acid FS* TBHBA (2,4,6- tribromo-3hydroxybenzoic acid dengan menggu-
nakan alat spektrofotometer StarDust FC 15.
BAB V