Anda di halaman 1dari 9

Restorasi Overlay

Overlay adalah suatu restorasi yang menutupi satu atau lebih kuspid dengan menggabungkan
prinsip restorasi ekstrakoronal dan intrakoronal.5,6 Overlay paling diindikasikan dan secara
umum digunakan sebagai restorasi tuang untuk gigi tunggal.5 Perlindungan yang diberikan
merupakan perlindungan keseluruhan kuspid pada gigi posterior yang telah melemah akibat
karies ataupun restorasi terdahulu. Restorasi ini didesain untuk mendistribusikan tekanan
oklusal gigi sebagai cara meminimumkan kemungkinan faktur dikemudian hari.
2.1.1 Desain preparasi
Menurut Sturdevant (2002), desain preparasi overlay, antara lain, adalah sebagai berikut :18
a. Preparasi 2 mm dari groove central ke dalam lantai pulpa.

b. Pengurangan permukaan oklusal sebesar 1,5 mm.

c. Dinding gingiva ke oklusal divergen sebesar 2-5o dari lantai pulpa sebagai retensi.

d. Pembuatan step oklusal sebesar 0,5 mm sebagai retensi.

e. Pembuatan counterbevel sebesar 30o pada tepi fasial dan lingual.


2.1.2 Bahan
Restorasi overlay dapat dibuat oleh bahan restorasi langsung dan bahan restorasi tidak
langsung. Bahan restorasi tidak langsung terdiri atas : metal; porcelain;
resin komposit; dan porcelain fused to metal.19
2.2 Restorasi Porcelain fused to metal ( PFM )
Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan.20 Berdasarkan
perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu; regular felspathic porcelain
(temperatur tinggi 1200-1400 oC), aluminous porcelain (temperatur sedang 1050-1200 oC),
dan metal bonding porcelain (temperatur rendah 800-1050 oC). PFM merupakan metal
bonding porcelain.9 PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada
dasar kerangka metal. Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan
lama terhadap beban dari kekuatan mulut.
2.2.1 Prinsip umum restorasi metal keramik
Restorasi metal keramik harus memenuhi syaratsyarat, antara lain, adalah sebagai berikut :
21
a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.
b. Metal dan keramik mempunyai thermal expansi yang sesuai.
c. Keramik yang dipakai relatif mempunyai low fusing.
d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai temperatur fusing. Pada
saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan logam dan berikatan tanpa merubah bentuk
logam. Pada saat mendingin, baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi yang
akan menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari logam.
e. Bahanbahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.

Pada prinsipnya, sifatsifat restorasi metal keramik ditentukan oleh keadaan interfacenya.
Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan keramik maka akan terjadi penurunan
energi bebas yang dapat memisahkan kedua komponen atau sebaliknya.21
2.2.2 Jenis-jenis bahan metal
Logam yang dipakai untuk keperluan ini harus mempunyai sifat mekanis yang baik, tidak
merubah warna keramik, mempunyai thermal expansi yang sesuai dengan keramik dan dapat
menghasilkan ikatan yang kuat dengan keramik. Ada enam jenis logam noble (alloy noble)
yang sesuai untuk keperluan ini yaitu alloy very high
noble, alloy low noble, alloy high noble dengan kandungan Silver, alloy Palladium Silver,
alloy Palladium Copper, dan alloy Palladium Kobalt. Selain logam noble (alloy noble) juga
terdapat tiga jenis alloy casting base metal yang dapat dipakai untuk keperluan metal-
keramik yaitu alloy Nikel, Kobalt dan Titanium.21
2.2.3 Indikasi
Pemakaian restorasi PFM diindikasikan, antara lain, adalah sebagai berikut :2,3
a. Gigi anterior dengan ruang yang tidak cukup untuk restorasi all ceramic.

b. Kegagalan mahkota jaket porselen.

c. Restorasi yang mengutamakan estetis.

d. Situasi yang memerlukan kekuatan tinggi.

e. Kerusakan gigi menengah sampai tinggi yang memerlukan perbaikan kuspid.

