Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT

Oleh:
Citra Seftiani, S.Ked
Hanry Tanto, S.Ked
Maramis Syarifudin, S.Ked
Moh. Habib, S.Ked
Rizky Ramadantie, S.Ked
Sheba Pristy N, S.Ked
Tia Sabrina, S.Ked

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RS ERNALDI BAHAR PALEMBANG
2010
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul:


GANGGUAN PSIKOTIK AKUT

Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior periode 25 Oktober 22 November 2010 di Bagian
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RS Ernaldi Bahar Palembang.

Palembang, November 2010

Pembimbing

2
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI
- Nama : Rahmi Dwi Putri
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Umur : 21 tahun
- Tanggal Lahir : 29 Desember 1989
- Tempat Lahir : Padang Panjang, Sumatera Barat
- Status Perkawinan : Belum menikah
- Warga Negara : Indonesia
- Agama : Islam
- Suku Bangsa : Minangkabau
- Tingkat Pendidikan : SMP
- Pekerjaan : Pegawai rumah makan
- Alamat : Kota Jambi
- Kebangsaan : Indonesia
- MRS : 06 Oktober 2010
- Dikirim oleh : Polisi

B. STATUS INTERNUS

- Keadaan Umum

Sensorium : Compos Mentis

Suhu : 36,8oC

Berat Badan : 45 kg

Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Tinggi Badan :-

3
Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Turgor : baik

Status Gizi : baik

- Sistem Kardiovaskular : tidak ada kelainan

- Sisem Respiratorik : tidak ada kelainan

- Sistem Gastrointestinal : tidak ada kelainan

- Sistem Urogenital : tidak ada kelainan

- Kelainan Khusus : tidak ada kelainan

C. STATUS NEUROLOGIKUS
- Urat Syaraf Kepala (Panca Indera) : tidak ada kelainan

- Gejala Rangsang Meningeal : tidak ada kelainan

- Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : tidak ada kelainan

- Mata : - Gerakan : baik ke segala arah

- Persepsi Mata : baik, diplopia tidak ada,

visus normal

- Pupil : bentuk bulat, sentral,

isokor, 3mm, reaksi

4
cahaya +/+, reaksi

konvergensi +/+

- Refleks Kornea : +/+

- Pemeriksaan Oftalmoskopi : tidak dilakukan

- Motorik : - Tonus: eutoni - Koordinasi: baik

- Turgor: baik - Refleks: normal

- Kekuatan: +5/+5

- Sensibilitas : tidak ada kelainan

- Susunan Saraf Vegetatif : tidak ada kelainan

- Fungsi Luhur : tidak ada kelainan

- Kelainan khusus : tidak ada kelainan

D. ANAMNESIS

- Alloanamnesis:
Diperoleh dari : Ipan
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan pasien : Kekasih pasien

- Sebab Utama

Penderita kabur dari rumah sakit DKT Jambi.

- Keluhan Utama

Penderita mengoceh/berbicara tanpa henti

5
- Riwayat Perjalanan Penyakit

Kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita

sering merasa lemah, demam, pusing, meriang tiap malam, dan muntah-

muntah. Akibatnya, penderita tidak dapat bekerja lagi di rumah makan

tempat dia bekerja dengan maksimal. Oleh sebab itu, majikan penderita

menuduh bahwa penderita telah hamil. Majikan penderita

menyebarluaskan tuduhan tersebut kepada rekan-rekan kerja penderita.

Rekan-rekan penderitapun sering mengejek penderita. Akibatnya,

penderita merasa malu dan marah kepada majikannya. Sejak saat itulah

penderita sering marah-marah, mengoceh sendiri, dan dendam kepada

majikannya. Selain itu, penderita jugga menjadi sering bertengkar dan

membenci rekan-rekan kerja dan majikannya. Halusinasi (-) dan waham

(-).

Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita merasa

demam dan menggigil sehingga penderita dibawa ke rumah sakit DKT

jambi. Penderita didiagnosis malaria dan harus dirawat. Mendengar hal itu,

penderita mejadi histeris dan kabur tidak mau dirawat. Oleh sebab itu,

kekasih penderita melapor ke polisi untuk membawa penderita ke RSJ

Jambi.

