KEGIATAN PKPA
KETUA
Dr. Taufan Hidayat, SpB
SEKRETARIS
Widi Warindra S, S.Farm., Apt
Anggota Anggota
Dr. Tendi Novara, SpAn Dr. Yunanto Dwi Nugroho, SpPD
Dr. Ariadne Tiara H, SpA,MSi.Med Dr. Anton Budi Dharmawan, SpTHT
Dr. Hernawan, SpS Dr. Teguh Anamani, Sp.M
Molina Galuh Januar, Apt., M.Sc Drg. Wahyu Molariawan
Dewanto, Apt., M.Sc
2. Kegiatan Mahasiswa
Pada stase ini, kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa diantaranya:
a. Berlatih menyusun draft rancangan formularium rumah sakit tipe C
b. Evaluasi waktu tunggu pelayanan resep
c. Evaluasi tingkat kepuasan pasien di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
d. Evaluasi kesesuaian resep dengan formularium RS
e. Evaluasi peresepan obat generik
2 Perencanaan Bulanan
Perencanaan bulanan perbekalan farmasi (obat-obat e-catalog dan alat
kesehatan) dilakukan setiap 4-6 bulan, dikarenakan obat-obat dan alat
kesehatan di e-catalog sulit didapatkan. Bagi obat formularium nasional
yang tidak terdapat pada e-catalog dilakukan pembelian dengan cara
tender terbuka, jika pemesanan tender gagal maka dilakukan pemilihan
langsung kedistributor yang menawarkan harga paling murah.
b. Pengadaan
Di RumahSakit Prof.MargonoSoekarjo(RSMS), pembelian obat sesuai
dengan Formularium RS dimana obat dan alat kesehatan yang sesuai e-
catalog dibeli melalui e-purchasing. Sedangkan untuk obat diluar e-catalog
dilaksanakan melalui sistem tender. Sumber anggaran yang digunakan
dalam perencanaan kebutuhan sediaan farmasi di Rumah Sakit
Prof.Margono Soekarjo (RSMS) berasal dari anggaran subsidi (APBD) dan
anggaran operasional (BLU).
Pengguna Anggaran (Direktur)
Ka Sie Penunjang
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Perencanaan IFRS
Pejabat PengadaanPejabat
Obat e-catalogue
Pengadaan Obat non
Pejabat
e-catalogue
Pengadaan BMHP
Gambar 6. Alur Pengadaan Sediaan Farmasi dan BMHP
c. Penerimaan
Kegiatan penerimaan dan pemeriksaan sediaan farmasidilakukan
setelah pengadaanbarang selesaidilakukan.Pemeriksaanbarang
meliputi:Namabarang,nomorBatch,ExpiredDate(ED), jumlah barangdan
kondisi fisik.
Memasukkan data ke dalam komputer yang meliputi nama, distributor, pabrik, nomor faktur, tang
Membubuhkan c
Penyiapan obat
Pengiriman barang ke SF
Pengecekkan akhir
farmasi yang telah digunakan dan sisanya. Perbekalan yang telah
digunakan dimasukkan datanya di SIM.
Selain itu juga diterapkan sistem distribusi floor stock yakni
menyediakan perbekalan farmasi di lemari penyimpanan di ruang
operasi. Stok dicek setiap hari dan disalurkan apabila sudah menipis.
masi di OK dan VK IGD untuk pasien yang akan dioperasi menggunakan system paket (craneotomi,
Perawat IGD mengajukan permintaan paket perbekalan farmasi sesuai dengan jenis operasi
Setelah selesai operasi, petugas IGD mengembalikan paket perbekalan farmasi ke SFGD
lah perbekalan farmasi yang telah digunakan dan sisanya sesuai dengan daftar yang ada di kotak d
PasienResep
datang
dibawa masuk Petugas/pasien
oleh petugas IGD/pasien
menyerahkan resep ke Apotek
Checking
Checking
Gambar 16. Alur Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi Rawat Inap RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo
Alur pelayanan resep pasien rawat inap dan pasien pulang di apotek
rawat inap RSMS adalah sebagai berikut :
a. Penyerahan kartu obat
Kartu obat diserahkan ke bagian penerimaan resep. Bagian
penerimaan resep akan menanyakan apakah resep ditunggu atau tidak.