2.2.4 Kontraindikasi
Restorasi PFM tidak diindikasikan, antara lain, adalah sebagai berikut :2,3
a. Resiko kerusakan pulpa tinggi, biasanya pada usia muda dibawah 18 tahun.

b. Pasien dengan tekanan pengunyahan yang ekstrem.

c. Adanya kebiasaan bruksism dan kliking.

d. Adanya riwayat alergi terhadap metal pada logam tuang.


2.2.5 Keuntungan dan kerugian
Keuntungan PFM adalah : unggul sebagai bahan langsung pada daerah yang memerlukan
tekanan tinggi; kekuatan pemakaian baik; tahan lama; dan estetis. Sedangkan kerugian PFM
adalah : relatif mahal; reaksi alergi; korosi; dan berpotensi terhadap reaksi galvanik.2,3
2.2.6 Teknik preparasi
Secara umum bentuk preparasi gigi untuk restorasi tidak langsung harus mempunyai
ketinggian maksimum dan keruncingan yang minimum untuk memperoleh retensi dan
resistensi yang optimal. Untuk mencapai hal ini dan untuk membuat ketebalan yang adekuat
dari material restorasi tanpa kontur yang berlebihan, maka permukaan dari preparasi
sebaiknya meniru restorasi yang diharapkan, baik oklusal maupun aksial. Adapun ciri-ciri
preparasi restorasi tidak langsung, antara lain, adalah sebagai berikut

1. Preparasi pembebasan undercut yang mana semua margin dan sudut dalam dapat terlihat.
2. Penempatan single path dibuat selebar mungkin, hal ini dibuat dengan cara mempersiapkan
dinding yang berlawanan dibuat sejajar untuk memberikan retensi maksimal. Posisi gigi yang
berdekatan harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan terjadinya tepi yang menggantung
pada gigi yang dipreparasi.
3. Bentuk resisten perlu disediakan pada restorasi untuk mendistribusikan tekanan yang
berasal dari oklusal.
4. Dinding yang berlawanan dalam preparasi 1/2 gingival harus dibuat mendekati paralel. 1/3
sampai 1/2 oklusal biasanya lebih runcing karena adanya pengurangan dua dataran di sebelah
labial yang dibutuhkan untuk menyediakan ruangan yang cukup untuk material restorasi di
dalam kontur gigi yang asli.

5. Mahkota klinis yang pendek memiliki peningkatan resiko kegagalan karena jalan masuk
yang pendek. Panjangnya preparasi dapat ditingkatkan dengan memanjangkan mahkota, dan
bentuk resisten dapat ditingkatkan dengan pengurangan groove, celah atau box, dan dengan
cara mengubah permukaan lereng menjadi komponen vertikal dan horizontal.

6. Pengurangan oklusal harus mengikuti outline tonjol untuk memaksimalkan retensi dan
meminimalkan pengurangan gigi. Untuk mahkota porcelain fused to metal dan untuk
mahkota emas, jaraknya masing-masing 2 mm dan 1 mm.

7. Posisi dan tipe margin yang telah selesai ditentukan oleh kontur gingiva, keaslian material
restorasi, ada atau tidaknya core margin, dan pemilihan bahan luthing agent. Bila
memungkinkan, margin tersebut sebaiknya berada di supragingiva mengikuti kontur gingival
yang asli. Akhiran tepi gigi idealnya paling tidak 1 mm melewati core margin untuk
mengistirahatkan jaringan gigi yang masih sehat.
2.2.8 Desain Restorasi
Untuk mendapatkan kekuatan dan persyaratan warna yang optimal, maka ketebalan logam
ditambah porselen pada bagian fasial tidak kurang dari 1,2-1,5 mm. Ketebalan minimal metal
di bawah porselen yaitu 0.3 mm. Jika metal terlalu tipis,
maka metal akan melentur di bawah tekanan dan dapat menyebabkan retaknya porselen.
Tetapi ketebalan metal tergantung pada jenis metal yang digunakan. Ketebalan lapisan opak
yaitu 0,1-0,2 mm. Ketebalan minimum dentin dan enamel porselen yaitu 0,8 mm. Ketebalan
bagian insisal porselen yaitu 2 mm gunanya untuk memberi sifat translusen pada restorasi.22
2.2.9 Desain Coping
Coping adalah suatu tuangan logam tipis yang menutupi seluruh daerah preparasi gigi seperti
mahkota penuh tetapi tidak memberi bentuk anatomis pada gigi.11 Ada empat kriteria penting
yang harus diperhatikan ketika mendesain metal coping untuk restorasi metal keramik, antara
lain, adalah sebagai berikut :11
1. ketebalan metal yang akan dilapisi porselen;

2. daerah pertemuan antara metal dengan porselen;

3. perluasan daerah yang akan dilapisi porselen;

4. desain tepi bagian labial.