- Riwayat Premorbid
Bayi : tidak dapat diketahui
Anak-anak : tidak dapat diketahui

6
Remaja : periang, pendemdam, dan

pemarah

Dewasa : pendemdam dan pemarah

- Riwayat Pendidikan
Penderita tamat SMP

- Riwayat Pekerjaan
Penderita bekerja sebagai pegawai rumah makan padang selama 2 tahun.

Penderita mengaku tidak dibayar gajinya satu bulan terakhir. Penderita

mengaku tidak betah selama bekerja.

- Riwayat Perkawinan
Penderita belum menikah.

- Riwayat Keluarga
Penderita merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

- Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Tidak ada.

- Status Ekonomi
Kurang.

E. KEADAAN UMUM
- Kesadaran/Sensorium : Compos Mentis Terganggu

- Perhatian : Adekuat

- Sikap : Agresif, dependen, infantile, berubah-ubah

- Inisiatif : Ada

- Tingkah Laku Motorik : Gelisah

7
- Ekspresi Fasial : Marah, benci, dan demdam

- Verbalisasi : Lancar, atrikulasi jelas Cara Bicara: Cepat

- Kontak Psikis : - Kontak Fisik : Ada

- Kontak Mata : Ada


- Kontak Verbal : Ada

F. KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)


- Keadaan Afektif : Labil, mood: irritable, inappropriate

- Hidup Emosi

Stabilitas : Labil

Dalam-dangkal : Dalam

Pengendalian : Tidak Terkendali

Adekuat-Inadekuat : Inadekuat

Echt-Unecht : Echt

Skala Diferensiasi : Menyempit

Einfuhlung : Dapat dirabarasakan

Arus Emosi : Cepat

- Keadaan dan Fungsi Intelek

Daya ingat (amnesia, dsb) : Amnesia tidak ada, daya ingat

terganggu, insight III

8
Daya Konsentrasi : Baik

Orientasi : Tempat : Baik

Waktu : Baik
Personal : Baik

Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah : Sesuai

Discriminative Judgement : Baik

Discriminative Insight : Baik

Dugaan taraf intelegensi : IQ rata-rata

Kemunduran intelektual (demensia, dsb): (-)

- Kelainan Sensasi dan Persepsi

Ilusi : (-)

Halusinasi : (-)

- Keadaan Proses Berpikir

Psikomotilitas : Baik

Mutu proses berpikir : Baik

Arus Pikiran

Flight of ideas (-) Tangensial (-)


Inkoherensi (+) Terhalang (-)
Sirkumstansial (+) Terhambat (-)

9
Perseverasi (-) Verbigerasi

- Isi Pikiran

Pola Sentral (+)

(-)

Waham (-)

(+)
Fobia (-)

(-)

Konfabulasi (-)
Perasaan inferior (-)

(-)

(-)

Kecurigaan (+)

(belum taraf waham)


Rasa permusuhan/dendam (+)
Perasaan berdosa/salah (-)
Banyak sedikit isi pikiran (banyak)
Hipokondria (-)
Lain-lain (-)

10
- Pemilikan Pikiran

Obsesi (-)
Alienasi (-)

- Bentuk Pikiran

Autistik (-) Paralogik (-)

Simbolik (-) Lain-lain (-)

Dereistik (-) Konkritisas (-)

Simetrik (-)

- Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan

Abulia/Hipobulia (-) Autisme (-)

Vagabondage (+) Deviasi Seksual (-)

Stupor (-) Logore (+)

Pyromania (-) Ekopraksi (-)

Raptus/Impulsivitas (-) Mutisme (-)

Mannerisme (-) Ekolalia (-)

Kegaduhan Umum (-) Lain-lain (-)

11
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt): ( tidak ada)

- Reality Testing Ability: RTA terganggu alam pikiran, perasaan dan

perbuatan

-
G. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
- AKSIS I : Gangguan Psikotik Akut

- AKSIS II : Gangguan Kepribadian Histrionik

- AKSIS III : Tidak ada diagnosis

- AKSIS IV : Masalah Sosial dan Pekerjaan

- AKSIS V : 70

H. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
- Berpura-pura (malingering)
- Gangguan psikotik karena kondisi medis umum
- Gangguan psikotik akibat zat
-
I. TERAPI
- Haloperidol 2 5 mg
-
J. PROGNOSIS

- Dubia

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- BAB II
- PEMBAHASAN
-
- Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

edisi keempat (DSM-IV) mengombinasikan dua konsep

diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikotik akut (brief

psychotic disorder). Pertama, gangguan berlangsung singkat,

didefinisikan di dalam DSM-IV sebagai kurang dari satu bulan

tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi atau

tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia. Kedua,

gangguan mungkin berkembang sebagai respons terhadap

stressor psikososial yang parah atau kelompok stressor.

