Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM TYLER

Pengembangan Model Kurikulum Tyler ini, lebih bersifat bagaimana


merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi
pendidikan dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengemabngan
kurikulum dalam bentuk langkah-langkah kongkret atau tahapan-tahapan
secar rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja.
Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan
kurikulum yaitu:

Menentukan Tujuan

Merumuskan tujuan kurikulum, sebenarnya sangat tergantung dari teori dan


filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Merumuskan
tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan.
Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.

Menentukan Pengalaman Belajar (Learning Experiences)

Pengalaman belajar adalah segala aktifitas siswa dalam berinteraksi dengan


lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan
bukan pula aktifitas guru memberikan pelajaran. Pengalaman belajar
menunjukkan pada aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah apa yang
akan atau telah dikerjakan siswa bukan apa yang akan atau telah
diperbuat guru.

Mengorganisasi Pengalaman Belajar

Langkah ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah


mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata
pelajaran maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini
sangatlah penting, sebab dengan pengorganisasian yang jelas akan
memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran. Sehingga menjadi
pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.

Evaluasi

Proses evaluasi merupakan langkah untuk mendapatkan informasi tentang


ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan evaluasi dapat
ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum. Evaluasi harus menilai apakah
telah terjadi perubahan tingkah laku siswa dengan tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan dan juga evaluasi seharusnya menggunakan lebih dari satu
alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.

Wheeler berpendapat, bahwa pengembangan kurikulum terdiri dari 5


tahap, adapun tahapannya yakni;

1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa


merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis
(aim) atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Tujuan
khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan obsevable (objective), yakni
tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya.Wheelerberpendapat bahwa
tujuan kurikulum dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu 1)yang
bertujuan untuk memproduksi atau menghasilkan jenis orang tertentu
dan 2)bertujuan untuk memproduksi orang yang mampu memenuhi peran
tertentu (Reynolds, 2000).

2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh


siswa untuk mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan dalam langkah
pertama.Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan.Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi
pelajaran dan bukan pula aktivitas guru dalam memberikan pelajaran. Jadi
pengalaman belajar menunjuk kepada aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Orientasinya adalah apa yang akan atau telah dikerjakan
siswa bukan apa yang akan atau telah diperbuat guru. Untuk itulah, guru
sebagai pengembang kurikulum harus memahami minat siswa, serta
bagaimana latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut akan
memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat
mengaktifkan siswa dalam memperoleh pengalaman belajar.

Beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu:

a) pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin


dicapai karena setiaptujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran,

b) setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa,

c) setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan


peran serta siswa, dan

d) dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.

Langkah pengorganisasian pengalaman belajar ini sangat penting karena


pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah dalam pelaksanaan
proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman yang nyata bagi siswa.

3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan


pengalaman belajar. Pemilihanjenis materi atau isi harus disesuaikan dengan
pengalaman belajar yang akandilaksanakan oleh siswa dalam proses
pembelajaran.

4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau


materi belajar.Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar (Sanjaya,
2008), yaitu:

a) Pengorganisasian pengalaman belajar secara vertikal

Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan


pengalaman belajar dalamsatu kajian yang sama dalam tingkat yang
berbeda. Contohnya, pengorganisasian pengalaman belajar yang
menghubungkan antara IPA kelas lima dan IPA di kelas enam.

b) Pengorganisasian pengalaman belajar secara horizontal

Pengorganisasian pengalaman belajar secara horizontal adalah


menghubungkan pengalaman belajar antara bidang yang satu dengan
bidang yang lainnya dalam tingkat yang sama. Contohnya, menghubungkan
pengalaman belajar dalam bidangfisika dan agama di kelas VII.

Kedua jenis pengorganisasian pengalaman belajar ini sangat penting,


dimana hubungan vertikal akan memungkinkan siswa memiliki pengalaman
belajar yang semakin luas dalam kajian yang sama; sedangkan hubungan
horizontal antara pengalaman belajar yang satu dan yang lain akan saling
mengisi dan memberikan penguatan.

5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.