Desain tepi coping PFM dapat dibuat sedemikian rupa, diantaranya dapat berbentuk collar
metal, butt joint, dan collarless.12
2.2.9.1 Collar Metal
Collar metal PFM yang disebut juga metal keramik konvensional adalah desain coping
restorasi metal keramik yang mana pada bagian servikal restorasi terdapat batasan metal.
Collar metal tersebut sering ditempatkan pada jaringan gingiva. Desain ini tidak estetis
karena adanya bayangan hitam dari metal pada jaringan gingiva. Bayangan hitam pada
jaringan gingiva ini kelihatan sangat berbeda dengan jaringan gingiva normal.
2.2.9.2 Butt Joint
Butt joint PFM adalah desain coping restorasi metal-keramik yang mana seluruh permukaan
metalnya dilapisi porselen. Desain ini kurang estetis karena adanya bayangan gelap pada tepi
restorasi.
2.2.9.3 Collarless
Collarless PFM yang disebut juga collar off adalah desain coping restorasi metal keramik
yang mana metal coping berakhir pada dinding aksial korona dan bagian tepi kavitas hanya
dilapisi porselen. Desain ini sangat estetis. Tetapi karena porselen pada tepi restorasi tidak
didukung oleh metal, kemungkinan restorasi ini tidak tahan terhadap tekanan sementasi dan
pengunyahan.12,23 Selain itu, pada bagian servikal restorasi PFM collarless tidak terlihat
bayangan gelap, sehingga kualitas estetis menjadi lebih baik. Restorasi PFM collarless juga
memiliki sifat biokompatibilitas yang baik. Akumulasi plak pada restorasi ini sangat rendah
dan permukaannya yang halus sangat baik untuk jaringan gingiva. Kelemahan restorasi PFM
collarless adalah pembuatannya yang sulit karena merupakan suatu teknik yang sensitif serta
memerlukan keahlian dan ketelitian dari operator untuk menghasilkan adaptasi tepi yang baik
antara metal dan keramik.
2.2.10 Teknik pembuatan
Menurut Dykema et al, ada empat teknik pembuatan mahkota collarless PFM, yaitu : teknik
platinum foil, teknik direct liff, teknik refractory die, dan teknik separating varnish.17 Teknik
platinum foil memperlihatkan adaptasi tepi yang baik (Cooney et al., 1985), namun akhir-
akhir ini teknik direct liff menjadi lebih populer karena pembuatannya yang mudah dan
biayanya lebih murah daripada teknik platinum foil (Prince and Donovan, 1983). Caffee et al,
(1991) menyatakan bahwa teknik direct liff sangat sensitif dan memperlihatkan kerapatan tepi
sebesar 0145 m (Donovan and Prince, 1985; Omar, 1987; Cagidiaco et al., 1991; Lomanto
and Weiner, 1992; Belles et al., 1991; Boyle et al., 1993).
2.3 Desain Cavosurface Margin
Desain cavosurface margin yang digunakan biasanya tergantung pada situasi klinis.
Pemilihan desain dapat ditentukan oleh bentuk gigi, lokasi yang diinginkan, atau merupakan
pilihan dari operator.6 Tipe margin yang paling sering digunakan untuk restorasi tuang adalah
knife-edge, chamfer, shoulder, chamfer bevel dan shoulder bevel.

a. Knife-edge. Tipe ini memerlukan pengurangan gigi yang paling sedikit. Terkadang
digunakan pada gigi yang berbentuk bell-shaped, karena pembutannya yang lebih sulit,
sehingga dapat menyebabkan pengurangan gigi yang berlebihan.
b. Chamfer. Tipe ini sering dipilih sebagai akhiran tepi untuk restorasi ekstrakoronal, mudah
dibentuk, dan memberikan ruang untuk ketebalan yang memadai pada restorasi emas tanpa
menyebabkan kontur yang berlebihan dari restorasi. Menghasilkan konsentrasi tekanan yang
lebih rendah, dan dengan mudah dapat masuk ke celah gingiva. Desain ini memberi tempat
yang terbatas untuk restorasi metal keramik sehingga menghasilkan distorsi margin yang
besar dan estetis yang kurang baik. Selain itu, ketahanan desain ini terhadap tekanan vertikal
kurang baik.