Pengelompokan bersama kedua konsep tersebut di dalam

DSM-IV sebagai gangguan psikotik akut adalah dengan

mengingat kesulitan praktis dalam membedakan konsep-

konsep tersebut di dalam praktik klinis.


- Pada umumnya, gangguan psikotik akut belum dipelajari

dengan baik di psikiatri Amerika. Sekurangnya sebagian

masalah di Amerika Serikat adalah seringnya perubahan

kriteria diagnostic yang terjadi selama lebih dari 15 tahun


terakhir. Diagnosis telah diterima lebih baik dan dipelajari lebih

lengkap di Skandinavia dan masyarakat Eropa Barat lainnya

daripada di Amerika Serikat. Pasien dengan gangguan yang

mirip dengan gangguan psikotik akut sebelumnya telah

diklasifikasikan sebagai menderita psikosis reaktif, histerikal,

stress, dan psikogenik.


- Psikosis reaktif sering kali digunakan sebagai sinonim untuk

skizofrenia berprognosis baik; diagnosis DSM-IV gangguan

psikotik akut tidak berarti menyatakan hubungan dengan

skizofrenia. Di tahun 1913 karl Jasper menggambarkan

sejumlah ciri penting untuk diagnosis psikosis reaktif, termasuk

adanya stressor traumatis berat yang dapat diidentifikasi,

hubungan temporal yang erat antara stresor dan perkembangan

psikosis dan perjalanan episode psikotik yang ringan. Di

samping itu, isi psikosis sering kali mencerminkan sifat

pengalaman traumatis, dan perkembangan psikosis

dihipotesiskan sebagai memuaskan tujuan pasien, sering kali

suatu tipe pelepasan diri dari suatu kondisi traumatis.


-
- A. Epidemiologi
- Beberapa penelitian telah dilakukan tentang epidemiologi

diagnosis psikosis reaktif singkat DSM edisi ketiga yang

direvisi (DSM-III-R), dan belum ada yang dilakukan dengan

menggunakan kriteria DSM-IV. Dengan demikian, perkiraan

yang dapat dipercaya tentang insidensi, prevalensi, rasio, jenis


kelamin, dan usia onset rata-rata untuk gangguan yang tidak

terdapat. Pada umumnya gangguan ini dianggap jarang, seperti

yang dinyatakan oleh satu penelitian tentang perekrutan militer

dimana insidensi psikosis reaktif singkat DSM-III-R

diperkirakan adalah 1,4 per 100.000 yang direkrut. Dengan

memasukkan episode psikotik akut yang tidak disertai dengan

faktor pencetus yang jelas di dalam DSM-IV mungkin lebih

tinggi daripada angka tersebut. Hal lain yang menimbulkan

kesan pada klinisi adalah bahwa gangguan adalah lebih sering

pada pasien muda daripada pasien lanjut usia, walaupun

beberapa kasus melaporkan adanya riwayat kasus yang

memang mengenai orang lanjut usia.


- Beberapa klinisi menyatakan bahwa gangguan mungkin

paling sering ditemukan pada pasien dari kelas sosioekonomi

rendah dan pada pasien dengan gangguan kepribadian yang

telah ada sebelumya (paling sering adalah gangguan

kepribadian histrionic, narsistik, paranoid, skizotipal, dan

ambang). Orang yang pernah mengalami bencana yang berat

atau yang mengalami perubahan cultural yang besar (sebagai

contoh, imigran) mungkin juga berada dalam risiko untuk

menderita gangguan setelah stressor psikososial selanjutnya.

Tetapi, kesan klinis tersebut belum dibuktikan benar di dalam

penelitian klinis yang terkontrol baik.


