Pembuatan teh instan dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap ekstraksi dan
pengeringan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap ekstraksi digunakan air sebagai pelarut yang diharapkan dapat
mengekstrak semua komponen teh sehingga akan dihasilkan flavor khas teh
yang maksimal. Untuk mengekstraksi komponen kimia teh secara optimal
biasanya digunakan air mendidih. Aroma dan rasa teh yang baik akan dapat
dicapai apabila teh diseduh dengan air mendidih karena aroma atau senyawa
volatil maupun kelompok senyawa katekin, kafein, serta asam amino dapat
terekstraksi secara maksimal sehingga cita rasa dan aroma teh lebih terasa.
Caranya adalah dengan merendam sejumlah teh kering di dalam air mendidih
dan ditunggu hingga beberapa saat sampai diperoleh citarasa dan flavor khas
teh yang maksimal. Setelah itu larutan disaring agar terpisah dari ampas teh
dan siap untuk diproses lebih lanjut yaitu dikeringkan.
2. Sedangkan tahap pengeringan dilakukan dengan berbagai macam cara antara
lain pengering semprot (spray dryer), pengering beku (freeze dryer) dan
kristalisasi menggunakan gula dan panas (Winarno, 1993).
Kecepatan pengkristalan dipengaruhi oleh suhu yang digunakan, jumlah gula
yang ditambahkan saat proses serta proses pengadukan. Pada saat larutan mulai
mengental, maka pengadukan secara merata ke seluruh bagian bahan dipercepat agar
permukaan larutan yang kontak dengan udara semakin banyak dan proses
pendinginan semakin cepat serta pembentukan kristal yang halus akan semakin cepat
pula. Larutan campuran teh dan gula yang dipanaskan akan mengalami peningkatan
viskositas lalu jika didinginkan akan memadat dan membentuk kristal.
Penambahan gula pada pembuatan teh instan berfungsi sebagai pemanis serta
mempercepat terjadinya proses kristalisasi/ proses terbentuknya kristal dari partikel
teh karena gula berfungsi sebagai pengikat air dan pada saat gula ditambahkan, maka
partikel gula akan mengikat air dan menyebabkan peningkatan viskositas bahan,
molekul-molekul teh akan semakin berdekatan dan membentuk ikatan antarmolekul
teh, akibatnya partikel teh akan mengalami pemadatan/mengkristal. Semakin banyak
jumlah gula yang digunakan, maka kristal akan makin cepat terbentuk.
Penggunaan panas juga dapat mempercepat terjadinya penguapan air sehingga
peningkatan viskositas bahan akan semakin cepat pula dan kristal akan cepat
terbentuk. Jika kristal sudah terbentuk, maka segera dilakukan penggilingan dan
pengayakan guna mendapatkan partikel teh instant yang halus dan siap diseduh tanpa
menyisakan residu.
2.2.2 Pengertian Teh Celup
Teh celup yaitu olahan teh yang dikemas menggunakan kantong teh untuk
satu kali hidangan. Teh celup dijual dengan kemasan sachet dengan setiap 1 sachet
berisi 1 tea bag, dan kemasan dus dengan setiap dus berisi 25 tea bag. Pada tahun
1800 an, teh celup mulai ditemukan secara tak sengaja. Thomas Sulliva adalah
seorang pengimpor teh dari New York mengirimkan contoh teh kepada pelanggannya
dalam kantung kecil terbuat dari sutra. Ternyata para pelanggan menyukai cara
tersebut, karena penggunaannya sangat mudah. Sehingga selanjutnya mereka
menghendaki semua teh yang dikirim dikemas didalam kantung. Pada tahun 1900
sampai sekarang, teh sudah menjadi konsumsi semua orang. Keberadaan teh sudah
lebih maju. Mulai dari teh seduh, teh celup, yang didalam didalam botol dan siap
minum. (Sosro, 2011).
Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam bentuk
tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman biasa, teh herbal
juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan.
Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbedabeda, tergantung bahan bakunya.
Campuran bahan baku yang digunakan merupakan herbal atau tanaman obat yang
secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit tertentu
(Hambali et al., 2006). Hambali et al., (2006) menambahkan bahwa teh herbal
biasanya disajikan dalam bentuk kering seperti penyajian teh dari tanaman teh.
Tanaman obat dalam bentuk kering yang diformulasikan menjai herbal tea dapat
dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari oleh rumah tangga maupun industri. Proses
pembuatan herbal kering meliputi pencucian, pengirisan, pengeringan, pengecilan
ukuran, dan pengemasan. Kondisi proses tersebut harus diperhatikan untuk
menghindari hilangnya zat-zat penting yang berkhasiat dari bahan segar. Berbagai
herbal atau tanaman obat sebenarnya dapat diolah menjadi herbal kering. Pada
dasarnya, proses pengolahan semua jenis tanaman obat hampir sama. Biasanya,
perbedaan terletak pada lama dan suhu pengeringan karena disesuaikan dengan
karakteristik bahan segar. Herbal-herbal kering tersebut selanjutnya dicampur dengan
komposisi tertentu sesuai dengan jenis teh herbal yang akan dihasilkan.