c. Shoulder. Tipe ini dipilih terutama pada situasi dimana bagian terbesar material diperlukan
untuk memperkuat restorasi pada daerah tepi gigi, seperti untuk restorasi all-porcelain atau
restorasi metal keramik. Desain ini sulit dipreparasi, undercut minimum, dan tahan terhadap
distorsi margin. Selain itu, shoulder akan

Universitas Sumatera Utara


menghasilkan tekanan yang paling sedikit di daerah servikal dan memberikan tempat
maksimum untuk porselen dan metal, sehingga porselen dapat dibakar pada tepi metal dan
menghasilkan estetis yang baik.

d. Chamfer atau shoulder bevel. Desain ini lebih sering digunakan oleh beberapa dokter
yang percaya bahwa tepi bevel lebih mudah dalam mendapatkan cetakannya dan dapat
membuat tepi gigi dari restorasi tuang lebih mudah dipolis. Bevel biasanya dikombinasikan
untuk bentuk proksimal box.6 Bevel tersebut bertujuan untuk :14
1. Mengkompensir kekurangan dalam kecermatan selama proses casting dan penyemenan.

2. Proteksi terhadap enamel margin.

3. Memungkinkan burnishing setelah penyemenan.

4. Menambah retensi.
Chamfer dan shoulder memberi bentuk akhiran tepi yang jelas, yang bisa diidentifikasikan
dalam preparasi mahkota sementara dan die. Chamfer membutuhkan pengurangan aksial
yang minimal dan cocok untuk restorasi all-ceramic konservatif. Kedalaman preparasi
margin shoulder menurut Rouse et al (2001) berkisar 1-1,5 mm untuk memberikan ketepatan,
kedudukan maksimum, dan estetis yang baik.19
Pada dua penelitian geometri yang dilakukan Hammesfahr (1999 cit Rouse 2001)
menunjukkan ketidaksesuaian margin gigi setelah sementasi yang paling minimal adalah
pada preparasi shoulder, yang secara signifikan lebih baik dari shoulder bevel ataupun
chamfer. Desain shoulder menunjukkan distorsi tepi gigi yang lebih sedikit daripada chamfer
karena ketebalan batas margin pada mahkota. Preparasi shoulder pada restorasi overlay tuang
menurut Berry et al (2001) dipersiapkan pada permukaan eksternal dari kuspid sentrik untuk
memberikan lapisan metal yang melindungi gigi. Bur ditarik sejajar ke permukaan eksternal
gigi, tinggi shoulder 1 mm dan kedalaman aksial 1 mm dipotong. Cavosurface margin harus
diperluas ke arah gingiva sekurang-kurangnya 1 mm melewati kontak oklusal. Sudut garis
oklusoaksial dibuat membulat.6
Preparasi chamfer dibentuk sepanjang batas margin oklusal preparasi kavitas. Posisi bur
membentuk sudut 450 terhadap permukaan aksial. Hal ini memberikan efek perlindungan
pada tonjol.6 Menurut Dykema et al (1986), lebar standar preparasi chamfer berkisar 0,3-0,5
pada restorasi mahkota metal-keramik
2.4 Marginal gap
Marginal gap yang disebut juga sebagai marginal opening, atau margin discrepancy adalah
jarak antara tepi restorasi dan tepi kavitas gigi.11 Marginal gapsangat mempengaruhi
prognosa jangka panjang suatu restorasi gigi, karena ruangan (marginal opening) yang terjadi
dapat menjadi tempat penumpukan plak yang mana plak tersebut dapat menyebabkan
inflamasi jaringan periodontal, karies, dan gagalnya restorasi. Secara klinik marginal opening
yang normal yaitu sebesar 40-120 m.15
Holmes et al cit Limkangwalmongkol et al 2007 menggambarkan pengukuran marginal fit
mahkota pada lokasi yang berbeda sebagai internal gap, marginal gap, vertical marginal
discrepancy, horizontal marginal dicrepancy, overextended margin, underextended margin,
absolute marginal discrepancy, dan seating discrepancy. Pengukuran yang paling baik adalah
absolute marginal discrepancy karena mengukur kesalahan yang sangat besar dan
menggambarkan total pengukuran kesalahan vertical dan horizontal marginal discrepancy.
Marginal opening dapat terjadi karena :15
a. Tepi kavitas yang tidak halus, karena restorasi PFM memerlukan permukaan kavitas yang
halus untuk mendapatkan kerapatan margin yang baik (Prince and Donovan, 1983).
b. Adanya penyusutan dan terbentuknya spheroid pada tepi porselen selama pembakaran.
c. Terjadi perubahan bentuk diantara permukaan metal dan keramik selama proses pembuatan
restorasi metal-keramik. Faktor-faktor penyebab distorsi tersebut termasuk suhu oksidasi,
koefisien suhu metal dan porselen tidak sesuai, jenis alloy, dan desain tepi. Bridger dan
Nicholls menemukan bahwa distorsi terjadi diantara aplikasi porselen akhir dengan tahap
glazing. Current meneliti bahwa kebanyakan perubahan dimensi terjadi pada tahap degassing.