-
- B. Etiologi
- Di dalam DSM-III-R faktor psikososial bermakna dianggap

menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi criteria tersebut

telah dihilangkan dari DSM-IV. Perubahan dalam DSM-IV

menempatkan diagnosis gangguan psikotik akut di dalam

kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama

lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis

kemungkinan termasuk kelompok gangguan yang heterogen.


- Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah

memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan

biologis atau psikologis kearah perkembangan gejala psikotik.

Walaupun pasien dengan gangguan psikotik akut sebagai suatu

kelompok mungkin tidak memiliki peninggian insidensi

skizofrenia di dalam keluarganya, beberapa data menyatakan

bahwa adanya suatu peninggian insidensi gangguan mood.

Perumusan psikodinamika telah menyadari adanya mekanisme

menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan

kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan

gejala psikotik. Seperti pada teori biologis tentang gangguan,

teori psikologis belum disahkan oleh penelitian klinis yang

terkontrol cermat. Teori psikodinamika tambahan menyatakan

bahwa gejala psikotik adalah suatu pertahanan terhadap fantasi

yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai, atau

suatu pelepasan dari situasi psikososial tertentu.


-
- C. Diagnosis
- DSM-IV memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan

psikotik, didasarkan terutama atas lama gejala. Untuk gejala

psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang

dari satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan

mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan

psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan

psikotik akut kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat.

Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari

diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan

delusional (jika waham merupakan gejala psikotik utama),

gangguan skizofreniform (jika gejala berlangsung kurang dari

enam bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung

lebih dari enam bulan).


- Jadi gangguan psikotik akut diklasifikasikan di dalam

DSM-IV sebagai suatu gangguan psikotik dengan durasi

singkat. Kriteria diagnostik menentukan adanya sekurangnya

satu gejala yang jelas psikotik yang berlangsung selama satu

hari sampai satu bulan. DSM-IV memungkinkan lebih lanjut

penentuan dua ciri: (1) adanya atau tidak adanya satu atau lebih

stressor yang jelas dan (2) suatu onset pascapersalinan

(postpartum).
- Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan

untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya

dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas,


informasi tentang gejala prodormal, episode suatu gangguan

mood sebelumnya,dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang

belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara

klinis saja. Di samping itu, klinisi mungkin tidak mampu

memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya

stressor pencetus. Informasi tersebut paling baik dan paling

akurat didapatkan dari seorang sanak saudara atau seorang

teman. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Psikotik akut

- Adanya satu(atau lebih) gejala berikut:


waham
halusinasi
bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoherensi)
perilaku terdisorganisasi jelas atau
- Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1

bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbid.


- Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguan mood dengan ciri

psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek

fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu

medikasi) atau kondisi medis umum.

- Sebutkan jika:
- Dengan stressor nyata (psikosis reaktif singkat): jika gejala terjadi segera

setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendirian atau

bersama-sama, akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap

orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.


- Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau

tampaknya bukan sebagai respons terhadap kejadian yang sendirian atau


bersama-sama, akan menimbulkan stress yang besar bagi hampir setiap orang

dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.


- Dengan onset pascapersalinan: jika onset dalam waktu 4 minggu setelah

persalinan.
- Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ke III 1993 (PPDGJ-III),

pedoman diagnostic untuk gangguan psikotik akut yaitu

- Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang

diberikan untuk cirri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas

yang dipakai adalah:


Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu

gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa

aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode

prodormal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai cirri khas yang

menentukan seluruh kelompok;


Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik= beraneka ragam dan

berubah cepat, atau schizophrenia-like= gejala skizofrenik yang khas);


Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi

dengan karakter ke 5; .x0=Tanpa penyerta stress akut; .x1=Dengan

penyerta stress akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak

boleh dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini;


Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;
- Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria episode

manic atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala

afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.


- Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia.

Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.


-
- D. Gambaran Klinis
- Gejala gangguan psikotik akut selalu termasuk sekurangnya

satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-

tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala

yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah

mengamati bahwa gejala afektif, konfulsi, dan gangguan

pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada

gangguan psikotik akut daripada gangguan psikotik kronis.

Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik akut adalah

perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh,

berteriak-teriak atau diam membisu, dan gangguan daya ingat

untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala

tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan

diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organic

yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negative.