Pasien dengan kartu obat yang memiliki keterangan ditunggu atau
CITO, maka resep tersebut diutamakan untuk dilayani. Tanda CITO
yang berwarna merah muda menandakan bahwa obat dan alkes untuk
pasien rawat inap sedangkan tanda CITO yang berwarna kuning
menandakan obat dan alkes untuk pasien pulang. Kartu obat yang tidak
ditandai dengan CITO maka petugas akan mencatat nama pasien,
tanggal, dan waktu datang resep di buku ekspedisi, kemudian kartu obat
diproses.
b. Skrining Resep
Skrining resep yang dilakukan meliputi skrining administrasi,
skrining farmasetis, dan skrining klinis. Setelah dilakukan skrining resep
jika tidak ada masalah maka obat yang diberikan rasional, dilanjutkan
dengan penulisan etiket yang meliputi tanggal, nama pasien, aturan
pakai, waktu pemberian obat, dan paraf.
c. Pembuatan Etiket
Etiket yang ada di satelit farmasi rawat inap dibagi menjadi dua,
yaitu etiket manual dan elektronik. Etiket manual digunakan untuk resep
dengan sistem Unit Dose Dispensing (UDD) sedangkan etiket elektronik
digunakan untuk resep non UDD.
d. Entry Data
Entry data dilakukan oleh petugas administrasi yang meliputi
nama pasien, alamat pasien, ruang perawatan, jaminan pembayaran,
nama obat, jumlah obat dan harga obat. Setelah data di entry resep akan
diberi cap validasi farmasi.
e. Dispensing dan Coumpounding
Data yang telah dientry dan dicap validasi pada kartu obat
kemudian diserahkan ke bagian dispensing untuk dilakukan penyiapan
obat dan alkes yang tertulis dalam resep, untuk obat racikan diserahkan
ke bagian coumpounding untuk dilakukan pencampuran obat. Proses
dispensing dan coumpounding dibawah pengawasan Apoteker
penanggung jawab. Semua obat yang sudah disediakan kemudian
dilakukan checking akhir oleh petugas farmasi.
f. Checking
Obat dan alkes yang telah lengkap diserahkan ke bagian checking
untuk dilakukan pengecekan ulang. Tujuannya untuk meminimalkan
kesalahan pemberian obat dan alkes. Obat dan alkes yang telah
dipastikan benar sesuai dengan yang tertera pada kartu obat, kemudian
dilanjutkan dengan pengemasan. Jika obat kosong atau sedang dalam
proses pencarian maka resep ditunda terlebih dahulu.
g. Penyerahan Obat dan alkes
1) Penyerahan langsung kepada pasien atau keluarga pasien
Obat dan alkes yang disiapkan berdasarkan kartu obat dengan
tanda CITO diserahkan langsung kepada keluarga pasien dengan
memanggil nama pasien, menanyakan nomor antrian, ruangan pasien
dan alamat pasien, yang disesuaikan pada kartu obat. Penyerahan obat
langsung diserahkan kepada keluarga pasien diikuti dengan pemberian
PIO dan konseling.
2) Distribusi obat dan alkes ke bangsal
Obat dan alkes yang disiapkan berdasarkan kartu obat yang
berasal dari ruang perawatan, didistribusikan ke masing-masing ruang
perawatan oleh petugas (transporter).
Sistem pelayanan farmasi di Satelit Rawat Inap Rumah Sakit
Dr. Margono Soekarjo menggunakan UODD (Unit Once Daily Dose)
untuk pasien rawat inap dimana obat oral dan injeksi diberi etiket
yang berbeda sesuai aturan pemakaiannya. Sisitem resep individu
(Individual Prescribing) digunakan untuk pasien yang akan pulang
dengan etiket berwarna putih.