d. Buchanan et al menemukan margin opening selama kondensasi metal (degassing) dan


aplikasi lapisan opak pertama yang biasa tertutup selama pembakaran glaze.
Faktor-faktor yang mempengaruhi marginal gap, antara lain, adalah sebagai berikut: keahlian
teknisi (Cooney et al., 1985); perubahan bentuk dari tepi porselen pada restorasi PFM (Belles
et al., 1991), (Boyle et al., 1993); sejumlah besar koreksi (Omar, 1987; Lomanto and Weiner,
1992); dan penyemenan restorasi atau tidak (Cagidiaco et al., 1992; Boyle et al., 1993).25
Marginal gap dapat diukur dengan profilometer,12 microscope,19 light microscope,25
travelling microscope, stereo microscope, dan scanning electron microscopic analysis.28
Marginal gap sangat dipengaruhi oleh: margin placement, margin adaptation, dan margin
geometry.
2.4.1 Margin Placement
Margin pada preparasi seharusnya di supragingiva. Margin subgingiva pada restorasi yang
disemenkan telah diketahui menjadi faktor penyebab utama terjadinya penyakit periodontal,
yang mana margin tersebut mengganggu pelekatan epitel. Margin supragingiva biasanya
berada pada enamel, sedangkan margin subgingiva berada pada dentin atau sementum.
Keuntungan margin supragingiva, antara lain adalah sebagai berikut: mudah dibentuk, mudah
dibersihkan, mudah dicetak, dan mudah dievaluasi.
Margin subgingiva dianjurkan pada keadaan :
a. Karies gigi, erosi servikal, restorasi yang meluas ke arah subgingiva.
b. Kontak proksimal yang meluas ke crest gingiva.
c. Penambahan retensi.
d. Margin pada mahkota metal keramik untuk menyembunyikan crest labiogingiva.
e. Sensitivitas akar yang tidak dapat dikontrol dengan prosedur konservatif, seperti aplikasi
bahan dentin bonding.

f. Modifikasi bentuk aksial


2.4.2 Margin adaptation
Adalah hubungan antara restorasi yang disemenkan dengan gigi. Hal ini berpotensi untuk
terjadinya karies karena larutnya bahan luting dan perbedaan kekasaran permukaan. Restorasi
yang diadaptasikan secara tepat pada gigi, berpeluang lebih sedikit dalam menyebabkan
karies atau penyakit periodontal.
Adaptasi margin yang benar-benar tepat tidak dapat dilakukan. Seorang ahli yang
berkemampuan tinggi dapat membuat ketepatan margin pada bahan casting sebesar 10 m,
dan pada margin porselen sebesar 50 m.
Desain preparasi yang baik mempunyai margin yang rata. Bentuk margin yang kasar, tidak
teratur atau ber-step dapat mengurangi adaptasi margin. Seringkali margin yang halus akan
memudahkan pembuatan cetakan, die, waxing, dan penyelesaian akhir serta restorasi akan
bertahan cukup lama.
2.4.3 Margin Geometry
Adalah bentuk melintang margin gigi, yang disebut juga desain margin. Bentuk melintang
margin sering dianalisa dan dibicarakan. Perbedaan bentuk tersebut telah digambarkan dan
dianjurkan. Ciri-ciri desain margin seharusnya :
a. Mudah dipreparasi tanpa menyebabkan perluasan yang berlebihan atau menyebabkan
enamal tidak terdukung.