Evaluasi memegang peranan yang penting karena dengan evaluasi kita


mendapatkaninformasi tentang ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai sekolah apa belum. Dalam melakukan penilaian terhadap
suatu program semestinya kita melakukan suatu perbandingan antara
penilaian awal sebelum siswa melakukan suatu program dengan setelah
siswa melakukan program tersebut. Berdasarkan hasil perbandingan itu akan
tampak ada atau tidak adanya perubahan tingkah laku yang diharapkan
sesuai dengan tujuan pendidikan.

nichol

a. Situsional analysis (analisis situasional)

b. Selection of objectives (seleksi tujuan)

c. Selection ang organization of content (seleksi dan organisasi isi)

d. Selction and organization of methods (seleksi dan organisasi metode)

e. Evaluation (evaluasi)

Masuknya fase analisis situasi (situasioanal analysis) merupakan suatu yang


disengaja untuk memaksa para pengembang kurikulum lebih reposintif
terhadap lingkungan dan secara khusus dengan kebutuhan anak didik, kedua
penulis ini menekankan perlunya memakai pendekatan yang lebih
komprehensif untuk mendiagnosis semua faktor menyangkut semua situasi
dengan diikuti penggunaan pengetahuan dan pengertian yang berasal dari
analisis tersebut dalam perencanaan kurikulum.

Malcolm Skilbeck
Malcolm Skilbeck mengembangkan suatu interaksi alternative atau model
dinamis bagi proses kurikulum, yang disebut dengan model dynamic in nature. Model
ini menetapkan bahwa pengembang kurikulum harus mendahulukan suatu elemen
kurikulum dan memulainya dengan suatu urutan dari urutan yang telah ditentukan oleh
model rasional.
Jika dilihat bahwa susunan model ini secara logis termasuk kategori rational by
nature.Skillbeck sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah idi mengingatkan bahwa
pengembang kurikulum perlu mendahulukan rencana mereka dengan memulainya dari
salah satu langkah dari langkah yang ada dan meneruskannya dalam bentuk berurutan.
Pengembang kurikulum juga harus mampu mengatasi segala perbedaan dalam
langkah-langkah tersebut secara bersamaan.

6
seperti kemampuan berpikir kritis, kemampuan dalammemecahkan masalah, kemampuan
mengkontrol diri,dankemampuan berkomunikasi.2)

Kompetensi socialKompetensi social adalah kompetensi yang diperlukan ketikalulusan dari


sekolah terjun ke lingkungan social. Oleh karena itu para perencana kurikulum memasukkan
kompetensi social padatujuan kurikulum. Kompetensi social tersebut antara lain:
-

rasa empati/perduli
-

Dapat berkerjasama
-

Menghormati orang lain


-

Menyesuaikan diri
-

Berinteraksi
-

Mengontrol diri
-

Mentaati aturan3)

Keterampilan belajar berkelanjutanKeterampilan belajar berkelanjutan yang dimaksud


adalahketerampilan yang diberikan atau diajarkan pada satu jenjang dapatmenunjang materi
lainnya. Contohnya : keterampilan memahamisifat logaritma akan menunjang dalam menghitung
pH.4)

SpesialisasiTujuan kurikulum kemudian dipilah dan dikelompokkan menurutspesialisai pada tiap


jenjang yang diinginkan menjadi tujuankhusus kurikulum.Dari 4 domain tersebut tujuan umum
kurikulum discreen sehinggadidapatkan tujuan khusus kurikulum. Tujuan khusus
kurikulummerupakan tujuan atau pernyataan akhir secara spesifik dan dapatdiukur
pencapaiannya.Untuk mencapai transisi dari tujuan umum ke tujuan khusus, kita
dapatmenemukan bahwa hal ini sangat membantu dengan mencatat kembali beberapa indikator
kinerja siswa yang akan menyediakan layanansebagai petunjuk penulisan tujuan khusus
kurikulum. Mari kita ambil

7
contoh ilustrasi tujuan umum kurikulum pada buku Oliva yang telah
disebutkan terdahulu. Siswa dapat men
demontrasikan sikap tanggung jawab sebagai warga negara dalam suatu sekolah, komunitas,
negara
bagian, bangsa dan dunia. Apakah indikator kinerja pembelajar yang
akan menyatakan bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan ini, kitadapat melihat sikap-sikap
berikut:a)

Peduli pada bangunan sekolah dan lingkungannya b)

Tidak berkelahi dengan sesama siswac)

Tertib pada saat pertemuan di sekolahd)