2 Depo Farmasi IBS
Depo farmasi IBS berfungsi menyelenggarakan pelayanan
pembedahan yang efektif dan terjangkau bagi penderita rawat inap baik
umum maupun BPJS, selain itu juga berfungsi sebagai tempat pendidikan,
pelatihan dan penelitian. IBS mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi
semua karyawan untuk menjaga kebersihan dan meminimalkan terjadinya
infeksi, misalnya penggunaan pakaian, topi dan masker khusus bagi semua
orang yang berada di IBS serta larangan keluar masuk ruangan IBS secara
sembarangan.
Alur Pelayanan Resep yang dilakukan di Satelit farmasi IBS dapat
dilihat pada skema berikut:
mm eengierscikpskearikbdeneartklieandsfpaarmsieonsiaabte,essyuprantabgdiltuenaltgnidhgandkisteedrsiadkiandtiermskaususikkajunmdleanhgoanbadt,odkotesrib,eddaanh dan tau dokter anesta i unt k alternatif
m engy-ernaht yasneplu rbh paelrbn ykalng tfelarmh disyapkgandigeupn dka np tasgien/ypanrg edik y ng bertg s di
okrbepteturappseeihmnaygbaerinatni
kdiaomperaospi s
Gambar 17. Alur Pelayanan Resep di Apotek IBS
E Depo Farmasi Rawat Inap, Rawat Jalan dan IGD Paviliun Abiyasa
Kegiatan Praktek Kerja Apoteker (PKPA) di Sub Instalasi Farmasi
Pusat Geriatri dan Paviliun Abiyasa dilakukan dibagian Depo Farmasi Rawat
Inap Abiyasa, Depo Farmasi Rawat Jalan Abiyasa, dan Depo Farmasi Gawat
Darurat Abiyasa. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan meliputi
penyediaan, peracikan dan penyaluran obat, alat kesehatan bagi pasien rawat
jalan, rawat inap, dan gawat darurat.
1 Depo Farmasi Rawat Jalan Paviliun Abiyasa
Depo Farmasi Rawat Jalan bertanggung jawab atas pelayanan
kefarmasian terhadap pasien rawat jalan di Paviliun Abiyasa dan Pusat
Geriatri RSMS. Salah satu tugas dari Depo farmasi rawat jalan sebagai unit
pelayanan, yaitu melakukan pelayanan resep yang mencakup penerimaan
resep bagi pasien rawat jalan dengan memastikan penyerahan obat yang
tepat pada penderita. Depo Farmasi Rawat Jalan bertugas melayani resep
dari pasien rawat jalan umum (bayar sendiri) dan pasien BPJS.
a. Sumber Daya Manusia dan Waktu Pelayanan
Depo farmasi rawat jalan di paviliun abiyasa dikelola oleh 5
tenaga kefarmasian, yang terdiri dari 3 Tenaga Teknis Kefarmasian dan 2
Apoteker. Depo farmasi rawat jalan melayani kebutuhan pasien umum
dan pasien BPJS Non PBI (Penerima Bantuan Iuran) dari poliklinik
spesialis. Dalam melakukan pelayanan resep di Depo farmasi rawat jalan
Abiyasa dilakukan mulai pukul 07.30 sampai semua pasien selesai
dilayani. Apoteker di Depo farmasi rawat jalan bertindak sebagai
Pasien datang membawa resep dari dokter
apoteker penanggung jawab pasien yang bertugas melakukan telaah resep
dan obat, menyiapkan obat dan memberikan
Pasien obat kepada
diberikan nomor pasien yang
urut resep
disertai dengan pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling.
Petugas melakukan skrining administrasi, farmasetis dan klinis dan menyelesaikan problem yang ad
Mahasiswa PKPA terlibat langsung dalam proses dispensing dan
pengemasan obat sesuai resep dari pasien rawat jalan.