b. Mudah dicetak dan dibuat die.

c. Batasnya jelas.

d. Memberi ruang yang cukup untuk bahan restorasi.

e. Struktur gigi konservatif.

Restorasi logam tuang dan porselen intrakorona

Teknik direk dan indirek


Teknik direk dan indirek adalah dua cara pembuatan restorasi logam tuang . pada metode
direk malam dmasukkan langsung ke dalam kavitas dan pol malamnya diukir di dalam mulut
baru kemudian ditanam dalam nvestmen dan dicor. Dicoba lagi pada pasien setelah inlay
dipoles tanpa menyentuh tepinya. Penyeleeian akhir margin kemudian dilaksanakan di dalam
mulut. Jika restorasinya sederhana, teknik ini dapat cepat dikerjakan,akurat,serta menghemat
waktu dan biaya.
Pada metode indirek, dibuat dahulu cetakan kavitas dan jaringan sekelilingnya. Dari
cetakan ini, dibuat moel gigi yakni suatu die . pola malam dibuat pada die, kemudian di
tanam dalam investment ,dan di cor. Penyesuaian dan penyeleseian dilakuakan pada die di
laboratorium. Dengan demikian ,pad saat pemakaian restorasi pada pasien ,penyeseuaian
yang perlu dilakukan hanya sedikit karena sebian besar pekerjaan telah dilakukan pada model
yang akurat dengan kondisi yang optimal di laboratorium . teknik ini, merupakan teknik
pilihan bagi semua restorai yang kompleks.
Bahan Yang Digunakan
Logam tuang
Logam tradisional bagi onlay adalah emas. Emas murni 24 karat , 100 % jarang sekali
digunakan karena merupakan bahan yang sangat lunak. Logam lain lalu ditambahkan ke
dalamnya untuk meningkatkan sifat fisiknya dan karena itu bahan yang digunakan dalam
inlay emas tradisional adalah pada kenyataannya suatu aloi emas . pada beberapa kasus,
aloi yang mengandung 60% emas atau lebih masih digunakan dan bahan ini memamng dapat
disebut aloiemas. Akan tetapi , tingginya harga emas telah merangsang perkembangan dan
peningkatan aloi-aloi lain . ada aloi untuk restorasi intrakorona yang mengandung hanya 20
% emas, sehingga sebetulnya keliru jika menyebut aloi ini sebagai aloiemas. Aloi aloi
lain sama seklai tidak mnegandung emas tetapi hanya merupakan kombinasi logam-logam
lain. Oleh karena itu, istilah logam cor lebih banyak digunakan dalam pembahsan di bab
ini.
Walaupun telah ada peningkatan pada aloi berkadar emas rendah, aloi ini tetap lebih sukar
dikerjakan daripada aloi berkadar emas tinggi yang tradisional . aloi berkadar emas tinggi
masih harus digunakan bagi onlay karena yang digunakan tidak banyak sehingga biaya
tambahannya relatif tidak bermakna.
Keuntungan dan Kerugian restorasi logam tuang dan porselen
Kekuatan
Pada daerah yang tipis logam cor lebih kuat daripada amalgam , komposit atau semen
ionomer kaca dan mempunyai kesanggupan melawan kekuatan tensil yang lebih besar . oleh
karena itu, bahan ini merupakan bahan pilihan untuk melindungi tonjol gigi yng elah
melemah, yang dengan ketebalan logam 1,0 mm atau kurang sudah cukup dibandingkan
dengan ketebalan minimal amalgam yang 3 mm. Sifatnya yang kuat walau dalam potongan
tipis juga membuat bahan ini ideal nagi restorasi vinir ekstrakorona seperti onlay dan
mahkota lengkap. Bergantung kepada aloi logam yang digunakannya, logam cor bersifat agak
duktil,yang memungkinkan tepi restorasi diburnis agar adaptasinya lebih baik. Untuk, itu
peparasi diakhiri dengan bevel pada tepi agar ujung logamnya bisa tipis.
Di pihak lain , porselen mempunyai kekuatan kompresif yang tinggi tetapi rendah