Berperan pada komunitas organisasi pemudae)

Tidak mengotori lingkungan sekolah dan komunitasnya.Kita dapat mengubah indikator kinerja
pertama

Peduli pada bangunan sekolah dan lingkungannya ke dalam tujuan khusus
kurikulum dengan cara berikut: Pada akhir semester siswa dapat
menunjukkan kepedulian terhadap bangunan sekolah dan akan ada pengurangan 95% pada
jumlah tulisan-tulisan
di dinding
Setelah tujuan umum dan tujuan khusus sudah diidentifikasi, proses penilaian kebutuhan
dilanjutkan untuk menentukan apakah adakebutuhan lain yang belum ditemukan. Ketika
kebutuhan yang belumditemukan itu dipaparkan, daftar revisi tujuan umum dan tujuankhusus
sudah disiapkan. Tujuan umum dan tujuan khusus memerlukanvalidasi dan penempatan dalam
skala prioritas.2.

Proses validasi dan penentuan skala prioritas.Proses validasi dilakukan oleh komite kurikulum
atau dewan kurikulumyang ditunjuk pemerintah. Validasi dilakukan untuk mengetahui
apakahtujuan umum dan tujuan khusus dapat diterima dan sesuai atau cocok bagisemua sekolah.
Tujuan umum dan tujuan khusus kurikulumdisosialisasikan pada perkumpulan-perkumpulan
sekolah dari satuan propinsi kemudian dari propinsi disampaikan hingga ke rayon-rayon.Komite
kurikulum memberikan lembar angket atau opini kepada sekolah

8
untuk mengetahui apakah tujuan umum dan tujuan khusus kurikulumsesuai dengan kemajuan
yang diinginkan di sekolah-sekolah.Ketika komite menafsirkan data, mungkin tidak menemukan
persamaan pada tujuan umum dan tujuan khusus diantara beberapa sekolah, hal itumerupakan
tanggung jawab yang sangat berat untuk menyatukan keadaanyang berbeda dan mencapai
konsensus diantara sekolah. Komitekurikulum harus memutuskan tujuan umum manakah yang
valid danmanakah yang seharusnya menjadi prioritas. Untuk menentukan prioritas,dapat
dikatakan bahwa beberapa tujuan umum lebih penting daripada yanglain dan membutuhkan
banyak waktu, perhatian, dan penekanan di dalamkurikulum.Penentuan skala prioritas adalah
penempatan tujuan umum dan tujuankhusus dalam urutan berdasarkan kepentingan di dalam
sistem sekolah.Kelompok-kelompok yang terkait dengan kemajuan sekolah dalam
tingkat provinsi membantu mengidentifikasi tujuan umum dan tujuan khusus yangcocok dan
untuk menyusun skala prioritas.Setelah tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum sudah di
validasi danditempatkan sesuai urutan , perencana kurikulum melanjutkan ke fase berikutnya
dari sebuah proses pengembangan kurikulum.
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan data-data untuk tujuan
perbaikan suatu sistem. Evaluasi dalam suatu kurikulum tidakhanya dilaksanakan pada akhir
progam penerapan kurikulum tetapi jugadilaksanakan sebelum dan selama proses implementasi
kurikulum. Menurut Oliva(1991), tujuan utama evaluasi kurikulum adalah untuk menentukan
apakah tujuandan sasaran kurikulum telah terpenuhi dengan baik. Evaluasi kurikulum
menurutSaylor, Alexander, dan Lewis dalam Oliva (1991) terbagi ke dalam limakomponen yaitu:
1.

The goals, subgoals, and objectives2.

The program of education as a totality3.

The specific segments of the education program4.

Instruction

13
5.

Evaluation program
Model ini membentuk curriculum planning process (proses perencanaan kurikulum).Untuk mengerti model ini,
kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konsep rencana kurikulum mereka. Kurikulum menurut mereka
adalah a plan for providing sets of learning opportunities for persons to be educated ; sebuah rencana yang
menyediakan kesempatan belajar bagi orang yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat
dimengerti sebagai sebuah dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil untuk porsi atau
bagian kurikulum tertentu.

Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan menentukan atau menetapkan tujuan
sasaran pendidikan yang khusus dan utama yang akan mereka capai.

Anda mungkin juga menyukai