Petugas
b. Alur Pelayanan Depomeng-entry resepJalan
Farmasi Rawat ke dalam komputer dan menulis etiket
Pasiensesuai
Pasien melakukan proses pembayaran melakukan
denganproses
jumlah pembayaran sesuai
harga yang harus dengan kelebihan harga yang harus di bay
di bayar
Apoteker melakukan dispensing obat (racikan /non racikan) dan memasukkan dalam pla
Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi yang berkaitan dengan obat, jika diperlukan diberika
Gambar 18. Alur Pelayanan Depo Farmasi Rawat Jalan Pusat Geriatri
dan Paviliun Abiyasa
c. Sistem Distribusi
Sistem distribusi di Depo Farmasi Rawat Jalan Pusat Geriatri dan
Paviliun Abiyasa menggunakan Individual Prescription (resep
perorangan) dengan alur pelayanan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Obat yang belum diambil pasien sampai waktu operasional selesai akan
dititipkan ke apotek IGD, sehingga pasien dapat mengambil obatnya
disana. Ketika terdapat pasien datang untuk memeriksakan diri pada saat
jam operasional apotek rawat jalan tutup, maka pasien dapat menebus
resep ke apotek IGD yang berada didalam IGD RS Paviliun Abiyasa.
c. Sistem Distribusi
Sistem distribusi di Depo Farmasi Rawat Inap Abiyasa
menggunakan sistemOUDD (One Unit DispensingDose). Depo farmasi
rawat inap menyiapkan obat pada perawat untuk dosis sehari ODD (One
Daily Dosage) dan bagian keperawatan memberikan pada pasien untuk
dosis sekali minum UDD (Unit Daily Dosage).
4. Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat di Paviliun Abiyasa
Depo Farmasi Gawat Darurat adalah bagian dari sub instalasi
farmasi Paviliun Abiyasa, merupakan unit yang mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian untuk melayani pasien yang
masuk ke Paviliun Abiyasa melalui Instalasi Gawat Darurat. Selain itu Depo
farmasi IGD juga melayani kebutuhan obat untuk pasien rawat jalan dan
rawat inap diluar jam kerja kedua Depo farmasi tersebut, dan juga melayani
kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk pasien hemodialisa.
Kegiatan PKPA yang dilakukan di Depo Farmasi Gawat Darurat
Paviliun Abiyasa meliputi pengecekan stock obat dan alat kesehatan
terutama obat-obat yang tergolong obat live saving, penyiapan obat dan alat
kesehatan untuk hemodialisa, dan penyiapan obat sampai penulisan etiket
obat untuk pasien rawat inap dan rawat jalan (jika ada resep diluar jam
pelayanan depo farmasi rawat inap dan rawat jalan).
a. Sumber Daya Manusia dan Waktu Pelayanan
Sumber daya manusia yang ada di Depo Farmasi Gawat Darurat
Pusat Geriatri dan Paviliun Abiyasa RSMS terdiri dari 5 orang yaitu 1
apoteker, 1 koordinator IGD dan 3 TTK pelaksana. Tugasnya adalah
melayani resep yang masuk dari Depo farmasi rawat jalan, Depo farmasi
rawat inap, dan hemodialisa diluar jam kerja Depo farmasi rawat inap
dan rawat jalan, serta membuat laporan-laporan rutin. Waktu pelayanan
di Depo Farmasi Gawat Darurat dibagi menjadi 3 shift jam kerja, yaitu:
pagi (07.00 - 14.00), siang (14.00 - 21.00 WIB), dan malam (21.00 -
07.30 WIB).
b. Alur Pelayanan
Depo Farmasi Gawat Darurat Pusat Geriatri dan Paviliun Abiyasa
RSMS berfungsi sebagai penunjang pelayanan kesehatan dalam hal
penyediaan obat dan alat kesehatan, terutama obat-obat penyelamat
hidup (life saving drugs) selama 24 jam setiap hari termasuk hari libur.
Life saving drugs merupakan obat yang diperlukan pada keadaan darurat
untuk mencegah terjadinya kecacatan atau kematian serta tidak dapat
digantikan dengan obat jenis lainnya.