- Literatur Skandinavia dan Eropa membedakan beberapa

pola gejala karakteristik yang terlihat pada gangguan psikotik

akut, walaupun pola gejala tidak berlaku tepat untuk tepi

Samudra Atlantik tersebut. Pola gejala adalah reaksi paranoid

akut, konfusi reaktif, eksitasi reaktif, dan depresi reaktif.

Beberapa data menyatakan bahwa, di Amerika Serikat,

paranoia sering merupakan gejala yang menonjol dalam

gangguan ini. Pada psikiatri Prancis, bouffee delirante adalah

sama dengan gangguan psikotik akut.


-
- E. Stresor Pencetus
- Contoh yang paling jelas dari stressor pencetus adalah

peristiwa kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan

kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang.

Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan

kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinisi berpendapat

bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan di dalam

hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan

tersebut adalah beralasan, tetapi mungkin memperluas definisi

stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak

berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat

bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang

menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang

menimbulkan stress dengan jelas. Tetapi, penjumlahan derajat

stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu

derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin.


- Seorang pelajar perempuan berusia 17 tahun dibawa ke

ruang gawat darurat oleh ibunya yang merasa cemas, yang

tidak mengerti perilaku anak perempuannya. Dua hari

sebelumnya ayah pasien telah dimakamkan. Ayahnya

meninggal tiba-tiba akibat infark miokardium pada awal

minggu. Pasien telah menjadi sangat teragitasi di pemakaman,

berteriak-teriak tanpa terkendali dan perlu dipegangi oleh sanak

saudaranya. Ia tidak dapat dihibur di rumah, duduk membatu di


sudut rumah, dan berbicara tentang hantu yang datang untuk

mengambil nyawanya. Sebelum kematian ayahnya, ia

merupakan remaja yang tipikal, popular, dan pelajar yang

sangat baik tetapi agak rentan terhadap reaksi yang berlebihan

(overreacting). Tidak terdapat riwayat psikiatrik sebelumnya.


- Diskusi. Duka cita merupakan reaksi yang diharapkan

terhadap hilangnya seseorang yang dicintai. Tetapi, reaksi anak

perempuan tersebut bukan hanya lebih parah dari yang

diharapkan (sangat teragitasi, berteriak-teriak tak terkendali)

tetapi juga memiliki gejala psikotik (keyakinan bahwa hantu

telah datang untuk mengambil nyawanya). Onset tiba-tiba

episode psikotik yang jelas segera setelah stressor psikososial

yang nyata, tanpa adanya tanda prodormal skizofrenia atau

gangguan kepribadian skizotipal yang mendahului onset

gangguan, menyatakan diagnosis Aksis I adalah gangguan

psikotik akut, dengan stressor yang berat. Biasanya, gejala

psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari

satu bulan. Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu

bulan- yaitu lama maksimal gejala yang sesuai dengan

diagnosis-selesai, tetapi harus diterima sebagai sementara.

Dalam kasus ini diharapkan bahwa gejala akan menghilang dan

pasien akan kembali ke tingkat fungsi biasanya yang baik. Jika

gejala menetap lebih dari satu bulan, diagnosis berubah


menjadi gangguan psikotik lainnya, seperti gangguan

skizofreniform.
- F. Diagnosis Banding
- Klinisi tidak boleh menganggap bahwa diagnosis yang

tepat untuk pasien yang psikotik akut adalah gangguan psikotik

akut, bahkan jika faktor psikososial pencetus yang jelas

ditemukan. Faktor tersebut dapat semata-mata terjadi bersama-

sama. Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis

banding adalah gangguan buatan (factitious disorder) dengan

tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura

(malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis umum,

dan gangguan psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin

tidak mau mengakui penggunaan zat gelap, dengan demikian

membuat pemeriksaan intoksikasi zat atau putus zat sulit tanpa

menggunakan tes laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau

delirium dapat juga datang dengan gejala psikotik yang dengan

ditemukan pada gangguan psikotik akut. Gangguan psikiatrik

tambahan yang harus dipertimbangkan di dalam diagnosis

banding adalah gangguan identitas disosiatif dan episode

psikotik yang disertai dengan gangguan kepribadian ambang

dan skizotipal.
-
- G. Perjalananan Penyakit dan Prognosis
- Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan

psikotik akut adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian,

perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat


menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah

pasien dengan persentasi yang tidak diketahui pertama kali

diklasifikasikan menderita gangguan psikotik akut selanjutnya

menunjukkan sindroma psikiatrik kronis seperti skizofrenia dan

gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan

gangguan psikotik akut memiliki prognosis yang baik, dan

penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80

persen dari semua pasien tidak memiliki masalah psikiatrik

berat lebih lanjut.


- Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya

beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti

resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan

pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik.

Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang

baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut kecil kemungkinannya

untuk menderita episode selanjutnya dan kecil

kemungkinannya kemudian akan menderita skizofrenia atau

suatu gangguan mood.


- Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut:
- - Penyesuaian pramorbid yang baik
- - Sedikit trait schizoid pramorbid
- - Stresor pencetus yang berat
- - Onset gejala mendadak
- - Gejala afektif
- - Konfusi selama psikosis
- - Sedikit penumpulan afektif
- - Gejala singkat
- - Tidak ada saudara yang skizofrenik
-
- H. Terapi
- Perawatan di Rumah Sakit

- Jika seorang pasien psikotik secara akut, perawatan singkat

di rumah sakit mungkin diperlukan untuk pemeriksaan dan perlindungan

pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat terhadap

gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan

orang lain. Di samping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan

terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya.

Sambil klinisi menunggu lingkungan dan obat menunjukkan efeknya,

pengurungan, pengikatan fisik, atau monitoring berhadap-hadapan dengan

pasien mungkin diperlukan.

- Farmakoterapi

- Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam

pengobatan gangguan psikotik akut adalah obat antipsikotik antagonis

reseptor dopamine dan benzodiazepin. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu

antipsikotik potensi tinggi, sebagai contoh haloperidol (Haldol), biasanya

digunakan. Khususnya pada pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk

mengalami efek samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang muda),

suatu obat antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama

dengan antipsikotik sebagai profilaksis terhadap gejala gangguan

pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine memiliki sedikit

kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang

gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai

dengan efek samping yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus
yang jarang benzodizepin disertai dengan peningkatan agitasi, dan pada

kasus yang lebih jarang lagi, dengan kejang putus obat (withdrawl

seizure), yang biasanya hanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi yang

terus-menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi gangguan psikotik akut,

walaupun dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh

penelitian skala besar. Tetapi, medikasi hipnotik sering kali berguna

selama satu sampai dua minggu pertama setelah resolusi episode psikotik.

Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan

gangguan ini. Jika medikasi pemeliharaan diperlukan, klinisi harus

mempertimbangkan ulang diagnosis.


- Psikoterapi
- Walaupun perawatan di rumah sakit dan farmakoterapi

merupakan kemungkinan untuk mengendalikan situasi jangka pendek,

bagian yang sulit dari terapi adalah integrasi psikologis pengalaman (dan

kemungkinan trauma pencetus, jika ada) ke dalam kehidupan pasien dan

keluarganya. Psikoterapi individual, keluarga dan kelompok mungkin

diindikasikan. Diskusi tentang stressor, episode psikotik, dan

perkembangan strategi untuk mengatasinya adalah topik utama bagi terapi

tersebut. Masalah yang berhubungan adalah membantu pasien mengatasi

kehilangan harga diri dan kepercayaan.


-

I. KESIMPULAN

- Gangguan psikotik akut adalah gangguan yang berlangsung kurang

dari satu bulan tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi

atau tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia. Insidensi


psikosis reaktif singkat DSM-III-R diperkirakan adalah 1,4 per 100.000

yang direkrut.
- Gangguan psikotik akut penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis

kemungkinan termasuk kelompok gangguan yang heterogen. DSM-IV

memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik, didasarkan

terutama atas lama gejala. Untuk gejala psikotik yang berlangsung

sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan yang tidak disertai

dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau

suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan

psikotik akut kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. pada

umumnya pasien dengan gangguan psikotik akut memiliki prognosis yang

baik. Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam

pengobatan gangguan psikotik akut adalah obat antipsikotik antagonis

reseptor dopamin dan benzodiazepin.