Penimbangan 50 gr
Filtrasi
Ektrak teh
Penambahan gula
(1:1 ; 1:1,5 ; 1:2)
Pemanasan hingga
kristal
Pendinginan
Pengecilan ukuran
pengayakan
Teh instan
Pertama dalam pembuatan teh instan yaitu menyiapkan teh hitam dan teh
hijau, kemudian dilakukan penambahkan air panas sebanyak 500 ml dan diamkan
selama 5 menit, fungsi pendiaman adalah untuk memaksimalkan proses ekstraksi.
Selanjutnya di filtrasi untuk memisahkan ekstrak teh dan ampas teh dengan saringan.
Kemudian dilakukan pengambilan @100 ml ke dalam 3 gelas untuk ditambahkan
gula dengan perbandingan (1:1), (1:1,5), (1:2). Fungsi perbedaan perbandingan
penambahan gula ini untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk teh
dengan konsentrasi gula yang berbeda. Selanjutnya dilakukan pemanasan diatas
teflon sampai terjadi proses kristalisasi, ditandai dengan larutan mengental.
Kemudian hasil kristalisasi yang terbentuk didinginkan sambil terus diaduk hingga
menjadi bubuk. Hasil teh instan tersebut harus lebih dulu dilakukan pengecilan
ukuran menggunakan mortar. Selanjutnya teh bubuk diayak supaya didapat teh instan
yang seragam dengan ukuran tertentu.
b. Pengujian Teh Instan
Teh instan
Pembagian 20 gr
+200 ml air
Penyeduhan
mendidih
+Air panas
200 ml Penyeduhan 5 menit
Teh celup
Pertama dalam praktikum teh celup yaitu menyiapkan teh hijau, teh oolong,
teh hitam sebanyak 90%, 80%, 70% atau setara dengan 9 gram, 8gram, 7 gram dan
siapkan kayu manis sebanyak 10%, 20%, 30% atau setara dengan 1,2,3 gram.
Penambahan teh dan kayu manis tergantung perlakuan dari masing-masing
kelompok. Fungsi penambahan kayu manis adalah untuk menambahkan cita rasa
yang khas. Lalu, teh hijau, teh oolong, teh hitam dan kayu manis dimasukkan
kedalam kain nilon agar pada saat penyeduhan ampas bisa tersaring . Kemudian
diseduh selama 5 menit menggunakan air panas agar kandungan yang ada di dalam
teh dan kayu manis bisa cepat larut dalam air dan terekstrak maksimal. Setelah itu teh
celup dilakukan pengujian organolepetik dan fisik.
BAB 5 PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut;
1. Pembuatan teh instan dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap ekstraksi dan
pengeringan. Pada tahap ekstraksi digunakan air sebagai pelarut yang
diharapkan dapat mengekstrak semua komponen teh. Selanjutnya
tahap pengeringan dilakukan untuk mengeringkan hasil esktraksi dan campuran
gula menjadi bubuk teh yang siap diseduh tanpa menyisakan residu. Sedangkan
dalam pembuatan teh celup lebih mudah. Teh yang akan dibuat dibungkus
dengan kain nilon, dan dimasukkan ke air mendidih untuk menyeduh teh.
2. Uji penerimaan konsumen dilakukan menggunakan uji rangking. Hasil
keseluruhan menunjukkan bahwa teh hitam dengan perbandingan konsentrasi
1:1,5. rerata hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa teh hitam dengan
konsentrasi 1:1,5 selalu mendapatkan nilai paling tinggi dari parameter warna,
aroma, rasa teh, kekentalan.
3. Pada uji rangking teh celup, hasil menunjukkan bahwa teh celup hitam dengan
konsentrasi perbandingan 8:2 mendapat rangking yang paling tinggi dan
disukai.
DAFTAR PUSTAKA
Adiono,H.P.1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Alf, R. 2004. Tanaman Perkebunan Teh Camelia sinensis L.Medan: USU Press.
Anjani, Putri Puncak , Shelly Andrianty, dan Tri Dewanti Widyaningsih. 2015.
Pengaruh Penambahan Pandan Wangi dan Kayu Manis pada Teh Herbal Kulit
Salak Bagi Penderita Diabetes. Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol. 3 No 1.
Buckle, K.A., dkk, 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI. Press).
Ho, N.F., Merkie, H.P., dan Higuchi, W.I. 1992. Quantitative, Mechanistic and
Physiologically Realistic Approach to the Biopharmaceutical Design of
OralDrug Delivery Systems. Drug Dev Ind Pharm 9: 1111-1184.
Linsley, R. K., and J. B. Franzini, 1991. Teknik Sumber Daya Air. Alih Bahasa :
Djoko Sasongko. Jakarta. Erlangga.
Sujayanto, G. 2008. Khasiat Teh Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial
Oktober(I): hal. 34-38.
Dadan Rohdiana. 2009. Teh ini Menyehatkan Telaah Ilmiah Populer. Bandung:
Penerbit Alfabeta. hal 70-74, 9-17, 41-49
Santoso, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatf dan Kualitatif, jakarta: Prestasi
Pustaka.
Watanabe, I. et al., 2009. Green Tea and Death from Pneumonia in Japan: The
Ohsaki Cohort Study. Am J Clin Nutr, 90:672679.
Winarno, FG. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.