Skema alur pelayanan pada Depo Farmasi Gawat Darurat Pusat
Geriatri dan Paviliun Abiyasa RSMS dapat dilihat pada Gambar 21 dan
22.
2)
Observasi kondisi klinis pasien
bil dan mencatat obat dan atauPasien
alkes yang diperlukan untuk tindakan segera di kartu obat
datang
paket box
asi mencatat obat dan alkes yang digunakan di buku catatan farmasi
kan kartu obat ke petugas farmasi IGD beserta resep dari dokter Pemantauan kondisi pasien
Rawat jalan Rawat inap
Skrining resep dan entry data di komputer
Resep
Penyerahan obat ke perawa
Entry resep
Pasien Cek
membayar
obat & alkes yang digunakan
Dispensing
Salin di kartu obat
APOTEKER PERAWAT
Esok hari
Menyalin instruksi terapi ke kartu
Apoteker/TTK
obat menyalin catatan bon ke kartu obat
Dispensing obat & alkes untuk 1 hari dalam satu unit dose dispensing
pasien.
12) Dilakukan serah
Penulisan terima
etiket antara antara
(identitas pasien,apoteker/TTK dengan perawat
obat dan dosis)
di bangsal Bougenvil.
Entry resep ke SIM
Double check
Distribusi obat
Bangsal Bougenville
Apotek kemoterapi
Apoteker skrining / telaah resep (Identitas pasien, kesesuaian dosis, pelarut, bentuk sediaan, stabilitas)
Gambar 24. Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan Depo Farmasi Kemoterapi
Dokumentasi (pencatatan nama pasien, obat dan dosis dibuku)
Double check
Distribusi obat
Bangsal Bougenville
G MESO, DUS, ME
1. MESO (Monitoring Efek Samping Obat)
Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO 1970) efek samping suatu obat adalah segala
sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang
dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan.Monitoring efek samping obat
merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak
dikehendaki yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnose dan terapi. Efek Samping Obat adalah
reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
Pemantauan aspek keamanan obat setelah pemberian dilakukan
untuk mengetahui efektifitas (efectiveness) dan keamanan penggunaan
obat pada kondisi kehidupan nyata atau praktik klinik yang sebenarnya.
Banyak bukti menunjukkan bahwa sebenarnya efek samping obat (ESO)
dapat dicegah, dengan pengetahuan yang bertambah, yang diperoleh dari
kegiatan pemantauan aspek keamanan obat. Sehingga, evaluasi ini
menjadi salah satu komponen penting dalam sistem regulasi obat, praktik
klinik dan kesehatan masyarakat secara umum.
Mahasiswa PKPA melakukan tugas MESO (Monitoring Efek
Samping Obat) terhadap pasien dengan berbagai macam diagnosa di
ruang Mawar Rumah Sakit Prof Dr. Margono Soekarjo. Tujuan dilakukan
MESO yaitu menemukan sedini mungkin efek samping obat,
menentukan frekuensi dan insidensi ESO serta mengenali semua factor
predisposisi ESO.
2. DUE (Drug Utility Evaluation)
Kesalahan pengobatan (Medication Error) dalam peresepan obat
merupakan salah satu faktor pembunuh terbesar dalam pelayan
kesehatan. Kurangnya penelitian dan belum tersedianya data yang
sistematis untuk kejadian medication error mengakibatkan minimnya
perhatian petugas kesehatan. Medication error dapat diibaratkan seperti
tip of iceberg phenomena, dimana kejadian yang terlihat sangat kecil
dibandingkan kejadian sebenarnya.
Skrining resep merupakan salah satu pelayanan kefarmasian baik
di apotek maupun di rumah sakit yang dapat digunakan untuk
memperkecil atau meminimalkan terjadinya medication error, sehingga
skrining resep sangat penting untuk dilakukan. Pada kenyataannya hanya
sebagian kecil resep yang dilakukan skrining seperti yang diharapkan,
mengingat beberapa kendala antara lain keterbatasan tenaga farmasi yang
ada di rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang
pelayanan farmasi rumah sakit, serta waktu pelayanan resep yang
terbatas.