-
-
-
-
-
-
-
- BAB III
- ANALISIS MASALAH
-
- Anamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang dilakukan terhadap

pasien Nona R usia 21 tahun diperoleh bahwa pasien mengoceh/berbicara tanpa

henti sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit yang didahului oleh terjadinya

suatu konflik antara pasien dengan orang-orang disekitarnya. Konflik ini dapat
dianggap sebagai suatu stressor pencetus terjadinya hal tersebut. Penderita juga

sering berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Tanda lain dari gejala yang

didapatkan dari pasien adalah sikap yang menjadi lebih agresif, dependen, infantil,

berubah-ubah, ekspresi fasial yang marah dan demdam. Afek yang teramati adalah

labil, sedangkan mood yang dapat dinilai adalah irritable dan inappropriate yang

nyata. Arus pikiran menjadi sirkumstansial dan inkoheren. Hal-hal di atas dapat

dikategorikan sebagai suatu gejala psikotik. Onset kejadian adalah sekitar satu

minggu menandakan hal ini terjadi secara akut.


- Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia edisi ke III 1993 (PPDGJ-III), tanda dan gejala yang dialami

penderita dapat digolongkan dalam gangguan psikotik akut. Adanya gejala-gejala

psikotik yang terjadi dalam onset kurang dari 2 minggu dan mengganggu

beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan menyokong kuat diagnosis ini. Stressor

pencetus sangatlah jelas, yaitu konflik antara penderita dengan majikan dan rekan-

rekan kerjanya. Konflik ini dapat tergolong sebagai peristiwa kehidupan yang

besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap

orang, termasuk pada penderita. Selain itu, tidak didapatkan tanda dan gejala

episode manik, episode depresi, atau penyebab organik semakin memperkuat

diagnosis tersebut.
- Diagnosis banding yang dipertimbangkan adalah berpura-pura

(malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan

psikotik akibat zat. Berpura-pura seringkali memerlukan waktu pemeriksaan yang

cukup lama. Berpura-pura dapat digugurkan secara alami dengan keluhan yang

tidak bisa ditemukan secara objektif pemeriksa. Diagnosis gangguan psikotik


karena kondisi umum dapat digugurkan oleh karena pada penderita tidak dijumpai

sebab-sebab organik, seperti trauma kapitis, delirium ataupun demensia.

Sementara itu, diagnosis gangguan psikotik akibat zat tersingkir oleh tidak

diperolehnya hal-hal yang mendukung ke arah terjadinya intoksikasi akibat

penggunaan alkohol atau obat-obatan. Namun, untuk memastikannya dapat

dilakukan tes laboratorium.


- Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan

farmakoterapi dan nonfarmakoterapi. Penatalaksanaan dengan farmakoterapi

dapat digunakan obat antipsikotik antagonis reseptor dopamin dan benzodiazepin.

Obat yang diberikan pada penderita ini adalah haloperidol. Penatalaksanaan

nonfarmakoterapi dengan psikoterapi yang tujuan utamanya adalah untuk

mengendalikan situasi jangka pendek yang merupakan bagian sulit dari terapi

adalah integrasi psikologis pengalaman, dalam hal ini adalah konflik antara

penderita dengan majikan dan rekan-rekan kerjanya. Penderita diajak dalam

diskusi mengenai stressor, episode psikotik, dan perkembangan strategi untuk

mengatasinya adalah topik utama bagi terapi tersebut.

- Prognosis penderita ini adalah bonam. Hal ini disandarkan pada

terjadinya sedikit penumpulan afektif, onset gejala mendadak, dan adanya stresor

pencetus yang berat.

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- DAFTAR PUSTAKA
-
- 1. Kaplan, Harold I., Benyamin J.Sadock, Jack A.Grebb.2002. Sinopsis

Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Tangerang:

Binarupa Aksara.
- 2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ-III.2001. Jakarta: Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.


- 3. Kapita Selekta Kedokteran. 2001. Jakarta: Media

Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


- 4. Sasmanto, Suharyadi. Gangguan Psikotik Singkat. Diunduh dari
- www.scribd.com/doc/Gangguan-Psikotik-Singkat.
-
-

Anda mungkin juga menyukai