dalam kekuatan tensilnya. Ini berarti bahan ini relatif getas dalam potongan tipis, paling
sedikit sampai bahan ini disemenkan pada gig dan mendapat dukungan dari jaringan gigi.
Oleh karena itu, restorasi porselen jangan diberi bevel, dan diperlukan ketebalan minimal
agar restorasi tidak pecah. Bagi porselen konvesional , ketebalan ini minimal sekitar 1,5 mm,
tetapi bagi vinir porselen yang tidak terkena tekanan oklusal , 0,5 mm atau kurang sudah
memadai.
Ketahanan tehadap abrasi
Logam tuang dan porselen paling sedikit sama kuatnya dengan email dalam menahan abrasi,
dan memang ada keyakinan bahwa porselen lebih resisten daripada email sehingga jika
restorasi porselen berantagonis dengan gigi asli, gigi asli itu yang akan aus lebih cepat. Ini
akan benar-benar terjadi jika glazing porselen tidak sempurna atau telah terkikis. Jika terdapat
kavitas abrasi di lebih gigi, komposit atau smeen ionomer mungkin sudah cukup untuk
menahan abrasi selanjutnya. Kadang-kadang untuk menanggulangi hal ini dipakai inlay
porselen atau inlay logam cor .
Penampilan
Pernah suatu saat, ketika pilihan restorasi adalah amalgam, emas , atau silikat, emas sering
merupakan bahan yang paling disukai untuk alasan estetika karena lebih menarik daripada
amalgam dan tidak rusak seperti silikat. Selain itu, di lingkungan masyarakat masyarakat
tertentu, emas dianggap sebagai simbol status jika diletakkan di depan atau di pinggir mulut.
Dengan diperkenalkannya bahan restorasi sewarna dengan gigi yang lebih andal, mode
tersebut lambat laun menghilang dan kini relatif edikit pasien yang meminta tambalan emas.
Porselen , di pihak lain, dapat menunjukan penampilan yang sangat alamiah. Dan oleh karena
itu padabeberapa keadaan merupakan bahan pilihan. Penampilannya , jika telah cocok , lebih
tahan lama dibandingkan dengan komposit atau semen ionomer yang adakalanya berubah
warna.
Pickard.H.M.2002.Manual Konservasi Restorasi Menurut Pickard.Jakarta:widya medika
Direct restorative technique
Setelah selesai preparasi, asam fosfat 37% diaplikasikan pada enamel selama 15 detik dan
setelah 15 detik ETSA diaplikasikan pada dentin, untuk total waktu etsa dari 30 detik untuk
enamel dan 15 detik untuk dentin. Kavitas kemudian dibilas dengan air selama 30 detik lau
dikeringkan dengan penyemprot udara. Pada dentin bonding diaplikasikan sesuai dengan
instruksi pabrik. Pertama lapisan proksimal resin komposit ditempatkan di bagian bawah
kavitas dan dipolimerisasi dari arah apikal. Aplikasi kedua ditempatkan pada daerah bukal ke
ke arah oklusal dan dipolimerisasi dari arah oklusal. Aplikasi ketiga pada daerah proksimal..
Setiap lapisan di polimerisasi dengan light curing selama 40seconds.
Onlay komposit di ambil dari gigi dan post curing dilakukan selama 104 C selama 6 menit di
dalam oven onlay curing.
Setelah itu etsa pada dinding kavitas, dengan asam fosfat 37% diaplikasikan pada enamel
selama 15 detik dan setelah 15 detik etsa diaplikasikan pada dentin, untuk total waktu etsa
dari 30 detik untuk enamel dan 15 detik untuk dentin. Lalu bonding diaplikasikan pada dentin
sesuai dengan instruksi pabrik. inlay komposit semen diaplikasikan selama 40 detik pada
setiap permukaan. Finishing dilakukan dengan super-fine finishing diamond point.. Semua
restorasi selesai, 24 jam setelah sementasi gigi

Anda mungkin juga menyukai