Mahasiswa PKPA melakukan tugas DUE yakni melakukan
evaluasi terhadap dokumentasi skrining resep BPJS dan non BPJS pasien
rawat jalan. Pengukuran persentase dokumentasi skrining resep ini
bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi berapa banyak
(persentase) resep yang telah dilakukan dokumentasi skrining resep di
depo farmasi rawat jalan RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto
pada bualan Maret 2016.
3. ME (Medication Error)
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses
pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab
profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah
(Cohen, 1991, Basse & Myers, 1998). Dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa
pengertian medication error adalah kejadian yang merugikan pasien,
akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang
sebetulnya dapat dicegah (Anonim, 2004).
Berdasarkan beberapa laporan penelitian diatas maka apoteker
harus bertanggung jawab untuk melakukan dispensing secara akurat
sehingga obat yang diberikan ke pasien menjadi tepat dan aman. Oleh
karena itu, apoteker harus mengembangkan suatu prosedur yang bisa
mengatasi terjadinya kesalahan seperti membuat suatu protap disetiap
titik yang rawan terjadinya kesalahan. Selain itu juga harus memastikan
obat terdistribusi secara aman.
Mahasiswa PKPA melakukan pemantauan kejadian ME yakni
melakukan pengamatan kesesuiaan waktu pemberian obat diBangsal
Mawar terhadap jadwal pemberian obat yang telah ditetapkan di RSUD
Prof. Margono Soekarjo.
H Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kegiatan pemantauan terapi obat merupakan salah satu tugas
khusus dari RS Prof. Dr. Margono Soekarjo kepada mahasiswa PKPA
yang bertujuan untuk memperdalam ilmu farmasi klinik. Kegiatan
monitoring dilakukan terhadap pasien yang telah ditentukan kemudian
dilakukan rekonsiliasi obat untukpasien baru dan pemantauan terapi obat.
Data yang digunakan untuk pemantauan terapi obat yaitu dari data rekam
medis ataupun langsung mewawancarai pasien atau keluarga pasien.
Adapun kasus yang dipilih yaitu kasus kejang demam komplek (KDK).
Deskripsi Kasus
Data pasien :
Nama : RS, AN
Tanggal lahir/Umur : 15-07-2013 / 2 th BB : 14 kgTB : 87 cm
RPM : Demam
RPD : Kejang demam saat usia 8 bulan
DPJP : dr. Ariadne, Sp. A
Alergi Makanan :-
Alergi Obat :-
Diagnosis : Kejang Demam Komplek
Keluhan :
An. RS (2 tahun) datang ke IGD Rumah Sakit Margono Soekarjo dengan
keluhan demam.Keluhan tambahan pasien mengalami kejang seluruh tubuh
sebanyak 3x selama 15 menit, saat kejang pasien tidak sadar. Pasien
memiliki riwayat kejang saat usia 8 bulan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg, Nadi 114 kali per menit, suhu
badan 38,7C dan Respirasi 25 kali per menit.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hemoglobin 11,9 g/dl (normal),
Hematokrit 37% (normal), Trombosit 430.000/l (normal), Leukosit
23460U/L (tinggi), Natrium 138 mmol/L (normal), Kalium 4,0 mmol/L
(normal), hasil tes widal adalah negatif, hasil pemeriksaan pasien terinfeksi
bakteri. Diagnosa pasien mengalami Kejang Demam Komplek, Leukositosis
dan status gizi baik
RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT HARIAN
Parameter Nilai 11/4-16 12/4-16 13/4-16 14/4- 15/4 16/4 17/4-
Penyakit / Tanggal Normal 16 -16 -16 16
Tanda Vital
Tekanan Darah (mm 84- 100/70 100/80 100/70 100/8 100/ 100/ 90/60
Hg) 117/39-71 0 70 70
Nadi (kali per menit) 75-160 108 112 102 110 121 106 104
Suhu Badan (oC) 37,2 37,4 37,1 38,1 38,0 36,7 37,6 36,4
Respirasi (kali per 21-30 22 26 28 26 28 26 26
menit)
Demam Negatif + + ++ ++ - + -
Kejang Negatif - - - - + - -
Mual Negatif - - - - - - -
Muntah Negatif - - - - - - -
KELUHAN
Batuk Negatif - - - - + + +
Filek Negatif - - - - + + +
Sesak Negatif - - - - - - -
Nafsu Makan Positif + + + + + + +
Nafsu Minum Positif + + + + + + +
BAK Positif - + - + + + +
BAB Positif + + - + + + +
Laboratorium Rutin
Terapi (Nama Obat, Aturan 11/4-16 12/4-16 13/4-16 14/4- 15/4 16/4 17/4-
Kekuataan) Pakai 16 -16 -16 16
Injeksi Ampicilin (iv) 3 x 400 STOP
RUTE PARENTERAL
mg
Injeksi Gentamicin 2 x 20 mg
(iv)
Injeksi Diazepam (im) 4 mg
(k/p)
Injeksi Cefotaxime 2 x 750 3x40
(iv) mg 0 mg
Injeksi 2 x amp 2x
Dexamethasone (iv) amp
Paracetamol Syr 3 x 1 cth
I.V. F.D RUTE ORAL
BB : Berat Badan; TB : Tinggi Badan; RPM : Riwayat Penyakit saat MRS; RPD : Riwayat Penyakit Dahulu
Analisis SOAP
a. Assessment :
1) Dosis Paracetamol, ampicillin dan gentamicin under
dose
2) Dosis cefixime dan dexamethasone over dose
3) Pemberian obat tanpa indikasi yaitu Dexamethasone
tidak diberikan pada kasus kejang demam.
b. Planning:
1) Dilakukan pengaturan dosis yang tepat sesuai dengan BB pasien
2) Meningkatkan dosis Parasetamol sirup menjadi 3 x 1 cth per hari
(180 mg/ 8 jam)
3) Meningkatkan dosis Ampicilin (i.v) menjadi 500 setiap 8 jam
4) Meningkatkan dosis Gentamicin (i.v) menjadi 35 mg setiap 8 jam
(sediaan yang ada 10mg/ml dan 40 mg/ml)
5) Penurunan dosis Cefixime sirup menjadi 2 x cth (50 mg/ 12 jam)
6) Melakukan konfrimasi kepada dokter penulis resep terkait dosis yang
tepat sesuai BB pasien dan penngunaan obat dexamethasone pada
pasien kejang demam.
c. Monitoring
1) Pemberian Asam Valproat selama 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan penggunaan
asam valproat jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati dilakukan monitoring fungsi hati.
2) Pemberian Paracetamol syrup dan stesolid suppo untuk di bawa
pulang oleh pasien
d. Edukasi:
1) Memberikan informasi kepada orang tua pasien tentang tujuan
penggunaan obat asam valprot jangka panjang adalah untuk mencegah
kemungkinan beulangnya kejang
2) Memberikan edukasi bahwa ketika pasien tidak patuh terhadap
pengobatan maka akan semakin tinggi kemungkinan kejadian
berulangnya kejang dan risiko kemungkinan akan terjadi epilepsi
dikemudian hari juga semakin meningkat.
3) Memberikan saran untuk meningkatkan kepatuhan pasien misalnya
dengan memberikan buku/ catatan minum obat setiap hari.
4) Memberikan edukasi kepada orang tua pasien untuk mencatat kejadian
kejang dalam setahun beserta durasinya, dan apabila terjadi kejang
berulang yang berlangsung selama 5 menit atau lebih agar segera di
bawa ke dokter atau rumah sakit
5) Waspada dengan efek samping obat valproat, memberi informasi
mengenai tanda dan gejala terjadinya efek samping dan menghentikan
penggunaan obat segera konsultasikan pada dokter atau rumah sakit.